It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
itu hanyalah pelukan biasa dan tidak terjadi apa-apa... hahahaa
itu kayak y ultah pacar y ruli tpi gk tw jga sih.. soal y itu foto pas dia sudah pergi ke jogja... ( gak bisa lanjut takut spoiler ) heheheee
@rahmad1 @Danu97 @lulu_75 @Auuuraaa
ME AND THE FUTURE GOALS
#EPISODE9
Bulan Juli baru saja berakhir dan itu artinya sekarang sudah memasuki awal bulan agustus atau lebih tepatnya tanggal 01 Agustus Tahun 2007. Begitu banyak kenangan dan kejadian yang cukup menguras emosi di bulan Juli kemarin, dan aku berharap memasuki bulan Agustus ini kisah hidupku akan jauh lebih baik lagi dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Persaudaraan yang aku jalin dengan bang deden dan kak ruli semakin hangat dan harmonis saja, aku pun sudah tak segan lagi untuk meminta pertolongan dari mereka jika aku mengalami kesulitan dalam hal apapun kecuali Ekonomi dan dengan senang hati mereka pun selalu terbuka serta bersedia membantuku. Aku sangat beruntung bisa menjalin persaudaraan dengan mereka, walaupun jujur jauh di dalam lubuk hatiku aku sangat mengagumi mereka berdua namun biarlah hal ini hanya aku saja yang tau dan tetap menjadi rahasia hatiku.
Sisa waktu yang kami punya tinggal lima belas hari lagi sebelum pengibaran, maka dari itu kak Gaga dan juga para senior yang lain menekankan kepada kami agar berlatih dengan sungguh-sungguh dan melakukan segalanya dengan maksimal. Sekarang sudah tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai ataupun melakukan kegiatan latihan dengan setengah hati, semua ini demi satu tujuan dan satu harapan kami bersama yaitu sukses mengibarkan bendera merah putih pada tanggal 17 Agustus yang akan datang. Benar-benar tanggungjawab moral yang sangat besar karena jika sekali saja kami gagal maka kami tidak hanya akan mendapatkan cemoohan dari para peserta upacara ataupun masyarakat yang hadir nanti tetapi kami juga akan mendapatkan sanksi social yang mungkin tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup kami dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, maka dari itu kami harus BERHASIL !!
-“Lina.. !! itu kaki kamu yang benar coba.. gerakannya salah.. samain tuh sama teman-teman kamu..” Dengan Tegas Kak Gaga menegur Lina Susilawati yang melakukan kesalahan.
-“Siapp Kakkk..” jawab Lina dengan cepat dan buru-buru ia membetulkan gerakannya yang salah itu.
-“semuanya dengarkan saya.. sekarang kalian harus sudah kompak karena hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan melakukan pengibaran.. jangan sampai pas waktunya nanti kalian gagal.. kalian malu-maluin.. ingat itu..!! apa kalian paham..?” Kak Gaga menghimbau kami lagi.
-“siap paham..” kata kami serempak.
-“Bagus.. sekarang berlatih dengan benar.. baru kalian boleh istirahat…” lanjut kak Gaga.
Ada yang berbeda dari para senior hari ini terutama kak Gaga. Mereka terlihat lebih tegas dan juga terkesan galak kepada kami semua bahkan senyuman pun jarang sekali Nampak di wajah mereka . Beda sekali dengan kemarin-kemarin. Mungkin ini semua mereka lakukan agar kami lebih serius lagi dalam menjalani latihan. Pokoknya apapun itu, ini semua demi kebaikan kami dan juga nama baik sekolah serta kecamatan.
-“Ke warung yukk ri.. haus banget nihhh..” ajak agus sesaat setelah kami break latihan dan selesai sholat dzuhur.
-“Tar dulu gus.. kita kan belum makan siang nanti dimarahin senior lhoo..” aku mencoba memperingatkan Agus.
-“udaahhh bentaran aja yukkk lagian kan senior belum kumpul semuanya masih ada yang di musholla…” pinta agus lagi serya berdiri.
-“Gak ahh gus.. takut dimarahin lagi ntar.. tau sendiri kan sekarang senior kita berubah jadi galak..”
-“Hadeeehhh ayolah ri….”
-“gak ahhhh..” aku pun menolak ajakan agus lagi.
-“yaaahhh kamu mah.. ya udah deh aku pergi sendiri aja..” kata agus seraya melangkah menuju warung terdekat, namun baru saja beberapa langkah agus berjalan…
-“e..ee..ehhh Agus !! mau kemana kamu..??” Kak Gaga pun yang sedari tadi main HP mulu menegur agus karena ketahuan akan pergi.
-“ehhhh.. itu kak.. aku ijin ke warung dulu.. haus banget soalnya..” agus pun tampak gugup seperti pencuri yang ketangkap basah.
-“gak boleh…” dengan tegas kak Gaga melarang agus untuk pergi ke warung.
-“kamu pikir.. teman-teman kamu yang ada disini tidak kehausan juga hah..? sama.. semuanya juga merasa haus, namun ini belum wktunya ke warung.. kita harus menunggu anggota yang lain dulu datang dari musholla baru setelah itu kita makan bersama.. kalo udah selesai silahkan kalian jajan sepuasnya.. paham..??” lanjut Kakak Gaga lagi dengan tegas.
-“Siaapp salah kak..” kata agus dengan wajah murung sambil kembali kedalam kelompok.
-“Kamu sihhh.. kata aku juga apa.. jangan ke warung dulu.. kan jadinya dimarahin tuh.. untung aja kamu gak dihukum gus..” kembali aku mengingatkan agus.
