It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Saat ini kami sama2 menuju kehidupan kepala 3. Bukan ABG lagi, dan harus berpikir dengan cara yang lebih sederhana dari sebelumnya, misalnya; mengapa harus meributkan hal-hal kecil seperti telat bertemu, sms nggak dibales, dsb.
Saat aku bertemu Dino lagi setelah bertahun-tahun, saat itu aku merasa seperti seorang ABG yang jatuh cinta, dan chemistry dalam tubuhmu tidak bisa berbohong tentang itu. Perasaan tidak karuan dan jantung yang berdetak lebih kencang kurasakan Sabtu itu, di dekat sebuah mall kita bertemu, tepatnya, sebenarnya kita janjian bertemu di warnet didekat mall itu.
Waktu itu aku datang duluan dan menunggu di ruang tunggu warnet ketika Dino datang, tapi waktu itu keadaan warnet ramai sekali, jadi kami memutuskan untuk pindah ke Mall dan having conversation disana.
Kami bertemu dalam keadaan 'straight', karena aku nggak tau apakah dia gay atau bukan, meskipun begitu Dino pasti sudah ngerti kalau aku gay, dari emailku sebelumnya. Kami berputar-putar dan melihat suasana di mall itu, sambil berbincang tentang hal-hal kecil yang terlintas dibenak, seperti fashion, sepatu, kaos, dan sebagainya. Setelah itu kami memutuskan untuk ngobrol di sebuah kafe.
Itu adalah kafe pertama yang kami kunjungi, dan disini, aku merasa sangat nyaman dengan Dino, namun merasa agak kikuk karena Dino memang orang yang menarik. Dino memesan minuman dan sekedar french fries untuk kami ngobrol.
"Aku senang bertemu denganmu" kataku.
"Aku juga senang kok pak" Dino menjawabku,"Gimana? masih memberi les privat?"
"Sekarang udah nggak lagi. Lebih ke bisnis sekarang"
"Oh ya? Aku sebenarnya sangat ingin berbisnis, tapi agak susah"
"Ya kan kamu udah kerja jadi guru"
"Iya.. hehe. Kemarin sempat sih, bisnis, tapi aku ternyata ditipu ama temanku sendiri"
"Oh, hati-hati tuh. Sekarang banyak lho penipu"
Dino tersenyum.
"Sebenarnya aku pengen lho seperti Bapak, sudah berprestasi" kata Dino.
"Berprestasi?"
"Iya. Kan bapak sudah sering menulis buku. Menurut saya itu sangat hebat"
"Kan kamu juga bisa menulis buku? Lagipula kamu sudah s2 kan?" sahutku.
"Masih diusahakan lulus, s2nya. Moga-moga tahun ini bisa lulus"
"Amin. Terus ingin berprestasi seperti apa pak?"
"Ya, prestasi yang membanggakan. Aku saat ini merasa belum memiliki sebuah prestasi dalam hidup" Pandangan Dino seperti menyimpan harapan yang besar, sepertinya ia masih memiliki cita-cita yang belum terwujudkan.
"Menurutku s2 seharusnya sudah pintar menulis buku dong, aku aja s1 sudah bikin buku", kataku membesarkan hatinya.
Dino tersenyum lagi, sungguh, senyum menawan itu indah sekali dipandang, dan tidak dapat ditebak maksud dari senyuman itu...
"Lalu, menurut kamu bagaimana email yang aku kirimkan kemarin?" tanyaku. Aku ingin tahu pendapatnya tentang email mesra yang kukirim tempo hari.
Aku berharap Dino memberiku sebuah jawaban... mungkin sebuah jawaban iya, atau tidak...
"Yah, pada dasarnya aku tidak keberatan untuk berkenalan dengan siapa saja" sahut Dino. Charming.
Itu jelas bukan jawaban yang pasti. Dan jelas bukan jawaban yang kuinginkan, apapun itu, kuingin mendapatkan signal apapun darinya, bahkan bila ia mengatakan aku gay yang terlalu berani pun, aku siap. Aku siap untuk pria yang membuatku jatuh hati itu.
"Kamu straight? Atau gay?" tanyaku. Dan aku hampir mengatakan itu tanpa beban, seperti sebuah joke yang segar.
"Aku cuma bilang, aku tidak keberatan berkenalan dengan orang-orang dengan latar belakang apapun, apapun orientasi seksualnya"
Tapi itu belum jelas untukku, "Tapi itu belum jelas untukku", there I said it.
