It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Beberapa kali Ervan mengecek pintunya. Apakah sudah terkunci dengan baik atau belum. Sesekali dia juga memastikan bagaimana dengan jendela kacanya. Rasa was-was Erru akan memecahkan kaca itu sempat ada di pikirannya, tapi Ervan tahu itu terlalu beresiko.
"Mas...kenapa di tutup? Kenapa di kunci?" tanya Lena yang sudah duduk cantik di atas tempat tidur.
Anak itu sudah terlihat cantik dengan baju tidurnya bergambar beruang.
"Karena takut ada nyamuk masuk," sahut Ervan sekenanya.
"Tinggal pakai ini..." Lena menggosok-gosok tangannya dengan lotion berwarna putih dan berbau harum, "nyamuk...bye..bye..."
Ervan mengecup dahi Lena.
"Nyamuknya besar. Sedotan dan tusukannya bikin sakit," sahut Ervan tanpa pikiran negatif apapun.
Entah bagaimana dengan pembaca ini.
Negatif?
Selamat anda orang mesum.
"Tapi kasian nyamuknya belum mamam...."
"Nggak ada kasian buat nyamuk. Mau kamu kena demam berdarah?"
Lena menggeleng.
"Mau tanganmu di suntik?"
Lena kembali menggeleng.
"Jadi nyamuk kecil atau besar dilarang masuk kamar ini," kata Ervan sambil berkacak pinggang yang diikuti Lena.
"Siap...."
"Nah yuk tidur. Pakai selimut sampai dada," kata Ervan sambil menyelimuti Lena yang sudah siap di posisi.
Ervan memutarkan lagu anak-anak di hpnya untuk mengiringi Lena tidur. Beberapa kali Lena mengubah posisi tidurnya sebelum dia benar-benar terlelap.
Ervan tersenyum melihat adiknya.
"Anak pintar...." bisiknya sebelum mencium pucuk kepala Lena.
Dan kini Ervan memilih bermain hp untuk membuatnya mengantuk.
Dia membalas beberapa pesan dan bbm. Dari saudara sepupu dan teman-temannya yang dari sekolah lama.
Waktu dia mau memencet salah satu game di hpnya, sebuah panggilan masuk.
Anna...
Dengan cepat dia menerima panggilan itu.
"Annaaaaa....." suara Ervan tertahan karena takut membangunkan Lena.
'Lupa kan sama aku?!'
"Nggak laa..."
Ervan melihat Lena sekilas. Tertidur pulas. Dia memilih keluar kamar supaya tidak mengganggu adiknya itu.
'Gimana sekolah barumu?'
Ervan terdiam sejenak.
"Masih enak sekolah lama dong. Lagian di sekolah lama ada Vivie sama Septi. Dan yang penting ada kamu juga."
'Hahahaha...tapi disana pasti banyak cewek cantiknya kan?'
"Ya...kalau aku bilang nggak jelas bohongnya. Tapi masih cantikan kamu kok An. Tenang aja."
'Halah gombal.'
Ervan terkekeh.
"Aku kangen. Kapan bisa ketemu?"
'...ya...aku juga sibuk. Mungkin kalau aku agak longgar, kita bisa keluar makan atau...'
"Yakin??"
'Seneng banget ya kamu?'
"Ya iyalah...kencan gituuu..."
Anna terdengar tertawa di seberang sana.
"Aku nggak ingin pindah sekolah..." desis Ervan sambil bersandar di pintu kamarnya yang tertutup.
'Ya...aku tau kok.'
"Aku lebih suka di sana, sama kamu."
'...'
"Kita nggak bisa ketemu di rumahmu. Janjian diluar juga hampir mustahil."
'...maaf ya.'
"Nggak apa-apa. Aku ngerti kok."
Pembicaraan mereka pun selesai beberapa menit setelahnya. Mereka hanya membicarakan hal-hal yang mereka alami selama tak bertemu, tapi Ervan tidak menceritakan kejadian tadi pagi. Beberapa kali dia ingin memberitahu Anna tapi akhirnya dia hanya diam.
Ervan menghela nafas.
Rumah itu masih terasa asing untuk Ervan. Biarpun rumah ini mungkin nyaman untuk sebagian besar orang, tapi bagi Ervan, rumahnya yang lama jauh lebih nyaman.
"Aku kira siapa yang berisik malem-malem gini," suara itu membuat Ervan hampir terkena serangan jantung.
"O..oh kamu Ry, bikin kaget aja," desis Ervan.