-“Iyaaa riiii…” kata agus dengan lirih. Diwajahnya tampak sekali kesedihan dan kekecewaan, mungkin dia merasa kaget dan tidak menyangkan akan ditegur dan dimarahi oleh sosok yang ia kagumi bahkan ia sukai. Aku sendiri memahami apa yag agus rasakan, namun aku mencoba menenangkan dia.
-“Udaahhh gak usah murung gitu gus.. lain kali kamu mesti mengikuti aturan…” kataku sambil menepuk-nepuk pundak agus.
-“iyaa ri…” tambah agus.
Setelah selesai makan siang, kami semua berhamburan keluar lapangan merdeka. Ada yang pergi ke warung, ada yang pergi ke pinggir pantai dan ada juga yang hanya duduk-duduk dibawah pohon mangga sembari menunggu waktu latihan untuk sesi sore.
-*Udah istirahat belum dek* bang Deden mengirim SMS kepadaku.
-*Udh bang.. ni lg di wrung beli mnum sama agus..*
-*abng kesitu yaaa*
-*iya.. emng gk piket gtu bang?..*
-*Piket ko, ni smbil mw patrol ja*
-*Ok… dtunggu hehehee…*
-“Sms-an ma siapa sih ri.. asyik banget kayaknya..” agus pun bertanya sambil ngintip-ngintip ke HP ku.
-“Bang Deden.. dia mau kesini katanya..” kataku sambil memasukkan HP kedalam saku celana.
-“Yang polisi ganteng itu..? yang jadi pengawal km kemaren..? ohh my gaattttt…” kata agus kegirangan.
-“kamu kenapa gus..?? kok sumringah gitu…?? Lagian jangan keras keras kali entar didenger orang..” aku menyikut badan agus.
-“ehhh iyaa sorry “ kata agus sambil menutup mulutnya.
-“Tuhh dia orangnya datang..” kataku ke agus sesaat melihat mobil patroli polisi yang dikendarai bang deden.
Agus pun langsung mengalihkan pandangannya kea rah datangnya mobil polisi itu. Melihat bang deden keluar mobil sambil menenteng kantong plastic, agus pun berseru lagi namun dengan suara yang lebih pelan.
-“Makin ganteng aja yaa riii pak deden itu..”
-“Hmmm.. dasar gatel kamu ahhh..” balasku.
-“udah pada makan belum…?? Nih abang bawain martabak..” kata bang deden setelah ia berada di dekat kami seraya menyodorkan kantong plastic yang ternyata isinya adalah martabak telor itu.
-“Udah bang.. baru aja kita makan…” jawabku disertai senyuman.
-“ohhh.. syukur lah.. “ balas bang deden.
-“ ohh iyaa ini martabaknya diambil nih buat kamu ma temen-temen..” kata bang deden lagi.
-“asyiiikkkk.. makasih nih bang hehehee..” aku pun mengambil martabak itu.
-“makasih pakkk..” tambah agus.
-“iyaa gapapa.. sok atuh dimakan.. mumpung masih anget..” timpal bang deden.
-“baik bang…” kataku seraya membuka bungkusan itu kemudian setelah mengambil satu potong aku menyerahkan kantong plastic itu ke agus dan agus pun mengambil satu potong.
-“ya udah abang lanjut patrol dulu yaa.. nanti sore sebelum pulang mampir dulu ke kosan abang..” kata bang deden seraya berjalan menuju mobil polisi yang ia bawa.
-“siiipppp.. insya Allah..” kataku.
Akhirnya bang deden pun pergi dari area lapangan merdeka untuk berpatroli.
-“emang mau ngapain rii kamu disuruh ke kosan pak deden nanti sore..” Tanya agus penasaran.
-“Gak tau.. mungkin ada perlu aja kali..” balasku.
-“waahhhh enak nih… minta donggg satu.. “ tiba-tiba leli sudah berada disamping kami. Aku pun sampai lupa tidak memanggil leli tadi untuk makan martabak bersama.
-“hahahaa sorry li aku lupa manggil tadi.. nihh ambil..” aku menyodorkan kantong plastic itu.
-“ummm.. enakkkkkk… “ kata leli setelah menggigit satu potong martabak telor itu.
-“ini dapet beli dari mana ri… enak juga martabaknya…” lanjut leli lagi sambil ngunyah.
-“tadi dibawain sama bang deden li..” jawabku seadanya.
-“ohhh yang polisi itu..”
-“Iyaaa..”
-“bagi donngg… masih ada gak..??” ternyata kak Gaga juga tau-tau sudah nimbrung saja bersama kami.
-“Nihh masih ada 3 potong kak..” balas Leli sambil menyerahkan kantong plastiknya.
-“asyiiikkkk enak nih kalo tiap hari begini.. hehehee..” kata Kak Gaga lagi.
-“lumayan lah kak.. daripada beli hahahaa..” tambahku.
-“iyaaa juga sihh..” balas kak gaga.
-“Hahahahaaaa..” kamipun tertawa bersama cuman agus yang diam saja dan perlahan-lahan ia menjauh dari kami. Menyadari hal itu aku pun langsung mendekati agus yang sudah berada di bawah pohon mangga.
-“Kamu kenapa gus..? kok pergi..?” tanyaku heran.
-“Gak apa-apa ri.. tadi haus aja.. ni mau ambil air dari tas..” jawab agus.
-“seriusan kamu gak apa-apa..?” tanyaku lagi memastikan.
-“Iyaa ariiiii…”
-“Ohhh bagus deh kalo gitu..” balasku.
