BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

STOP gerakan LGBT di public area

1161719212225

Comments

  • lelah nge dengar e
  • LONTEEE TIME...ajeb ajeb ajeb ajeb ajeb ajeb ajeb
  • ff_lover wrote: »
    Sudah terlalu jauh melenceng dari "the big picture"

    Although the discussion may have gone off topic I hope that people reading the post still get some education from it, karena gak semua komen isinya memaksakan pendapat pribadi tapi justru memberi edukasi dari sumber2 yg valid. And as the last note, let me ask these questions, is it wrong to stay discreet when there are people who fights for our rights?(NO). is it a good thing to do to talk badly about people who actually fight for the rights of many others? (NO). is it okay to force our own opinion on others? (NO). is it wrong to enforce our opinion with valid information? (NO). I might sound crazy for answering my own questions, lol but that is my opinion and it gives me a peace of mind after having answered these question that i no longer feel the need to try to explain my opinions.

    kudenegrimor
  • edited March 2016
    @silencewords

    Kenapa hanya saya yang kamu serang?, kenapa komen2 saya aja yang dikomentari dengan "keras" oleh kamu? Padahal yang kontra dengan saya juga sama aja ga mau ngalah.

    Saat kamu bilang saya "terkesan" memaksa orang untuk menerima pendapat saya, saya juga merasa orang-orang yang ga sependapat dengan saya "memaksa" saya untuk "diam" kalau ga mau dibilang "menerima" opini mereka. Lalu apakah memang suatu kewajiban untuk "memberikan pilihan, tawaran, atau pertanyaan saat mengeluarkan opini?" Ketika saya berdebat dengan yang kontra dengan saya, tanpa saya kasih pertanyaan pun, mereka akan memberikan pendapat atau data-data yang mereka punya.

    Saat kamu bilang saya harus mengemas pendapat saya agar tidak terkesan "menyalahkan" , kenapa tidak juga disampaikan ke orang-orang yang kontra dengan saya?

    Jangan saya aja yang kamu sarankan untuk "kamu tuh harus gini lhoo , gitu lho", yang kontra dengan saya juga harus dinasehati.

    Ok, kamu bilang ga salah kalau saya "think about my self only, don't care about the others", masalahnya saya ga terima dibilang ga "care" dengan orang lain. Saya bukannya "ga care" dengan orang lain yang tertindas, cuma saya ga setuju dengan aktivis LGBT yang memiliki agenda "propaganda gay adalah normal". Kalau ada aktivis yang hanya ngasih info bahwa gay juga manusia, butuh sekolah dan kerja, saya juga "fine fine" aja.

    @Boyorg ya tentu aja lo boleh menyatakan pendapat. Tapi bersikaplah bahwa orang yg baca itu tau maksud dari pendapat lo. Kita paham. Beberapa malah mengalami, entah sama persis atau sebaliknya.
    Pendapat lo harusnya berupa tawaran dan pilihan. Pada awalnya emang gitu, sampai akhirnya diulang ulang, seolah jadi suatu keharusan terlepas dari lo gak bermaksud demikian.
    Sure we don't know each other, but try to act like you know we're all have an adult mind.
    Act, not just think.
    Jadi lo juga bisa meninjau ulang apakah benar respon dari kita salah (dalam artian lo sampai harus mengulang pernyataan lo lagi. again, ini bukan soal lo literally said "no, you're wrong" tapi bagaimana lo mengemas pendapat lo sampai orang berpikir lo "menyalahkan" mereka).
    Jadi, alih alih menyanggah, lo bisa menggali cerita lebih dalam dibalik respon mereka terhadap pendapat lo (salah satunya dengan bertanya).
    Setidaknya lo punya sudut pandang baru walau mungkin pendapat lo masih gak akan berubah.

