BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tempura, Teppanyaki, and Us.

145791012

Comments

  • Saya disiniii :) dan saya udah pindah ke sushi counter looohhh! Hahahah *ga ada hubungannya*
    ayo dilanjut *kacak pinggang*
    kalo nggak cepet dilanjut...nanti aku suapin wasabi nih,hahha
  • MybiSide wrote:
    Saya disiniii :) dan saya udah pindah ke sushi counter looohhh! Hahahah *ga ada hubungannya*
    ayo dilanjut *kacak pinggang*
    kalo nggak cepet dilanjut...nanti aku suapin wasabi nih,hahha

    #bekep @MybiSide biar dilanjut :p
  • wewww makinnnn romantisss aja nihh..
    aaaa ngiriiii.. > <
  • wew, bagus ceritanya. baru tw gw..
  • wah writernya anak enhai ya???
  • Papabear wrote:
    wah writernya anak enhai ya???
    Mmm.. Jawab ga yah? :p
  • @bitter_balen : untung aku masih inget alur critanya... :p
    lanjut kakak.... :)
  • kelempar k hal 2 nih crita. up dl ah
  • Saturday is my last day. Sedih juga ninggalin tempat training. Sedih juga ninggalin Kuala Lumpur. But, Indonesia! Here I coooommmeeeee! :D
  • lanjutannya maana ni?
  • Jalan tol Cipularang lengang. Adit masih bergumam mengikuti lagu yang sedang di mainkan di CD player. Aku menatap jendela. Aku selalu terhipnotis kalau lewat jalan tol ini.
    "Yang, mama ada di rumah?"
    "Ga tau deh. Aku BBM dulu."
    Aku mengeluarkan handphoneku.
    "Ma, dimana?"
    "Mama lagi di Soreang. Nengok workshop."
    "Euh, aku lagi otw Bandung mama ih.."
    "Ada Bik Inah dirumah. Mama ga lama da.."
    "Yaudah.."
    "Mamaku lagi di workshop, dit. Tapi ada si bibi di rumah."
    "Rumah kamu daerah mana?"
    "Tengku Angkasa. Tau?"
    Adit tersenyum.
    "Ga tau. Hehehe"
    "Yaudah ntar keluar tol pasteur aku yang nyetir."
    "Emang bisa?"
    "Bisa nyemplung dari Pasopati palingan."
    "Ga mau ah kalo gitu."
    Aku mecubit perut Adit. Ada sedikit timbunan lemak.
    "Dit, perut kamu ih buncit sekarang"
    "Iyalah. Kan kamu masakin aku terus.", ucap Adit sambil mengusap rambutku.
    ***
    Honda Jazz Adit berhenti di depan sebuah rumah di Jalan Tengku Angkasa. Aku turun dari mobil dan membuka pintu gerbang. Ah, kangen. Sudah dua bulan aku tidak pulang.
    "Assalamualaikum!", seruku. Bi Inah muncul dari balik pintu.
    "Oalah. Mas Aji! Kok baru muncul tho? Ibu kan lagi ke Soreang."
    "Iya, tadi aku udah ngabarin mama."
    "Eh. Temennya Mas Aji ya? Ealah, ganteng banget tho!", bi Inah memandang Adit takjub. Adit hanya tersenyum. Dasar Bi Inah genit!
    "Masuk yuk ah! Bi, warung Mang Udin buka ga? Pengen cireng."
    "Buka. Ya udah bibi beli dulu ya."
    Aku mengangguk. Rumah ini masih sama saja tata letaknya. Aku berjalan menuju kamar. Adit memanggilku.
    "Siapa nih?", Adit menatap sebuah foto.
    "Oh, itu Papa."
    "Ooh, matanya sama kaya matamu ya.."
    "Iya. Kalau hidung nurun mamaku. Pesek.", ujarku sambil menunjuk foto sebelahnya. Foto ketika mama masih gadis.
    "Hehe iya."