Sebetulnya aku menyadari bahwa mungkin saja agus masih ngambek sama Kak Gaga tapi aku hanya pura-pura tidak tau saja karena aku tidak mau terlalu mencampuri kehidupan sahabatku itu terkecuali dia mau cerita, barulah aku bisa memberikan respon.
Setelah waktu istirahat siang habis kami pun kembali ke lapangan untuk menjalani latihan sesi sore. Barulah sekitar jam 5 sore kami pun diperbolehkan untuk pulang ke tempat masing-masing. Setelah selesai memasukkan barang-barangku ke dalam ransel aku pun menuju motorku. Oia sekarang aku sudah diperbolehkan membawa motor sendiri lagi oleh orangtuaku karena dirasa sudah aman dan insiden itu pun sudah cukup lama berlalu.
-“Kamu mau bareng gak gus..? tapi aku harus ke kosan bang deden dulu..” kataku ke agus.
-“Gak ahh ri.. aku mah mau jalan aja… sambil nunggu kak Muldan..” balas agus.
-“ohh ya udah, kalo gitu aku duluan yaaa..”
-“Iyaa ri.. hati-hati dijalan…” balas agus lagi.
Aku pun mulai mengendarai motorku dan berniat mampir terlebih dahulu ke kosan bang deden sesuai permintaannya tadi.
Setibanya disana, aku melihat pintu kosannya terbuka. Aku pun turun dari motorku dan menghampiri pintu kosannya itu.
-“Assalamualaikum….” Aku mengucapkan salam.
-“waalaikum salam… masuk aja dek..” terdengar suara bang deden dari dalam, sepertinya ia sedang mandi karena terdengar suara guyuran air.
-“iyaa bang…” timpalku seraya masuk.
Kosan bang deden terlihat kecil dan sederhana namun fasilitasnya lumayan lengkap ada televise, kulkas, lemari, sofa dan juga kipas angin. Untuk ruangan nya hanya ada 3 ruangan yaitu kamar tidur, ruang depan dan kamar mandi namun aku tidak melihat dapur disini. Mungkin ia tidak pernah masak ataupun gak bisa masak pikirku.
-“Tar yaaa abang lagi mandi dulu..” sahut bang deden lagi dari kamar mandi yang terletak disebelah kamar tidurnya itu.
-“siappp bang..” timpalku. Aku pun kemudian duduk di sofa sambil menunggu bang deden keluar dari kamar mandi.
-*dah plang blm?* SMS dari kak ruli.
-*Udh kak.. ni lg mampir dlu..*
-*kmna?*
-*Kosan Bg Deden..*
-*Siapa Tuh?*
-*Anggota polsek BxxxxxH… yg kmrin jgain aq kak pas kjdian itu..*
-*ohhh ngpain dsna?*
-*main ja kak…*
-*Nginep gtu dsna?*
-*Gak kak….*
-*Ohhh plang sndiri?*
-*iyaa kak.. dah dlu yaaa ada bg deden tuh*
Akupun mengakhiri SMS-an dengan Kak Ruli setelah mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan sesaat kemudian bang deden pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk warna biru. Sepintas aku melihat badannya tidak terlalu sixpack namun cukup bagus dan terbentuk dengan kulit sawo matang membuat ia terlihat seksi. Aku pun buru-buru mengalihkan pandanganku ke layar HP jadulku itu.
-“Maaf yaaa dek agak lama..” kata bang deden.
-“Gak apa-apa kok bang..” balasku.
-“Abang pakai baju dulu yaaaa…” kata bang deden lagi seraya masuk ke kamarnya.
Sekitar 5 menit kemudian bang deden keluar lagi dengan mengenakan seragam yang ia pakai tadi siang sewaktu ke lapangan merdeka, wajahnya terlihat sangat fresh dan tampan dengan gaya rambut dirancung ke atas. Benar-benar maskulin. Aku pun tersenyum dalam hati melihat penampilannya itu. Alangkah beruntungnya wanita yang bisa menjadi pendampingnya.
-“mau minum apa dek..??” Tanya bang deden seraya duduk disampingku sambil mengenakan kaos kaki. Tubuhnya benar-benar wangi dan sangat berbeda sekali denganku yang masih bau keringat dan tampak kucel itu. Aku pun berasa tidak percaya diri berada di dekatnya.
-“Gak usah bang… kebetulan lagi gak haus..”
-“lhooo gak apa-apa dek.. banyak tuh minuman di dalam kulkas.. tinggal ambil aja sesuka km.. anggap aja kyk drumah sendiri..”
-“iyaaa bang makasih..”
-“apa mau abang ambilin…?”
-“ohhh gak usah.. gak usah bang.. nanti kalo mau aku ambil sendiri.. lagian ni lagi gak haus juga ko.. hehehee..”
-“Ya udah nanti kalo mau ambil aja yaaa…”
-“ iya bang… ohh iya ada apa yaa tadi aku disuruh kesini sama abang..?”
-“oohhh itu gak ada apa-apa sih.. abang Cuma pengen kamu mampir aja kesini biar kamu juga tau kosan abang kayak gimana.. syukur-syukur kamu bisa nginap disini…”
-“ohh kirain mah ada apa.. kalo nginep mah kapan-kapan aja bang.. soalnya sekarang gak bawa persiapan…”
-“tapi ini dh sore lhooo.. ntar kalo adek pulang bisa kemaleman dijalan..”
-“gak kok bang.. lagian gak enak juga gak pamit sama orang tua…”
-“yaa kan nanti bisa ditelepon.. apa adek mau abang yang telpon bapak buat mnta ijin…?”
-“ohh.. jangan bang.. gak usah… hari ini aku mau pulang aja.. insya Allah kapan-kapan nginep disini deh..”