    Terserah untuk kali ini mau ditanggapi atau enggak ya.
    Tapi gue mencoba cari jalan tengah.
    Dari yg lo kemukakan, I agree that you just think about yourself. Is that bad? NO! Dalam konteks yg ini gak.
    Tapi mereka yang memikirkan orang lain walau lo anggap caranya salah, itu sesungguhnya salah? Juga enggak. Mereka juga peduli sama diri sendiri kok. Cuma konsep diri yg mereka pakai itu beda. Aktivis dan kelompok yg mereka perjuangkan adalah satu. Mereka tidak terpisah.
    Aktivis dan orang kayak lo yg merasa terancam (sedikit, banyak, mengakui maupun menyangkal) itu lah yg terpisah.
    So far, lo hidup dalam kepura puraan.
    Gak ada yg tau lo gay, termasuk aktivis. Sejauh ini, as you said, undang undang dan aturan lain yang tertulis gak mengancam keberadaan gay "baik baik" (yg gak melakukan perilaku menyimpang macam pelecehan). That's true! Bener banget! Hukum gak eksklusif untuk heteroseksual. Jadi don't worry be happy! We're all save. Elo apalagi. I mean you're hiding. Nobody will know your sexual orientation.
    Jadi tindakan aktivis gak akan membahayakan lo. Mereka gak nyuruh lo untuk coming out kok. Bahkan ketika lo menganggap demikian, ketika lo merasa lo dipaksa coming out, benarkah mereka benar benar melakukannya? Lo tetap aman. Begitupun mereka yg satu pemahaman dengan lo. Lo juga berada di jalan yang benar. Karna lo nyaman di situ.

    Tapi beberapa memiliki jalan kebenaran dan versi kenyamanannya yg berbeda. Aktivis nyaman berjuang. Walau kadang emosi naik turun, itu juga salah satu faktor yg bikin nyaman. Beberapa pula masih beranggapan, bahkan tau dan mengalami, kalau hukum dan keadilan yg terjadi, tidak sesuai dengan apa yg tertulis. Mereka punya data, mereka punya angka.
    Mereka gak nyaman berpura pura.
    Jadi yaa mereka juga bener kalau mau berjuang. Mereka gak terima sama keadaan, mereka melakukan sesuatu.
    Lo terima keadaan (entah di level pikiran, perbuatan, atau keduanya) maka lo gak melakukan sesuatu.

    Keduanya ya bener.

  • edited March 2016
    @Johntravors
    Lo percaya agama yg gw anut?, kalau engga ya udah , kenapa merasa dipaksa untuk percaya. Begitupun dengan orang lain, kalau mereka ga percaya apa yang gw sampaikan, kenapa "merasa" dipaksa percaya?

    Kamu bilang bahwa "propaganda gay adalah normal" merupakan yang paling penting, apakah bilang "gay adalah normal" termasuk memaksa keyakinan aktivis LGBT terhadap gw?, walau kamu bilang tidak, saya tetap akan bilang ya. Karena dalam keyakinan/ agama yang saya anut, gay bukanlah hal yang normal.

    Boyorg wrote: »
    Apakah bilang "gay dilarang dalam agama " termasuk memaksa keyakinan gw ke orang lain yang berbeda agama atau bahkan ga punya agama?, Apakah sama dengan kalau gw bilang "karena gay dilarang agama, ayo aktivis LGBT bertobat lah" ?
    Yes. A big yes for both questions.

    Sudah terlalu jauh melenceng dari "the big picture"
    Iya nih. :hushed:

  • Boyorg wrote: »
    Lo percaya agama yg gw anut?, kalau engga ya udah , kenapa merasa dipaksa untuk percaya. Begitupun dengan orang lain, kalau mereka ga percaya apa yang gw sampaikan, kenapa "merasa" dipaksa percaya?
    Lo nulis itu di sini dan menyatakan sebagai kebenaran universal karena tanpa embel-embel "khusus pengikut agama gw".
    Kamu bilang bahwa "propaganda gay adalah normal" merupakan yang paling penting, apakah bilang "gay adalah normal" termasuk memaksa keyakinan aktivis LGBT terhadap gw?, walau kamu bilang tidak, saya tetap akan bilang ya. Karena dalam keyakinan/ agama yang saya anut, gay bukanlah hal yang normal.
    Iya, memang dipaksakan agar bisa dipahami seperti itu tanpa peduli agamanya apa. Kenapa? Karena sudah dibuktikan oleh science walaupun masih terus mengalami perkembangan. Lebih baik lagi bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

    Hal ini sama seperti Teori Evolusi, walaupun banyak pengikut agama-agama tertentu menentang tapi kan tetap dimasukkan dalam kurikulum pelajaran Biologi. Karena memang sudah terbukti oleh science.
  • Salah kah kalau gw beri pendapat bahwa "yang penting kasih info ke masyarakat bahwa mereka tidak bisa mendiskriminasi, menyiksa atau bully LGBT" karena tidak ada UU yang melarang LGBT untu sekolah atau kerja dan ada UU yang melarang warga untuk menyiksa atau membully orang lain? ,

