BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

AFTER YOU GO

1246727

Comments

  • gw dejavu baca2 ini, ttg kupu2 dlm perut

    diingat2 lg

    iya, ada battem fb yg bilang senengnya sampe ke perut digelitiki kupu2,
    tipe battem yg suka selfi2 saat habis ml sama pacarnya utk uplot ke sosmed, ewh

    bisa jadi emg rasanya enak diperut, scr gw ga pernah ngapa2in

    kali aja gw ga dapet kupu2, tapi kodok, ular sanca atau cacing-kremi
    mungkin lebih menggelitik

    kupu2 is so yesterday
    //ngeng
  • Mention ya kalau update
  • @Aurora_69 maunya *ketjup* sama huuuug :blush:
  • @Aurora_69 Hmm kenapa nggak dibilang bahwa ngelihat Reza sepintas kemarin di kampus? terus ujug2 ke tempat temen buat belajar, itu mencurigakan deh..
  • @bayu15213 Terima kasih... :blush: Kalau MBA sdng d pending dulu untuk beberapa minggu ini. Mohon pengertiannya.

    @digo_heartfire Sebenarnya itu istilah dri perasaan menggelitik yg seperti membumbung gtu di perut pas seseorang jatuh cinta. Klo kata para ahli sih, itu adalah lepuran hormon yang terjadi di perut. Lagian knp kupu2 krna kupu2 itu indah dan kalau binatang lain, kurang bagus n kesannya tidak romantis.
    Mungkin teman2 yg lain ad yg mau menjelaskan?

    @rama_andikaa Ikeh2 om...

    @andrik2007 :lol: dikasih hati mintak jantung.
    Yuks sini om... ;)

    @Adrian69 Mungkin karena si Aku saking gembiranya sehingga dia lupa nanyain ini dan itu om. Dan ke tempat teman buat belajar memang sangat mencurigakan om. Ada udang goreng dibalik mangkok.
  • @Aurora_69 seneng sih seneng aja ga ush pake berfantasi ada kupu" segala didalem perut :v giliran ada kupu" benerannya didalem perut baru tau rasa nanti :v

    Yb mah emang ga gehol ob :p
    Aku mah apa atuh~
    Why ?
  • Abang, kayaknya si Reza ada main di sana deh...
  • Beh beh Om XD
  • @QudhelMars Itu fantasi Aku, bkn fantasinya ob.

    @Algibran26 nah loh, kok nyangkanya gtu seh?

    @DafiAditya ikeh2 kimochi om... ;)

  • Part 4

    Aku sedang berada di sebuah restoran cepat saji di Grand Plaza sekarang. Rini sedang senang, dikarenakan pacar yang telah di pacarinya 3 tahun semenjak SMA terpilih menjadi ketua HMJ di jurusannya. Saking senangnya, Rini mentraktir kami sepulang kuliah ke Grand Plaza, plaza terbesar di kotaku. Terlebih, dipastikan pamornya akan naik diantara teman-teman sejurusannya -karena Rini merupakan pacar dari ketua HMJ-. "Ya hitung-hitung syukuran," ujarnya sambil memain-mainkan ponselnya beberapa saat yang lalu. Jam tanganku menunjukkan pukul satu lewat lima belas menit saat ini.

    "Kok lo liat jam sih? Ada rencana dengan Reza?" tanya Doni setelah melihatku melirik jam tangan. Aku sudah menceritakan kepadanya tadi pagi dan dia sangat senang kami telah berhubungan kembali.

    "Reza?" potong Rini, "Kalian udah kontekan lagi?" tanyanya mendekatkan wajah kearah kami.

    Gue mengangguk sambil tersenyum malu-malu. "Biar Doni yang jelasin," dikteku pada Doni sambil merogoh ponselku. "Gue mau ngingetin Reza, nanti makan siangnya ketinggalan," jelasku sambil mencari-cari nomor ponsel Reza di kontak. Aku tidak sanggup di ledekin Rini nanti.

    "Cie yang udah rujuk," goda Rini yang aku balas dengan cengiran lebar. Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengannya sekarang. Apalagi pilihan kata 'rujuk'nya yang bagiku kurang pas dengan hubunganku dengan Reza. Tapi sudahlah, aku tidak usah memikirkan itu. Biarlah Rini dengan Doni dan aku dengan Reza. Hehehe.

    "Nomor yang anda hubungi sedang sibuk atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."

    Terdengar suara wanita itu kembali. Aku memutuskan panggilan sambil mengerutkan kening memandang ponselku. Apa Reza sengaja mematikan ponselnya supaya dia bisa fokus buat tugas? Ah aku juga lupa menanyakan kenapa mematikan ponsel belakangan ini.