    "Ngamar ah.", ujarku.
    "Aku?"
    "Di teras aja guling guling."
    Adit mengejarku dan menindihku di atas kasur.
    ***
    Mama baru pulang sekitar jam 3. Aku dan Adit sedang duduk di meja makan dengan sepiring cireng, satu toples keripik pedes, dan satu pitcher sirup cocopandan.
    "Kamu kurusan ya?", ujar mama sambil mengelus lenganku.
    "Iya dong, kan kerja keras terus ma.", ucapku sekenanya. Mama menyentil hidungku.
    "Pasti dia boros ya Dit?", tanya mama pada Adit yang sedang cekikikan melihat hidungku disentil.
    "Banget Tante."
    Aku melotot.
    "Apaan?"
    "Udah udah. Oiya, kalian mau makan surabi jam berapa? Keburu macet loh."
    Aku melirik jam tanganku. Iya, sudah jam 4. Kalau ngga berangkat sekarang kejebak macet pasti.
    "Dit, balik ke Jakarta malem ini juga?"
    "Liat ntar."
    "Ih, besok kan kerja!"
    "Kan bisa berangkat pagi. Ada tol ini."
    "Terserah kamu deh.", aku bangkit dan menuju kamar.
    ***
    "A', surabi coklat keju satu, pisang bakar susu satu, surabi oncom special satu.", ucapku dengan lancar pada pelayan warung surabi ini.
    "Wedeh, iya deh yang udah lama ga makan disini."
    Aku menjulurkan lidah.
    "Saya mau surabi ayam telur special sama colenak ya A'."
    "A' minumnya bandrek susu!", aku memamerkan senyum manisku pada Adit yang menggelengkan kepalanya.
    "Makan yang banyak deh, that's why I love you.", ucap Adit.
    Aku diam. Dari sorot mata Adit dapat kulihat ketulusan dan kasih sayang.
    ***
    Jalan Setiabudi sudah lumayan lengang. Menyusuri jalanan di malam hari memang salah satu hobiku. Aku membuka kaca. Menikmati hembusan angin kota Bandung. Mobil Adit berbelok ke arah Jalan Siliwangi. Menyusuri hutan kota dan kampus ITB. Adit memelankan laju mobilnya. Aku menoleh.
    "Kenapa?"
    Bibir Adit mendarat di pipi kananku.
    "Aku ga mau malam ini cepat berakhir."
    ***
  • Jalan tol Cipularang lengang. Adit masih bergumam mengikuti lagu yang sedang di mainkan di CD player. Aku menatap jendela. Aku selalu terhipnotis kalau lewat jalan tol ini.
    "Yang, mama ada di rumah?"
    "Ga tau deh. Aku BBM dulu."
    Aku mengeluarkan handphoneku.
    "Ma, dimana?"
    "Mama lagi di Soreang. Nengok workshop."
    "Euh, aku lagi otw Bandung mama ih.."
    "Ada Bik Inah dirumah. Mama ga lama da.."
    "Yaudah.."
    "Mamaku lagi di workshop, dit. Tapi ada si bibi di rumah."
    "Rumah kamu daerah mana?"
    "Tengku Angkasa. Tau?"
    Adit tersenyum.
    "Ga tau. Hehehe"
    "Yaudah ntar keluar tol pasteur aku yang nyetir."
    "Emang bisa?"
    "Bisa nyemplung dari Pasopati palingan."
    "Ga mau ah kalo gitu."
    Aku mecubit perut Adit. Ada sedikit timbunan lemak.
    "Dit, perut kamu ih buncit sekarang"
    "Iyalah. Kan kamu masakin aku terus.", ucap Adit sambil mengusap rambutku.
    ***
    Honda Jazz Adit berhenti di depan sebuah rumah di Jalan Tengku Angkasa. Aku turun dari mobil dan membuka pintu gerbang. Ah, kangen. Sudah dua bulan aku tidak pulang.
