It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
duh bacha nya .. bikin gue teringat ama lagu jadul deh .. yg ini (iqbal) yg itu (hasan) ... yg mane ntar neh ....
memang lebih cepat membacanya dari pada nyusun penulisannya....
jadi satu2 nya jalan ya hrus bersabar sekuat tenaga menunggu........
tetap fokus ya remy.................
Lanjut.... Gak sabar jdnya...
lu pasti bingung rem pilih yang mana! mungkin hasan nganggap lu cuma sebagai kakaknya! lu bisa ceritain ke iqbal coba semua-muanya!
ih ngga slalu la yau :roll: :roll: :roll:
Udara pagi di hari minggu ini cukup cerah. Mungkin karena bulan ini sudah mulai masuk musim kemarau. Aku menunggu di bawah rindang pepohonan yang letaknya tak jauh dari Tugu Kujang di jantung kota Bogor.
Aku mengiyakan ajakan Hasan untuk jalan-jalan ke tempat wisata Salabintana di daerah Sukabumi, karena aku merasa saat ini aku tidak punya kewajiban untuk memberi tahu Iqbal tentang apapun yang kulakukan, karena (kupikir) kami sedang "marahan" (duh istilahnya...)
Hasan berjanji akan menjemputku dengan mobil temannya di tempat ini pada jam yang sudah kami sepakati. Tapi 15 menit sudah berlalu, tidak satupun mobil yang menepi didekat tempatku menunggu. Aku kemudian duduk di undakan lalu melepas earphone-ku karena lagu yang kudengar sudah mulai membosankan.
Tak lama sebuah minibus carry hijau tua agak jelek berhenti didepanku. Dari jendela mucul kepala Hasan.
"Sorry kang! mobil bokapnya si Dion ini agak lama diservis dulu..." katanya sambil nyengir.
Di belakang kemudi kulihat Dion si cowok janggut kambing, dia tersenyum menyapaku sekilas. Di deretan kursi tengah duduk Wanti "cewek" nya si Hasan, cowok cepak yang setahuku bernama Yadi dan si Botak temen satu geng Hasan yang namanya belum aku tahu,
duduk di jok belakang.
"Eh cuma segini? temen se-geng ente ada yang enggak ikut ya?" tanyaku.
"Iya si Fajar tadi pagi tiba-tiba ngebatalin, ada sodaranya yang sakit..." kata si Botak.
Kemudian aku naik setelah sebelumnya Wanti dan Yadi menggeser tempat duduknya. Aku melemparkan Ranselku ke jok paling belakang bersama ransel-ransel lainnya.
"Kita beli jajanan dulu ya? asinan di gedong dalam sama roti unyil.." Kata Hasan sambil menoleh ke belakang.
"Ente mau jualan jajanan khas Bogor di sana?" sindirku yang disambut gelak tawa teman-temannya kecuali si Wanti yang mulai sibuk lagi memainkan HP nya.
Kami mampir dulu ke tempat-tempat dimana makanan itu dijual sebelum melanjutkan perjalanan ke arah Sukabumi. Di perjalanan aku hanya menyaksikan keakraban geng Hasan sambil sesekali ikut menertawakan candaan mereka. Dari kota Sukabumi, kami melewati jalan yang terus menerus menanjak sebelum akhirnya kami tiba di pintu gerbang Taman
Wisata Salabintana. Aku menurunkan kaca jendela mobil dan hawa sejuk pegunungan sudah mulai terasa. 5 Menit kemudian kami tiba di tempat parkir. Kami semua turun dan membawa perbekalan kami lalu mencari tempat yang enak untuk menggelar tikar.
Aku memerhatikan sekeliling taman wisata yang didominasi pohon cemara dan pinus itu. Suasananya lebih rapi dan teratur dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Hanya saja sepertinya penjual asongan dan orang-orang yang menawarkan sewa tikar semakin banyak. Dan... sinyal HP kini sudah kuat, ini kusadari saat memeriksa HP ku (sebenernya
pengen ngecek ada telepon or sms ga dari Iqbal)
"Akang udah pernah ke sini?" Tanya Hasan sambil membuka ikatan tikar lipat yang sedari tadi dibawanya. Seorang perempuan yang mengikuti kami dari parkiran dan tidak henti-hentinya menawarkan tikar sewaan, akhirnya ngeloyor pergi.
"Udah pernah sih sekali, tiga tahun lalu sama temen-temen kantor lama." Jawabku. Aku membantu Hasan melebarkan tikar dan menggelarnya di atas rumput. Wanti mengeluarkan perbekalan untuk makan siang kita, namun sepertinya telinganya sangat awas mendengarkan percakapan kami.