    Aku kembali menghubungi Reza. Masih terdengar suara yang sama, suara cewek yang lama-kelamaan membuatku jengkel. Aku lalu memutuskan kembali sambungan telepon sambil menghela nafas berat. Reza kamu dimana sih.

    "Kenapa?" tanya Rini sambil memasukkan kentang goreng ke mulutnya.

    "Nomor Reza nggak aktif lagi," jawabku tanpa memandang kearahnya. Mataku sedang fokus mengetik pesan menanyakan kabar serta mengingatkan Reza supaya dia tidak lupa makan.

    "Emang dia nggak bilangin ke lo dia mau ngapain?"

    "Katanya sih mau bikin tugas PKM*," jawabku menatap layar ponsel. Pesanku terkirim, dan semoga Reza cepat membaca pesanku. Rini menatap Doni sejenak sebelum tersenyum kepadaku, menenangkanku.

    "Mungkin dia sekarang nggak bisa di ganggu kali. Lagian batas pengumpulan proposalnya kan tinggal beberapa minggu lagi," ujar Rini melihat layar ponselnya. "Nggak sampai sepuluh hari lagi malah."

    "Kok lo tau gitu sih Rin? Lo ikut juga?" Kini Doni yang bersuara. Aku lalu memasukkan ponselku ke saku celana sambil mencomot kentang goreng yang ada di meja. Aku mungkin lebih memilih mendengarkan mereka saat ini.

    "Gue sih ogah ikut gituan. Ngabisin waktu gue aja. Mending ngumpul deh bareng kalian kayak gini. Ato ya..." dia menggantung perkataannya sambil menggigit bibir, "... main sama ayang lah." Dan Rini pun tersipu malu.

    Doni memutar bola matanya jengah, "dasar jablay," gumamnya yang sontak membuatku tidak tahan untuk tidak tertawa. Bakalan pecah perang dunia nih. Rini sangat anti kata-kata kasar mengenai dirinya.

    "Terserah lo deh," sahut Rini mengibas-ngibaskan tangannya kearah Doni. "Kalian semua suci, aku penuh dosa. Biarlah jablay asak tak pakai narkoba," tandas Rini yang membuat tawaku pecah seketika, menggema di restoran cepat saji tersebut. Syukurlah saat ini tidak begitu banyak pengunjung, sehingga hanya beberapa orang yang menoleh kearah kami. Gue bisa merasakan pipi gue memanas saking malunya.

    "Udah ah udah, jangan bikin gue makin malu," bisikku sambil melirik kiri dan kanan dengan tanganku yang menutupi separuh wajah. Beberapa pengunjung restoran masih memperhatikan keanehan kami sambil geleng-geleng kepala.

    "Lo sih, nggak bisa ngontrol suara. Kalau happy nggak usah gitu amat kali. Lihat sikon." Rini mengibas-ngibaskan tangannya acuh tak acuh dengan kejadian tadi. Aku yakin karena jabatan sang kekasihnya sekaranglah, membuat Rini menjadi setenang ini.

    "Lo sih, udah ketularan Awkarin aja," sahut Doni tersenyum geli.

    "Ya dong," sanggah Rini, "kita harus kekinian, biar nggak dikatain kudet." Rini mengedipikiku penuh seringai jail, "biar nggak jones mulu," sindirnya, membuat muka Doni memerah. Sindiran Rini memang langsung menyinggung Doni yang sedang jomblo semenjak putus dengar pacarnya setahun yang lalu.

    "Lo nyindir gue?" Doni langsung bereaksi.

    "Gimana ya? Sebenarnya ini buat para jomblo ya, tapi sorry ya kalau lo kesindir," kilah Rini dengan senyum penuh arti. 1-1 buat mereka berdua.

    "Oh ya, soal PKM tadi, emang proposalnya batas terakhirnya kapan sih?" tanyaku ke Rini penasaran. Pertanyaanku menyangkut dengan sikap Reza yang berubah akhir-akhir ini karena PKM. Sekalian menghindari konflik yang akan terjadi antara Rini dan Doni.

    "Sepuluh hari lagi, dihitung dengan hari sekarang," jawab Rini pasti. Dia menatap gue sekilas lalu tersenyum, "lo mau ikutan juga?"

    Aku menggeleng sambil bergidik ngeri. "Nggak ah, malas. Bukan kerjaan gue bikin gituan," jawabku santai. "Mending gue fokus dukung Reza, memberikannya semangat."

    "Memberikan semangat dengan bermalam di kosannya?" celetuk Doni acuh tak acuh.

    Rini mempelototiku, "jangan bilang lo..."

    "Nggak ah... Gue nggak ngapa-ngapain sama Reza, suer." Aku mengangkat kedua tangan sambil membentuk huruf V dengan jari. Tidak lupa mempelototi Doni yang asal bunyi tanpa klarifikasi sebelumnya kepadaku.

