BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[ALL ABOUT THE MONEY] Diskusi Perencanaan Keuangan, Tips Kaya, Cari Pekerjaan, Jualan, Kartu Kredit

11416181920

Comments

  • edited January 2016
    Soal perjanjian tukang baso dengan jangka waktu 15 tahun, sepertinya tetap lebih bagus yang a. Orang yang milih a akan tetap bayar lebih murah jika dikonversikan mencicil per bulan. Kamu bayar 600 perak per hari dan di saat yang sama si X (dengan kata lain) membayar 500 perak per hari. Saya merasa ada yang janggal kalau barang yang sama selama 15 tahun, perbedaan harga antara harga cash dan cicilannya hanya sedkit ( 2,5 juta dengan 3.285.000 juta), you know, mobil mewah di awal tahun 90 an berkisar antara 100-200 jutaan tapi tahun 2000 an, apakah masih bisa beli mobil mewah dengan harga tersebut? Cmiiw.

    Lalu tukang bakso juga harus menghitung inflasi, jangan sampe saat harga bahan baku naik, dia tetap menjual dengan harga yang sama, dia akan rugi nantinya. Kalau di tahun ke 10 dia harus jual bakso dengan harga 5000 tapi orang tetap dapet makan bakso dengan harga 600, tentu bisnis dia akan collapse.

    Devlin wrote: »
    oya untuk rumah, karena kalau saya sendiri bakal susah beli rumah cash. karena pendapatan tabungan saya bakal kegerus inflasi dan kenaikan pendapatan pasti dibawah inflasi (kecuali kalau dapet promosi sih)
    jadinya saya pikir cicilan kpr yang fix rate itu menarik. (terlepas proporsi cicilannya nanti dibagi bunga atau pokok yang lebih gedean, karena klo dilunasi diakhir sama saja jatuhnya)

    time value of money lagi nih kak.
    uang 600rbu jaman sekarang perkiraan saya ga bakal ada artinya beberapa taun kedepan.

    simplenya jaman saya sd, beli bakso bisa 500perak
    sekarang bisa 20rbuan
    kalau jaman sd 15 taun lalu saya melakukan perjanjian (anggaplah kpr) dengan tukang bakso.
    pilihan
    a. untuk makan geratis tiap hari selama 15 tahun dan disuruh bayar 2.500.000 (anggap diskon karena 15×235×500=2.737.500, dan dibayar kas pada saat itu juga.

    b. bayar 600perak tiap hari selama 15 taun (15×365×500=3.285.000) masih mahal yg ini kan secara total. tapi nilai uangnya uda beda.

    jadi saya yang untung kan kak jika ambil opsi b.

    saya liat negara kita masih bakal akan ada inflasi karena masih merupakan negara berkembang. dan belum bisa stabil kondisi ekonominya, politiknya si yang bikin euwww (masih kesel kasus antasari azhar sama sri mulyani, pasti ide bulus orang2 busuk semua itu)

    beda cerita kalau hidup diswiss, yang notabene malah nilai uangnya kmrn sempet diturunkan. dan mendeflasikan diri buat jaga value uangnya.

    dan trennya indonesia saya lihat masih bakal ada inflasi.
    mungkin saja penghsiln saya bakal naik 1000kali lipat 15 taun kedepan (kemungkinan barang2 kebutuhan kan juga bakal naik beberapa kali lipat juga T_T) tapi cicilan yang saya tanggung tetap segitu enggak naik2 (yeayyyy)

    kalau ada yang salah cara berpikir saya, boleh dikoreksi. kan diskusi, siapa tau bisa ngubah strategi saya kedepan dengan masukan yang lebih baik.

    oya, cicilan harus memperhatikn kondisi keuangan sekadang yaaa. yang bagus si katanya 30% dari penghasilan :)

  • sunnyhoney wrote: »
    ada saran buat investasi kah ? buat pegawai yg part time as a mahasiswa S1 ?

    yang kakak lakukan dgn melanjutkan ke S1 sdh dapat dihitung sebagai investasi. Walaupun returnnya tidak langsung terasa seketika.

    Kalau mau tambahan investasi lain, bisa dimulai dari yang moderat dulu aja kak. Kayak deposito sebulan, sebulan. Atau kalau mau lebih jauh, beli reksadana kak.
  • Huwaa. Diskusinya hott hott hottt kak. Jadi terharu.. Kirain tritnya bakalan jadi another 'lapak bujang lapuk'. Hahaha


    Well, anyway.

