It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Nah udah
Aku merebahkan badanku ke ranjang sambil menatap plafon kamar kosku. Rasanya nyaman sekali setelah seharian menghabiskan hariku di kampus dengan segala problematika mahasiswa. Berbeda dengan Rini yang hari ini pasti sedang menghabiskan harinya bersama orang yang dikasihinya.
Aku meraih ponselku yang terletak di nakas, sambil menatap layar ponsel yang telah ku miliki setahun. Terpajang foto mesraku dengan Reza, pria yang telah berhasil mendapatkan hatiku. Dia sangat istimewa dan aku sangat mencintainya. Namun, aku mulai ragu apakah Reza masih mencintaiku sebesar rasa cintanya dua tahun yang lalu. Terlebih percakapanku dengan Rini dan Doni di Grand Plaza masing terngiang-ngiang di fikiranku, membuatku semakin takut untuk kehilangan Reza.
"Kalau dia memang sibuk, seharusnya dia memberikan lo kabar. Menanyakan kabar lo, atau minimal menyuruh lo untuk main ke kosannya. Tapi kenyataannya apa? Dia mengacuhkan lo seperti lo bukan siapa-siapanya dia kan," turur Rini, "gue takut kalau dia itu punya pacar lain," tandas Rini yang sontak membuatku kesal. Tapi apa yang Rini katakan memang benar. Reza telah berubah.
Aku menggigit bibirku sambil melirik jam dinding. Masih ada dua jam lagi sebelum matahari terbenam. Aku lalu mengirimkan pesan kalau aku akan datang ke kosannya selepas maghrib. Semoga Reza membaca pesanku ini.
---
Aku sekarang berada di depan kosan Reza. Kosan yang sering aku kunjungi setelah menghabiskan waktu dengan Reza seharian. Beberapa tenteng makanan sudah ada di tanganku. Tidak lupa, tetengan sogokan untuk satpam ganteng, Mas Agus telah aku persiapkan.
Aku melirik sekilas kearah garasi yang tidak tertutup. Syukurlah ada motor besar Reza disana. Aku lalu mendekati pos satpam meminta mas Agus membukakan gerbang untukku.
"Cari Reza ya dek?" tanya Mas Agus dari dalam posnya. Dia lalu keluar dari posnya sambil melirik tentenganku sekilas sebelum menyambutku dengan senyum penuh arti.
"Oh ini untuk mas," ujarku seraya menyerahkan bungkusan bewarna hitam kepadanya. Mending aku sogok dulu dia sehingga aku dapat meminta lebih padanya nanti. Dia lalu menerima sebungkus nasi Padang dengan gulai tunjang di dalamnya sambil menciumi aromanya yang pasti menggugah selera.
"Makasih ya dek," ujar mas Agus dengan senyum sumringah. Dia kelihatan tidak sabar untuk segera nencicipi nasi dari Ranah Minang itu.
"Rezanya ada mas?" tanyaku sambil melirik kearah pintu kamar Reza. Lampu kamarnya yang menyala menandakan kalau Reza ada di kosannya.
"Ngg..., saya kurang tau dek, saya tadi ketiduran, ya saya ketiduran. Jadi saya tidak tau apakah Reza ada atau nggak," jawab mas Agus melirik kamar Reza sekilas.
"Okedeh kalau begitu. Kalau begitu saya boleh masuk kan mas?"
"Tapi dek?" Satpam kekar itu mencegatku. Dia nampak ragu sekaligus cemas sambil menimbang-nimbang sesuatu hal di fikirannya.
"Saya bisa tunggu di luar kok kalau Reza belum pulang," jawabku pasti sambil menatap kearah bungkusan yang dia tenteng penuh arti.
Mas Agus salah tingkah sambil tersenyum terpaksa. Dia nampak tidak enak untuk tidak memenuhi permintaanku. Aku yakin kenapa suap begitu marak di Indonesia, karena suap dapat memuluskan semua rencana tanpa rintangan, membuat si penerima suap tak berkutik tak berdaya, seperti apa yang aku lakukan sekarang. "Boleh kan mas? Boleh ya..." ujarku memelas.
Mas Agus si satpam kekar lalu mengangguk penuh keraguan. Aku lalu berterima kasih sambil berlalu meninggalkan mas Agus yang nampak cemas, menuju kamar Reza yang ada di lantai dua. Sepatu dan sedalnya tersusun rapi di rak sepatu membuatku yakin 99,99 % kalau pacarku Reza ada di kosannya.