    "Yakin tuh? Kok gue nggak yakin ya?" Doni langsung memanas-manasi tanpa gentar sedikitpun dengan pelototanku.

    Rini seakan tidak terima, langsung mencecarku dengan pertanyaan yang sama. "Lo nggak ngapa-ngapain sama Reza kan?!"

    "Nggak!! Gue masih suci, gue takut dosa," jawabku spontan. Sejenak mereka berdua terdiam, sehingga mereka berdua lalu tertawa karena jawabanku yang mengingatkan mereka dengan parodi lagu yang lagi booming akhir-akhir ini.

    "Eh bentar, ada telpon," Rini merogoh tasnya mengambil ponsel, lalu menjauh dari kami. Nampaknya terjadi perdebatan disana, bahkan Rini sempat menoleh ke arah kami dan menanyakan jam berapa sekarang, sebelum Rini kembali ke kursinya dengan muka pasrah.

    "Kenapa?" tanyaku sambil melirik ponselnya yang kembali bergetar. Rini dengan kesal mematikan ponselnya sebelum menatap kami dengan sungut.

    "Meta, teman sebelah kamar gue. Dia minta gue pulang. Secara kan gue lagi nikmatin quality time bareng sahabat-sahabat gue," gerutunya.

    "Sok quality time lo. Tiap hari juga quality time juga," sanggah Doni dongkol. Mungkinn dia masih kesal disindir jones oleh Rini tadi. Biasanya dia yang paling bersemangat apabila mendengar nama wanita.

    "Emang kenapa dengannya?" tanyaku mencomot kentang goreng yang sudah hampir habis itu. "Dia beranak?"

    "Hush, beranak dari Hongkong. Pacar aja nggak punya," sangkal Rini. "Dia minta tolong sama gue buat bantuin dia nyelesaiin proposal PKMnya."

    "Emang temannya yang lain dimana? Mati?" tanya Doni ketus.

    "Dua orang temannya yang lain pada galau, putus cinta. Ada yang diselingkuhi ada pula yang diputusi gara-gara pacarnya dapat gebetan baru. Akhir-akhir ini ntah kenapa banyak yang selingkuh ya?" tuturnya.

    "Nah, lo juga hati-hati Rin, jaga-jaga tuh pacar. Ntar dia selingkuh, jones berkarat lo," ujar Doni sarkas. Dia nampak puas setelah mendepak Rini langsung dengan istilahnya yang awesome.

    "Semoga nggak," ujar Rini sambil melirikku. Begitupun Doni yang juga tiba-tiba menoleh ke arahku dengan pandangan yang sama.

    Aku tersenyum, "semoga nggak," ujarku. Aku yakin kalau Reza nggak bakalan selingkuh. Aku cinta sama Reza, begitu juga Reza yang mencintaiku. Cinta kita tidak akan tergoyahkan oleh apapun.

    "Semoga saja," gumam Rini dan Doni bersamaan. Saling bertatapan-tatapan. Mereka seperti mencemaskanku, mencemaskan sesuatu yang akan terjadi kepadaku. Entahlah, aku tidak tahu, mungkin fikiranku saja.

    "Jadi lo mau pergi?" tanyaku ke Rini.

    Dia terkesiap sambil melirik jam tangannya, "Bentar lagi. Lagian gue mau puas-puas bareng kalian dulu. Kan judulnya gue lagi syukuran sekarang." Rini tersenyum lebar. "Oh ya, besok gue nggak bisa bareng kalian ya," Rini menjulurkan lidahnya malu-malu, "gue mau main sama doi."

    "Kemana?" tanya Doni penasaran. Jangan bilang Doni ingin ikut dengan mereka. "Lo nggak kuliah?" sambungku.

    "Mungkin ke kebun teh, atau ke pantai. Gue juga nggak tau. Soal kuliah, kebetulan besok dosen gue pada nggak masuk, dan dia juga begitu. Ya... Sekalian memanfaatkan kesempatan lah."

    Aku mengangguk-angguk sambil kembali merogoh saku, mengambil ponsel. Menatap wajah Reza di layar ponselku, mengingatkan kenangan-kenangan indah kita berdua. Ambil jatah bareng, lalu pergi jalan-jalan ke puncak dan pulang larut malam. Nginap di kos Reza, sambil menghindari tatapan Mas Agus yang menyelidik. Makan bareng, keluar bareng. Dunia terasa indah, sebelum wanita operator itu yang selalu menjawab panggilanku ke Reza.

    "Eh itu Reza kan?!" terdengar suara Rini yang membuatku terkesiap mengikuti telunjuknya yang mengarah pada seseorang. Ya itu Reza, pacarku. Doni lalu menatapku, "bukannya dia buat proposal PKM?" tanya Doni. Begitupun Rini yang mencecarku dengan pertanyaan yang hampir sama, dengan inti pertanyaan 'kenapa Reza ada di sini?'.

