It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
I do know how to analyze things. If not, I wouldn't be where I am today!
Kalau ada ibu yang mati melahirkan. Kita akan bilang bahwa itu nasibnya. Padahal kalau dilihat dan dianalisa, kenapa dia mati? Karena tidak ada bidan yang menolongnya. kenapa gak ada bidan? karena dia miskin gak sanggup bayar, kenapa dia miskin? karena dia gak ada kerja? kenapa dia gak kerja? Karena dia gak punya pendidikan? Kenapa gak punya pendidikan? Karena tidak sekolah, kenapa dia gak sekolah? karena sekolah mahal dan perempuan gak boleh sekolah tinggi, kenapa sekolah mahal? karena dana sekolah tidak ada. Kenapa sekolah gak ada dana? Karena anggarannya di korup dan tidak ada anggaran pendidikan dari pemerintah. Dan seterusnya. Dan akhirnya kita tahu siapa sebenarnya yang benar - benar bertanggungjawab atas kematian ibu diatas? Jawab nya adalah kebijakan.
Totally unrelated with the main topic.
Begitu juga kalau lihat gay yang menikah dengan cewek dan tetap dgan cowok. Tidak sederhana begitu melihat. Kita gak bisa bilang gay rakus atau apa lah. Coba kita berpikir apakah semua orang berani kalau terus didesak keluarga untuk nikah. belum lagi dia anak satu2 nya, alim agama keluarganya, belum lagi dia juga masalah dengan diri sendiri. Takut nanti masa tuanya gak ada yang urus. Masih banyak gay yang cuma mau fun saja. Dan banyak sebab lagi. Pokoknya masalah besar sekali dan komplek. Gak sederhana kita bilang kenapa gak mau tanggungjawab dan mau enak saja.
Infact, it is really that simple. Sekali memilih sesuatu, jalani resiko dari pilihan tersebut. Itu yang namanya bertanggung jawab. Dan sebagai orang dewasa, pilihan ada di tangan kita dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat juga termasuk a part of being an adult.
Tidak sesederhana itu Rectory. Itu lah makanya kamu mesti belajar soal akar masalah dan teori relasi kuasa. kalau sekolah ilmu sosial kamu akan tahu apa itu analisa sosial. Aku bukan anak sosial tapi aku coba belajar..Apalagi kamu pinter bahasa Inggris ada banyak buku dan tulisan soal analisa sosial dari bahasa Inggris. Manfaat lah kemampuan bahasa Inggris mu untuk membuka jendela dunia.
This is a VERY patronizing attitude!! Do you actually think that I'm total ignoramus, and you're the only one whose eyes are open? Not only this is very patronizing, but also very condescending too. I resent this!!
Bandara internasional dengan kubah emas.
Kedai kopi.
Rek.
Ulekareng.
Seafood.
Ayam tangkap.
Penduduknya yg ramah.
Hotel kelas standar dengan harga hotel berbintang.
Kapal apung ditengah kota.
Pt harun.
Rumah cut nyak dien.
Mata biru.
Pegawai hotel berwajah manis.
Aturan yg sangat ketat.
Gay is very bad in the city.
inilah type2 org yg ga bertanggung jawab, seenaknya saja menyalahkan sistem atas kesalahan yg dilakukannya sendiri
trus, klo emang pernikahan gay dilegalkan, apakah jaminan temanmu itu bakal setia?
GAK!!!!!
ge kenal banyak org yg ga terpengaruh keseteiannya dg segala macam sistem.
klo emang dasarnya dia ga ganjen bin gatel, ya bakal setia.
sekali lagi, ini yg salah HOMONYA bukan sistemmnya
artinya, yg slah tuh, temenmu yg ganjen, gatel n ga setia itu!!!!
Jika dia sudah memutuskan untuk menikahi perempuan, jangan sampe dia mengkhianati perkawinannya yang suci itu dengan maen belakang ama cowok. Dia sudah dewasa, sudah harus memahami kalo segala keputusan dia itu ada konsekuensinya, dan harus bertanggung jawab dengan keputusannya itu.