    Apakah itu termasuk memaksakan pendapat, padahal pendapat gw itu sering kali dijawab dengan pernyataan-pernyataan yang memaksa gw untuk menerima pola pikir orang lain. Seperti "Ya ga bisa lah, emang ada yang mau lapor polisi kalau didiskriminasi kalau ketahuan gay?" dan "Penegakan hukum tidak semanis yang dibayangkan",

    Memang sihh tidak secara eksplisit bilang "Your opinion is wrong" tapi itu membuat saya merasa "apakah gw salah ya?" , "apakah gw berhenti aja ya ngasih opini gw? ", "Apakah gw milih diam aja walau tetep merasa ga sreg dengan aktivis - aktivis LGBT itu meski mereka ngasih data-data tentang jumlah LGBT yang didiskriminasi di Indonesia?

    Sorry kalau saya salah persepsi, cuma yo mari sama-sama adil dalam memberi aturan dalam berpendapat. Saya rasa sepanjang tidak mencaci pendapat orang lain dan tidak memakai kata-kata kasar maka orang berhak mempertahankan pendapatnya dan hendaknya tidak ditakut-takuti dengan pernyataan "kamu memaksakan kehendak atau keyakinan deh".

    Memang sih ada data tentang diskriminasi gay yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu, dan oke lah saya menerima bahwa data-data itu valid, karena saya juga males mencari info tentang siapa peneliti yang mengumpulkan data tersebut, bagaimana metodologi penelitian/surveynya dan siapa saja yang menjadi sampel penelitiannya, apakah yang didiskriminasi terbatas pada LGBT yang udah jelas-jelas berniat come-out, ataukah LGBT yang discreet tapi ketahuan gay, atau walau tidak ketahuan LGBT, karena hanya kelihatan kemayu, maka didiskriminasi.

    Saya berfikir, dengan adanya data-data tersebut bukan berarti "Oh ya udah deh gw berhenti beropini", karena data-data itu tidak menutup kemungkinan orang-orang untuk pro-kontra terhadap gerakan LGBT di area publik, atau secara kasarnya, data-data itu tidak bisa menghalangi orang untuk berpendapat, tapi memang orang tidak bisa menyangkal data yang ada kecuali dia melakukan penelitian lagi dan ngasih data yang bisa menyangkal data sebelumnya.

    Saya lebih memilih untuk membahas masalahnya satu persatu, misalkan ada kasus anak yang dicemooh "banci" oleh teman2 nya , nah kenapa ini bisa terjadi, apakah ini karena stigma, padahal anak-anak mungkin belum tahu aturan agama tentang LGBT dan orang tua mereka pun mungkin tidak memberikan doktrin "banci itu abnormal" kpd mereka?, saya coba ngasih solusi instan, yaitu kalau misalkan si anak yang nge-bully nya ga bisa dikasih tahu, coba pindah sekolah. Tapi kan langsung dijawab "Ga semua LGBT itu mampu, ga bisa seenaknya pindah-pindah sekolah". Nah, saya langsung jawab lagi, kalau ada sekolah yang minta bayaran yang aneh-aneh ke calon siswanya, sebenernya itu salah karena sekolah sudah dibiayai oleh pemerintah dalam bentuk BOS. Ya solusi lain adalah cari sekolah yang tidak memungut uang "secara berlebihan" kepada siswanya. Pasti banyak kok sekolah seperti itu.

    Lalu misalkan ada masalah gay yang tidak dipecat dari kantor karena ketahuan gay, nah mungkin ini memang terjadi karena stigma. Aktivis lebih memilih untuk koar-koar anti-stigma terhadap LGBT di depan publik (dan gw kurang setuju) , sedangkan gw lebih memilih untuk ngasih solusi bahwa coba lah diskusi dulu dengan petinggi di kantor, toh dia udah berusaha tidak show off di depan orang-orang dan dia selama ini tidak merugikan perusahaan.

    Ok, apakah pendekatan-pendekatan saya dalam menyelesaikan masalah LGBT termasuk kepada "you think about yourself, but they think about the others"?,

    Intinya gini, saya coba simpulkan pemilkiran saya.

    1. Saya ga setuju aktivis LGBT yang jor-joran melakukan propaganda gay=normal, ketidaksetujuan ini tolong disikapi dengan adil karena dari pihak yang pro gerakan LGBT di area publik juga sama-sama bersikeras akan pendapatnya.

