It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Raiz menatapku tajam, aku balas menatapnya takut-takut. Raiz ngambek, batinku.
"Ku dengar kamu membuat mantan kepala sekolah celaka, apa itu benar?" tanya Raiz tiba-tiba. Toni menatap Raiz sekilas.
"Itu omong kosong. Aku gak melakukan kejahatan apapun sama mantan kepala sekolah" jawab Toni.
"Oh ya? Lalu kenapa anak mantan kepsek itu mengatakan kamulah yang membunuh ayahnya" ucap Raiz gak percaya.
"Kejadian itu sudah lama. Kepala sekolah atau mantan kepsek menegurku"
"Kenapa?" potong Raiz.
"Karena cara berpakaianku dianggap gak sesuai aturan sekolah"
"Itu benar, penampilan mu buruk" potong Raiz lagi. Toni menghela nafas jengkel lalu menatapku. Aku mengusap dadaku sendiri bermaksud menyuruh Toni sabar menghadapi sikap Raiz yang lagi ngambek. Toni tersenyum.
"Mantan kepsek memaki ku. Aku mengabaikannya. Tepat siang hari saat aku ada dijalan untuk membeli makanan diluar. Kepsek kecelakaan, mobilnya.."
Maklum udah tua, udah nulis pun saya lupa ^^
Bisa menyembuhkan luka bukan berarti saya berpikir jika ibunya Diaz memiliki kemampuan yang sama dengan ibunya Toni. Saya cuman merasa aneh saja ketika seorang yang menderita luka bakar serius bisa beraktivitas seperti orang sehat. Jadi imajinasi saya sebagai pembaca kurang bisa membayangkan bahwa Diaz adalah orang sakit yang sudah terkena luka bakar.
Keanehan dalam cerita fiksi itu wajar. Cuman terasa sedikit kurang real saja.
Meski bertentangan dengan medis tapi Pyrokinesis juga membuat banyak orang tertarik ingin mempelajarinya. Jadi cerita yang kamu buat ini tidak sepenuhnya aneh karena di dunia nyata pun kejadiannya hampir tidak jauh berbeda dengan ceritamu.
Seperti yg kamu bilang, memang aneh kalo ada orang yg luka bakar bs beraktifitas normal.
Saya gak kepikir sampe kesana, saya mikirnya luka sudah diobati itu aja. Lupa kalo lukany luka krna terbakar. Maaf untuk itu ^^
Terimakasih koreksinya.
@lulu_75 iya kak Lulu, Raiz cemburu.
"... Mobilnya terbalik menabrak pembatas jalan. Kepsek meninggal ditempat. Diwaktu yang bersamaan aku juga ada ditempat itu, menyaksikan semuanya. Hanya karena aku ada ditempat kejadian, semua orang menuduh akulah penyebab kecelakaan itu" jelas Toni. Jadi kejadian kecelakaan mantan kepala sekolah itu murni kecelakaan. Padahal Toni sudah dituduh dengan banyak hal-hal buruk yang sama sekali gak pernah dia lakukan, selama ini.
"Kenapa kamu gak menyangkal semua yang dituduhkan?" tanyaku.
"Orang seperti ku? Menurutmu apa akan ada orang yang percaya sama aku?" ucap Toni gak yakin.
"Kamu bodoh" ucap Raiz.
"Kamu gak ada diposisi ku, gak tau apa yang aku rasakan. Jangan ngomong seenaknya" ucap Toni gusar.
"Kamu memang bodoh. Gak usah sok menderita. Kalo kamu gak bodoh, kenapa kamu diam waktu dituduh pembunuh? Kenapa kamu gak lawan? Pikirmu dengan diam dan menerima semua tuduhan. Apalagi dengan dandanan mu ini. Orang-orang itu akan berhenti menuduhmu? Sama sekali gak" ucap Raiz panjang lebar.
"Kenapa diam?! Apa kamu mulai menyadari kebodohan mu?" ucap Raiz lagi.
"Kita sampai" ucap Toni lalu segera keluar dari mobil.
"Orang aneh, lewat mana dia tadi? Kenapa tau-tau kita udah sampai di asrama??" ucap Raiz bingung. Aku hanya menatap Raiz yang kebingungan. Kalo aja Raiz tau, orangtua Toni juga punya kekuatan aneh.