-“ya udah atuh.. kalo gitu adek berangkat sekarang kalo gak mau nginep mah soalnya takut keburu gelap..”
-“Iyaa bang… maaf yaaa gak bisa nginep sekarang..”
-“iyaa dek gak apa-apa… hati-hati yaa dijalan…”
-“Siappp bang…” timpalku seraya berjalan keluar Kosan dengan diikuti bang deden dibelakangku.
-“Aku pulang yaa bang…” kataku lagi setelah menghidupkan motorku.
-“hati-hati yaaa dijalan jangan ngebut-ngebut bawa motornya.. salam buat ibu dan bapak.. nanti kapan-kapan abang main lagi ke rumahmu..”
-“siappp bang.. “
Aku pun bergegas mengendarai motorku meninggalkan bang deden yang masih berdiri di depan kosan serta memandangi kepergianku.
Sekira jam 18.30 WIB akhirnya aku sampai di kampungku, seperti biasa orangtuaku sedang melaksanakan ibadah sholat maghrib ketika aku memasuki rumahku. Setelah melepas seluruh pakaianku dan mengenakan handuk aku pun langsung pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan selanjutnya melaksanakan ibadah sholat maghrib.
Keesokan harinya aku berangkat lebih pagi dari biasanya dan sesampainya di lapangan merdeka ternyata belum ada satu pun yang datang. Lagi-lagi aku menjadi yang paling pertama sampai disini. Sambil menunggu yang lain datang aku pun iseng-iseng menghubungi Bayu sahabatku karena sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengannya. Aku pun membuka HP ku dan mencari kontak bayu, setelah ketemu langsung saja aku menekan tombol “CALL”.
-“Halloooo cintaahhh.. ada apa nelpon jam segini.. tumben-tumbenan..” kata bayu.
-“Iyaaa bay… km udah bangun yaaa.. aku baru aja nih sampai di lapangan.. bête belum ada siapa-siapa yang dateng..” timpalku.
-“ohhhh pantesan… baru juga jam berapa mah..”
-“iyaa nih… oia kamu dah siap-siap belum.. ini dah hamper setengah tujuh lhooo..”
-“Udah doongg cintaahhh.. ini baru aja selesai sarapan..”
-“nahh gitu donggg.. itu baru namanya teman ari… hehehe..”
-“dasarrr…..”
-“ehh babay.. hari ini gak ada tugas lagi kan di sekolah…?? Gak ada ulangan kan..??”
-“Gak ada tuh… kamu tenang aja ntar kalo ada tugas pasti aku kasih tau lagi..”
-“hehehee iya babay.. makasih yaa.. kamu baik deh…”
-“apasih yang gak buat kamu cintaahhh..”
-“hahahaa dasar somplak maneh teh… ya udah yaaa aku matiin dulu telponnya tar disambung lagi deh…”
“Okeeee cintaahhhh…”
-Tuuuttttt-
Aku pun mengakhiri panggilanku dengan bayu dan tidak berselang lama aku pun melihat agus sampai dilapangan dengan diantar oleh kak Muldan kakaknya agus.
-“udah sampe aja kamu ri.. aku pikir aku paling pagi..” sapa agus sesaat setelah menghampiriku.
-“iyaa lah gus.. ari gitu lhoooo… hehehee..” timpalku.
-“berangkat jam berapa dari rumah ri..” Tanya kak muldan.
-“aku tadi berangkat jam setengah enam kak.. masih pagi banget..” jawabku.
-“tuhhh gus.. jangan kebo mulu kalo tidur.. kayak ari rajin bangun pagi.. ini mah dibangunin malah susah kalo tidak dipercikin air dulu ke mukanya..” kata Kak Muldan lagi.
-“seriusan kak si agus kebo.??” Tanyaku ke Kak Muldan sambil mengejek agus.
-“iyaa tuh rie.. udah kayak kebo aja dia..” timpal kak muldan.
-“diihhh gak deng ri.. kak muldan mah bohong…” sangkal agus sambil manyun.
-“hahahahaaaaa….” Aku pun tertawa bersama Kak Muldan.
Setelah Kak muldan pergi ke sekolah aku pun pergi bersama agus ke warung pinggir lapangan yang baru buka itu sambil menunggu teman-teman yang lain. Setelah semuanya datang ke lapangan kami pun mulai menjalani olahraga pagi dan dilanjut dengan latihan seperti biasanya.
Hari ini latihan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala apapun, gerakan kami pun semakin terlihat bagus dan kompak. Setidaknya itulah penilaian senior pada kami hari ini, tentu saja kami merasa senang namun kami tidak boleh berpuas diri karena ini belum apa-apa. Oia, hari ini kak Gaga tidak datang ke lapangan karena ada keperluan keluarga seperti yang Kak Norma katakan kepada kami pagi tadi dan dia baru akan kembali besok . setelah berdoa bersama kami pun dibubarkan oleh senior kami untuk pulang ke tempat masing-masing.
-“Ri.. ditungguin kak ruli tuh..” kata leli sambil menunjuk posisi kak ruli yang sedang duduk diatas motornya dibawah pohon kelapa. Dia pun melambaikan tangannya ketika aku melihat ke arahnya. Lalu aku menghampirinya sambil menenteng ranselku.
-“kapan kakak kesini..” tanyaku.
-“barusan aja..” jawab kak ruli. Agus pun menghampiri kami berdua.
-“dari mana kak..?” Tanya agus.
-“sengaja kesini aja gus.. nyamperin si arie..” jawab kak ruli lagi.
-“ohhh… “ agus pun meng-oohh kan saja.
-“ada apa kak..?” tanyaku lagi.