Aku mengetuk pintu kamar Reza dengan pelan. Reza tidak suka keributan, dan dia sangat marah kalau ada orang yang mengganggu ketenangannya. Aku mengetuk pintu sambil memanggil namanya. Tak lama terdengar sahutan dari dalam yang membuat senyumku mengembang, lalu pintu kamar pun terbuka.
"Sayang!?" Reza nampak terkejut dengan kehadiranku. Apa dia tidak membaca pesan dariku, sehingga ekspresinya seakan melihat seseorang yang sudah lama meninggal.
"Boleh aku masuk?" tanyaku yang membuat Reza sadar dari lamunannya. Dia mempersilakan aku masuk sambil membereskan beberapa benda yang berserakan di lantai.
"Za, kamu nggak baca pesanku tadi ya? Kok kamu kayak terkejut gitu aku datang?" tanyaku sambil meletakkan tentenganku di nakas, lalu merebahkan badanku di kasurnya yang empuk. Seprainya acak-acakan sekali.
"Hehehehe maaf ya sayang. Aku nggak baca pesan kamu. Aku baru saja pulang."
"Baru pulang kok rapi gitu sih?" tanyaku menyelidik. Pakaiannya sangat rapi, tidak seperti pakaian seseorang yang baru pulang. Lagian Reza pasti langsung akan mengganti pakaiannya apabila telah sampai di kos.
Reza menatapku sejenak sambil menggaruk-garuk tengkuknya. Dia lalu tersenyum, "iya nih. Sebenarnya aku mau ngajak kamu jalan, surprise ceritanya. Tapi kamu udah sampai di sini duluan yang. Aku juga mau berangkat."
Aku tersenyum, "iya, aku sengaja ngasih kamu surprise. Pasti kamu sibuk bikin proposal PKM. Jadi aku kesini deh."
"Makasih ya sayang." Reza menciumi keningku kilat sebelum bergegas menutup pintu. Aku terkekeh sambil bangkit dari ranjangnya hendak mengambil piring. Aku membuka lemarinya sambil meraih piring dan gelas yang tersusun rapi. Ntah kenapa mataku menangkap sesuatu yang aneh, sehingga aku langsung mengambilnya.
"Za, kondom sama pelumas ini punya siapa Za?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa buah bungkus kondom dan pelumas. "Dapat dari mana?"
"I... Itu, punya aku yank." jawabnya. Aku langsung menoleh kearahnya. Untuk apa dia menyimpan kondom dan pelumas di lemarinya sendiri. "Aku mendapatkannya saat acara seminar HIV/ AIDS. Setiap peserta mendapatkan kondom sama pelumas gratis."
"Kok banyak sih?"
"Itu punya teman-temanku yang juga ikut seminar yank. Mereka nggak mau bawa karena takut salah faham dengan teman sekamarnya. Jadi karena aku sendiri, makanya aku yang bawa," jawab Reza pasti.
Aku mengangguk-angguk sambil meletakkannya kembali ke tempatnya semula. Aku memang tidak pernah mengikuti seminar seperti itu sebelumnya, sehingga aku agak sedikit kaget dengan penurunan Reza. Tapi aku yakin, Reza pasti tidak menggunakannya. Apabila Reza menggunakannya, secara psikologis pasti Reza akan meletakkan benda tersebut di tempat yang aman, bukan di lemari piring yang mudah ditemukan ini.
Aku lalu duduk di depan Reza yang menatapku datar. Aku tersenyum sambil membuka bungkusan dan mengeluarkan makanan kesukaannya, udang saus tiram. Reza nampak senang, membuat senyumku mengembang. Aku lalu bangkit dan mengambilkan nasi untuknya. Reza nampak tidak sabar untuk menyantap makanan laut tersebut.
"Kamu nggak ikut makan yank?" tanyanya sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Dadaku mengembang melihat Reza makan dengan lahapnya, tetesan peluhnya yang menandakan bahwa dia sedang menikmati acara makan malamnya ini.
Reza kembali mengulang pertanyaannya kembali. Aku tersenyum sambil menggeleng pasti. "Kamu lupa ya Za?"
"Oh ya, kamu alergi seafood ya. Aku lupa," jawabnya dengan senyum sumringah. Aku memang alergi dengan makanan laut semenjak kecil. Badanku akan bengkak-bengkak sehingga aku sangat menghidari yang namanya makanan laut. "Kamu sama siapa ke sini?"
"Sama Doni," jawabku singkat. Aku lebih tertarik melihatnya makan dengan lahap sekarang.