    Time value of money tadi memang benar seperti itu. Kita ga bisa pungkiri bahwa fungsi uang selain sebagai alat pembayaran, juga sebagai alat investasi. Fungsi uang sebagai alat investasi ini maksudnya uang dipandang sebagai barang yang nilainya dapat naik/turun dibandingkan dengan barang lainnya. Rumah, tanah, emas, minyak, misalnya.

    Saat uang dipandang sebagai alat investasi, muncullah konsep time value of money tadi. Saat disandingkan dgn emas misalnya, orang cenderung akan menyimpan emas ketimbang uang. Karena berpersepsi nilai emas lebih stabil dari uang.

    Uang rupiah kita juga bertanding-tanding dengan mata uang negara lain.

    Kalau kakak bayangkan, pertandingan adu kekuatan antar mata uang di dunia itu ga kalah sengit dari pertandingan bola piala dunia. Fenomena ini dikenal dengan war currency

    Intinya memang untuk rupiah kita, untuk saat ini masih kalah kekuatannya dgn negara2 adidaya. Kayak Amrik dgn USD, eropa dgn Euro-nya. Kita mah dah kayak curut di tengah gajah-gajah bertingkah.


    Tinggi rendahnya kekuatan suatu instrumen investasi, dalam hal ini uang misalnya, merupakan efek final dari hukum permintaan dan penawaran atas barang tsb.

    Barang2 yang sifatnya lebih susah untuk diciptakan dan kegunaannya sangat besar, sehingga dicari orang, akan kuat. Semisal rumah, emas.

    Dengan bertambahnya jumlah penduduk, sedang luas bumi segitu2 aja, tentunya sangat logis makin lama nilai rumah makin naik.

    Agak berbeda dengan uang. Saat ini, hampir semua negara di dunia mampu menciptakan uang tanpa diback up dengan kemampuan real dari negara tsb. (Fiat money). Hal inilah yg mendorong nilai uang jadi terus turun. Mendorong inflasi tadi.

    ----

    Kembali ke diskusi,

    Dengan kondisi uang yang seperti tadi, memang akan lebih menguntungkan kalau memegang barang lain yang lebih kuat, rumah misalnya. Jika dapat memperoleh rumah dgn lebih dulu, mengapa tidak. Nilai kredit yang dibayarkan untuk KPR rumah tadi tetap saja akan lebih kecil ketimbang nilai rumah tsb. saat dijual di masa mendatang.

    Pertanyaannya. Apakah hal tersebut pasti begitu?

    Sayangnya tidak.

    Ada saat2 dimana kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, dimana nilai uang lebih berharga dari nilai barang.

    Pada masih ingat kan dengan krisis sub prime mortgage di Amerika tahun 2008?

    Krisis yang terjadi karena bubble property. Semua orang berlomba2 KPR rumah, karena punya pemikiran harga rumah pasti akan naik nantinya. Bahkan satu keluarga bisa mencicil 3 rumah sekaligus, diluar batas kemampuan mencicilnya. Harga properti melambung tidak terkendali. Sampai akhirnya tidak ada lagi yg mampu membeli properti tsb. Pecahlah gelembung properti tadi. Harga rumah terpangkas 50%! Akibatnya Amerika memasuki resesi keuangan. Yang dampaknya menjalar kemana2, karena Amerika adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Semua negara kait-mengait dengan Amerika kena dampaknya. Namun dampak terparah dialami oleh Eropa. Yunani contohnya, hampir bangkrut karena kena dampak krisis keuangan Amrik tadi.

    Aaah, jadi mbleber kemana2. Hahaha

    Intinya, belilah barang sesuai kebutuhan. Membeli dgn kredit bisa menguntungkan/tidak, tergantung bagaimana hitungannya.
  • Boyorg wrote: »
    Soal perjanjian tukang baso dengan jangka waktu 15 tahun, sepertinya tetap lebih bagus yang a. Orang yang milih a akan tetap bayar lebih murah jika dikonversikan mencicil per bulan. Kamu bayar 600 perak per hari dan di saat yang sama si X (dengan kata lain) membayar 500 perak per hari. Saya merasa ada yang janggal kalau barang yang sama selama 15 tahun, perbedaan harga antara harga cash dan cicilannya hanya sedkit ( 2,5 juta dengan 3.285.000 juta), you know, mobil mewah di awal tahun 90 an berkisar antara 100-200 jutaan tapi tahun 2000 an, apakah masih bisa beli mobil mewah dengan harga tersebut? Cmiiw.