-“gak ada apa-apa.. Cuma mau ngajak nyari buah duren aja..” kata kak ruli lagi.
#NB : sekarang sudah mulai musim duren dan dikampungku sendiri banyak buah duren.
-“Duren..? emang mau nyari kemana…?”
-“yaa kemana aja.. yang banyak duren bagus.. bisa kan..?”
-“ya bisa aja sih kak.. Cuma jangan jauh-jauh yaaa.. soalnya takut kemalaman pulang ke rumah..”
-“Tenang nanti kalo kemalaman kakak anterin ..”
-“Beneran yaaaa…”
-“Iyaaa janji..”
-“oke deh…” akhirnya aku pun meng-iya kan ajakan kak ruli.
-“ikut gak gus..?” kak ruli pun menawari agus.
-“Gak ahhh kak.. kalian aja.. aku mau langsung pulang nih.. soalnya cucian dah numpuk..” balas agus.
-“ohh ya udah kalo gitu..” balas kak ruli lagi.
-“kak.. ri.. aku duluan yaaa…” kata agus seraya pergi.
-“Gak mau dianterin dulu gus..?” tanyaku melihat agus yang hanya jalan kaki.
-“Gak usah rie.. lagian kak muldan juga dah menuju kemari ko..” timpal agus.
-“Okeee..” sahutku.
Aku dan kak ruli akhirnya pergi dari tempat itu dengan mengendarai motor kami masing-masing.
Aku pun tak tahu mau diajak nyari duren kemana oleh kak ruli maka dari itu aku hanya mengekor saja.
#BERSAMBUNG
Kok aku bru d mention dsini ya
ME AND THE FUTURE GOALS
#EPISODE11
-“Hmmm… enak dek… mantap banget…” Ucap kak ruli yang terlihat sangat menikmati buah durian itu dan menyantapnya dengan lahap.
-“heheheee..” aku pun hanya bisa terkehkeh melihat tingkah kak ruli yang seperti anak kecil sedang memakan es krim. Rupanya dia adalah penggilan buah durian.
-“ayooo dek dimakan buahnya jangan Cuma lihatin kakak aja.. entar keburu kakak lahap semua nih..” kak ruli nyuruh aku segera makan buah durian itu karena dari tadi aku hanya diam saja memperhatikan ia makan durian. Unik dan lucu sekali.
-“iya kak…” akhirnya aku mengambil satu biji buah durian dan langsung melahapnya. Rsanya manis dan legit, beda sekali dengan buah durian yang ada di kampungku.
-“gimana.. durian disini enak gak dek..??” Tanya kak ruli.
-“ini sih bukan Cuma enak kak.. tapi top markotop banget.. beda sekali sama durian yang di kampong kami..”
-“nahh.. maka nya cepet-cepet makannya nanti kalo habis gampang.. kita ambil lagi..”
-“pasti mahal banget yaa kak buah durian disini…??”
-“yaaaa sebanding lah dek sama kualitasnya..”
#NB : kalau Cuma berdua, sekarang kak ruli suka memanggilku dengan sebutan “Adek” / “Dek” dan menyebut dirinya dengan sebutan “Kakak” tidak lagi pake “Saya” aku pun tak tahu kenapa dia tidak melakukannya juga didepan orang lain.
-“Kapan-kapan kita kesini lagi yaa dek..” kata kak ruli setelah kami keluar dari saung/tenda penjual durian untuk pulang. Rupanya sore ini cuaca sedang tidak bersahabat, langit pun mulai mendung dan suara petir mulai terdengar dikejauhan.
-“yaaaaaahhhhh.. ini mah kehujanan dijalan..” kataku cemas karena hujan akan segera turun.
-“yasudah.. sekarang ayoo cepat kita nyalain motor terus pergi ke rumah kakak..” perintah kak ruli.
-“hah…? Ke rumah kakak..? ngapain..?”
-“Udah… cepetan.. jangan bengong aja.. ini hujan udah mau turun…”
-“oke kak..” aku pun menuruti saja perintah kak ruli meski dalam hati bingung mau ngapain aku diajak kerumahnya. Apakah menginap? Tapi aku kan gak bawa persiapan apa-apa dan tidak ada rencana menginap juga sebelumnya.
Akhirnya langitpun sudah tak mampu lagi untuk membendung jutaan kubik air hujan sehingga menyerbulah mereka seakan-akan sedang berlomba adu cepat jatuh ke bumi dan menimpa apapun yang ada di permukaannya.
Baju dan semua yang kami kenakan seketika saja berubah menjadi basah kuyup dan beberapa saat kemudian akhirnya kami sampai di kediaman Keluarga kak ruli. Rumah yang cukup bagus dan megah dengan dua lantai. Itulah kesan pertama yang aku lihat.
-“Mau ngapain kesini kak..? terus aku pulang gimana.. nanti makin kemaleman aja..” aku pun masih saja diliputi dengan kecemasan.
-“udah.. jangan khawatir.. ayoo masuk dulu..” ajak kak ruli seraya memasuki rumahnya. Aku pun disuruh nunggu di ruang depan karena kak ruli akan mengambilkanku handuk terlebih dahulu.
-“kenapa gak bawa mobil aja tadi mas.. kan jadi keujanan kamu nya..” terdengar suara wanita paruh baya dari ruaangan tengah, mungkin itu ibunya kak ruli.
-“yaa mas kira gak bakal ujan ma..” sayup-sayup kak ruli pun menjawab suara ibu-ibu itu.
-“itu handuk buat siapa..? ko ngambil dua..?” Tanya ibu-ibu itu lagi.
