It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
iri nh gue baca cerita loe....
hmmm..
baguzz...
trnyata loe sdh mndptkan kbruntungan dlm dunia ini...
gmana pollingnya bang..
kerjaan yang menumpuk, ngejar lot - lot an, biar komisi banyak
plus lagi sibuk buat garap laporan magang, semester depan harus udah skripsi soalnya, ngejar deadline 3.5 taon T___T
doain yah .. beneran, niat hati nglanjutin cerita, tapi apa daya, kemampuan ku terbatas bgt T____T ..
huhuhuhuhuhuh ...
pada nungguin yah ?? aku jadi bersalah, sungguh T____T, maaf yah
===
Billi, orlando, anubiz : tunggu yah
blaster : cerita ini nggak sepenuhnya fakta
===
mo bagi cerita dikit ama temen2 .. aku kemarin ketemu orang yang 75% MIRRIIIIIPP banget sama INO, bener2 INO yang jadi KENYATAAN, hanya 25% yang gak mirip, dari tinggi badannya yg masih lebih pendek dari aku, tapi overall . dia benar2 cocok bgt jadi INO
ketemu tuh dalam arti, kita udah ngobrol, jalan2, pokoknya melakukan sesuatu yang menyenangkan ..
makanya dari situ m0x semangat mau lanjutin cerita ini, sambil bayangin dia .. huhuhuhuhuhuh ... bener2 mimpi yang jadi kenyataan T____T, senang
tapi yg penting, i've found him ..
tapi yg penting, i've found him ..
*Hehehe...Pamrih gue
mang dah bosen nulis ya!
lanjut dong!!!!!!!!!!!!!!
Sasha cuma bisa bengong aja ngelihatin seseorang yang baru saja menjadi milikku itu sedang berdiri di hadapannya.
"Hoy, bengong aja. Yuk berangkat!" Ino membuyarkan lamunan Sasha.
"Lha, trus Victo ditinggal?"
"Biarin aja, dia khan masih harus ngunci rumah dan lainnya, kita tunggu di mobil aja yuk, Sha."
"Nduull, Ino aku culik duluan yaaa." teriak Sasha ke dalam kamarku
"Nyeett, jangan diapa-apain, ntar kalau rambutnya kurang sebiji aja kamu tak kebiri !!"
Ino dan Sasha keluar ke dalam rumah, aku mendengar suara pintu depan ditutup dan pintu mobil dibuka.
======================================================================================================
-Ino dan Sasha-
"Nah, gini khan enak, di dalem sini, adem. daripada nungguin Ito."
Sasha membuka pintu belakang, bergerak masuk.
"Sha, sini dulu aja. Gew mau tanya - tanya nih."
Sasha menutup pintu yang semula ia buka dan beringsut ke depan, di sebelah Ino.
"kenapa mas? Jangan bilang kamu naksir aku yah ?? Gini ya mas, meskipun kamu cakep, aku nggak bakalan ngembat pacar temen sendiri, walaupun benernya pengen sih."
"Yee, jangan ge - er kamu, Hahahha. Lagian, masa sih, kamu khan cantik, kok nggak laku - laku sih?"
"Diih, dibilang nggak laku - laku . tapi bener juga sih, aku ngobral juga nggak ada yang nglirik, huhuh, kalah sama pesonanya si Victo tuh, masa semua laki yang aku kenal kok ngliriknya ke dia!"
"Lha, yang salah berarti si Victo nya apa si cowok yang kamu kenal tuh Sha ??" Ino melirik ke arah Sasha
"Ahh, nggak tau ah, udah nggak usah dibahas kalau masalah lelaki."
"Hehehe, ya udah Sha, aku benernya mau tanya, Victo itu orangnya kayak gimana sih Sha?"
"Lha, kok tanya aku sih mas? selama ini emang gimana menurut mas?"
"Duh, kamu kok bales nanya, yah bukan gitu Sha, aku nggak pernah bisa tau gimana jalan pikirannya dia, dia masih terlalu misterius, apa yang selalu aku pikirkan ternyata meleset, nggak sama dengan jalan pikirannya, tapi.. aku suka apa yang selalu diputuskannya, dan itu selalu benar, sampai - sampai aku tuh mikir dia anak nya Nyi Roro Kidul, bisa tau hal sampai detail, yang aku gak tahu."