"....kenapa? Kamu kira aku...Erru?"
"!! Huh...nggak lah hahaha..."
Erry menatap Ervan dengan seksama sebelum melihat ke pergelangan tangan Ervan.
"Tunggu di situ sebentar," kata Erry sebelum kembali menutup pintu kamarnya.
Dia kembali membuka pintu kamarnya setelah menemukan barang yang dia cari.
"Nih..." Erry melempar sesuatu ke arah Ervan.
Sebuah minyak gosok dan wrist support
"Lain kali nggak usah ikut campur. Aku nggak akan sebaik ini lagi," kata Erry sambil mengalihkan pandangannya.
Ervan tersenyum.
"Baik banget sih."
Braak...
Erry menutup kamarnya keras-keras.
Karena kejadian kemarin lusa, hari ini aku memaksa Septi untuk menjemput dan mengantarku ke sekolah. Kemarin aku berangkat bersama Erru dan hanya kebekuan yang ada. Dia memang pendiam tapi aku masih nggak nyaman dengan tingkahnya pagi itu.
Langkahku terhenti saat melihat Erru di pojok lapangan. Dia dengan anak SD. Terbatas pagar. Sesekali mereka tertawa bersama.
"Siapa anak itu No?" tanyaku pada Ino, "yang sama Erru."
Ini yang sedang menyesap es jeruknya melihat ke arah yang aku tunjuk. Kelasku dan Erru beda. Dan aku nggak pernah bertemu Erru di sekolah selain pergi dan pulang sekolah.
"Oh...nggak kenal juga aku," desis Ino, "pacarnya...? Mungkin."
"Huh???"
Ini terkekeh.
"Gossipnya," katanya pelan, "habisnya, dia selalu nolak cewek yang nembak dia. Terus dia selalu menghabiskan waktu istirahat sama anak itu. Kalau nggak homo kan...pedofil?"
...
...
"Masa si...." desisku tak percaya.
"Cuma gossip sih. Lagian kalau suka sama anak kecil, bukan berarti dia pedofil kan?!"
"Positif ya pikiranmu."
Ino terkekeh.
Pedofil ya...
Gara-gara percakapan dengan Ino, pikiran negatif menghantui ku sampai di rumah.
Rumahku saat ini sepi. Aku nggak tahu kemana bunda pergi, bisa saja bunda sedang kepasar sama mbak Putri atau lagi ngegossip di tetangga sebelah. Asisten di rumah itu nampaknya sudah akrab sama bunda. Waktu itu bunda ngasih sambal goreng pindang, dan majikannya senang. Katanya enak. Sejak itu asisten rumah tangga di sebelah minta di ajarin masak sama bunda.
Aku baru saja selesai mencuci muka. Rasanya panas diluar ikut masuk kerumah itu dan membuat wajahku berminyak. Saat aku mengeringkan wajahku dengan handuk, mataku menangkap sosok Lena yang ada di pelukan Erru.
Pedofil.
!!
Jantungku rasanya seperti diremas keras.
Tanpa pikir panjang aku berlari ke arah mereka dan menarik Lena dari pelukannya.
"Aaauu...aaaaaaa....aauuu..." rintihan Lena tidak membuatku melepaskan pandangan tajam ke Erru, "mas..lenganku sakiiit..."
Erru juga menatapku. Dengan mata yang sama saat pagi itu.
"Ngapain kamu? Kamu ngapain adikku?"
"Huh??"
"Mas..."
"Lena masuk kamar sekarang!!"
"Mas..." Lena nampak ketakutan menatapku.
"Sekarang!" perintahku dengan nada yang selalu Lena takuti.
Dia langsung menangis dan berlari ke lantai dua.
"Kamu bikin dia nangis," kata Erru sambil berdiri.
Tadi dia berjongkok saat memeluk Lena.
"Kamu ngapain meluk-meluk Lena??"
"Tadi dia jatuh. Dia mau nangis. Aku cuma nenangin dia."
...
Bohong...
"Kamu...suka anak kecil."
Erru nampak terkejut.
"Ah..." desisnya sambil menggaruk kepalanya.
Dia melemparkan padangannya ke arah lain.
Jadi memang...
"Jadi benar kamu itu pedofil."
"Huuh???" kini dia kembali menatapku, "siapa?"
"Kamu."
"Aku kenapa?"
"Kamu pedofil. Suka sama anak kecil."