    Lalu tukang bakso juga harus menghitung inflasi, jangan sampe saat harga bahan baku naik, dia tetap menjual dengan harga yang sama, dia akan rugi nantinya. Kalau di tahun ke 10 dia harus jual bakso dengan harga 5000 tapi orang tetap dapet makan bakso dengan harga 600, tentu bisnis dia akan collapse.

    Devlin wrote: »
    oya untuk rumah, karena kalau saya sendiri bakal susah beli rumah cash. karena pendapatan tabungan saya bakal kegerus inflasi dan kenaikan pendapatan pasti dibawah inflasi (kecuali kalau dapet promosi sih)
    jadinya saya pikir cicilan kpr yang fix rate itu menarik. (terlepas proporsi cicilannya nanti dibagi bunga atau pokok yang lebih gedean, karena klo dilunasi diakhir sama saja jatuhnya)

    time value of money lagi nih kak.
    uang 600rbu jaman sekarang perkiraan saya ga bakal ada artinya beberapa taun kedepan.

    simplenya jaman saya sd, beli bakso bisa 500perak
    sekarang bisa 20rbuan
    kalau jaman sd 15 taun lalu saya melakukan perjanjian (anggaplah kpr) dengan tukang bakso.
    pilihan
    a. untuk makan geratis tiap hari selama 15 tahun dan disuruh bayar 2.500.000 (anggap diskon karena 15×235×500=2.737.500, dan dibayar kas pada saat itu juga.

    b. bayar 600perak tiap hari selama 15 taun (15×365×500=3.285.000) masih mahal yg ini kan secara total. tapi nilai uangnya uda beda.

    jadi saya yang untung kan kak jika ambil opsi b.

    saya liat negara kita masih bakal akan ada inflasi karena masih merupakan negara berkembang. dan belum bisa stabil kondisi ekonominya, politiknya si yang bikin euwww (masih kesel kasus antasari azhar sama sri mulyani, pasti ide bulus orang2 busuk semua itu)

    beda cerita kalau hidup diswiss, yang notabene malah nilai uangnya kmrn sempet diturunkan. dan mendeflasikan diri buat jaga value uangnya.

    dan trennya indonesia saya lihat masih bakal ada inflasi.
    mungkin saja penghsiln saya bakal naik 1000kali lipat 15 taun kedepan (kemungkinan barang2 kebutuhan kan juga bakal naik beberapa kali lipat juga T_T) tapi cicilan yang saya tanggung tetap segitu enggak naik2 (yeayyyy)

    kalau ada yang salah cara berpikir saya, boleh dikoreksi. kan diskusi, siapa tau bisa ngubah strategi saya kedepan dengan masukan yang lebih baik.

    oya, cicilan harus memperhatikn kondisi keuangan sekadang yaaa. yang bagus si katanya 30% dari penghasilan :)
    Boyorg wrote: »
    Soal perjanjian tukang baso dengan jangka waktu 15 tahun, sepertinya tetap lebih bagus yang a. Orang yang milih a akan tetap bayar lebih murah jika dikonversikan mencicil per bulan. Kamu bayar 600 perak per hari dan di saat yang sama si X (dengan kata lain) membayar 500 perak per hari. Saya merasa ada yang janggal kalau barang yang sama selama 15 tahun, perbedaan harga antara harga cash dan cicilannya hanya sedkit ( 2,5 juta dengan 3.285.000 juta), you know, mobil mewah di awal tahun 90 an berkisar antara 100-200 jutaan tapi tahun 2000 an, apakah masih bisa beli mobil mewah dengan harga tersebut? Cmiiw.

    Lalu tukang bakso juga harus menghitung inflasi, jangan sampe saat harga bahan baku naik, dia tetap menjual dengan harga yang sama, dia akan rugi nantinya. Kalau di tahun ke 10 dia harus jual bakso dengan harga 5000 tapi orang tetap dapet makan bakso dengan harga 600, tentu bisnis dia akan collapse.