"Hahaha, mas sih. Baru kenal Victo khan? Aku yang udah hampir tiga tahun aja kadang - kadang suka geleng - geleng liat kelakuan Victo yang nggak bisa ditebak, lima menit bilang ini, tiba - tiba nggak jadi. Orangnya tuh moodynya gampang berubah, makanya aku kadang harus ngeluarin jurus ekstra ngerayu sampai dia mau ikut, kalau - kalau aku butuh sesuatu, dia itu apa yah mas, orangnya nggak suka diatur, susah banget, berhubung aku cuek, yah aku tahan - tahan aja sama sikap dia. Tapi overall dia itu orang yang mengasyikkan dan selalu ada kalau aku sedang butuh teman ngobrol. Walau kadang dia cuma bisa jawab, ya gitu deh, hooh, nggak, manggut2 aja. Pokoknya bikin bete, tapi aku tetep anggap dia teman paling berharga."
"Uhmm, gitu yah Sha, tapi bener kamu, dia anaknya menyenangkan banget. Nggak tahu kenapa, aku sayang banget sama dia, ini kali kedua aku bisa sayang banget sama orang Sha.."
"Hmm, kalau boleh tau, yang satunya siapa mas ??"
"Dulu Sha, Cewekku ..."
"Lho, mas juga pernah pacaran sama cewe??"
Ino hanya tersenyum dan pikirannya menerawang kebelakang ...
"Dia bukan yang terbaik Sha, buat aku ..."
"Kenapa mas?"
"Hmm, dia nggak mau menerima kekuranganku, aku rasa dia belum siap."
"Sebagai pecinta lelaki juga?"
"Bukan itu Sha, ada rahasia lain yang belum akan aku ungkapkan, baik ke kamu, ataupun Victo. Aku takut."
"Takut ? Bahwa kita akan melakukan hal yang sama ke mas?"
"Mungkin saja..."
"Hmm .. Try me ..."
"Belum saatnya, Sha.. Aku tahu, kamu dan Victo itu orang baik, aku percaya pada diriku sendiri, dan percaya pada hati kecilku. Bahwa kalian adalah yang terbaik."
"Jadi ???" Sasha mencoba mengorek lebih dalam
"Yaa .. Jangan sekarang, dan jangan coba - coba kamu cerita ke Victo ya ??"
"Haha, ok ok, asal uang tutup mulut lancar!!"
"Deeeehh, nggak kamu nggak Victo, samaaa aja yahh ancamannya."
"Hahhaa, aku diajarin dia sih ??"
"Wah, brarti pacarku itu kriminal juga yah pemikirannya."
"Ya gitu dehh ..."
Sasha dan Ino tertawa berdua .. Ino seakan lupa akan cerita itu ..
"Trus, mas kok bisa suka sama cowok ??"
"Hmm .. kalau itu cerita nya panjang Sha, nggak usah diceritain sekarang, yang jelas saat ini, aku lagi jatuh cinta sama Victo."
"Hahhaa, boleh deh boleh, asal tetep aja sering ngajak aku keluar bareng."
"Hee, gitu ya ?? beres deehhh Shaaa."
=======================================================================
Aku bergegas berganti pakaian, mengoleskan roll on pada kedua lengan ketiakku, dan menyemprotkan minyak wangi khas anak muda ke badan dan baju yang aku kenakan.
Aku keluar dari kamarku, mengecek jendela dapur dan menutupnya, kemudian menyalakan lampu tengah, mungkin saja anggota keluargaku belum akan pulang sampai maghrib menjelang, biar rumah tidak terlihat gelap, begitu pesan mamaku selalu. Aku mematikan pompa air dekat kamar mandi.
Mengecek kembali dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Kemudian mengunci pintu depan rumahku. Aku berjalan ke arah pagar, membuka nya dan membuka gembok kemudian menguncinya kembali. Aku melihat ke arah Ino dan Sasha yang sedang tertawa - tawa di dalam mobil.
Aku membuka pintu belakang mobil Ino.
"Hayo, ngapain ketawa ketiwi? Ngegosipin siapa hayoo ???"
"Ada ajaa, mau tau aja, yang jelas bukan ngegosipin kamu, rugi. Artis bukan kok di gosipin."
"Yee dasar. Ya udah yuk berangkat, keburu makin sore, ntar macet di daerah Kedaung Group tuh, bubaran pabrik."
"Kamu pindah depan sini Nyet." Sasha berkata kepadaku
"Nggak usah, sekali - sekali kuberi kau kesempatan berdua - duaan dengan pacarku."
