BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

HEART STATION

1414244464799

Comments

  • KEREEEEEEEEEEEEEN ABIEEEEES, YOU ARE MY INSPIRATOR[/img][/list]
  • KEREEEEEEEEEEEEEN ABIEEEEES, YOU ARE MY INSPIRATOR[/img][/list]
    wah banyak fans nya yah ternyata
  • [/quote]dr dulu gue uda nyimak cerita2na hohohoho[/quote]

    g baru tau crita ini skitar 3 hari yg lalu..
    trus g baca terus sampe abis..
    bener2 keren!
    kaya novel!
    ga bosen bacanya..
    hehehe..

    looking forward for ur next story rem!
    :)
  • lom nongol lanjutan nya nih..

    masih penasaran nih..hehe..
  • hehe ayo dipecut biar cepetan ni si bang remy!
  • YUDHA (Cont'd III)

    Sekali waktu aku menginap di rumah Yudha sembilan tahun lalu, aku pernah tidak tahan melihatnya tidur dengan hanya bertelanjang dada. saking gemasnya, dengan sangat berhati-hati agar tidak membuatnya terbangun, aku dan memelintir putingnya yang kecoklatan itu. Untungnya saat itu aku merasa Yudha tidak menyadarinya hingga dia tidak terbangun.

    "Kalo elu belum tahu, atau... udah tahu sekarang, bagian itu tuh salah satu yang paling sensitif dari badan cowok... orang yang lagi tidur pun pasti kebangun kalo itu disentuh..."

    Aku tidak berkomentar dan otakku langsung berpikir keras. Memang benar apa yang dikatakan Yudha, men's nipples adalah salah satu G-spot milik kaum pria, terutama Gay yang sangat senang jika bagian itu diberikan stimulus. Aku pernah membaca dari sebuah majalah yang memperingatkan kaum wanita, apabila pasangan cowok mereka seringkali meminta bagian itu untuk dirangsang saat berhubungan intim, mereka harus waspada, karena kemungkinan besar si cowok adalah seorang gay.

    Bahkan kini aku baru mengingat kembali, kadangkala untuk membangunkan Iqbal saat tertidur terlalu lama di rumahku, aku pernah mencubit bagian putingnya bahkan sesekali pernah mengulumnya agar dia terbangun. Ya! memang hasilnya Iqbal lebih cepat terbangun!

    "Gue waktu itu sempet kaget, cuma kalau gue bereaksi yang berlebihan gue takut elu bakalan ngehindar dari gue... terus terang aja Rem, waktu itu gue lebih takut kalau sampe kehilangan temen kayak elu... makanya gue memilih buat pura-pura tidur."

    "Sori..." kataku pelan.
    "Enggak apa-apa Rem..." kata Yudha kini badannya berbalik menghadapku. "Cuma.. gue penasaran, elu ngelakuin itu karena suka sama gue ya?" tanyanya dengan nada suara yang ganjil sementara sebelah lengannya mulai dia lingkarkan ke pinggangku.

    Selanjutnya lengan Yudha mulai bergeser ke bawah menelusuri celana pendek selutut yang kupakai, sementara kumis tipis dan janggutnya yang baru tumbuh itu mulai terasa menggelitik leherku. Perbuatannya ini mengingatkanku pada adegan di film-film Indonesia jaman dulu dimana seorang pria begundal mencoba menggerayangi perempuan kampung (namun seksi) yang sedang tidur mengenakan kebaya ketat dan kain batik kecil yang entah kenapa selalu saja tidak dapat menutupi paha mulusnya dengan sempurna, hingga dengan mudahnya si pria cabul itu menggerayangi paha yang tersingkap itu.

