It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku tidak pernah merasakan cowok sedekat itu sebelumnya... dan itu adalah sensasi yang luar biasa untukku, mungkin seperti malam pertama untuk seorang pasutri di ranjang... tak terlupakan, setiap sentuhan, setiap detak jantung, setiap kehalusan dan menyatunya dua tubuh manusia dalam kenikmatan...
Haris tidak memakai celana dalam. Mungkin ia juga sudah mempersiapkan itu sebelumnya. Dan dengan mudah rabaan jemariku memasuki celananya... dan menemukan sesuatu yang keras disana... kuelus... kupijit... kuraba raba.... DAMN!! Inilah tubuh laki2 pertama yang bersentuhan denganku dalam sex...
Ahhh.... ssshhh
Haris mendesah-desah oleh rabaan tanganku dan seperti BF-BF yang kulihat, aku mulai mencium-cium leher dan seputar punggungnya...
Aku menanggalkan kaos yang sedang dipakainya, dan ia telanjang dada... dan aku membuka kancing2 kemejaku... Itulah pertama kali kulitku menyentuh kulit pria, dan rasanya benar2 tak tertahankan... Siaplah aku memasuki biduk raga meskipun tanpa cinta...
LANJUT........
LANJUT........
Cukup!! AHhhh!! ini terlalu tak tertahankan untuk aku. Aku ingin memeluk tubuh Haris dan menciuminya hingga puas.
Sangat horny, kurebahkan tubuh Haris diatas kasurnya dan kutindih dengan sangat bernafsu. DAMN!! seluruh permukaan tubuhku serasa menyatu dengan tubuhnya dan aku menggeliat dan nafasku memburu. Aku gila!!
Haris tampaknya pasrah kubuat seperti itu. Dan aku belum begitu tahu arti seorang 'bot'... hingga beberapa bulan kemudian.
Hampir kucium dan kujilati seluruh leher, puting, dada dan perutnya dengan rakus. Lalu aku menahan tubuhku diatas tubuhnya... memandang matanya... Dan ia bertanya mengapa aku memandangnya seperti itu...
Karena terus terang aku tak tahu apa yang harus dilakukan seorang lelaki kepada seorang lelaki... dan Haris mungkin mengerti itu... Kami menoleh ke BF yang sedang diputar di komputernya... aku ingin seperti itu.
"Kamu ingin dimasukin seperti itu?" tanya Haris
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Haris beranjak dari kasur dan mengambil sesuatu dari laci mejanya. Kelihatannya seperti botol lotion atau semacam itu dan sepotong handuk.
Haris tidak berkata apa-apa, ia hanya langsung melahap penisku.. Dalam posisi duduk diatas dua kakiku, aku merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya... BLOWJOB!
Aku tak tahu bagaimana ia melakukan itu dengan lidahnya tapi rasanya... benar2 hingga ke langit ketujuh, dan aku hanya menggeliat-geliat nikmat sampai tubuhku meliuk kebelakang. Dan Haris mengulum-ngulum penisku dalam mulutnya... Ahhh. entah apa itu rasanya tapi nikmat sekali.
Haris menyudahi itu dan ia terlihat senang dengan caraku menikmati itu semua. Diambilnya botol tadi, dan dituangkannya cairan itu, lalu diusapkannya ke penisku, sambil mukanya didekatkan ke mukaku...
Kami berciuman... tidak lama, dan aku tidak tahu cara mencium di bibir...
Aku memandang penisku yang sudah dilumuri cairan itu... Dan Haris mengambil posisi berada didepanku, memunggungiku, mendekatkan pantatnya kearah penisku... Dan aku masih terdiam menyaksikan pemandangan itu. Haris berinisiatif, ia memegang penisku dan perlahan menuntunnya..
Haris memekik perlahan sambil menahan pinggangku... Aku memaju mundurkan penisku sambil memeluknya dari belakang. Haris benar-benar pasrah... Dan aku sangat menikmati itu untuk pertama kalinya
Selebihnya kalian tahu sendiri...
***
Apa yang terjadi setelah pertemuan dan seks dengan Haris itu membuatku benar-benar yakin bahwa aku gay, tapi ada satu perasaan yang sangat menggangguku waktu itu, yaitu perasaan bersalah...