    Devlin wrote: »
    oya untuk rumah, karena kalau saya sendiri bakal susah beli rumah cash. karena pendapatan tabungan saya bakal kegerus inflasi dan kenaikan pendapatan pasti dibawah inflasi (kecuali kalau dapet promosi sih)
    jadinya saya pikir cicilan kpr yang fix rate itu menarik. (terlepas proporsi cicilannya nanti dibagi bunga atau pokok yang lebih gedean, karena klo dilunasi diakhir sama saja jatuhnya)

    time value of money lagi nih kak.
    uang 600rbu jaman sekarang perkiraan saya ga bakal ada artinya beberapa taun kedepan.

    simplenya jaman saya sd, beli bakso bisa 500perak
    sekarang bisa 20rbuan
    kalau jaman sd 15 taun lalu saya melakukan perjanjian (anggaplah kpr) dengan tukang bakso.
    pilihan
    a. untuk makan geratis tiap hari selama 15 tahun dan disuruh bayar 2.500.000 (anggap diskon karena 15×235×500=2.737.500, dan dibayar kas pada saat itu juga.

    b. bayar 600perak tiap hari selama 15 taun (15×365×500=3.285.000) masih mahal yg ini kan secara total. tapi nilai uangnya uda beda.

    jadi saya yang untung kan kak jika ambil opsi b.

    saya liat negara kita masih bakal akan ada inflasi karena masih merupakan negara berkembang. dan belum bisa stabil kondisi ekonominya, politiknya si yang bikin euwww (masih kesel kasus antasari azhar sama sri mulyani, pasti ide bulus orang2 busuk semua itu)

    beda cerita kalau hidup diswiss, yang notabene malah nilai uangnya kmrn sempet diturunkan. dan mendeflasikan diri buat jaga value uangnya.

    dan trennya indonesia saya lihat masih bakal ada inflasi.
    mungkin saja penghsiln saya bakal naik 1000kali lipat 15 taun kedepan (kemungkinan barang2 kebutuhan kan juga bakal naik beberapa kali lipat juga T_T) tapi cicilan yang saya tanggung tetap segitu enggak naik2 (yeayyyy)

    kalau ada yang salah cara berpikir saya, boleh dikoreksi. kan diskusi, siapa tau bisa ngubah strategi saya kedepan dengan masukan yang lebih baik.

    oya, cicilan harus memperhatikn kondisi keuangan sekadang yaaa. yang bagus si katanya 30% dari penghasilan :)

    Nah, itulah untungnya kpr, mortgage

    Kita bayar harga sekarang (cuma ditambah bunga maks 15%) untuk 10 ato maks 25 thn kedepan.

    Klo kita asumsikan sekarang emang mungkin.mahal, tp klo asumsinya harga jual.pas lunas, jatuhnya murah.
  • edited January 2016
    Saya tidak pernah belajar ilmu ekonomi secara mendalam, saya hanya dapat mata kuliah "pengantar ilmu ekonomi", jadi saya ga begitu tahu tentang time value of money yang sepertinya termasuk ke ilmu macro economy. Tapi, kalau yang saya rasakan, nilai uang turun itu diakibatkan karena harga barang naik alias inflasi.

    Membeli rumah secara kredit melalui KPR, memang saat lunas nanti harga jualnya "mungkin" akan naik, karena inflasi atau harga tanah di sekitar perumahannya menjadi naik karena berubah menjadi perkotaan. Tapi, tetap saja, jika kita membayar secara cash maka harganya akan lebih murah , tak peduli jika nanti harga cicilan terasa lebih murah dibanding harga cash di masa mendatang. Hal itu bukan menjadi excuse untuk menunda-nunda membayar secara tunai . Terlebih dengan bayar cash, maka margin keuntungannya akan lebih besar.
    omin wrote: »
    Huwaa. Diskusinya hott hott hottt kak. Jadi terharu.. Kirain tritnya bakalan jadi another 'lapak bujang lapuk'. Hahaha


    Well, anyway.

    Time value of money tadi memang benar seperti itu. Kita ga bisa pungkiri bahwa fungsi uang selain sebagai alat pembayaran, juga sebagai alat investasi. Fungsi uang sebagai alat investasi ini maksudnya uang dipandang sebagai barang yang nilainya dapat naik/turun dibandingkan dengan barang lainnya. Rumah, tanah, emas, minyak, misalnya.