-“ini.. ada temen mas di ruang depan..” balas kak ruli lagi seraya berjalan ke arahku.
-“siapa…?? Dimana..? kok gak bilang sama mama…?” akhirnya mama nya kak ruli pun menghampiriku.
-“ini temennya mas ma.. namanya ari.. dia dari S****g..” kata kak ruli seraya menyerahkan handuk padaku.
-“punten bu…” kataku mengucapkan salam seraya mencium tangan mama nya kak ruli.
-“Ya Allah… meni basah kuyup kayak gini.. kasian kamu nak.. pasti kedinginan yaa… “ ucap ibunya kak ruli sambil melihat-lihat kondisi badanku.
-“Mas.. cepet ambilkan si adek ini kaos sama celana pendek.. nanti dia masuk angin lhooo..” ucap ibu nya kak ruli lagi memerintahkan anaknya itu untuk mengambilkan baju buatku.
-“Ehhh.. iyaaa… hamper lupa.. bentar yaa dek..” kata kak ruli sambil berlari ke lantai atas menuju kamarnya ( Mungkin ).
-“Udah makan belum dek.. makan dulu yaa disini nanti bareng mas ruli..” kata ibu-nya kak ruli sambil tersenyum hangat dan tampak penuh perhatian.
-“Udah buu.. Alhamdulillah tadi di lapangan..” ujarku bohong karena aku tidak mau merepotkan keluarga itu.
Jujur aku pun berada dalam situasi yang sangat canggung bercampur cemas. Pertama, karena ini adalah kali pertama aku datang ke rumah kak ruli dan bertemu dengan orangtuanya. Kedua, aku pun cemas memikirkan cara pulang ke rumah dengan kondisi cuaca yang seperti ini.
Tak lama kemudian kak Ruli pun kembali turun dengan membawa kaos dan celana pendek seperti yang diperintahkan oleh ibu-nya tadi dan memberikannya padaku, setelah itu aku langsung pergi ke kamar mandi dan buru-buru mengguyur badanku dengan air dari bak mandi. Jujur aku pun merasa sangat kedinginan bahkan telapak tanganku dibagian jari sudah berkerut.
Setelah semuanya selesai aku pun keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri kak ruli yang sedang duduk di ruang keluarga bersama ibunya.
-“Sudah selesai ganti bajunya..?” Tanya ibu nya kak ruli.
-“Sudah bu.. makasih..” aku membalas seraya tersenyum.
-“Ya udah sekarang ayoo kita makan dulu…” ajak ibu-nya kak ruli seraya berdiri.
-“tapi bu…..” aku menggantung kata-kata ku.
-“tapi apa…?? Udah ayooo makan dulu.. ibu sudah masak banyak lhooo tadi.. kebetulan bapak nya si mas gak pulang…”
-“sebelumnya makasih bu.. tapi saya mesti pulang sekarang takut tambah malam soalnya.. lagian kayaknya hujan juga udah reda…”
-“eehhhh.. mau kemana…? Ayooo makan dulu.. kasian lhooo ibu udah masak banyak noh…” cegah kak ruli.
-“lhooo..lhooo.. ngapain pulang.. nginap saja lah disini.. nanti tidur bareng si mas diatas..” tambah ibunya kak ruli.
Aku baru tahu kalau ternyata keluarga Kak Ruli berasal dari jawa. Itu artinya kak ruli adalah keturunan jawa biarpun mungkin dia lahir disini, di tanah sunda.
-“tapi bu…” belum sempat aku melanjutkan kata-kataku kak ruli sudah menarik tanganku menuju ruang makan.
-“udaaahhh gampang pulang mah… ayooo makan dulu.. kalo gak makan gak boleh pulang…” kak ruli memaksa.
-“iyaaa nanti kalo gak makan mama gak ijinin ari kesini lagi lhooo…” tambah ibu-nya kak ruli seraya tersenyum hangat.
Akhirnya aku pun mengalah juga pada duet maut ibu dan anak itu dan ikut makan bersama dengan mereka. Selama makan, ibu-nya kak ruli banyak bercerita tentang keluarganya. Ternyata kak ruli punya kakak yang sudah berkeluarga namanya mas erie. Sekarang dia tinggal di jawa tepatnya di bantul dan sudah dikaruniai 1 orang anak. Ibu-nya kak ruli bilang mereka jarang pulang kesini paling hanya dua kali dalam setahun. Bapaknya kak ruli sendiri jarang pulang ke rumah karena sibuk mengurus toko dan perusahaan lainnya. Jadi yang tinggal di rumah ini hanyalah mereka bertiga ( Ibu, Kak Ruli dan Bi Asih assisten rumah tangga mereka ).
“hmmmm pantas saja rumah sebesar ini terasa sepi sekali..” gumamku.
Selesai makan , kami kembli ke ruang keluarga dan aku pun berniat untuk segera pamitan kepada mereka karena selain hujannya sudah reda, saat itu juga waktu sudah menunjukkan jam 19.30 WIB, sudah cukup malam dan aku takut orangtuaku bakal khawatir. Sialnya, HP ku mati karena aku lupa mengisi batre-nya sehingga aku tidak bisa menghubungi orangtuaku.
-“Jadi kamu mau pulang aja dek..? gak mau nginep disini..? kalo kakak sih saranin kamu nginep aja..” ucap kak ruli.
-“iyaaa kak.. kasihan takut orangtuaku khawatir…” balasku.
-“yaa ditelpon dulu atuhhh..”
-“HP ku mati kak.. lupa ngisi batrenya tadi..”
-“ya udah pake HP kakak aja.. nih..” kak ruli menyodorkan HP nya.