Aku takut menjadi gay. Jadi aku berkata pada Haris keesokan harinya bahwa aku merasa sangat terganggu dengan kejadian seks kemarin. Sekarang aku mengerti mungkin itu karena rasa bersalah sebab menjadi gay itu salah menurut agamaku, dan secara logika, tentunya aku tak ingin diriku menjadi gay...
Jadi kami berpisah, dan Haris berkata ia mungkin akan pindah ke Semarang untuk bekerja.
Aku pikir aku sudah bebas, hidup lagi sebagai laki-laki normal dan berharap apa yang terjadi antara aku dan Haris tak pernah terjadi...
Tapi aku keliru.
dlm perjalanan pulang, aku diperkosa...
gmn dgn dino?
Ada beberapa cowok lain, yang mungkin akan kuceritakan dalam kisah ini, mungkin juga tidak. Malah aku tidak tahu mereka penting atau tidak untuk diceritakan.
-ERASED-
Oke, kuganti kalimatku sebelumnya. Sex dengan cowok itu menyenangkan, mungkin karena libido kita ke body cowok.
Bersamaku kemudian, ada cowok yang lucu, ada cowok yg garang, ada cowok yg unik, ada cowok yang manja,...
Semua itu kuanggap sebagai penghias hidupku, meskipun jarang aku mendapatkan rasa sebaik seperti Dino
Hari ini, ada temanku datang, dia straight, of course. Kedatangannya untuk membicarakan sebuah konsep bisnis yang dijalankannya. Hingga sore tadi, kita sibuk mengutak-utik konsep itu.
Suatu saat..
HPku berdering, OMG itu Dino! Sebentar, rupanya miskol. Wah, apa dia mau ketemu denganku ya? Pikirku macam-macam dan nggak konsen ngobrol sama temanku itu. Ah... lagi bicara bisnis nih... kok kayaknya nggak enak klo ngobrol ama Dino, lagian tempat kerjaku cuma berukuran 3x3 meter. Kuatir kalau temanku itu tau klo aku gay... Tapi hmmm, kenapa ya aku masih kuatir? Tanyaku dalam hati.
Pembicaraan dengan temanku kuteruskan kembali. Kuputuskan untuk meneleponnya nanti saja, kalau temanku sudah pulang.
Beberapa menit kemudian, kita masih ngobrol tentang bisnis itu. HPku berdering lagi. Dino!! Kuberpikir sejenak...
Akhirnya, kuputuskan menerima call itu, sambil permisi pada temanku dan berbicara dekat jendela, biar temanku itu ga dengar.
"Halo?"
"Halo, gimana kabarnya?" Suara Dino begitu menyegarkan pikiranku yang habis sibuk dengan obrolan serius.
"Hai, baik-baik. Kamu?"
"Baik. Lagi ngapain nih?"
"Lagi ngobrol nih sama temanku. Kamu?"
"Ini, lagi mau renang", suara Dino terdengar seksi sekali.
"Renang?" Aku langsung ngeres membayangkan Dino telanjang dada.
"Iya, tapi lagi gerimis nih. Kayaknya nggak jadi deh. Aku mau ke X Mall nih, kamu mau ketemu?"
Wow... Dino... ini sudah kutunggu sejak lama!
"Boleh, tapi disini lagi ada temanku nih"
Ups!! Call putus! Kucoba call pake GSMku. Yah, pulsanya habis!
"Aduh!!" Aku berseru sambil mengepalkan tanganku. Temanku tertawa...
"Itu siapa Bas? Cewek yang kamu suka itu kah?" tanya temanku.
"Nggak..." aku menjawab.
"Nih, pake aja HPku"
"Nggak, aku pake CDMAku aja" kataku sambil menyambar HP.
"Halo!"
"Maaf, tadi pulsaku habis"
"Gapapa. Terus gimana? Kita jadi ketemu?"
"Iya, aku di X Mall sampe jam 5 nanti. Kamu kesini?"
"Ya kalau temanku udah pulang aku kesana"
"Mau ngapain sih?" Dino bertanya, mungkin karena aku yang selalu mengajaknya ketemu minggu-minggu ini.
"Ya makan lah"
"Oke. Klo gitu aku tunggu yah"
"Oke, bye"
Temanku memandangku sambil senyum-senyum... Sedikit geleng-geleng kepala juga. Baru saja aku berbicara tentang rencanaku mau menikahi seorang cewek taun depan, tau-tau sepertinya aku ada 'affair' dengan cewek lain. Ah, kamu tak tau kalau itu seorang cowok.