    Saat uang dipandang sebagai alat investasi, muncullah konsep time value of money tadi. Saat disandingkan dgn emas misalnya, orang cenderung akan menyimpan emas ketimbang uang. Karena berpersepsi nilai emas lebih stabil dari uang.

    Uang rupiah kita juga bertanding-tanding dengan mata uang negara lain.

    Kalau kakak bayangkan, pertandingan adu kekuatan antar mata uang di dunia itu ga kalah sengit dari pertandingan bola piala dunia. Fenomena ini dikenal dengan war currency

    Intinya memang untuk rupiah kita, untuk saat ini masih kalah kekuatannya dgn negara2 adidaya. Kayak Amrik dgn USD, eropa dgn Euro-nya. Kita mah dah kayak curut di tengah gajah-gajah bertingkah.


    Tinggi rendahnya kekuatan suatu instrumen investasi, dalam hal ini uang misalnya, merupakan efek final dari hukum permintaan dan penawaran atas barang tsb.

    Barang2 yang sifatnya lebih susah untuk diciptakan dan kegunaannya sangat besar, sehingga dicari orang, akan kuat. Semisal rumah, emas.

    Dengan bertambahnya jumlah penduduk, sedang luas bumi segitu2 aja, tentunya sangat logis makin lama nilai rumah makin naik.

    Agak berbeda dengan uang. Saat ini, hampir semua negara di dunia mampu menciptakan uang tanpa diback up dengan kemampuan real dari negara tsb. (Fiat money). Hal inilah yg mendorong nilai uang jadi terus turun. Mendorong inflasi tadi.

    ----

    Kembali ke diskusi,

    Dengan kondisi uang yang seperti tadi, memang akan lebih menguntungkan kalau memegang barang lain yang lebih kuat, rumah misalnya. Jika dapat memperoleh rumah dgn lebih dulu, mengapa tidak. Nilai kredit yang dibayarkan untuk KPR rumah tadi tetap saja akan lebih kecil ketimbang nilai rumah tsb. saat dijual di masa mendatang.

    Pertanyaannya. Apakah hal tersebut pasti begitu?

    Sayangnya tidak.

    Ada saat2 dimana kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, dimana nilai uang lebih berharga dari nilai barang.

    Pada masih ingat kan dengan krisis sub prime mortgage di Amerika tahun 2008?

    Krisis yang terjadi karena bubble property. Semua orang berlomba2 KPR rumah, karena punya pemikiran harga rumah pasti akan naik nantinya. Bahkan satu keluarga bisa mencicil 3 rumah sekaligus, diluar batas kemampuan mencicilnya. Harga properti melambung tidak terkendali. Sampai akhirnya tidak ada lagi yg mampu membeli properti tsb. Pecahlah gelembung properti tadi. Harga rumah terpangkas 50%! Akibatnya Amerika memasuki resesi keuangan. Yang dampaknya menjalar kemana2, karena Amerika adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Semua negara kait-mengait dengan Amerika kena dampaknya. Namun dampak terparah dialami oleh Eropa. Yunani contohnya, hampir bangkrut karena kena dampak krisis keuangan Amrik tadi.

    Aaah, jadi mbleber kemana2. Hahaha

    Intinya, belilah barang sesuai kebutuhan. Membeli dgn kredit bisa menguntungkan/tidak, tergantung bagaimana hitungannya.

  • Sama kok kak. Aq jg gug pernah belajar ilmu ekonomi secara mendalam. FYI I'm an engineer.

    Kita di sini sama2 belajar kak.


    Kalau memang ada cash pada saat itu, okelah. Tapi untuk beli rumah, apalagi sekarang2 ini, rasanya jarang yg mampu beli lsg secara tunai/cash. Untuk gambaran saja ya kak, di Jakarta itu harga rumah di pinggiran kota untuk tipe 36 adalah sekitar 400juta. Itu yang termurah dan masuk2 gang. Mau nunggu sampai berapa tahun kak biar terkumpul cash segitu? Pas udh kekumpul, harganya udh gug segitu lagi.
  • Klo punya uang banyak ya ga masalah beli cash.