-“hehehe aku lupa nomor orangtuaku kak..” aku menggaruk-garuk tengkuk ku yang sebenernya tidak gatal itu.
-“ hadeeehh gimana sih kamu mah dek… nomor ortu sendiri gak hafal..”
-“abisnya orangtuaku baru punya HP sih kak.. jadi aku belum hafal..”
-“ya sudah bentar.. kamu tunggu disini dulu..” kak ruli pun pergi ke belakang entah mau ngapain.
Aku pun memutusakan untuk menunggu di teras rumah saja. Sementara itu, ibu nya kak ruli sudah tidak terdengar suaranya lagi, barangkali beliau sedang menunaikan ibadah sholat isya, pikirku.
-“Dek.. masukkin motor kamu ke garasi.. kita pakai mobil saja..” tiba-tiba kak ruli suah berada di dekatku saja.
-“lhoo… aku kan mau pulang kak.. ko motorku malah suruh dimasukkin…” aku pun keheranan dibuatnya.
-“iyaaa kamu pulang.. tapi naik mobil saja.. kakak anterin…”
-“waduuhhh.. gak usah kak.. gak perlu.. lagian aku bisa pulang sendiri ko..”
-“lhaaa kakak pan udah janji ma kamu kalo misalkan kemaleman mau kakak anterin… udah ahh cepetan masukkin motor kamu ke garasi..”
-“tapi kak…”
-“Udah cepetan…”
-“Hmmmm yowisss…” akhirnya lagi-lagi aku pun mengalah sama kak ruli. Dengan gontai aku mendorong motorku masuk ke garasi rumahnya kak ruli yang ada di sanping teras rumah.
-“Ya sudah kalo mau pulang aja.. hati-hati yaa dek dijalan.. sering-sering lah main kemari.. seperti temen-temennya si Mas kadang suka pada kumpul dan nginep disini.. ibu mah malah seneng banyak orang disini… “ ibunya kak ruli ternyata sudah nongol depan pintu.
-“ehhh ibu.. makasih banyak yaa bu untuk semuanya.. maaf kalo ari ngerepotin.. hehehe..”
-“aahhhh kata siapa.. malah ibu senang ari kesini..”
-“iyaaa bu.. insya Allah lain kali kesini lagi…”
-“kalo mau panggil mama aja yaa jangan ibu.. biar samaan kayak temen-temen si mas yang lain… udah kebiasaan soalnya dek.. heheee”
-“ehhh iyaa ma.. “
-“Pamit dulu yaaa ma… Assalamualaikum..” aku mencium tangan ibu-nya kak ruli.
-“Walaikum salam… hati-hati yaaa..”
-“iyaa ma..”
-“Mas… bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut yaaa… abis ujan soalnya..” Ibu-nya kak ruli menghimbau agar anaknya yang sudah duduk di kursi kemudi itu berhat-hati.
-“Iyaaa ma… beres….” Sahut kak ruli.
-“Mas berangkat dulu yaaa…” sahut kak ruli lagi setelah aku masuk mobil.
Ku lihat ibunya kak ruli melambaikan tangan pada kami dan tak lama ia pun masuk kembali ke dalam rumah.
( DI PERJALANAN )
-“Makasih yaaa kak udah mau nganterin… maaf aku jadi ngerepotin..” kataku merasa tidak enak.
-“Udaahhh gak apa-apa… kamu kan udah jadi sodara kaka.. jadi kakak harus bertanggungjawab dong sama sodaranya.. iya kan..?” ujarnya seraya tersenyum dan melirik ke arahku.
Aku pun hanya tersenyum saja.
-“Lagian kakak kan juga sudah lama tidak ke kampong kamu.. selain itu kakak juga ingin kenal sama ortu dari adekku yang satu ini…” kata kak ruli lagi seraya menjitak kepalaku.
-“Awwww.. sakit wooyyyy..” aku meringis sambil mengusap-usap kepalaku yang barusan dijitak kak ruli. Sebenernya tidak sakit-sakit amat sih. Heheheee.
-“aduuhh kekencengan yaaa mukulnya… maaf..maaf…maaf… hehehe..” timpal kak ruli seraya melihat-lihat kepalaku.
-“udah..udah..udah.. kakak focus nyetir aja.. nanti malah kepinggir lhooo jalannya..”
-“siaappppp bosss…”
-“heheheee..”
Tiba-tiba HP kak ruli berbunyi kemudian ia menatap layar HP nya beberapa saat sebelum mengangkatnya. Aku sendiri tidak melihat nama atau pun nomor si penelpon tersebut karena kak ruli menyimpan HP-nya di dalam saku celana. Akan tetapi…………………………………
-“Iyaaa yang… kenapa..?”
Dueerrrrrr….!!! Bagai mendengar bunyi petasan meledak secara tiba-tiba. Aku kaget mendengar kak ruli menyebut kata “Yang” kepada si penelpon disana. Bermacam-macam pertanyaan langsung hinggap di otakku. Apakah itu telpon dari pacarnya? Terus Siapa pacarnya? Apakah orang yang bernama Dewi itu? Tapi kapan mereka jadian? Kok Ka Ruli gak pernah cerita? Terus apakah harapanku sudah hancur ? ataukah akunya saja yang terlalu berharap..? aaarrggghhh ada apa denganku. Seharusnya aku tidak begini, dari awal aku seharusnya sudah nyadar bahwa kak ruli tidak sama denganku maupun agus sahabatku itu. Dia baik sama aku karena awalnya menganggapku sebagai teman bahkan hingga menjadi saudara seperti sekarang ini. Dia orang yang baik. Tapi bukan berarti dia juga menyukai aku seperti umumnya perasaan laki-laki kepada perempuan. Oohhh Ariiii sadar dongggg.. sadaaaarrrr… bathinku sedang bergejolak. Jujur aku merasakan cemburu saat ini namun tiba-tiba…..
