It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hanya orang2 tertentu yg bisa ngecup bibir aku
Abang mau ?
Ooh...
Aku masuk orang tertentu pula nggk dek?
Mau donk...
-,-
#gakadil
Haha demo kmna bang? K hatiku? *eh?
Lanjut lgi dong bang ceritanya -,-
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3
@JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo
@PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova
@jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro
@new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18
@delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia
@diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku
@ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan
@Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie
@sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday
@Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran
@rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto
@Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream
@shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji
@abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar
@kaha @blasteran @BN @dian_des
@Pyromaniac_pcy @melkikusuma1
@asik_asikJos @opatampan @The_jack19
@ori455 @lukisan_puisi @usernameku
@dadanello @boncengek3 @earthymooned
@gaybekasi168 @jimmy_tosca @handikautama
@OkiMansoor @Ninia @ananda1 @kikirif
@satriapekanbaru @o_komo @SyahbanNa
@Denial_person @arya_s @imanniar @raito04 @AgataDimas @Harris_one @duatujuh @M_imamR2 @josiii @viji3_be5t @Firman9988_makassar @amostalee @ocep21mei1996_ @Chi_dudul @Pranoto
Alohaa~ Aurora kmbli. Gue harap antum smua nggk prnh bosan buat menunggu kisah kasih Adrian dan Askar yang ntah kpn tamat2nya. Kwkwkw.
Gue harap antum smua suka sma part ini, so gue mohon vote n komentarnya. Lalu, bagi teman2 yang nggak mau diseret lagi, bilang ya sma gue. Ntar klian mrsa trganggu sma mention gue.
So nggak usah bnyk2 mukadimah lgi, cekidot!
Selamat membaca...
R~
Part 32
Gue bangkit dari posisi menggairahkan itu, dan duduk sambil menatap Askar yang telah bugil itu meminta ide yang harus dilakukan sebelum Aldi mengetuk kembali bahkan menggedor pintu kamar penginapan dengan keras. Suaranya tambah keras yang bisa bikin orang sepenginapan bisa heboh ntar. Terdengar juga suara Dwi dan Fandi (?), yang memanggil-manggil nama gue di seberang sana.
"Gimana nih?" Bisik gue ke Askar. Mata gue ntah kenapa masih tertarik melihat jagoannya yang masih mengacung keras itu.
"Ngg..." dia mengacak-acak rambutnya. "Oh ya, lo pura-pura mandi sana!" Bisiknya seraya mendorong-dorong tubuh gue bangkit dari ranjang. "Jangan lupa handuknya!" Dan handuk putih yang dipakai Askar tadi mendarat di kepala gue, sehingga pandangan gue terhalangi dan membuat gue menabrak benda keras di depan gue.
"Argh...! Shit!" Gue menyingkirkan handuk tersebut dari muka gue. Njir rupanya yang gue tabrak tadi pintu kamar mandi. Pantesan sakit sampai bunyi gedebuk gitu.
Gue langsung masuk kekamar mandi, dan menghidupkan pancuran biar dikira emang mandi. Sedangkan kepala dan badan gue yang bugil menempel di pintu kamar mandi mengupingi apa yang terjadi diluar sana. Tapi sialan bener, nih pancuran bikin smua yang diluar jadi nggak kedengeran sama sekali. Gue juga udah horni eh penasaran kuadrat dengan apa yang terjadi diluar sana.
Ah mustahil juga kedengeran kalo kayak gini, gue memunggungi pintu dan mengelus jagoan gue yang setengah tegang di bawah sana. Ada perasaan campur aduk yang nggak bisa gue jelaskan ke kalian saat ini. Walau jantung gue masih tetap bergemuruh dan nafas gue yang memburu. Gue berjalan menuju pancuran dan meresapi tiap aliran air yang jatuh membasahi tubuh gue. Ada perasaan nyaman sehingga seseorang mengetuk kamar mandi gue dengan keras sehingga gue menyelesaikan mandi gue secepatnya.
Gue menghembuskan nafas menenangkan diri gue supaya relaks seperti tidak terjadi apa-apa, supaya Aldi nggak curiga sama kita berdua. Tak lupa gue membetulkan letak handuk gue sebelum membuka pintu kamar mandi.
Aldi dengan kacamatanya nampak duduk di atas ranjang yang sedikit berantakan, dengan wajah kusut, memandang kearah gue tajam. Bukan hanya Aldi, ada Dwi yang menoleh ke gue sekilas lalu melanjutkan aktifitas dengan handphonenya, serta Fandi (?) -yang entah kenapa ada dikamar gue- menatap gue dengan ekspresi yang nggak bisa gue artikan. Terkejut, tidak percaya, terpesona? Ntahlah mix jadi satu kayaknya.
Kalian pasti nanya Askar kan? Dia sedang memandang gue dengan baju lengkap, duduk di salah satu bangku dan menatap gue seperti menatap gue penuh gairah. Yaa nampak jelas dimatanya itu loh.
Aldi menatap gue tajam sebelum mendelik ke Askar. Tak lupa dia menyuruh Dwi untuk membawa Fandi keluar kamar, sehingga hanya kita bertiga yang ada di dalam ruangan penginapan itu.
Dia menelan ludahnya sendiri. "Apa yang udah kalian berdua lakuin?!" Dia nampak sangat marah.
