It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Yok dit, pancuran yang diujung kosong tuh" ajak natan.
"ya..."
Yang mandi di pemandian cukup ramai sore ini. Memang di udara yang sedingin ini sangat enak sekali mandi air panas. Tapi yang bikin gue agak risih mandi di pemandian ini adalah orang-orang yang mandi disini. Mereka tampaknya cuex sekali mandi telanjang bulat mempertontonkan semua bentuk tubuhnya dan aurat tubuh mereka. Seolah-olah hal itu sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan. Kulit tubuh penduduk kota kecil ini kebanyakan berwarna putih agak kemerah-merahan seperti orang indian. Ini disebabkan karena kulit tubuh mereka sangat jarang tersentuh oleh sinar ultraviolet secara langsung. Awan tebal dan kabut yang sering menyelimut langit kota ini menyaring laju sinar ultraviolet. Aku yakin para penduduk disini pasti nggak ada yang pernah terkena penyakit kanker kulit. Kulit tubuh mereka akan semakin memerah bila mereka sedang mandi air panas. Hawa air panas itu seperti merebus kulit itu.
Sore ini yang mandi di pemandian air panas kebanyakan pemuda-pemuda tanggung yang datang berkelompok. Mereka mandi saling bercanda-canda. Saling siram. Ngobrol. Cekikikan. Ada juga para orang tua bersama anak-anaknya. Melihat tubuh-tubuh merah yang polos itu membuat mata ku jadi liar. Aku jadi merasa agak sedikit hilang control. Gugup. Tak tahu harus berbuat apa. Mr-p yang bertebaran tanpa pelindung terpampang jelas berkeliaran di hadapanku. Melenggang lenggok bergelayutan. Terombang-ambing seperti bandulan lonceng gereja. Beragam sekali bentuknya. Tapi semua disunat. Kecuali beberapa anak-anak kecil yang masih belum cukup umur. Bulu-bulu lebat agak sedikit menutupi. Sepertinya tak ada yang mau repot-repot merapikannya. Mereka tampil alami tanpa tersentuh fasion.
Natan meletakkan peralatan mandinya di pojok dekat beton yang ada menghindari terkena percikan. Dia mulai membuka baju dan celananya.
"Loe nggak buka baju dit" Ujarnya melihatku hanya diam memperhatikan kegiatannya.
Dengan cuex diloloskannya celana dalam putih penutup terakhir tubuhnya. Dia tampil polos seperti orang-orang yang mandi di ruangan besar ini. Tubuhnya benar-benar indah. Padat berisi tapi tidak seperti atlet binaraga sih. Ini kali pertamaku melihat natan tampil polos. Sebetulnya aku sudah pernah melihat keseluruhan tubuh natan. Tapi itu hanya berupa potongan-potongan saja. Saat dia cuma bercelana pendek. Aku melihat tubuh bagian bawah dan atasnya saja. Atau waktu dia cuma pake baju saat mau mengganti celana panjang nya jadi celana pendek waktu aku main dikamarnya. Aku hanya melihat bagian bawah dan tengah dirinya. Tapi saat ini mozaik potongan tubuh natan seperti bersatu dan menjadi lengkap terpampang dihadapanku. Seperti patung yunani yang terpahat di dalam istana para kaisar zaman dulu.
Kulitnya yang putih agak kekuningan. Dengan pentil susu yang coklat menghiasi dada yang agak mengembang. Pinggang ramping. Kaki berotot yang polos tanpa bulu kecuali di bagian betis yang tampak lebat. Bulu-bulu jarang dari pusar membentuk alur yang rapi sampai kebawah. Bulu-bulu itu menyatu lebat di bagian mr-pnya. Sehingga agak menutupi mr-pnya yang mengkerut karena suhu udara yang dingin tadi diluar sana. Hanya terlihat kepalanya saja yang berwarna merah muda.
"Oh iya nat"
Aku jadi sedikit ragu membuka pakaianku. Karena saat ini mr-p sudah mulai menegang didalam sarangnya. Pasti akan aneh sekali dilihat orang di sekitar tempat pemandian air panas ini kalo nanti aku tampil polos dengan mr-p yang mengancung. Aku mengalihkan pandanganku dari semua hal-hal yang bisa membangkitkan syahwatku. Kutahan nafasku untuk mencari ketenangan. Dengan perlahan kubuka baju. Sengaja ku bikin lama ritual itu sampai aku benar-benar yakin. Kuletakkan bajuku didekat tempat natan meletakkan pakaiannya.
"Panas nggak nat?" tanyaku
"Panas banget dit" ujar natan yang masih menguji-uji seberapa panas air di pancuran itu dengan telapak tangannya. Dia masih belum berani untuk mandi.
"Coba" ujarku sambil mendekatkan tanganku kepancuran. Waktu itu aku masih memakai celana jeanku.
"Aduh...panas banget nat, gimana nih?" aku mengibaskan tangan dinginku yang terkena air panas itu.