"Itu cewek kamu itu kah?" tanya temanku lagi... sekedar memastikan.
"Nggak... nggak" jawabku sambil senyum-senyum... yang pasti hatiku berbunga-bunga.
Cepat-cepat, aku menyiapkan diri. Pake kaos, celana dsb buru-buru sampe nubruk2 segala.
________
Sampai di mall, aku telepon dia.
"Hai, kamu dimana?"
"Aku di Gramedia" sahut Dino. "Kamu dimana?"
"Di basement mau naik ke lantai 1"
"Oke kutunggu di Gramedia yah"
"Sip, bye"
Masuk Gramedia, ketemu ada seorang cewek, temanku. Kita ngobrol sebentar. Setelah itu aku celingukan mencari wajah tampan yang menghiasi hari-hariku itu. Ups.. itu dia disana.. sedang berjalan kearahku..
Melihat Dino, ia memakai kaos polo, bercelana 3/4, dan masih seksi.
Kami say hi, berjabat tangan dan memutuskan untuk ke Pizza Hut. Karena tempatnya lebih privat, kata Dino. Saat berjalan, aku dan Dino agak diam (aku sendiri masih tenggelam dalam kesalahan terakhirku pada Dino), saling bertanya kabar masing-masing, dan setelah aku ke toilet sebentar (karena dingin jadi pengen kencing aja. Hehehe).
Di Pizza Hut, kami duduk bersebelahan di sofa memanjang dan mungkin terlihat sekali ini posisi gay yang agak canggung.
Dino masih seksi, dan aku ingin mengatakan itu.
"Tas kamu bagus" kataku sambil mengelus-elus dan meremas-remas tasnya, sebenarnya aku ingin berkata 'kamu seksi' dan mengelus-elus tubuhnya, tapi tentu saja itu tidak terucapkan. Lagipula disini ada banyak orang dan aku tak ingin terlihat seperti orang murahan di matanya.
"Ah, biasa aja kok" kata Dino.
Brondong-brondong itu mungkin menarik. Tapi disisiku ada seseorang yang ingin kucintai sepenuh hati, meskipun aku ga berharap banyak lagi untuk mendapatkan Dino, semenjak apa yang terjadi terakhir pada kami.
"Nah, lalu gimana pak? Mau ngobrol apa nih?" tanya Dino. Oh iya, aku yang ngebet pengen ketemu sama dia hari-hari ini.
"Mmmm... sebenarnya aku cuma mau ngobrol aja. I miss you" sahutku memberanikan diri.
Dino tersenyum, tapi aku tidak bisa mengartikan apa dibalik senyum itu. Dan ia mulai minum minuman yang dipesannya.
"Kamu sudah tidak marah kan?" tanyaku.
"Marah? Kenapa?" tanya Dino.
"Soal kejadian yang terakhir itu?"
"Apa ya?" Kening Dino mengkerut. Entahlah, apakah ia benar-benar lupa atau sengaja berpura-pura. Aku menyelidiki sorot matanya.
"Kalau kamu lupa, syukurlah" kataku. Aku mengambil jawaban itu sebagai langkah untuk tidak mengulas kejadian terakhir tentang kami.
"Aku ingin melangkah ke hidup baru" Dino memandang ke mataku dan aku memandang ke matanya. "Aku ingin melupakan hal-hal yang telah lalu"
Ah... syukurlah, kataku dalam hati. Dino ingin apa yang terakhir terjadi pada kami tidak membuat hubungan kami lebih renggang.
Aku lalu bertanya tentang aktivitasnya, dan dia berkata suka berenang. Lalu ia berkata bersedia mengajakku berenang kapan-kapan. Aku pun mengiyakan. Dino bertanya tentang bisnisku bagaimana, dan aku menjawab saat ini bisnis sedang agak menurun karena krisis global, dan aku sedang berpikir untuk membuat bisnis baru.
Obrolan itu membuat percakapan kami makin hangat dan cair.
"Aku ingin bertemu denganmu" kataku, "Karena aku ingin melanjutkan hubungan kita, kalau itu bisa disebut sebagai hubungan".
