BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Setelah Limit itu Kuterobos...

245

Comments

  • Saat pertama bertemu Ai Can, kami tak bertegur sapa, hanya saling senyum, pun hanya sekelebat bertemu muka. Tapi memang aku langsung merasa ada yg nyambung. Aku hanya sekilas melihatnya tapi langsung terekam di kepala. Lelaki berkulit putih, bermata agak sipit, dengan rambut yg agak jarang-jarang sehingga kulit kepalanya agak kelihatan. Bibirnya tipis kemerahan, di bawahnya dagu dengan rahang bersiku. Paduan perfek antara kekerasan kelembutan.
  • Aku seolah sudah tahu dan mengenal pribadi itu meski baru sekali dan
    hanyaj sekilas saja ketemu. Aku seperti mengenali sesuatu dalam diriku sendiri dan paduan dengan entah apa yg aku tidak tahu, tapi serasa mengenalnya. Rekaman itu begitu hidup. Seperti potret yg meski hanya sekilas cahaya namun mengabadikan lukisannya, perjumpaan sekilas di depan kamar mandi itu mengabadikan gambaran dia di isi kepalaku.
  • Paginya, aku masuk kuliah. Seperti biasa, aku duduk di depan. Sejak kecil aku memang biasa duduk depan. Mungkin karena postur tubuhku yg termasuk pendek, jadi disuruh depan oleh guru. Dari masa SD pun aku dikenal baik oleh guru-guruku. Secara fisik aku lebih kecil dari teman sekelas. Tapi aku selalu ranking 1 setiap terima rapor. Aku tak termasuk anak nakal. Sejak kecil aku senang berpenampilan rapi, bersih, dan wangi. Wajarlah aku sering menjadi murid kesayangan, bahkan bagi guru-guru galak sekalipun.
  • Aku memang bukan pria tampan berbadan bagus, tapi dengan kerapian dan kebersihan itu aku bisa dibilang good looking. Apalagi dengan prestasi akademis yg gemilang. Hanya karena ada pelajaran olah raga aku pernah dapat nilai 6. Badan kecil dengan prestasi gemilang itulah yg membuatku selalu dikenal dan PD duduk di depan. Sampai di bangku kuliah pun, spontan aku juga selalu ambil duduk di meja depan. Pagi itu pun, setelah setahun tak duduk di bangku kulian, aku langsung ambil posisi duduk depan
  • Teman sekelas hampir tak ada yg kukenal, hanya satu dua pernah lihat wajahnya. Menjadi orang asing, bagi seorang pemalu sepertiku langsung menusukkan rasa kesepian yg mendalam.

    Kutengok jam tangan yg kusimpan di saku, 7 menit lagi mulai. Tiba-tiba aku merasa mencium aroma yg mengusik hidungku. Parfum yg sebenarnya tak begitu menyengat, lembut saja, tapi membangkitkan sensasi dan ketertarikan, entah curious, entah gairah, entah apa. Aku melirik ke meja belakangku agak ke samping, mencari sumber aroma itu.
  • Ternyata dia! Orang yg kemarin berpapasan di depan kamar mandi kostku. Aku melirik kembali ke arahnya, hendak memastikan kembali, meski sebenarnya aku sudah yakin walau hanya sekelebat di ujung mata sekalipun. Dia pun memandang ke arahku! Tak terhindar, lirikanku berbenturan dengan tatapannya. Ia tersenyum dan aku pun melempar senyum padanya. Senyumku setengah ragu, takut-takut kalau dia tersenyum bukan untukku.