Bibirnya nampak terbuka. Dia tertegun. Tapi sedetik kemudia dia menutup bibirnya dengan tangan kanannya. Dia tertawa pelan.
Baru kali ini dia tertawa.
"Kamu denger darimana sih?"
"Ya...nggak penting aku denger darimana. Tapi kalau kamu memang predator anak-anak. Jangan dekati Lena! Dia itu adikku."
Senyum di bibirnya masih nampak.
"Kalau aku ini predator anak-anak...aku nggak mungkin nyium kamu malam itu."
"Huh...?"
Dia ngomong apa barusan?
"Kalau aku ini predator anak-anak...aku nggak mungkin menciummu," Erru mendekatiku, aku mencoba mundur beberapa langkah.
"Apa maksudmu? Jangan bikin aku jijik."
"Apa perlu aku ingatkan bagaimana rasanya bibirku menyentuh bibirmu?"
!!!
Suara berisik di kamar sebelah membuatku harus keluar kamar. Arahnya sih dari kamarnya Ervan. Dan benar dugaanku, si Lena nangis. Dia ada di dalam kamar dan menangis sesenggukan sambil memukul-mukul bantal.
"Aaaaaa....berisik banget sih ini rumah. Ervan kemana sih???"
Aku mencoba melongok ke bawah.
Dia di sana dengan Erru. Orang itu...
Bibirku hampir memanggil namanya saat aku melihat Erru berjalan mendekati Ervan. Bukan itu yang membuatku mengurungkan niat memanggilnya. Tapi kata-kata yang keluar dari bibir Errulah penyebabnya.
"Aku nggak akan menciummu kalau aku seorang predator anak-anak."
Huh?
Siapa mencium siapa? Otakku masih bekerja sebelum kata-kata Erru berikutnya memperjelas semuanya. Biarpun dari atas sini suara mereka tidak terdengar jelas, tapi aku masih bisa mendengarnya.
"Apa perlu aku ingatkan bagaimana rasanya bibirku menyentuh bibirmu?"
!!
"ERVAN!!!" panggilku yang membuat mereka berdua melihatku, Ervan mendorong Erru, "urus adikmu! Dia bikin aku nggak konsen belajar."
Selanjutnya Ervan meninggalkan Erru yang masih menatapku. Ervan berlari menaiki anak tangga. Melewatiku. Aku masih berpandangan dengan saudara kembarku itu.
"Tsk!!"
Anak itu. Bikin kesal. Nggak Ervan. Nggak Erru. Sama saja.
Aku kembali kekamarku. Menutupnya. Menguncinya.
Aku masih bisa merasakan degupan kencang di jantungku. Tingkah laku dan kata-kata Erru menggangguku.
Mencium.
Erru mencium Ervan?
Erru...suka sama cowok?
"Lelucon macam apa ini," desisku, "bohong...kan? Erru...homo?"
Ketukan pelan di pintu kamarku membuatku tersentak kaget.
Aku buru-buru membukanya. Dan Ervan sudah berdiri di sana.
"Apa??" tanyaku dengan sikap seperti biasanya.
"Erry" desisnya, "apa kamu denger sesuatu tadi??"
!!
Apa-apaan dia ini?
"Nggak. Emangnya apa yang harus aku denger? Lain kali jaga adikmu baik-baik. Masa dia nangis kayak gitu kamu malah asyik ngobrol dibawah."
Apa yang Erru suka dari anak ini? Nggak ada yang menarik dari dia.
Dia melongo menatapku. Lalu tersenyum. Dan lagi-lagi tangannya...menempel di kepalaku.
Plaaakk!!
Aku menepisnya dan dia terkekeh.
"Aku tau kalau kamu itu sebenernya anak baik. Papi mungkin sudah salah paham ke kamu."
Wajahku rasanya menghangat. Darahku naik kekepala?
Braakkk!!
Tanpa banyak bicara aku menutup pintu kamarku keras-keras.
Kurang ajar!! Dia kira dia itu siapa?? Sok jadi kakak yang perhatian??
Jijik...
Wajahku panas...jantungku berdetak lebih kencang lagi.
Ini sudah yang kedua kali Ervan memegang kepalaku.
Tadi dia bilang aku anak baik...
Aku...
Anak baik...
Kenapa...aku nggak bisa berhenti tersenyum?
Aku mulai jijik sama diriku sendiri.
Tanganku memegang kepalaku sendiri.
"Aku anak baik."
noi.
InIn75 ternyata. aq lp nama d wattpad hahahahaha