"Saat ini, sebenarnya aku lagi nggak mood untuk itu", sahut Dino. Itu membuatku kecewa.
"Aku sudah belajar dari yang sudah-sudah, dan aku tak ingin membuat hubungan kita menjadi beban untukmu". Saat seperti ini, aku ingin memegang tangannya, dan mencoba meyakinkannya. Tapi aku tahu, kehidupan orang yang sudah berkeluarga bisa jadi sangat rumit dan Dino mungkin tak ingin 'hubungan' denganku mengganggu hari-harinya. Aku sadar dengan itu. Aku tak ingin merusak rumah tangganya.
"Aku hanya ingin punya waktu dekat denganmu" kataku.
"Aku juga begitu, bila aku sedang punya waktu. Makanya aku tadi menghubungimu agar kita bisa bertemu".
Aku sadar, aku memang seorang yang mungkin berada 'diluar' hidupnya. Tapi aku merasa benar-benar mencintai pria ini.
"Dua hari sekali, emang keliatan ya bedanya dengan terakhir kita ketemu?"
"Iya. Lebih seksi" kata Dino sambil menyenggol lenganku. Hmm...
Memang sudah setahun aku ke Gym, aku tidak pernah pake obat seperti yang lain, karena aku ke Gym biar sehat, dan itu menjadi lifestyle yang cukup baik untuk aku sekarang. Dan tentunya itu merubah tubuhku menjadi jauh lebih seksi dari sebelumnya, karena sekarang mungkin sudah lebih dari 8 bulan sejak kami bertemu terakhir kali.
Balik lagi ke chit-chat yang ringan dan segar, ia bertanya padaku tentang koneksi internet, karena aku cukup pintar tentang software, dan kusarankan dia memakai modem yang bisa dibawa kemana-mana.
Kami makan pizza yang masih hangat, dan aku makin merasa nyaman lagi dengan Dino, dan desir-desir hawa nafsu juga kadang muncul didalam tubuhku, aku ingin dekat dengannya, lebih dekat lagi, lebih dekat lagi. Dan sentuhan-sentuhan kecil di sofa itu membangkitkan lagi kenangan manis bersamanya.
Pizza ini enak. Tapi jujur, aku mungkin lebih suka makan martabak, karena lidahku masih lidah orang Indonesia. But the pizza was not bad, dan kehangatan pria bernama Dino ini terasa cukup menyenangkan.
"Kamu ingat pertama kali kita bertemu?" tanyaku.
Dino mengangguk.
"Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang langsung klik sejak pertama kali bertemu?" tanyaku.
"Iya aku pernah. Aku mencintai orang itu, tapi ternyata ia lebih banyak mengecewakan aku"
"Itu bukan aku kan?" tanyaku.
"Bukan" kata Dino.
Aku merasa mungkin inilah yang sebenarnya terjadi antara aku dan Dino. I'm not that very special guy.
"Tapi, aku merasa seperti itu sejak kita pertama bertemu" kataku dengan memandang tajam matanya. "Itulah masalahnya"
Aku teringat pertemuan-pertemuan pertama kami.
***
SEKITAR SETAHUN LALU
Sebuah puisi kutuliskan lewat email friendster ke Dino.
Benih-benih indah dalam hatiku.
Yang disemaikan oleh seorang pria.
Pria yang seindah bunga.
Yang telah menghiasi hari-hariku.
Aku ingin memetik bunga itu.
Dan kuletakkan dalam hatiku.
Berharap, bisakah kita bertemu kembali
Untuk menghilangkan kerinduan padamu.
Mungkin itu adalah email nekatku pada Dino, berspekulasi bahwa ia akan mengetahui 'keinginanku' padanya.
Dino membalas beberapa hari kemudian, dengan email yang sangat datar dan tidak dapat kusimpulkan apapun dari email itu.
Mau ketemu? Boleh aja. Gimana klo Sabtu besok?
OMG Dino!! Masak email seromantis itu kaubalas dengan email gampangan seperti itu. Tega-teganya.
Sabtu itu, perjumpaan kami setelah lama tidak bertemu sejak ia mengundangku kerumahnya dan tidak terbayang berdebar-debarnya jantungku membayangkan seorang laki2 keren dan seksi menungguku, dan aku siap mengatakan aku menyukainya, secara nekat!!