    Aku lalu beranjak dari kursi sambil mendekati Reza yang berada di luar restoran cepat saji tersebut. Dia meneteng beberapa bungkusan di tangannya sambil kelihatan mencari seseorang. Dia merogoh sakunya seperti hendak menghubungi seseorang sebelum aku memanggil namanya.

    "Reza?!" tanyaku sambil menyentuh punggungnya lembut. Punggung yang selalu membuatku nyaman ketika aku berada di belakangnya.

    "Sayang?!" Reza terkejut melihatku sudah berada di belakangnya. Dia seperti mengedarkan pandang sebelum memegangi kedua bahuku sambil menatap mataku. "Kamu ngapain di sini?"

    "Aku lagi makan sama Rini dan Doni," ujarku menunjuk kearah meja kami yang berada di dalam restoran cepat saji. Rini terlihat melambaikan tangan kearah kami, sedangkan Doni hanya diam saja bertumpu tangan. Aku menatapnya. "Maaf aku nggak bilang-bilang. Aku juga mau ngajak kamu, tapi kamu kan sibuk bikin proposal dan nomor kamu juga nggak aktif. Aku khawatir."

    "Maaf ya sayang, pasti kamu khawatir ya?" Gue mengangguk. "Ponselku kehabisan baterai, maaf ya."

    "Sekarang baterainya udah terisi?" tanyaku sambil melirik ponsel yang berada di tangan kanannya.

    Dia melirik ponselnya sambil tersenyum canggung, "udah nih," dia menggaruk-garuk hidungnya. "Coba deh kamu telpon, pasti aktif."

    Aku menggeleng, "sudah baca smsku kan Za? Kamu udah makan kan?"

    Reza tersenyum, dia seperti menjaga diri dari pandangan pengunjung Grand Plaza. Biasanya Reza akan mencubit pipiku sambil sesekali menciumiku gemas. "Makasih ya sayang," bisiknya. "Makasih udah perhatian denganku."

    Aku tersenyum, "jadi kamu udah makan Za? Lagian bukannya kamu seharusnya...."

    "Aku lagi cari makanan," potongnya sambil mengangkat tentengan yang dia bawa. "Di rumah temanku nggak ada makanan, jadinya aku pergi beli makanan sambil beli kertas dan beberapa alat tulis," terang Reza.

    Aku tersenyum sambil menoleh sekilas ke arah Rini dan Doni yang nampak membicarakan sesuatu. "Kamu mau ikutan bareng kami dulu?"

    Reza menggeleng, "nggak usah, aku nggak mau nganggu kalian, sayang. Lagian aku juga harus cepat balik ke rumah temanku, takutnya dia kelamaan nunggu," jawab Reza.

    "Owh gitu ya, nggak apa-apa kok," jawabku dengan senyum mengembang. "Kamu sendiri kan Za?" Dia mengangguk. "Atau gimana kalau aku pulang bareng kamu aja ya, secara mau bubar juga."

    "Kebetulan aku nggak bawa helm dua yank," ujarnya dengan perasaan bersalah. "Takutnya keselamatan kamu..."

    "Aah iya, helm. Nggak apa-apa kok." Aku tersenyum, "yaudah gih sana. Nanti maagnya kambuh loh," ujarku lagi sambil mendorong-dorong badannya. Reza terkekeh mengiyakan.

    "Aku cinta kamu," bisikku dari jiwa ragaku yang paling dalam.

    "Cinta kamu juga," jawabnya dengan senyumannya yang membuatku luluh. "Aku pergi dulu ya," ujarnya sambil memasukkan ponselnya kedalam saku.

    "Iya hati-hati ya sayang. Jangan lupa makan," balasku sambil memandanginya berlalu meninggalkanku. Aku lalu kembali ke meja kami yang diikuti tatapan mata Rini dan Doni yang meminta penjelasan.

    "Dia lagi membeli makanan sama perlengkapan alat tulis," jawabku ketika Rini menanyakan alasan keberatan pacarku di Grand Plaza. Begitupun dengan Doni yang menanyakan ponsel Reza yang tidak aktif, "baterainya habis," jawabku sambil menatap layar ponselku yang rupanya tergeletak di meja sejak tadi.

    Rini dan Doni saling bertatapan-tatapan sebelum menatapku penuh keyakinan.

    "Kok kami berfikir kalau Reza selingkuh ya?" ujar mereka serempak.

    Tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang.

    --- tbc
    R~

    *PKM = Program Kreatifitas Mahasiswa
  • Lanjut Uda
  • waduh si aku baik banget ya ...
  • Hmh itu mah udah jelas ada udang di balik kue mangkok. Mestinya "Aku" biarin Reza coba hubungin siapapun itu yang mau dia temui sambil diikuti terus biar ketahuan.
Sign In or Register to comment.