    Baju hitam yg dipakainya pagi itu benar-benar kontras dengan kulitnya yg putih.
  • Aku seperti tak bisa mengendalikan mataku untuk mencuri-curi pandang ke arahnya. Aku malu menatapnya langsung, apalagi menyapa. Tapi penasaran menambatkan pandanganku ke sana. Siapa dia ini? Apa memang satu kost denganku? Apakah dia teman di angkatan ini atau hanya kebetulan ikut mata kuliah ini? Siapa ya namanya? Anak mana? Seperti apa detail wajahnya? Sekian banyak pertanyaan mengalir di kepala, lebih banyak menyita otakku daripada kuliah yg diberikan dosen pada kami.
  • Jam istirahat kuliah, aku pura-pura sibuk dengan catatanku. Aku mencela diriku yg begitu pemalu. Uhhh dasar! Aku tak ingin berlalu tanpa menyapanya, tapi aku pun tak ingin salah menyapa dan kacau semuanya. Kenapa aku tak bisa memulainya tapi juga tak sabar menunggu! Ada rasa entah, yg aku belum pernah merasainya, tetapi begitu menggoda. Ada yg mendesak-desak dari dalam diriku untuk mengenal dia, untuk dekat dengan dia... ah, gilaaa! Apakah aku jatuh cinta? Tapi dia lelaki juga! Uhhh... Aku uring-uringan.
  • Entah kreatif entah kuno dan konyol, siku kananku menggeser pensil di mejaku, jatuh ke sisi kanan belakang mejaku. Buru-buru aku membungkuk hendak mengambilnya, masih dengan batin menggerutui kecanggunganku. Dasar bodoh! Memalukan sekali. Aku membungkun dan ternyata dia pun membungkuk mengambilkan pensilku yg jatuh tepat di bawah mejanya. Wajah kami bertatapan di bawah meja. Kami saling tersenyum, wajahku terasa panas, mungkin sangat merah, entah malu, tersipu, takut, entah apa! Batin mengerutuk: kuno ah...
  • 'Trims!' kataku pendek! Ah, kok aku begitu gagu, tak bisa bicara apa-apa. Aku yg kalau presentasi di klas tak hanya cerdas tapi juga jenaka, spontan tapi ide tertata, mengapa dalam situasi begitu aku begitu bodohnya. Aku kehabisan kata-kata, aku mati gaya, aku tak bisa apa-apa.

    Kulirik dia sedang berbincang dengan teman yg duduk sebelahnya. Tak terlalu seru obrolan mereka, tapi lumayan cair juga. Aku ingin nimbrung ngobrol, tapi tak tahu bagaimana harus memulainya. Aku kembali merutuki diri yg kaku pemalu.
  • 'Eh, kita khan...!' begitu aku membalikkan punggungku dan menoleh ke arahnya, ternyata dia pun persis sedang memandangku. Aneh, spontan kami mengucapkan kata yg sama pada saat yg sama. Tabrakan kata-kata! Oh, gila..! Wajahku terasa panas, tentu kelihatan merah memalukan. Ia tersenyum, aku agak tenang.

    'Lho, kok...!' kata yg terluncur dari mulut kami berikutnya pun ternyata sama pada saat yg sama. Kami pun kemudian tertawa, kok bisa-bisanya dua kali kami bertabrakan kata yg sama...
  • Jeng,kalau boleh kasih saran ya...

    tolong dong,kurangi pemakaian kata yang berulang ulang untuk menerangkan sifat.
    contoh,kita tau kalau kamu tu pemalu.tapi jangan diulang terus disetiap postingan.bosen.

    lanjut,jeng...musiiik...!
  • Syukurlah, tawa itu membuat cair suasana. Kami kenalan dan ngobrol. Namanya Ferdy Santosa, di rumah biasa dipanggil Sansan, di luar rumah orang memanggil Ferdy atau Fer. Mirip! Aku juga begitu, punya panggilan yg beda. Orang rumah memanggil Anto, nama belakang yg jelas lelaki, orang luar rumah memanggil Pita, nama depanku yg tak jelas indikasi kelaminnya, bahkan terdengar lebih seperti nama wanita. Dia dari Jakarta, rumahnya di Kampung Melayu katanya... Entah itu di mana, aku buta Jakarta.
  • Pulang kuliah, kami asyik ngobrol. Bicara tanpa tema, tanpa alur cerita, tanpa bingkai pula... Apa pun yg dia katakan, tetap saja enak di telingaku. Aku juga heran, meski dia teman yg baru aku kenal, bahkan tadi aku sebegitu kikuknya berhadapan dengannya, tiba-tiba saja sudah begitu akrabnya. Aku bertemu dengan kenalan baru, tapi rasanya seperti ketemu sahabat lama. Entah kenapa...

    Beberapa menit kemudian, jam 11 lewat dikit, dia bilang mau istirahat dulu, katanya capek dan rada-rada masuk angin.
  • Sambil ngeloyor pergi, dia omong lirih, seolah pada diri sendiri, 'Ah, emang susah jadi anak kost, klo di rumah sih masuk angin ada yg ngerikin!'

    'Mau dikerik? Aku bisa kok!' aku spontan menawarkan jasa. Tulus dan memang serius! Di rumah aku biasa ngerik. Aku juga mempunyai secukupnya ketrampilan memijat. Entah dari mana bisa, dulu aku diminta mijat teman yg keseleo, sembuh. Sejak itu aku biasa diminta mijat teman. Karena tuntutan itu aku belajar dari banyak buku, juga ada tambahan pengetahuan dari kenalan
Sign In or Register to comment.