    Lalu Yudha berhasil menyisipkan lengannya ke balik celana dalamku, menemukan penisku di sana dan mulai mengusapnya. Sensasi yang kurasakan saat Yudha melakukan itu dengan telapak tangannya yang agak kapalan, ternyata sungguh luar biasa hingga tanpa sadar aku mengangkat sedikit pinggangku untuk mengimbangi gerakan tangannya. Aku pun mengangkat punggungku sedikit agar Yudha leluasa menyelipkan lengan satunya ke bawah punggungku dan seperti seorang ahli, hanya dengan sekali tarik Yudha berhasil meloloskan kaus yang kupakai dan melemparnya ke tepi ranjang. Udara dingin yang sebenarnya telah dari tadi leluasa masuk dari sela-sela lubang udara kamar, mulai kurasakan dan membuatku semakin ingin merapat pada tubuh Yudha.

    Aku menjulurkan tanganku melewati pinggang Yudha dan mencari-cari remote televisi yang aku yakin ada dibalik punggungnya. Setelah kutemukan, kutekan tombol up volume suara hingga suara yang keluar dari speaker televisi makin keras. Kemudian aku menarik dagu Yudha dan berusaha mengecup bibirnya, namun Yudha menghindar hingga aku hanya bisa mencium bagian lehernya saja. Kali ini aku yang tak sabar ingin segera menanggalkan kaus biru tanpa lengan yang dipakai Yudha karena aku membenci kaus itu yang sedari tadi telah menghalangi pemandangan bagus. Memastikan agar kaus itu dapat terlepas, kugunakan kedua tanganku untuk meloloskannya dari kepala Yudha. Setelah berhasil melepas kausnya, aku naik ke atas tubuhnya dan mengunci pinggangnya dengan kedua lututku, dengan leluasa aku bisa mencumbu bagian atas tubuh Yudha tak melewatkan sedikit bagianpun untuk kukecup ataupun kusapu dengan lidahku dan aku dapat menghirup wangi sabun bercampur cologne khusus pria yang dia pakai saat aku melakukan itu.

    Saat kuberikan servis khusus pada kedua putingnya yang kecoklatan itu dengan menggunakan gigiku, Yudha melengkungkan punggungnya dan meraih sebuah bantal untuk menutupi wajahnya sebelum dia mengeluarkan suara seperti sebuah keluhan panjang. Bantal itu tidak dia singkirkan dan masih menutupi wajahnya saat aku mulai menggeser cumbuanku kebawah, ke arah penisnya yang kini berdiri membuat seperti sebuah tenda pada bagian depan celana trainingnya itu. Dengan sedikit hentakan ke bawah, akhirnya batang penis itu dapat keluar dengan bebas. Melihat penisnya membuatku merasa kalau itu akan membuat rahangku sedikit pegal-pegal. Saat aku menggenggam penisnya dan bersiap untuk mengulumnya, sekilas kulihat Yudha masih saja menutupi wajahnya dengan bantal sialan itu. Tiba-tiba aku terserang sebuah pikiran yang melintasi kepalaku. 'inikah rasanya, Rem? inikah rasanya jadi cowok yang diceritakan Yudha tadi?' Aku menghentikan gerakanku karena merasa terganggu dengan pemikiran itu. 'apa Yudha bakal ngelakuin hal yang sama ke ente?' kata suara itu lagi. 'paling-paling dia bakalan langsung tidur... atau pura-pura tidur setelah berhasil membuat ente nyepong dia...'

    Aku terpaku dan seketika kehilangan selera untuk melanjutkan permainan dengan Yudha. Bergegas aku turun dari ranjang, mengabaikan kaus D&G milik Yudha yang tergeletak di lantai, aku langsung menyambar kemejaku sendiri yang tergantung dibalik pintu. Yudha yang keheranan akhirnya menggeser bantal yang sedari tadi menutupi wajahnya dan dengan kebingunan menatapku yang sedang memakai kemeja dan melepas celana pendek dan mengganti dengan celana jeansku sendiri. "Loh? mau kemana Rem?" tanya Yudha kebingungan. Aku tidak menjawab, dengan kesal aku menyambar ranselku dan keluar kamar Yudha. Yudha yang tidak berpakaian lengkap agak kebingungan antara mengejarku atau memilih berpakaian terlebih dahulu hingga tidak bisa menyusulku yang sudah sampai pintu depan. Tidak mau berlama-lama, aku memakai sepatu kets milikku tanpa kaus kaki yang sudah kujejalkan lebih dulu ke dalam ransel.