Mungkin sistem yang memaksa dia untuk berbuat nekat menikahi perempuan padahal dalam hatinya dia nggak pernah bahagia. Tapi ya jangan salahkan sistem! Kalo emang gak cocok dengan sistem tsb, keluar lah dari sistem tsb. Gw sendiri keluar dari belief system gw karena merasa nggak cocok dengan dogma2nya, termasuk oknum2 cleric (dan orang yang sok ngerasa jadi cleric) yang hobby-nya nge-judge dan memaksakan pendapat. Si biseks ini pan bisa nolak untuk menikah karena alasan tidak siap. Orang yang belum siap menikah sudah tentu diharamkan. Ini udah tau kondisinya gak bisa, kok malah memaksakan sih?
Gak ada rasa simpati gw ama temen si toyo ini.
Jadi inget, dulu gw punya temen sepasang gay juga. Dia bilang dia ntar mau nikah sama cewek. Hmmm terus buat apa dia pacaran ama pacarnya itu? Setelah gw denger opini dia, langsung gw tinggalin tuh orang gak berhubungan at all. Toh bukan temen akrab kok.
Hidup ini memang kadang memilih, tapi pilihan itu banyak ditentukan oleh tekanan sosial.
Hidup menjadi gay itu beda yang hidup di Aceh dengan yang hidup di Belanda. Itu lah yang aku bilang ada sistem yang membentuk.
Gay di Jakarta akan beda dengan gay yang di Banda Aceh. Gay di Indonesia akan beda dengan gay yang di Iran.
Kita gak bisa bilang kalau gay di Iran pada takut dan pengecut. Anda coba bayangkan bagaimana gay di Irak, Iran atau pakistan misalnya. Konteks sosialnya pun sangat keras.
Mungkin kalau gay di Belanda lihat gay di Indonesia juga heran. Karena berani nya cuma di forum2 Internet saja. Itu semua ada konteksnya. Dan ada semua sebabya. Kenapa kita gay di Indonesia tidak seberani dengan di Belanda? Kenapa coba, coba aku mau tanya nih orang2 yang sudah pada ngomong sebelumnya. Kalian berani gak bilang diri kalian gay di publik di Indonesia. Aku jamin kalian takut pasti. Tapi itu akan beda kalau kalian tinggal di Belanda.
Kalau kalian berani, aku tantang siapa yang tinggal di Jakarta. Siapa yang berani testimoni dalam acara lounching di bukuku. Dan katakan dia gay dan jadi Narasumber. Hayo siapa yang berani aku tantang kalian kalau kau berani katanya memilih. Tunjukkan kalau kalian berani ambil sikap?
Itu yang aku maksud dengan sistem yang tidak adil.
Ya mudah2an kalian bisa tambah cerdas dengan penjelasanku ini.
Salam
Toyo
Hal seperti ini memang masih banyak sekali terjadi di sekitar kita, tidak pandang dari background agama apa dan di daerah mana. Namun mungkin di Aceh memang lebih "gila" daerahnya dalam menghadapi kaum gay.
Seorang temanjuga pernah menceritakan kepada saya bahwa dirinya seorang lesbian yang hidup di tengah-tengah keluarga Kristen yang taat, di daerah Jawa Tengah. Teman saya itu sangat ketakutan bila orientasi seks-nya dketahui oleh keluarganya. Karena sangat takutnya itu bahkan dia pasrah saja dengan pernikahan ala heteroseks yang diwajibkan oleh keluarganya.
Tidak itu saja, ketika saya informasikan bahwa salah 1 edisi JP ada yang membahas masalah lesbianisme, dia sebenarnya ingin sekali mempunyai buku itu, namun dia ketakutan sekali untuk membelinya, karena takut diketahui membeli buku itu oleh keluarganya. Bahkan ketika saya menawarkan untuk mengirim buku JP tsb ke alamatnya dengan menggunakan kotak pos, diapun masih sangat ketakutan.
Memang perlakuan yang tidak manusiawi yang sering dialami oleh kaum gay membuat kaum gay menjadi paranoid dan merasa tidak aman berada di lingkungannya sendiri.
Sampai kapan ya hal-hal spt ini akan berhenti, dan hak-hak kaum gay bisa diakui ?!
Hhmmm......