"Menurut kamu?" tanya Dino sambil memandangku, man to man.
"Well, aku mengirimimu email yang seperti itu beberapa hari lalu... Dan sekarang kamu disini... Menurutku aku punya sebuah harapan" Sahutku. menatapnya, sambil menahan daguku dengan kedua lenganku, menunggunya.
Dan tentunya sekarang sudah jelas dimatanya, aku adalah seorang gay.
"Pertanyaan seperti itu tidak perlu kujawab", sahut Dino, "Kamu tentunya sudah tahu sendiri"
Dino adalah seorang gay, kataku dalam hati, untuk memastikan sebuah kenyataan yang benar-benar menyenangkan untukku... Aku bahkan bisa merasakan tubuhnya dalam tubuhku... bahasa tubuh yang tak bisa lagi kuhindari, menjelaskan semuanya.
Tiba-tiba atmosfer disekitarku terasa begitu hangat... begitu indah...
Tak terasa, aku mencondongkan tubuhku di meja, demikian pula dengan Dino. Hanya mata yang bicara saat ini, dan mata kami sibuk untuk memperhatikan satu sama lain.
OMG, betapa indah dirimu Dino!
Di foto bugilnya, Dino punya bulu dada... Kubayangkan membuka bungkus tubuhmu dan menikmati sesuatu yang kuingin, kusebut cinta.
Tubuh kami begitu berdekatan, seandainya kami tidak berada di kafe, atau bila kami tidak berada di negeri yang menganggap gay adalah tabu, tentu sudah kucium Dino.
Tanganku mengelus-elus apapun yang bisa kuelus saat itu, aku mengelus tanganku sendiri, membayangkan itu kulakukan dengan Dino.
Dalam diam, kami sama2 tahu, karena bahasa tubuh kami mengatakan semuanya. Dino... aku makin mencintaimu.
Merry Christmas too for you and everybody!!
Seberapa pentingkah sebuah cerita untuk diceritakan? Kisahku dengan Dino yang mungkin takkan pernah lagi akan mendapatkan jalan... Dan aku kehilangan keinginan tuk ceritakan itu pada kalian semua.
Dino, I don't know if I still love you anymore...
But I guess it's time to say goodbye.
Let pieces of you become one piece in me.
And let me remember you as someone...
That I was fallen in love with.
Kalian tahu, cerita dengan Dino ini sebuah kisah lalu dalam hidupku, yang sekarang telah berubah, mungkin menjadi lebih dewasa dari sebelumnya. Aku berharap bisa bertemu Dino kembali suatu saat, bercumbu dengannya, bercinta dengannya, dan ... mungkin saat seperti itu... kuhanya peluk dirimu dan takkan pernah kulepas lagi... Seperti malam-malam yang begitu indah bersamamu.
Ini adalah cerita nyataku dengan Dino.
Pertemuan kami kemarin adalah pertemuan terakhirku dengan Dino.
Dia siap untuk memilih sebuah jalan... Tidak lagi menjalin hubungan dengan gay manapun.
Thank you Dino.
For the wonderful love...
with you.
Kalau kamu baca cerita ini, kamu tahu itu aku. Mungkin kamu tak begitu mencintaiku. Tapi aku mencintaimu. Aku hanya berharap dapat begitu dekat lagi denganmu, merasakan deru nafasmu, menyentuhmu... bercinta denganmu seperti tak pernah ada pria lain.
Semoga Jalan yang baik bisa kita tempuh dalam hidup kita masing2. Dino, kamu dengan jalanmu... aku dengan jalanku...
GOOD BYE, Dino.
- BASTIAN -
benar2 kisah cinta sejati
gw salut ama loe bro
perjuangkan cinta loe
suatu hari pasti berhasil
bravo
Yang tabah ya..
.
Resiko dech jd gay, knpa endingnya slalu gini y0w..
Ada crita real ttg kaum kta yg happy ending pa gag??
Yang tabah ya..
.
Resiko dech jd gay, knpa endingnya slalu gini y0w..
Ada crita real ttg kaum kta yg happy ending pa gag??
sabarr yaa tian..se enggaknya lo gag d tinggal mati ky gw...
huuuuuuuuuaaaaaaaaaaakkkkkkkk
koko
T_T