    "Rem.! lu mau kemana?" panggil Yudha kebingungan. Suaranya cukup keras hingga aku berpikir kalau Mamanya Yudha pasti akan mendengarnya dan tahu akan keributan ini. Namun aku tidak peduli. Aku membuka pintu depan rumah Yudha yang terkunci dari dalam dan setelah mendapati motorku masih terparkir di depan, aku lalu mendorongnya keluar pekarangan dan dengan tidak memedulikan apakah Yudha masih mengejarku atau tidak aku menyalakan mesin motorku dan melesat pergi.

    Saat memacu motorku di jalan aku berpikir keras. Aku menjadi muak dengan Yudha yang sepertinya sudah menjadi seorang yang tidak peduli lagi dalam mencari kenikmatan seks. Bagi Yudha sepertinya sama saja antara cowok dan cewek, asal nafsunya tersalurkan dan dia kelihatannya sama sekali tidak pernah berkeinginan untuk memberikan timbal balik pada pasangannya. 'kenapa enggak cari pel4cur aja sih?!' umpatku dalam hati. Aku paling benci pada cowok-cowok yang (mengaku) straight tapi juga memanfaatkan cowok gay untuk memuaskan mereka tanpa berkeinginan untuk menjalin suatu ikatan. Kepalaku kembali berdenyut-denyut sakit antara kesal dengan Yudha yang kini tidak seperti yang kukenal dulu dan migrenku yang kembali kambuh hingga memaksaku menepikan motor ke pinggir jalan dekat sebuah warung Bubur Kacang Ijo. Segera aku melepas helm-ku dan berjongkok karena mual dan akhirnya aku tidak dapat menahan untuk tidak muntah.
  • edited September 2008
    sama.

    gw juga mual ngebayanginnya, apalagi pas puasa kayak gini.

    inti cerita yang bagian ini hampir mirip dengan yang akan gw ceritain di thread gw.
  • bunny & remy ayo semangat puasanya!
  • paladin wrote:
    rem,,,,,

    Kenapa sayang?

    Kapan kau balik ke jakarta...?

    Aku sangat menantikan saat pertemuan denganmu...

    (BTW! u kalo chat ama yayang-ku jangan ampe keceplosan nape???!! :evil: )
  • ya udah si Yudha buat gw aj deh... :roll:
  • paladin wrote:
    rem,,,,,

    Kenapa sayang?

    Kapan kau balik ke jakarta...?

    Aku sangat menantikan saat pertemuan denganmu...

    (BTW! u kalo chat ama yayang-ku jangan ampe keceplosan nape???!! :evil: )
    loe juga....ngasih akses tapi bukannya ditatar dulu speaking manner nya :x
  • vire_alert wrote:
    paladin wrote:
    rem,,,,,

    Kenapa sayang?

    Kapan kau balik ke jakarta...?

    Aku sangat menantikan saat pertemuan denganmu...

    (BTW! u kalo chat ama yayang-ku jangan ampe keceplosan nape???!! :evil: )
    loe juga....ngasih akses tapi bukannya ditatar dulu speaking manner nya :x

    Huhuhu.. iya jeung.. ane yang salah... Hiks... soalnya sekarang lagi kepikiran buat audisi gantiin ane... sapa tau umur ane pendek atau apa gitu.... :cry: :cry: ane kan gak terima kalo yayang Iqbal dapet cowok pengganti ane yang asal nemu aja... Huaaaaa..... :cry: :cry:
  • KERETA TERAKHIR - Part I

    Dengan malas aku memandangi layar ponselku yang menampilkan nomor ponsel milik Yudha. Pagi ini sudah lima kali ponselku bergetar karena Yudha menelepon dan tidak pernah aku jawab. Masih dalam keadaan bergetar, aku memasukkan kembali ponselku ke dalam ransel. Iqbal yang duduk di sebelahku di kereta bertanya penasaran, "siapa sih Rem? kok enggak diangkat-angkat?"