"Mas Agus kamu kasih juga yank?"
"Nggak Za. Mas Agus tadi aku sogok sama nasi Padang," jawabku menahan tawa. Aku penasaran bagaimana ekspresi satpam keren itu memakan gulai tunjang di posnya sekarang. Pasti dia akan mengangkat satu kakinya sambil menikmati suap demi suap nasi Padang yang khusus aku beli langsung dari restorannya.
"Pantas," gumam Reza di sela-sela makannya. Aku terdiam cukup lama sebelum aku memilih untuk naik keatas ranjang Reza dan merebahkan badanku diatasnya.
"Kok acak-acakan gini sih Za?" celetukku sambil memejamkan mata sejenak.
"Iya nih, malas ngerapiin. Nggak ada yang nolongin tiap pagi sih," jawabnya penuh makna. Aku terkekeh sambil memain-mainkan seprai bewarna biru itu dengan telunjuk.
"Jadi mau di tolongin? Biasanya kan yang ngerapiin tiap pagi itu kan yang sudah halal," pancingku berani. Pasti mukaku sudah memerah seperti udang yang dimakan Reza sekarang.
"Owh, jadi mau di halalin nih?"
Argh... Reza. Dia sukses membuat jantungku berdetak kencang. Aku langsung membenankam wajahku ke bantal menahan malu yang membuncah.
"Kok diam aja sih? Malu ya?"
"Za, kamu ganti parfum ya?"
"Nggak. Kenapa?"
"Nggak ada, cuman nanya aja," jawabku sambil kembali mengendus bantal Reza. Ya, ini bukan baunya.
"Aku baru ganti laundry, di perempatan depan sana, lebih murah," jelas Reza di bawah sana. Aku terdiam cukup lama sambil menutup mataku kembali.
Kasurnya sangat nyaman.
---
Seseorang seperti menciumi pipiku beringas sehingga aku membuka mataku. Astaga, aku ketiduran di kamar Reza rupanya. Reza yang sekarang berada di atas tubuhku terkekeh melihat ekspresi terkejutku. Dia lalu langsung melanjutkan ciuman nakalnya yang sudah mulai mengarah kearah leher.
"Zha..." desahku sambil mendorong tubuhnya yang menghimpit tubuhku. Ini harus dihentikan sebelum terjadi hal yang lebih jauh lagi. Aku mengucek-ngucek mataku sambil melirik ke arah jam di tanganku. Lima belas menit lagi menuju jam sebelas malam. Aku lalu bangun sambil bersandar di kepala ranjangnya. Sudah beberapa jam aku tertidur di sini.
"Masih ngantuk ya?" tanya Reza yang hanya menggunakan singlet sekarang. Badannya tercetak sempurna, membuatku malu untuk melihatnya lama-lama. Reza terkekeh sambil mengangkat daguku dengan tangannya. "Masih ngantuk rupanya. Aku antar pulang ya?"
Aku mengangguk pasrah. Reza lalu memakai jaket kulitnya dan memakaikanku jaket denimnya. Reza lalu menggenggam tanganku sambil mengunci kamar kosannya. Dia lalu menuju garasi dengan aku yang mengikutinya dari belakang dengan tangannya yang masih menggenggam tanganku. Aku tidak ingat apa yang terjadi, sehingga aku sudah ada di atas motor Reza dan menyandarkan kepalaku di punggungnya yang nyaman.
Za... I Love You.
---tbc
R~
Kirain pehapek mau di update
Kwkwkwkwk
"lho bukannya abang Reza selingkuhnya sama @Aurora_69 ? dese rutin kesini sehari tiga kali kek minum obat bok" kata digo_heartfire homo ngondek kosan depan pada @lulu_75
.
.
.
.
dan yes, gw juga penasaran sama agus si satpam
kali author bikin cerita : "Lupa setor nasi padang, keperawananku diembat satpam"
@rama212 Lha? Okedah klo bgtu...
@lulu_75 Yaiks hipotesismu kakak. Mengerika sekali yes... Semoga jngn lah, kok aku jdi nggak rela yes.
@digo_heartfire Sst... Ah lu mah nggak asik broh. Aib gue di umbar2. ntar gempar bf ntar, berabe tau.
D tunggu ya... Rencana mah mau bkin gtu.
@o_komo lama2 menjadi bukit. Horray!!
@algibran26 Ah... Siapa yg bilang Reza selingkuh yes? Siapah?
@QudhelMars Kepergok apaan yb? Kepergoj mencintaimu kah? Hihihi
Coba" gpp kali :v