"Tenang aja dit kalo ntar nggak kuat loe bisa campur dulu air panasnya dengan air dingin yang ada di saluran ini" jelas natan.
Aku baru menyadari kalo didekat setiap pancuran itu terdapat saluran air yang mengalir cukup deras. Bening sekali. Ditepian saluran itu terdapat gayung-gayung yang memang sengaja disediakan untuk mengambil air di saluran itu. Tadi aku berfikir saluran itu cuma sebagai saluran pembuangan. Ternyata saluran itu adalah saluran air dingin.
"Gini nih caranya" natan meraup air disaluran dan mencampur dengan air panas kemudian menuangkan keseluruh tubuh telanjangnya.
"Hangat..dit enak banget, udah buruan buka celana loe" ujarnya lagi
"Iya nat"
alami.... novel banget... ajiiiiiiiib..
bekichot manthab dah...
piiiiiiz ya bang....
hihihiii...
lanjooooooooooooooooooooooooooooot....
Hayo ka newneo jga d lanjutin anak desanya.
“Iya nih..mana jas hujannya ketinggalan di hotel lagi”
“Udah ah kita terobos aja, kalo ditunggu kayaknya makin lebat ntar” ujarku
“iya deh”
Kami berdua buru-buru berlari menuju tempat kuda besi berada. Sesaat kemudian Natan sudah melarikan kuda besinya dengan kencang kearah hotel.
“Kita makan aja dulu disini dit”
“Boleh” jawabku
Natan memarkirkan kuda besi disebuah restoran yang tidak terlalu jauh dari hotel.
Menu unggulan restoran ini cukup menggugah selera makan. Ayam bakar dengan bumbu kecap. Saat piring-piring lebar dihidangkan pelayan, dengan tak sabar natan langsung menyantapnya. Kalori yang keluar banyak dari tubuh akibat panasnya air pemandian membuatnya bagai orang kesetanan.
“Ayo dit di makan!” ujar natan
“iya nat” dengan sedikit malas aku menyendok nasi ke piringku. Selera makanku agak sedikit terganggu. Aku merasa agak kurang enak badan.
“Ayamnya diambil dit”
Tak berapa lama piring-piring yang tadi rapi tersusun di meja depan kami kini berantakan. Sebagian isinya sudah berpindah keperut. Natan terlihat sedang menikmati kopi hitam yang kental.
“Nat gue kedepan dulu ya”
“Ngapain dit?”
“Cuma mau cari obat”
“Kamu sakit?” Tanyanya cemas.
“Nggak tahu nih, badanku agar sedikit meriang”
“Tunggu dit biar kita bareng aja keluar” ujarnya lagi menyerup kopinya dengan terburu-buru sambil memanggil pelayan untuk menghitung semua yang telah kami makan.
“Kamu nggak apa-apa dit?” tanyanya natan dengan raut cemas.
“Malariaku kambuh kayaknya nat” terangku. Penyakit lama yang selalu menggerogiti tubuhku kambuh lagi. Malaria yang telah ku idap beberapa tahun ini selalu menjadi momok bagi diriku. Kalo kena perubahan suhu yang drastis maka bibit-bibit penyakit malaria yang mengendap di dalam darahku akan bereaksi. Penyakit ini memang tak pernah bisa disembuhkan. Bila seseorang sudah pernah terkena malaria maka iya akan dihantui seumur hidup olehnya. Dan Natan tahu benar akan hal itu.
“Obatnya adakan dit?” wajah Natan cemas melihat kondisiku.
“Tadi udah gue beli diwarung samping restoran tempat kita makan”
“Udah di minum dit?”
“Belum” jawabku.
Kurogoh saku tuk mengambil obat yang berbentuk pil. Natan dengan sigap meraih gelas yang ada di atas meja sofa. Dituangkannya air dari botol aqua kedalam gelas yang memang sudah di sediakan pihak hotel untuk tamu. Di sodorkannya gelas itu padaku. Aku meraih nya. Sambil menelan pil malaria itu. Terasa pahit dikerongkongan. Kureguk isi gelas pemberian natan untuk melancarkan dengan bibir bergetar.
“Istirahat aja dit” pintanya saat aku selesai meminum obat.
“Iya nat” jawabku.
Natan dengan sigap membukakan selimut hotel yang terlipat rapi diatas kasur. Membimbing tubuhku untuk masuk kedalamnya. Tapi….
“Baju ama celana kamu lembab dit?” tanyanya saat tangannya menyentuh punggungku.
“Iya nih kena hujan tadi”
“Waduh, kamu nggak bawa pakaian ganti ya?” ujarnya lagi semakin cemas melihatku yang semakin menggigil.
“Enggak nat, masalahnya kukira kita nggak bakalan nginap”
“Aku juga nggak bawa pakaian ganti nih dit, kalo bawa pasti ku pinjamin ke kamu. Kalo gitu baju dan celananya dibuka aja dit biar nggak terlalu dingin” kecemasan di wajah Natan semakin tergambar jelas.