    Aku mengangkat bahu enggan menjawab. Aku kemudian meminum kembali obat sakit kepalaku padahal baru tadi subuh aku meminumnya namun efeknya tidak terasa meredakan migren yang membuat kepalaku berdenyut-denyut... seperti malam itu, saat aku pergi begitu saja dari rumah Yudha. Untunglah si Ibu penjual Bubur kacang ijo itu juga menyediakan minuman hangat untuk meredakan rasa mualku waktu itu sebelum aku melanjutkan perjalanan kembali sampai rumah. Pagi tadi aku merasa tidak sanggup untuk naik motor dan memilih menggunakan angkot sampai stasiun.

    "Hati-hati overdosis Rem..." ujar Iqbal mengingatkan. Aku tidak menjawab.
    "Lu pucat banget! kenapa maksain masuk kerja sih?" tanya Iqbal.
    "Banyak kerjaaan... laporan keuangan musti gue beresin dulu..." kataku bandel.
    "Sakit migren lu... coba periksa lagi ke rumah sakit... minta rujukan. Jangan cuma ke dokter klinik." saran Iqbal.
    Aku mengangguk lemah setuju dengan saran Iqbal. Kalau ada obat sakit kepala yang lebih manjur, pastilah rumah sakit yang lebih besar sudah menyediakannya, pikirku.



    Malamnya aku memang meminta rujukan oleh dokter klinik agar aku diperiksa ke sebuah Rumah Sakit yang cukup besar di kotaku. Kemudian esok paginya aku meminta izin untuk tidak masuk kantor karena harus memeriksakan diri ke Rumah Sakit tersebut, oleh seorang dokter spesialis syaraf.

    Dokter wanita berkacamata berusia separuh baya yang masih kelihatan cantik itu mengetuk-ngetukkan bolpoinnya ke meja melihat surat rujukan dari dokter klinik yang bahasanya tidak aku mengerti. Sesaat kemudian dokter itu seperti tersadar dan menghentikan gerakannya mengetuk-ngetuk bolpoin.

    "Sudah lama sakit kepalanya?" Tanyanya.

    Aku lalu menjelaskan kalau dua bulan belakangan makin terasa bertambah parah dan makin sering sehingga obat sakit kepala pemberian dokter dari klinik kadang tidak ampuh meredakan sakit kepalaku itu.

    "Mungkin bukan apa-apa, tapi saya sarankan cek Lab dengan CT Scan." kata dokter itu.
    "Serius dok?" tanyaku khawatir mendengar kata CT scan.
    "Jangan khawatir, makanya saya bilang, mungkin bukan apa-apa. makanya bapak ikut tes itu saja..."
    "Ya enggak mungkin saya enggak khawatir dong Dok?" tanyaku bernada protes.

    Bu Dokter salah tingkah dan akhirnya menenangkanku dengan kalimatnya yang bernada lembut, "Pak Remy enggak usah khawatir... ini cuma prosedur tes biasa, seringkali hasilnya bukan sesuatu yang serius..."

    Bukan sesuatu yang serius namun kenapa aku harus menjalaninya juga? protesku dalam hati.


    (huhuhu... blom sanggup lanjutin....)
  • :shock: :shock: :shock: what's up????!!!

    kanker???? aids???? ihhhh, begidik gw, jangan sampe deh lu kena.

    tapi gw pernah bertaun2 migren juga. ternyata penyebabnya sederhana aja, gigi bungsu gw tumbuhnya liar, ga sempurna, bikin saraf gw kejepit.

    jadi pas setelah operasi mulut ngeluarin tuh gigi bandel, sampe sekarang ga pernah migren lagi.

    plis dong Bang Remi jangan suka bikin dag dig dug!!!

    ntar siapa yang nerusin cerita lo, kalo lo kaga ada??
    :cry: :cry: :cry: :cry:
Sign In or Register to comment.