-“Dek… kamu kenapa…? Kok kelihatannya gelisah amat..” akhirnya Kak Ruli menyadarkanku dari lamunan konyol itu.
-”hah…? Kenapa kak..? kenapa.. kenapa…kenapa..?” tiba-tiba aku seperti orang bego yang kebingungan.
-“Kakak bilang kamu kenapa.. kok gelisah amat kelihatannya…”
-#Mampus deh gue.. sepertinya aku ketangkap basah sedang merasakan cemburu… semoga aja kak ruli gak curiga..#- bathinku.
-“ehhh enggak kok kak.. aku hanya sedikit gak enak badan aja…” kataku berbohong.
-“Y Allah… pasti ini gara-gara hujan-hujanan tadi… gimana..? badan kamu panas gak..?” ucap kak ruli dengan nada khawatir.
-“Ahhh gak apa-apa kok kak.. serius… badanku juga gak panas ko.. mungkin Cuma masuk angin aja…”
-“Yakin kamu gak kenapa-kenapa dek…?”
-“Iyaaa kak…”
-“Ya udah kalo gitu nanti sampe rumah minta dikerikin aja sama ibu yaaa..”
-“Iyaa kak…” balasku singkat.
Jujur saja, aku sangat ingin menanyakan perihal ucapan “Yang” tadi untuk siapa. Kalaupun untuk pacarnya tapi aku juga penasaran siapa dia. Namun, aku tidak punya keberanian untuk itu dan tidak mau dibilang kurang ajar atau tidak sopan nantinya. Biarpun kak ruli orang baik tapi kan kita tidak pernah tahu akan seperti apa rekasinya jika sudah menyangkut hal-hal pribadi. Akhrinya aku memilih untuk diam saja hingga tidak terasa kami sudah sampai di kampungku.
Karena rumahku berada ditengah-tengah pemukiman penduduk maka tidak ada akses mobil untuk bisa sampai di halaman rumahku, oleh karena itu mobil kak ruli diparkir dipinggir jalan saja. Kami berjalan kaki sekitar 200 meter menuju rumahku dan saat itu suasana kampong sangat sepi sekali. Mungkin karena hujan tadi sore sehingga para penduduk enggan keluar rumah karena becek dan banyak genangan air sepanjang jalan kampong.
Sesampainya di rumah, orangtuaku terlihat sangat khawatir dan juga panic gara-gara aku pulang malam dan tidak ada kabar. Berbagai macam pertanyaan mereka lontarkan padaku, bahkan mereka sempat menghubungi Bang Deden agar membantu mencari informasi mengenai keberadaanku. Akhirnya dengan dibantu Kak Ruli aku pun menjelaskan kepada orangtuaku kenapa aku bisa terlambat dan kak ruli pun meminta maaf kepada kedua orangtuaku karena telah mengajakku membeli buah duren tadi sore sehingga aku telat pulang ke rumah.
Kulihat kekhawatiran orangtuaku perlahan-lahan mulai memudar dan mereka pada akhirnya terlibat obrolan yang cukup hangat dengan Kak Ruli. Topic yang dibahas sih tidak jauh-jauh dari keluarga, aktivitas sehari-hari hingga kegiatan di sekolah. Setidaknya orangtuaku tidak memarahiku dan juga kak ruli akibat pulang malam. Sekitar jam Sembilan malam kak ruli berniat untuk pamit namun orangtuaku mencegahnya dan menyuruh kak ruli agar menginap saja di rumah kami. Awalnya Kak ruli menolak namun akhirnya dia mau juga untuk menginap disini. Aku sendiri sih senang-senang aja, karena besok pagi aku bisa bareng dia lagi. Lagian motorku juga ditinggal di rumahnya, sehingga mau tidak mau aku harus naik ojeg besok kalo saja kak ruli tidak jadi nginap.
Malam ini akan jadi malam pertama aku tidur bareng kak ruli, namun tetap saja aku merasa canggung biarpun sudah menjadi sodara dengan dia. Malah rasanya jauh lebih canggung dibanding tidur bersama Bang Deden dulu. Ohhh Tuhan apa yang harus aku lakukan, kalo misalkan aku tidur sendiri takutnya kak Ruli merasa tersinggung tapi jika aku harus tidur seranjang berdua bersamanya rasanya sangat menyiksa. Bagaimana Tidak, hatiku yang masih belum tenang dan masih diliputi rasa cemburu itu membuatku sangat tersiksa. Padahal orang yang tidur disampingku sendiri tidak lah tahu apa-apa. Ini bukan salah dia hingga hatiku menjadi seperti ini, ini salahku sendiri kenapa harus punya perasaan yang tidak wajar seperti ini. Aaaaaarrrgggghhhhhhhh…. Rasanya dada ini begitu sesak, kepala ini begitu pusing. Pertanyaan-pertanyaan itu dan juga rasa cemburu yang tak kunjung sirna semakin berkecamuk di dadaku sehingga tanpa terasa air mataku mengalir membasahi pipi dan jatuh begitu saja diatas bantal. Tuhan, kenapa harus ada perasaan semacam ini.. dan kenapa harus terjadi padaku..? kenapa..?
Aku pun pada akhirnya terlelap dalam linangan air mata. Rasanya lelah sekali memendam perasaan yang sangat berbeda dari manusia kebanyakan ini. Huuufffttttttttt….!!!
#BERSAMBUNG