"Wah.. dapet PW (posisi wuenak) nih..!" Kata Hasan puas sambil melihat sekeliling.
Kami memang memilih tempat paling tinggi di bawah sebuah pohon rindang, namun agak tertutup oleh semak-semak. Teman-teman Hasan yang lain sedang bermain bola sepak yang dibawa si Botak.
Wanti memanggil teman-teman Hasan yang lain untuk makan siang. Piknik seperti ini ternyata sungguh mengasyikkan.
Selesai makan si Botak mengusulkan untuk pergi ke sungai. Aku tahu untuk menuju sungai itu harus menuruni lereng curam lalu melewati kebun teh yang lumayan luas. Namun siang itu matahari bersinar terik. Aku lebih suka menikmati hawa segar pegunungan dibawah kerindangan pohon, maka ajakannya aku tolak.
Hasan entah kenapa juga tidak mau ikut, sedangkan Wanti yang melihat Hasan tidak ikut, juga menolak pergi. Namun Dion, Yadi dan si Botak memaksanya sampai Wanti dengan wajah kurang ikhlas ikut bersama mereka.
Akhirnya tinggal aku berdua dengan Hasan. Aku rebahan di atas tikar. Koran yang tadi kubeli kugunakan untuk menutup mataku. Hasan ikut rebahan dan meletakkan tangannya di bawah kepalanya.
"Akang udah punya pacar?" Tanya Hasan.
Jika yang dimaksud adalah Iqbal, dan dia bukan cewek, maka aku jawab "Belum."
Hasan terdiam, aku masih memejamkan mataku dibalik koran.
"Yang suka berangkat bareng sama Akang?" tanya Hasan hati-hati.
Oh my god! pikirku. Apa dia tahu soal si Iqbal? Apa emang sejelas itu ya, kelihatan ada hubungan antara aku dan Iqbal?
Aku tidak menjawab.
"Iya kang, tadinya saya pikir akang cuma berteman aja sama temen akang itu, tapi saya suka merhatiin akang... wajah akang kelihatan... lain deh cerianya setiap akang lihat dia datang... apalagi pas ketemu juga di Mangga Dua Square waktu itu..." lanjut Hasan.
Sadar tidak ada gunanya lagi menutupi, akhirnya kutanya Hasan."Terus kalaupun bener emang kenapa? ente mau nyebarin gosip ke satu stasiun?"
"Yah, Akang... masa adik sendiri mau nyusahin kakaknya?" kata Hasan.
"Adik?" tanyaku tak mengerti, kuturunkan koran yang menutupi mataku.
"Iya.. kan Akang udah saya anggap kakak sendiri..." Ujar Hasan riang.
"Ooh.." jawabku. Aku kini menutup mata dengan sebelah lenganku. Terus terang perasaanku was-was juga "ketangkap basah" seperti ini. Namun aku berusaha bersikap tenang.
"Akang udah pernah ciuman sama dia?" tanya Hasan lagi.
Apaan sih nih anak? pikirku. Pake nanya-nanya ciuman lagi... bukan cuma pernah ciuman aja kali!
"Udah.." jawabku.
"Beda ga sih rasanya dibandingin ciuman sama cewek?" tanyanya.
"Ya beda lah... beda cewek aja rasanya lain.." kataku sekenanya.
Walaupun aku menutup mataku dengan lengan, aku merasa ada sesuatu yang mendekat kewajahku. Aku membuka mataku. Yang sempat kulihat sekilas adalah bibir Hasan yang kemerahan sebelum akhirnya menyentuh bibirku....
selalu bikin penasaran stiap di akhir cerita.............
terus berkarya ya bro
Remy ma iqbal ajaaaa.....
Duh gila, gw ampe kebawa2 emosi gini.... Bener2 keren critanya
gilaaaaaa.... makin seru aja
enak bgt sih jadi u remy... hahaha
udah u sama Iqbal aja, hasan buat gw aja :P..
@ Mitch..
Mungkin karena dia kerja di Mangga Dua yang emang daerah situ "Chinese town" nya Indonesia, makanya doi terbiasa manggil Koko sama cowok yang oriental look...
Hmm.. iya juga sih kalo si Hasan typical Korean look, cuma matanya lebih besar...
OK... thanks for reading...
TRIP WITH BRONIEZ (Cont'd)
Satu detik... dua detik... tiga detik... sampai lima detik Hasan menciumku. Bibir hasan ternyata lembut seperti... es krim! Hanya itu yang terpikirkan olehku saat itu.