    "Assalamualaikum!", seruku. Bi Inah muncul dari balik pintu.
    "Oalah. Mas Aji! Kok baru muncul tho? Ibu kan lagi ke Soreang."
    "Iya, tadi aku udah ngabarin mama."
    "Eh. Temennya Mas Aji ya? Ealah, ganteng banget tho!", bi Inah memandang Adit takjub. Adit hanya tersenyum. Dasar Bi Inah genit!
    "Masuk yuk ah! Bi, warung Mang Udin buka ga? Pengen cireng."
    "Buka. Ya udah bibi beli dulu ya."
    Aku mengangguk. Rumah ini masih sama saja tata letaknya. Aku berjalan menuju kamar. Adit memanggilku.
    "Siapa nih?", Adit menatap sebuah foto.
    "Oh, itu Papa."
    "Ooh, matanya sama kaya matamu ya.."
    "Iya. Kalau hidung nurun mamaku. Pesek.", ujarku sambil menunjuk foto sebelahnya. Foto ketika mama masih gadis.
    "Hehe iya."
    "Ngamar ah.", ujarku.
    "Aku?"
    "Di teras aja guling guling."
    Adit mengejarku dan menindihku di atas kasur.
    ***
    Mama baru pulang sekitar jam 3. Aku dan Adit sedang duduk di meja makan dengan sepiring cireng, satu toples keripik pedes, dan satu pitcher sirup cocopandan.
    "Kamu kurusan ya?", ujar mama sambil mengelus lenganku.
    "Iya dong, kan kerja keras terus ma.", ucapku sekenanya. Mama menyentil hidungku.
    "Pasti dia boros ya Dit?", tanya mama pada Adit yang sedang cekikikan melihat hidungku disentil.
    "Banget Tante."
    Aku melotot.
    "Apaan?"
    "Udah udah. Oiya, kalian mau makan surabi jam berapa? Keburu macet loh."
    Aku melirik jam tanganku. Iya, sudah jam 4. Kalau ngga berangkat sekarang kejebak macet pasti.
    "Dit, balik ke Jakarta malem ini juga?"
    "Liat ntar."
    "Ih, besok kan kerja!"
    "Kan bisa berangkat pagi. Ada tol ini."
    "Terserah kamu deh.", aku bangkit dan menuju kamar.
    ***
    "A', surabi coklat keju satu, pisang bakar susu satu, surabi oncom special satu.", ucapku dengan lancar pada pelayan warung surabi ini.
    "Wedeh, iya deh yang udah lama ga makan disini."
    Aku menjulurkan lidah.
    "Saya mau surabi ayam telur special sama colenak ya A'."
    "A' minumnya bandrek susu!", aku memamerkan senyum manisku pada Adit yang menggelengkan kepalanya.
    "Makan yang banyak deh, that's why I love you.", ucap Adit.
    Aku diam. Dari sorot mata Adit dapat kulihat ketulusan dan kasih sayang.
    ***
    Jalan Setiabudi sudah lumayan lengang. Menyusuri jalanan di malam hari memang salah satu hobiku. Aku membuka kaca. Menikmati hembusan angin kota Bandung. Mobil Adit berbelok ke arah Jalan Siliwangi. Menyusuri hutan kota dan kampus ITB. Adit memelankan laju mobilnya. Aku menoleh.
    "Kenapa?"
    Bibir Adit mendarat di pipi kananku.
    "Aku ga mau malam ini cepat berakhir."
    ***
  • oalah kirain update banyak taunya doble post
    lagi a yang buanyak
    hehehe :D
  • Hmmm dr NHI ya.... Ini real apa ga? Aq lg magang nih d main kitchen hotel.
  • Hmmm dr NHI ya.... Ini real apa ga? Aq lg magang nih d main kitchen hotel.
    Hah? Nggaa ini fiksi kok.. Magang di main kitchen? Selamaaaatt! :)
Sign In or Register to comment.