    Klo elu gapunya uang cash dlm jumlah banyak, tp pengen punya rumah, apa serta merta elu gabisa punya rumah? Nah, itu dibahas di trit ini, bagaimana caranya, dan hal2 yg berkaitan dg itu.

    Dan tujuan trit ini adalah bagaimana elu mengelola uang, bisa berinvestasi, punya property, walopun gaji elu ga gede.
  • Saya tidak memaksa semua orang untuk membayar cash dalam setiap pembelian barang. Hanya, saya tekankan sekali lagi bahwa harga cash lebih murah dari harga cicilan. So, kalau anda bisa beli barang dengan cash, kenapa harus mencicil?. Kalau anda tidak bisa beli barang dengan cash, pilihannya dua, nabung dulu atau beli secara kredit .

    omin wrote: »
    Sama kok kak. Aq jg gug pernah belajar ilmu ekonomi secara mendalam. FYI I'm an engineer.

    Kita di sini sama2 belajar kak.


    Kalau memang ada cash pada saat itu, okelah. Tapi untuk beli rumah, apalagi sekarang2 ini, rasanya jarang yg mampu beli lsg secara tunai/cash. Untuk gambaran saja ya kak, di Jakarta itu harga rumah di pinggiran kota untuk tipe 36 adalah sekitar 400juta. Itu yang termurah dan masuk2 gang. Mau nunggu sampai berapa tahun kak biar terkumpul cash segitu? Pas udh kekumpul, harganya udh gug segitu lagi.
  • Membandingkan harga cicilan saat ini dengan harga cash di masa depan, untuk barang-barang yang nilainya bisa bertambah, bisa *bias*. Kalau mau , bandingkan harga cicilan saat ini dengan harga cicilan di masa depan.

    Sebetulnya, ini bukan soal membeli cash lebih *untung* dibanding membeli secara kredit, tapi ini soal harga mana yang lebih murah untuk saat ini, bukan untuk masa depan.

    Saya setuju, ada barang yang mau ga mau harus diperoleh secara dicicil, contohnya adalah rumah. Karena, rumah adalah kebutuhan yang mendesak dan sangat mahal. Daripada ngekos, lebih baik ngambil KPR.

    Boyorg wrote: »
    Soal perjanjian tukang baso dengan jangka waktu 15 tahun, sepertinya tetap lebih bagus yang a. Orang yang milih a akan tetap bayar lebih murah jika dikonversikan mencicil per bulan. Kamu bayar 600 perak per hari dan di saat yang sama si X (dengan kata lain) membayar 500 perak per hari. Saya merasa ada yang janggal kalau barang yang sama selama 15 tahun, perbedaan harga antara harga cash dan cicilannya hanya sedkit ( 2,5 juta dengan 3.285.000 juta), you know, mobil mewah di awal tahun 90 an berkisar antara 100-200 jutaan tapi tahun 2000 an, apakah masih bisa beli mobil mewah dengan harga tersebut? Cmiiw.

    Lalu tukang bakso juga harus menghitung inflasi, jangan sampe saat harga bahan baku naik, dia tetap menjual dengan harga yang sama, dia akan rugi nantinya. Kalau di tahun ke 10 dia harus jual bakso dengan harga 5000 tapi orang tetap dapet makan bakso dengan harga 600, tentu bisnis dia akan collapse.

    Devlin wrote: »
    oya untuk rumah, karena kalau saya sendiri bakal susah beli rumah cash. karena pendapatan tabungan saya bakal kegerus inflasi dan kenaikan pendapatan pasti dibawah inflasi (kecuali kalau dapet promosi sih)
    jadinya saya pikir cicilan kpr yang fix rate itu menarik. (terlepas proporsi cicilannya nanti dibagi bunga atau pokok yang lebih gedean, karena klo dilunasi diakhir sama saja jatuhnya)

    time value of money lagi nih kak.
    uang 600rbu jaman sekarang perkiraan saya ga bakal ada artinya beberapa taun kedepan.

    simplenya jaman saya sd, beli bakso bisa 500perak
    sekarang bisa 20rbuan
    kalau jaman sd 15 taun lalu saya melakukan perjanjian (anggaplah kpr) dengan tukang bakso.
    pilihan
    a. untuk makan geratis tiap hari selama 15 tahun dan disuruh bayar 2.500.000 (anggap diskon karena 15×235×500=2.737.500, dan dibayar kas pada saat itu juga.