“Iya nat”
Aku mulai melepaskan pakaian yang melekat ditubuhku satu persatu. Natan membantuku melakukannya. Baju dan celanaku digantung natan di dalam lemari hotel agar cepat kering dan bisa dipake besok.
“Celana dalamnya dibuka aja sekalian dit” ujarnya lagi.
Aku tak lagi merasa risih melakukan hal itu didepan Natan. Pikiran ku saat ini Cuma pingin meringkuk di balik selimut hotel ntuk mencari kehangatan di sana. Celana dalam itu lepas dari kakiku. Di ambil natan dengan santai dan di gantungnya di dalam lemari. Kemudian natan membimbingku masuk ke dalam selimut dan merapikan selimut ke tubuhku. Ada sedikit kehangatan kurasakan dibalik selimut tebal itu. Tapi tubuhku masih tetap menggigil dengan gigi gemeletuk. Natan benar-benar risau dengan keadaan ini. Dia tak tahu harus berbuat apa lagi ntuk menolongku. Nantan berjalan bolak-balik di dalam kamar hotel. Matanya memandang cemas kearahku. Sesekali dia duduk di sofa kemudian berdiri dan berjalan lagi. Dia melakukan hal itu berulang-ulang.
“Aku cari dokter dit?” Natan mendekat dan duduk di samping pembaringan.
“Nggak usah nat, nanti juga sembuh sendiri kan udah minum obat” ujarku menenangkannya.
“Tapi dit…..” Ucapannya terhenti.
“Kamu disini aja nat, temani aku” Kuraih tangannya dan kugenggam sambil menatap kedua bola matanya.
“Masih dingin ya di?” tanyanya waktu merasakan hawa telapak tanganku
“Hm…hm..” ujarku setengah bergumam.
Tiba-tiba natan berdiri dihadapanku. Dia membuka baju kausnya yang lembab. Aku hanya menatap heran tak mengerti apa yang dilakukannya. Dada bidangnya terpampang bebas. Dengan santai natan juga menbuka celana panjang dan celana dalamnya. Menggantung di dalam lemari tempat pakaianku berada. Kini tubuhnya benar-benar polos telanjang bulat bagaikan patung dewa yunani yang begitu sempurna. Tapi tak ada perasaan nafsu saat aku memandang tubuh natan. Dia menbuka selimut disebelahku dan menyusupkan tubuh indahnya kedalam selimut itu. Aku merasakan sentuhan kulit tubuh natan mengenai tubuhku. Terasa hawa panas tubuh natan mengalir kedalam tubuhku melalui seluruh pori-pori kulit yang bersentuhan. Natan Agak mendorong tubuhku yang tadi terbaring menjadi agak miring. Kini dada bidang natan rapat dengan punggungku. Kedua kakinya juga menyentuh kakiku. Aku merasakan ada benda lembut yang mengenai belahan pantatku. Tangan Natan merangkul tubuhku di dada. Kami begitu rapat. Suhu panas tubuh natan jauh lebih banyak membantuku mengusir dingin yang menggerogoti tulang benulangku. Natan menarik selimut menutupi seluruh tubuh kami sampai sebatas leher.
“Gimana dit, udah agak dingin betulkan?” bisiknya ditelinga kiriku yang begitu dekat dengan bibirnya. Udara dari mulut natan membelai cuping telinga. Aromanya begitu harum.
“Udah jauh lebih hangat dit” Jawabku pelan
Natan semakin erat merangkul tubuhku seolah-olah ingin memberikan seluruh hawa tubuhnya kedalam tubuhku. Aku bener-benar merasakan kedamaian dalam dekapannya.
“Hm…hm..” Natan menggeliat. Tubuhnya bergerak. Kini posisinya berbaring telentang disampingku. Selimut yang tadi menutupi kami tersingkap hingga batas pusar. Tubuh elok Natan terpampang dihadapanku. Aku masih memandang wajahnya. Ada perasaan damai dan rindu saat aku melakukan hal itu. Aku tak ingin momen ini berakhir. Matanya yang tertutup dengan alis yang sedikit tebat. Hidungnya menjulang. Bibir tipis yang agak berwarna merah kehitaman terbakar candu rokok yang dihisapnya setiap hari. Aku lebih mendekatkan wajahku ke wajah natan. Melihat lebih detail semua texture wajahnya. Entah apa yang menggerakkannya. Kuberanikan diri ntuk menyentuh wajah natan. Dengan sedikit sentuhan memakai ujung jari. Terasa kulit wajah itu begitu lembut.
Lanjooott...
Critanya makin romantis dc.. Tp ada nakal2nya yg bkin mkin ngac.. Eh seru..
Gpp dc rada lama yg pnting bagus n tetap dlnjtin y bang..
Hihihi...
jadi penasaran
Tapi bingung bikin adegan selanjutnya!
Mau dibikin detail, atau garis besar aja atau dibikin panas atau sedang
Mohon masukannya ya.
yg panas aja bang.. :twisted: :twisted: :twisted:
trus detail jg.... :shock: :shock: :shock:
n buruan lanjutinnya....