Kemudian dia menghentikan ciumannya dan tersenyum simpul.
"Oh.. gitu ya rasanya..." katanya.
Sesaat aku masih shock dengan apa yang terjadi, lalu aku buru-buru terbangun dan melihat sekeliling. Ternyata tidak ada satupun pengunjung yang melihat.
"Ente udah gila ya? Ngapain tiba-tiba nyium?" kataku kesal.
"Penasaran aja..." Kata Hasan sambil kembali rebahan."Lagian gapapa kan kalo adik nyium kakaknya.." lanjutnya.
"Gapapa kalo kita masih balita!! Lagian kan kita bukan kakak-adik!" potongku.
"Kok akang sampe marah gitu sih?" tanyanya.
"Kalo penasaran ciuman sama cowok, kenapa enggak praktekin aja sama si botak temen ente itu??" kataku makin marah.
Hasan melihatku dengan wajah keheranan. Lalu dengan begonya malah bertanya, "Oh, jadi menurut akang kalo ciuman sama si Awan lebih kerasa bedanya? emang cowok selera akang itu yang seperti si Awan ya?"
"Maksud ane enggak gitu...." kataku menahan emosi.
"Saya kan udah tahu kalo akang itu homo (busyet deh!)... makanya saya berani nyoba nyium akang, soalnya selama ini cewek-cewek ga ada yang nolak tuh kalo saya cium..." Ujar Hasan.
Aku terdiam. Anak ini rupanya harus dihadapi dengan kepala dingin.
"Sekarang ane mau tanya. Kenapa ente penasaran? ente ga takut dicap... homo?" tanyaku memakai istilahnya.
Hasan menggeleng. Lalu dia bercerita tentang kakaknya yang sudah meninggal. Aku tidak mengaku sudah mendengar cerita itu dari ibunya, maka kubiarkan dia bercerita sampai selesai.
"Gitu kang... Saya suka kangen sama kakak saya. Saya kepengen punya orang yang bisa saya anggap jadi kakak. Cuma, kadang-kadang kalo saya inget kakak saya, yang saya bayangin kakak saya meluk saya... cium saya... begitu."
"Apa waktu kecil kakak ente pernah...." tanyaku hati-hati.
Seakan mengerti apa yang kumaksud, Hasan buru-buru menyangkal. "Enggak kok kang! Kang Aryan enggak pernah ngapa-ngapain saya!"
"Trus ente pernah ngapa-ngapain cewek?" godaku.
"Akang mau tau aja.. penasaran ya?" Hasan menjawab balas menggoda.
Aku tertawa. Kemudian Hasan melanjutkan. "Saya kadang masih mimpi ketemu kakak saya. Cuma yang terakhir saya agak heran, soalnya saya mimpi kakak saya meluk saya... rasanya hangat banget. Trus tiba-tiba dia nyium bibir saya... yang lebih bikin saya heran... ternyata yang nyium saya itu kang Remy..."
"Hah??" kataku tak percaya dengan yang barusan kudengar.
"Ente... mimpi dicium ane?" tanyaku.
"Mimpi sih mimpi... tapi enggak ampe basah kok kang... makanya saya sekarang sebenernya lagi bingung." Kata Hasan menerawang.
Obrolan kami terpotong oleh HP ku yang berbunyi. Please... please dong... dari Iqbal... harapku. Ternyata yang menelepon adalah adikku.
"Halo..?"
"A'! mau ikut nonton premiere ga?" kata adikku.
"Hari minggu gini?" tanyaku.
"Iya nih.. mendadak ada telepon dari kantor. Disuruh Ikut press screen..." Kata adikku.
"Film siapa?"
"BCL! Aku Ada Kamu Ada... atau apa gitu judulnya... katanya ngefans sama BCL? ntar dia ada loh!"
"Ya.. ogud lagi ada di salabintana..." sesalku.
"Ngapain ke salabintana??" tanyanya.
"Ya maen lah... jadi hari ini gak bisa..."
"Kalo selasa ini bisa enggak? ada film baru lagi tuh, si Marcel-Mischa sama Chelsea judulnya Summer Breeze..."
"Mau! Mau! ng... minta tiketnya buat tiga orang bisa kan?" tanyaku sambil melirik Hasan.
"Bisa sih... emang mau ngajak siapa? si Lina temen A'a yang genit itu?"
"Bukan lah! ada temen mau ikut..."
"Ya udah... ntar go-ut mintain. Dah ya..."
Aku menutup HP ku. "San.. ntar slasa ikut nonton premiere ya? mau kan?"
"MAU!" Kata Hasan bersemangat.