    b. bayar 600perak tiap hari selama 15 taun (15×365×500=3.285.000) masih mahal yg ini kan secara total. tapi nilai uangnya uda beda.

    jadi saya yang untung kan kak jika ambil opsi b.

    saya liat negara kita masih bakal akan ada inflasi karena masih merupakan negara berkembang. dan belum bisa stabil kondisi ekonominya, politiknya si yang bikin euwww (masih kesel kasus antasari azhar sama sri mulyani, pasti ide bulus orang2 busuk semua itu)

    beda cerita kalau hidup diswiss, yang notabene malah nilai uangnya kmrn sempet diturunkan. dan mendeflasikan diri buat jaga value uangnya.

    dan trennya indonesia saya lihat masih bakal ada inflasi.
    mungkin saja penghsiln saya bakal naik 1000kali lipat 15 taun kedepan (kemungkinan barang2 kebutuhan kan juga bakal naik beberapa kali lipat juga T_T) tapi cicilan yang saya tanggung tetap segitu enggak naik2 (yeayyyy)

    kalau ada yang salah cara berpikir saya, boleh dikoreksi. kan diskusi, siapa tau bisa ngubah strategi saya kedepan dengan masukan yang lebih baik.

    oya, cicilan harus memperhatikn kondisi keuangan sekadang yaaa. yang bagus si katanya 30% dari penghasilan :)
    Boyorg wrote: »
    Soal perjanjian tukang baso dengan jangka waktu 15 tahun, sepertinya tetap lebih bagus yang a. Orang yang milih a akan tetap bayar lebih murah jika dikonversikan mencicil per bulan. Kamu bayar 600 perak per hari dan di saat yang sama si X (dengan kata lain) membayar 500 perak per hari. Saya merasa ada yang janggal kalau barang yang sama selama 15 tahun, perbedaan harga antara harga cash dan cicilannya hanya sedkit ( 2,5 juta dengan 3.285.000 juta), you know, mobil mewah di awal tahun 90 an berkisar antara 100-200 jutaan tapi tahun 2000 an, apakah masih bisa beli mobil mewah dengan harga tersebut? Cmiiw.

    Lalu tukang bakso juga harus menghitung inflasi, jangan sampe saat harga bahan baku naik, dia tetap menjual dengan harga yang sama, dia akan rugi nantinya. Kalau di tahun ke 10 dia harus jual bakso dengan harga 5000 tapi orang tetap dapet makan bakso dengan harga 600, tentu bisnis dia akan collapse.

    Devlin wrote: »
    oya untuk rumah, karena kalau saya sendiri bakal susah beli rumah cash. karena pendapatan tabungan saya bakal kegerus inflasi dan kenaikan pendapatan pasti dibawah inflasi (kecuali kalau dapet promosi sih)
    jadinya saya pikir cicilan kpr yang fix rate itu menarik. (terlepas proporsi cicilannya nanti dibagi bunga atau pokok yang lebih gedean, karena klo dilunasi diakhir sama saja jatuhnya)

    time value of money lagi nih kak.
    uang 600rbu jaman sekarang perkiraan saya ga bakal ada artinya beberapa taun kedepan.

    simplenya jaman saya sd, beli bakso bisa 500perak
    sekarang bisa 20rbuan
    kalau jaman sd 15 taun lalu saya melakukan perjanjian (anggaplah kpr) dengan tukang bakso.
    pilihan
    a. untuk makan geratis tiap hari selama 15 tahun dan disuruh bayar 2.500.000 (anggap diskon karena 15×235×500=2.737.500, dan dibayar kas pada saat itu juga.

    b. bayar 600perak tiap hari selama 15 taun (15×365×500=3.285.000) masih mahal yg ini kan secara total. tapi nilai uangnya uda beda.

    jadi saya yang untung kan kak jika ambil opsi b.

    saya liat negara kita masih bakal akan ada inflasi karena masih merupakan negara berkembang. dan belum bisa stabil kondisi ekonominya, politiknya si yang bikin euwww (masih kesel kasus antasari azhar sama sri mulyani, pasti ide bulus orang2 busuk semua itu)

    beda cerita kalau hidup diswiss, yang notabene malah nilai uangnya kmrn sempet diturunkan. dan mendeflasikan diri buat jaga value uangnya.