"Ayo turun Iz" ucapku lalu keluar dari mobil di ikuti Raiz.
"Jangan berteman dengan Toni, Di. Dia itu berbahaya" ucap Raiz seraya menarik lenganku.
"Toni itu gak akan melukai kita kalo gak diganggu Iz"
"Kamu lupa, Di. Dia hampir membunuhmu dibelakang sekolah! Kalo aku datang terlambat tadi, kamu sudah hangus!!" ucap Raiz sambil menyentakan lenganku kesal.
"Itu karena aku memaksanya melepas jaket yang dia pake Iz" jelasku.
"Tetap aja kamu hampir mati karena dia!!" ucap Raiz semakin kesal.
"Toni pasti gak sengaja ngelakuinnya. Dia cuma gak bisa ngendaliin kekuatannya" ucapku lagi.
"Aku gak belain, Iz. Aku cuma...."
"Kamu suka Toni, Di?" potong Raiz.
"Hah? Aku gak gitu, aku cuma bermaksud menjelaskan aja, Iz"
"Menjelaskan apa? Dari gerak tubuhmu, aku tau kamu suka Toni" ucap Raiz dingin.
"Kamu salah Iz, aku gak gitu" ucapku seraya menarik lengan Raiz. Tapi Raiz menepis dengan kasar.
"Pergi sana. Jangan dekati aku, aku ingin sendiri" ucap Raiz lalu meninggalkan ku sendirian dikoridor asrama.
Aku mengejar Raiz, berusaha menjelaskan kalo aku gak suka Toni. Aku hanya bermaksud menjelaskan bahwa Toni mungkin gak berniat melukai ku waktu dibelakang asrama. Itu terjadi karena aku sudah membuat Toni kesal, tapi Raiz mengabaikan ucapanku.
"Iz dengerin aku dulu" ucapku sambil mengetuk pintu kamar asrama.
"Iz, buka" tapi Raiz tetap gak mau membukakan pintu untuk ku. Aku berjongkok didepan pintu, menempelkan keningku pada pintu.
"Hei, malah bengong" ucap seorang siswa yang tengah berdiri dibelakangku, karena posisiku yang membelakanginya.
"Pintunya dikunci" aku berbalik seraya mendongak menatap orang berperawakan besar didepanku. Kurasa aku pernah bertemu dia, tapi dimana aku lupa.
"Kalian bertengkar?" tanya siswa besar itu.
"Raiz marah" jawabku.
"Oh jadi nama kawan sekamar mu ini Raiz? Apa kamu yang membuatnya marah?" tanya siswa itu lagi.
"Iya kak" jawabku lesu. Tapi siswa besar didepanku malah tergelak mendengar ucapanku. Kenapa??
"Kamu panggil aku, kak?" ucap siswa itu masih tergelak sambil memegangi perutnya.
"Apa kamu adik kelas??" tanyaku bingung.
"Kamu gak ingat? Hari itu kamu menyebutku kingkong"
"Kingkong??" tanyaku semakin bingung.
"Kamu lupa? Gara-gara ucapan mu itu aku jadi diolok-olok dikelas ku" ucap siswa itu memasang raut sedih.
"Hei, jangan serius gitu. Aku cuma bercanda, meski ada benarnya. Tapi bukan masalah" ucap siswa itu sambil mengibaskan tangannya didepan wajahku.
"Maaf kak" ucapku seraya menunduk.
"Dimaafkan" ucap siswa itu sambil mengangkat wajahku. "Kamu manis, cepatlah masuk ke kamarmu" sambungnya.
"Tapi pintunya terkunci" ucapku. Siswa itu menyuruhku menjauh dari pintu, lalu sekali dorong pintu kamar asramaku terbuka.
"Cepat masuk, besok aja kita benarkan kerusakannya. Senang melihatmu. Kurasa aku akan mimpi indah malam ini" gumam siswa itu seraya berlalu dari hadapanku. Aku masuk kedalam kamar lalu menghalangi pintu dengan kursi, supaya bisa tertutup rapat.
Aku melangkah menuju dipan Raiz. Raiz tidur terlentang, matanya dia tutupi dengan lengan kirinya.