Rgd,
Leny
situasi yg banyk dialami org ya kayaknya ...
gay/biseks yg sudah menikah ...
sptnya dia menikah, krn tuntuan sosial ... belakangan dia menyadari ttg oriantasi seksualnya, atau mgkn ada hal lain
kl gw liat sih maslah mendasarnya ttg kebingungan yg dirasakan, pikiran, emosi, perasaan
ada saat2 kita "haus" akan sesuatu ... keinginan untk tau ttg gay yg lain
hanya untuk tidak merasa sendiri, sharing, sesuatu yg sudah lama ingin ditemukan ...
kl keinginan dia utk pnya pasangan laki2 sbg tmn dekat atau lebih ... hal yg wajar aja
tp kl diliat dr posisi dia yg sdh menikah ...
sblm dia memnyelesaikan masalah dgn istrinya, dgn pernikahannya, sebaiknya menyelesaikan apa yg ada dlm dirinya
agak sulit utk bs memberikan informasi yg baik ttg homoseksual, dan pandangan2 yg obyektif ttg homoseksual ...
idealnya ada komunitas atau lembaga yg bs memberikan informasi spt itu
tujuan akhirnya spy dia bs mengambil keputusan sendiri, setelah dapet informasi2 yg baik
gw pnya 2 kenalan yg pnya masalah yg sama ... tentu ada proses2 smpai bs memutuskan apa yg baik untuk dirinya dan keluarganya setelah dia dpt informasi yg baik ttg orinntasi yg berbeda, dan masalah2 sosial yg ada
yg prtama dia tetap menjalani pernikahaannya dan skrg pnya 2 anak, kl ketemu ngebahas kerjaan, anak2nya dan keluarganya ... ga ada beban2 yg dlu dia hadapi
yg kedua, dia menceraikan istrinya dgn baik2 ... dan dia menjalani kehidupannya dgn lebih rileks skrg, lebih jujur, dan sudah pnya pasangan gay selama 3 tahun
seneng jg sih, bs berbagi pikiran dan mereka skrg pnya kehidupan spt itu
EVERYTHING HAVE A RISK..PLEASE CHOOSE ONE...
Terus aku mikir apa bedanya kamu tinggal di negara maju tapi cara pandang mu sangat dangkal sekali analisa sesuatu. La wajar lah kamu berani karena kamu sudah beruntung secara ekonomi dan kamu ada di LN.
Coba kamu lama tinggal di Indonesia dan gak pernah ke LN. Aku yakin kamu masih banyak berpikir. Jadi ini yang aku bilang melihat sesuatu itu jangan pakai kaca mata kuda.
Contohnya di forum ini saja brapa banyak gay yang sudah damai dengan dirinya. Bangga dengan dirinya sebagai gay.
Ya kalau ditanya orang bilang kita gay, terus apa yang salah? Kalau memang berani tunjukkan bahwa gay itu sama. Kenapa mesti nutupi masih belum dapat jodoh. Itu artinya kita memang masih belum siap. Jadi pls deh, jangan naif.
Aku gay yang coming out, aku tinggal di desa dan sekolah di Banda Aceh. Aku gak jago bahasa Asing tapi aku keberanian katakan I am gay dimanapun. Dan aku gak pernah katakan bahwa orang yang gak berani itu pengecut, karena aku sadar setiap orang punya persoalan masing - masing.
salam
Toyo
gak usah merengek2 minta dikasihani, gak usah cari2 lagi laki2 / wanita lain, gak usah menyalah2kan negara, system sosial, masyarakat, Tuhan, orang tua etc.
Karena gw yakin orang yang membuat pilihan tersebut sudah dewasa dan punya cukup akal ketika membuat pilihan itu.
Gw GAK PERNAH bilang kalau semua gay itu harus out, dan gay yang gak out itu pengecut. karena out atau gak itu adalah pilihan, bukan kewajiban. Itu semua tergantung dari kesiapan masing2 individu. tapi ingat, pilihan out atau gak itu masing2 ada resikonya dan ketika kita sudah membuat pilihan untuk out atau gak, siap2 untuk menjalani resikonya!
namun memang harus dipertimbangkan cara2 dan penyampaiannya
karena cara yg dipakai oleh negara / kultur yg dianut, tentunya beda
dengan kultur setempat, jadi kata2 saling maklum harus dipriotaskan
ane kali ini jadi inget 2 pepatah lama
"dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung"
"se-tinggi2-nya bangau terbang, akhirnya kembali ke kubangan jua"
ngga bisa gitu dunk, rec...
lu kan bisa komen gitu karena ngga ngerasain ndiri gimana rasanya berada di posisi orang itu
dan juga karena hidup lu udah mapan, ga kayak orang2 disini