    dan trennya indonesia saya lihat masih bakal ada inflasi.
    mungkin saja penghsiln saya bakal naik 1000kali lipat 15 taun kedepan (kemungkinan barang2 kebutuhan kan juga bakal naik beberapa kali lipat juga T_T) tapi cicilan yang saya tanggung tetap segitu enggak naik2 (yeayyyy)

    kalau ada yang salah cara berpikir saya, boleh dikoreksi. kan diskusi, siapa tau bisa ngubah strategi saya kedepan dengan masukan yang lebih baik.

    oya, cicilan harus memperhatikn kondisi keuangan sekadang yaaa. yang bagus si katanya 30% dari penghasilan :)

    Nah, itulah untungnya kpr, mortgage

    Kita bayar harga sekarang (cuma ditambah bunga maks 15%) untuk 10 ato maks 25 thn kedepan.

    Klo kita asumsikan sekarang emang mungkin.mahal, tp klo asumsinya harga jual.pas lunas, jatuhnya murah.

  • Prinsip time value of money kan emang buat harga masa depan, future value, bukan present value.
  • ini an threadsantai?
    kok obrolannya mulai berat gini?
    udah kayak thread berkelasnya @wiccazzu
  • Time value of money cumak konsep sederhana kok, kecuali klo elu disuruh ngitung future value, sinking fund dll
  • edited February 2016
    Iya, kesimpulannya udah jelas kan?. Kalau mampu beli barang secara cash ya bayar cash, kalau ga mampu, ya bayar secara cicilan.
    Prinsip time value of money kan emang buat harga masa depan, future value, bukan present value.

  • Jangan lupa faktor demand and supply. Itu juga penyebab inflasi
  • edited February 2016
    Gw faham kok maksud "keuntungan" mencicil rumah pakai KPR berdasarkan nilai uang yang makin menurun. Yaitu kita bayar nya flat misalkan 1 juta per bulan untuk 20 tahun, nahh bisa jadi saat tahun ke 10, 1 juta yang kita keluarkan serasa "lebih murah" dibanding 1 juta yang kita keluarkan di awal cicilan, terlebih harga jualnya juga bisa meningkat. Dari hipotesa ini, sungguh KPR tidak ada ruginya, kecuali kalau terjadi kasus subprime mortgage yang terjadi di USA.

    Cuma, diskusi awalnya adalah membandingkan harga cash dengan harga cicilan. Harga cash itu pasti lebih murah dari harga cicilan, nah kalau kita punya uang yang cukup untuk bayar cash, kenapa harus bayar secara cicilan.

    Mungkin anda takut tiba-tiba tabungan anda ludes dengan cepat karena beli barang mahal secara cash, tetapi ini soal bagaimana anda mengendalikan nafsu anda dalam membeli barang.

    Mencicil memang tidak menghabiskan tabungan dalam jangka pendek, tapi coba bayangkan ilustrasi ini. misalkan gaji 6 jt per bulan, lalu anda mencicil rumah 2 juta per bulan,Nah, lalu anda pengen punya TV flat 50 inch, smartphone termahal, dan motor dalam satu waktu, nah lalu anda lihat uang di tabungan ga cukup jadi akhirnya anda mengambil opsi mencicil. TV flat cicilannya 500 ribu per bulan (selama 12 bulan), smartphone 600 ribu per bulan (selama 12 bulan) dan motor 1,5 juta per bulan ( selama 5 tahun), jika dihitung2 total cicilan jadi 4,5 juta per bulan. Sehingga total uang yang anda pegang per bulan jadi 1,5 juta, apakah itu cukup untuk membiayai kehidupan sehari2? , ujung-ujungnya ngambil uang di tabungan juga jadinya.

    Mencicil boleh2 saja, tapi jangan berlebihan sehingga pengeluaran bulanan jadi membengkak. Lalu, untuk barang-barang elektronik dan kendaraan, harga nya akan berkurang di masa depan seiring dengan munculnya model baru. Misalkan membeli motor saat ini harganya 5 juta, kalau mencicil selama 5 tahun jadinya 6 juta, lalu ternyata 5 tahun kemudian harga tuh motor (gress) jadi 4,5 juta. Milih mana, cicil sekarang atau nunggu 5 tahun?, Anda sendiri yang menentukan.
Sign In or Register to comment.