    2. Sejauh ini tidak ada UU yang melarang gay untuk sekolah atau bekerja di kantor. Tapi saya harap pihak gay sendiri tidak terlalu menunjukkan sifat-sifat "ke-gay-annya" di muka umum. Kalau ga menunjukkan sifat-sifat gay di depan orang-orang ga bakal jadi sakit-sakitan kan, misalnya jadi pusing, demam, gatel-gatel, dsb.


    ff_lover wrote: »
    Sudah terlalu jauh melenceng dari "the big picture"

    Although the discussion may have gone off topic I hope that people reading the post still get some education from it, karena gak semua komen isinya memaksakan pendapat pribadi tapi justru memberi edukasi dari sumber2 yg valid. And as the last note, let me ask these questions, is it wrong to stay discreet when there are people who fights for our rights?(NO). is it a good thing to do to talk badly about people who actually fight for the rights of many others? (NO). is it okay to force our own opinion on others? (NO). is it wrong to enforce our opinion with valid information? (NO). I might sound crazy for answering my own questions, lol but that is my opinion and it gives me a peace of mind after having answered these question that i no longer feel the need to try to explain my opinions.

    kudenegrimor

  • edited March 2016
    @Johntravors

    Maaf ya kalau gw bilang lo berusaha "ngeles" alias mencari-cari alasan untuk ga nerima penjelasan dari gw bahwa gw ga bermaksud memaksakan keyakinan gw kepada orang lain.

    kan gw udah jelasin, yang gw maksud adalah ajaran agama Islam, maaf kalau ga sempet ngasih tahu agama yg gw maksud, tapi lo keukeuh muter lagi muter lagi dengan selalu bilang gw memaksa keyakinan gw terhadap orang lain. Yang ngomong kan gw, kenapa seakan-akan lo sendiri yang berhak menjudge maksud kalimat gw?,

    Gw tegaskan sekali lagi gw ga memaksa orang untuk meyakini apa agama yang gw anut, kesalahpahaman yang mungkin terjadi, gw akui dari keteledoran gw dalam membuat kalimat yang terjadi karena terburu-buru. Jujur aja debat di boyzforum itu butuh mental yang kuat, sekalinya kebawa emosi maka kalimat yang keluar jadi "aneh".

    Jika ada member yang ingin membahas LGBT berdasarkan ajaran selain islam bahkan ajaran Atheis, silahkan, monggo. Ada kah kata-kata dari gw yang bilang bahwa apa yang lo yakini itu salah? , gw hanya bilang ga sependapat jika ada aktivis LGBT yang berusaha bilang bahwa gay adalah normal kepada masyarakat muslim Indonesia, untuk masyarakat agama lain saya serahkan ke penganut agama lain. Ya kalau lo mau propaganda ke umat yang lain terserah lo deh.

    Jelas ga tuh?, atau lo tetep bilang gw memaksakan keyakinan gw pada orang lain?, aduhhh gw harus ngomong apa lagi, tulunggg tulunggg

    Saya berfikir gini ya, oke lah mungkin di sini banyak yang pro dalam aktivitas membuat masyarakat memandang gay adalah normal, nah kalau gw ngasih info bahwa gay dilarang agama (yang gw anut), apakah itu memaksa member2 yang pro aktivis LGBT untuk meyakini agama gw ? Gw gagal faham ah. Soalnya member2 yang pro aktivis LGBT juga berusaha memberi tahu bahwa gay adalah normal , udah dibuktkan oleh science lah , itu sebenernya bisa diartikan berusaha merusak keyakinan gw, tapi gw ga protes tuh, gw ga bilang lo memaksakan keyakinan lo ke gw . Gw bingung harus ngomong apa lagi, tapi maaf kalau gw bilang lo udah melakukan standar-ganda.

    Melakukan aktivitas Gay adalah dosa (sebab dalam Islam, jika dosa masih ada dalam fikiran, belum termasuk dosa,), itu tidak ada hubungannya dengan science (itu pun kalau ada data valid). Berkali-kali orang bilang secara science, ga apa2 makan babi, lahh kalau berdasarkan agama yang gw anut, gw ga boleh makan babi, ya ga bakal gw bilang memakan babi adalah halal menurut agama yang gw anut. Atau misalkan kumpul kebo, mungkin science "membolehkan" kumpul kebo asal tidak gonta-ganti pasangan karena bisa tertular IMS, tapi gw tidak akan pernah bilang kumpul kebo adalah halal. Tapi saya yakin bahwa sebetulnya science akan selalu sejalan dengan ajaran agama yang saya anut.