Ino hanya tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.
"Ihh, najiss, tapi boleh deehh." kata Sasha manja sambil bergelayut di lengan Ino
"Ehh, nggak pake mesra - mesra an dan berbuat asusila di depanku." aku pura - pura sewot
"Nggak papa khan mas ??"
Ino tidak menjawab, hanya tertawa kecil melihat kami berdua yang sedang adu mulut dan tarik menarik lengan Ino. Hahaha
Aku memilih tempat ini lantaran harga barangnya yang lebih miring jika dibandingkan dengan mall - mall seperti Tunjungan Plaza dan sejenisnya, sekaligus kami berencana makan malam di House Of Sampoerna setelah dari sini. Setelah melewati jalanan rajawali yang padat merayap sampai juga kami disini. Setelah mencari tempat parkir yang kebetulan tepat di samping pintu masuk utama. Lumayan, tidak terlalu jauh jalannya.
Sasha yang terlihat bersemangat, dia berjalan terlebih dahulu, matanya sudah tertuju pada salah satu kios saat Ino masih memarkir mobilnya. Dasar Wanita, pikirku.
Betul saja. Belum mobil terparkir sempurna Sasha sudah berteriak - teriak minta dibukakan keylock pintunya.
"Ayo, cepetaann Noo.. Keburu neeh."
"Sabar atuh sha, itu toko juga nggak bakalan kemana - mana." Ino terkekeh.
"Bukan gitu, ahh elo ngga tau perasaan wanita ajaaa. Aku duluan yah."
Aku dan Ino hanya terkekeh melihat kelakuan Sasha yang penuh semangat 45, seperti nya cocok saja dengan suasananya. Rasa rasanya semangat kemerdekaan masih membekas di benaknya, apa dia waktu HUT RI dulu belum puas yah belanja nya?? tapi biarlah, semangat seperti itu masih dibutuhkan, walau sedikit nyleneh. Semangat shopping.
Ino menoleh ke belakang, ke tempat aku duduk, dan tersenyum padaku.
"I love you" ucapnya tanpa suara, hanya gerak bibirnya saja yang berucap. Aku membalas dengan kecupan di keningnya. Dia hanya tersenyum.
Kami berdua beranjak turun. Klik. Alarm mobil berbunyi. Kami berdua menghampiri Sasha yang sibuk membolak balik baju yang tergantung di etalase toko. Ternyata toko batik, memang. Batik belum terlalu populer kami gunakan di waktu itu. Tapi buat Sasha yang memang memiliki status "darah biru", baju batik merupakan baju favorit yang harus dimiliki.
"Sudah ketemu yang dicari, Sha ?"
"Belum nih mas, habisnya bagus - bagus semuanya, tapi pas yang bagus nggak muat ukurannya sama aku."
"Kamu sih, makanya diet, katanya mau laku sama laki - laki, suruh diet kok ogah ogahan." Ejekku, sembari ikut-ikutan mengomentari baju yang dicari Sasha.
"Ye, kamu jangan gitu donk, jadi temen tuh harusnya ngedukung. Bagus nggak yang ini??" Sasha menunjukkan batik tulis berwarna ungu.
"Jangan yang itu Sha, nggak cocok terlalu gelap." aku mulai berkomentar
Ino juga menggeleng pelan saat Sasha menunjukkan padanya.
"Eh, kalian kesini khan niatnya nyari baju pesta? emang pada mau pake batik kesana? yang ada ini mah buat acara kondangan kali." Ino mulai protes dengan tujuan kami yang menyimpang dari rencana semula.
"Sabar donk say. Khan sekalian gitu ..." Sasha masih sibuk memilih - milih baju dan membolak - baliknya.
"Ya udah, aku liat liat di bagian sana yah, mau cari jas, sekalian juga nyariin buat Victo tuh."
"Ya udah deh mas, aku disini aja nemenin si Sasha, ntar dia ilang lagi kalau nggak dijagain, matanya suka jelalatan kemana - mana, ntar tiba - tiba udah ngilang sendiri naek ke lantai 3 kalau nggak dijagain."
Ino berlalu meninggalkan kami. Aku hanya berdiri terpaku sambil mengomentari saat Sasha meminta pendapatku. Sambil cuci mata melihat sekumpulan orang yang berlalu lalang di depan kami.
lanjut donk............
gak pake lama victo..........
hehehhe
lanjutin aja dulu, aku udah mulai baca nih... keep the spirit. 8)