    Boyorg wrote: »
    Lo percaya agama yg gw anut?, kalau engga ya udah , kenapa merasa dipaksa untuk percaya. Begitupun dengan orang lain, kalau mereka ga percaya apa yang gw sampaikan, kenapa "merasa" dipaksa percaya?
    Lo nulis itu di sini dan menyatakan sebagai kebenaran universal karena tanpa embel-embel "khusus pengikut agama gw".
    Kamu bilang bahwa "propaganda gay adalah normal" merupakan yang paling penting, apakah bilang "gay adalah normal" termasuk memaksa keyakinan aktivis LGBT terhadap gw?, walau kamu bilang tidak, saya tetap akan bilang ya. Karena dalam keyakinan/ agama yang saya anut, gay bukanlah hal yang normal.
    Iya, memang dipaksakan agar bisa dipahami seperti itu tanpa peduli agamanya apa. Kenapa? Karena sudah dibuktikan oleh science walaupun masih terus mengalami perkembangan. Lebih baik lagi bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

    Hal ini sama seperti Teori Evolusi, walaupun banyak pengikut agama-agama tertentu menentang tapi kan tetap dimasukkan dalam kurikulum pelajaran Biologi. Karena memang sudah terbukti oleh science.

  • Boyorg wrote: »
    Gw tegaskan sekali lagi gw ga memaksa orang untuk meyakini apa agama yang gw anut, kesalahpahaman yang mungkin terjadi, gw akui dari keteledoran gw dalam membuat kalimat yang terjadi karena terburu-buru.

    Nah gitu dong jadi jelas.

    Intinya gw mau ngasih tahu lain kali kalo bawa-bawa kalimat "dosa" atau yang berhubungan dengan itu jangan lupa disebutin ajaran agama apa biar orang ga salah paham kalo lo lagi menyebarkan ajaran agama lo sebagai kebenaran universal.
  • now playing .... ~Lily allen - fuck you ~
  • salut..boyorg...
  • Mencoba memahami beberapa kalimat di sini.
  • Tau ga...sekarang ini fenomena di surabaya, laki laki yg aga melambai nerima tamu cowok di kosannya malah dituduh yg ngga ngga,.masyarakat kita yg dulu menganggap lbiasa..kini berubah menjadi sangat sensitif...
  • Salut buat apa nih? , but thank you anyway for your "salut" :smile:
    maldrino wrote: »
    salut..boyorg...

  • @Boyorg karna yang aktif banget itu elo. Dan ini kan bentuk tulisan. Yang lain juga bisa baca. Kenapa lo kudu concern sama "kenapa cuma gue doang yang lo bilangin? Kenapa yang lain enggak?"
    Secara gak langsung bukan cuma lo doang sih tapi ke semua yang satu paham sama lo.
    Kan gue nulis di forum, bukan via PM.
    Perbincangan ini pun toh "bermula" dari gue merespon lo, dan lo balik merespon gue. Jdi ya sekarang tinggal lo sendiri yang harus tanya sama diri lo, emang bener gak kalau lo itu sebaiknya melakukan apa yg gue bilang?
    Dimulai dari diri sendiri dulu.
    Apa gue harus bilang ke banyak orang, mereka setuju, baru lo setuju? Tanggapan murni yang berasal dari diri lo sendiri ada kan? Ya itu aja dipake.

    Gue pikir ini diskusi. Nemu satu kata "debat" ya udah lah akhirnya suka suka lu aja.
    Pengennya menang kalau debat mah ujung ujungnya (walau mungkin di KBBI artinya gak demikian).



    Saya jadi punya satu pertanyaan besar?
    Kamu ga setuju aktivis LGBT yang jor-joran melakukan propaganda gay=normal. (Propaganda ini kata kata yang judgemental banget).
    Apa yang akan kamu lakukan?
    Apakah itu hanya pendapat?
    Kalau cuma pendapat, ya udah. Gue ngerti. Yang lain juga ngerti. Stop aja sampai di sini. Toh gak akan diapa apain itu pendapat.
    Negara ini menjamin kebebasan berpendapat kok, dan kamu sudah melakukannya. Jadi ya udah sampai sini aja.
Sign In or Register to comment.