Gue menoleh ke Askar sekilas sebelum gue buka suara. "Gue nggak ngelakuin apa-apa kok."
"Oke, lo nggak ngelakuin apa-apa. Tapi kenapa kasur lo berantakan kayak gini? Dan kenapa baju lo berserakan di lantai?!"
"Perasaan lo kali, mungkin karena gue baru bangun tidur dan gue lupa memberesin." Jawab gue. "Kalo soal baju gue, gue kan mau mandi, jadi ..." perkataan gue terhenti ketika Aldi meletakan telunjuknya di bibir gue.
Dia sedikit melunak, memegang kedua lengan gue dan membimbing gue untuk duduk di ranjang. Dia menggenggam tangan gue erat dan menatap gue dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Gue tau lo, gue juga tau kebiasaan lo. Lo selalu ngerapihin tempat tidur lo setiap bangun. Lo selalu menanggalkan pakaian lo di kamar mandi kalau hendak mandi." Dia menghela nafas dan membuang muka sejenak lalu menatap gue dengan penuh rasa pengharapan.
"Gue ngizinin lo buat sama dia," Aldi mendelik ke Askar, "supaya lo bahagia, supaya lo senang. Bukan kayak gini Rian. Gue nggak pengen lo kenapa-kenapa, so gue protect sama lo kayak gini demi kebaikan lo juga." Matanya mulai berkaca-kaca sebelum Aldi menubruk gue, memeluk gue erat dan tetes demi tetes berjatuhan di bahu gue. "Gue nggak rela kalo seseorang hanya memanfaatkan lo demi kepentingannya doang, sehingga lo menderita. Biarlah gue disangka jahat jikalau itu demi kebaikan elo Ian."
Gue mengangkat kepalanya dari bahu gue, menangkup kedua pipinya dengan tangan gue, dan mengecup bibirnya menumpahkan semua rasa berkecamuk dalam diri gue saat ini. Makasih Aldi udah mau menjaga gue sepenuh hati lo.
Aldi nampak terkejut dengan aksi gue. Ini tidak pantas gue lakukan kepada seorang straight. Gue terkekeh sambil mengusap pipinya yang basah. "Makasih ya Al, Lo emang my best bro. Makasih."
"Eh udah nih, lu nangis mulu. Malu dilihat sama Askar." Ujar gue, membuatnya tersenyum dan menyeka wajahnya. "Bay the way bibir lo manis juga ya." Goda gue.
"Sialan lo! Maho, maho aja sendiri nggak usah nyipok-nyipok gue kali. Iiiii weak.!" Dia menyeka bibirnya dengan ujung kaosnya. "Bibir gue ternodai sama lo Rian. Weak! Iii jijik gue."
Gue terkekeh sambil merangkul dia dan menjitak kepalanya. "Sok-sok jijik lo, dulu pas SD lu sering nafsuan sosor-sosor bibir lo ke bibir gue. Iii siapa yang duluan coba."
Dia merangkul gue, "dulu kita kan main homo-homoan. Tapi nggak sangka gue, sodara gue homo." Ujarnya ngakak.
Aldi menatap Askar tajam. "Tapi! Sebelum status lo belum jelas sama Askar, gue belum rela kalo lu macam-macam sama dia."
Gue menoleh ke Askar. Benar kata Aldi, status kita berdua emang nggak jelas sampai saat ini. Kalau dibilang pacaran, dia belum pernah nembak gue, dan gue juga nggak ada kepikiran buat nembak dia. Sedangkan dibilang nggak pacaran, kegiatan kita udah aneh-aneh semenjak dia nyatain cinta sama gue."
"Lo nggak kedinginan Rian?" Ujar Askar buka suara. Dia mengedipi gue nakal sambil bersiul-siul. Dasar nih orang, walau baru diperingatin Aldi, nih anak kembali ngelunjak ngelihat Aldi yang udah tenang seperti biasa lagi. Tapi sykurlah kalau dia nggak marah pas nyium Aldi. "Pakai baju sana!" Ujarnya lagi.
Guepun membuka koper gue dan mengambil beberapa potong pakaian santai yang akan gue kenakan malam ini.
Gue menatap mereka berdua satu-satu menyuruh mereka keluar kamar. Gue risih kalau dilihatin ganti baju. Tapi ntah kenapa mereka jadi lola gini sampai nggak mengerti dengan maksud tatapan dari gue.
"Kalian mau natap gue atau keluar dari kamar ini sehingga gue bisa bebas ganti baju."
"Ganti aja, apa salahnya." Celetuk Askar sambil bersiul-siul. Kampret nih orang. Untung dengan sigap, Aldi menyeret Askar dengan sigap keluar dari kamar, sehingga gue bisa memakai baju dengan bebas.
---
Karena kejadian ketahuan tadi, Aldi semakin protectif ke gue. Saat gue keluar penginapan dan gabung sama anak-anak, Aldi membuntuti gue tanpa meninggalkan gue barang sedetikpun. Udah ngegertak dan ngancam mau nyium dia, tapi nggak gentar sedikitpun. Setali tiga uang, Askar juga membuntuti gue dari jauh, mencari kesempatan buat deketan sama gue, walau itu sia-sia belaka karena gue dijaga ketat sama paspanad alias pasukan pengaman Adrian. Hahaha gue merasa spesial gimana gitu malam ini.
Beberapa anak mengkerubuni gue dan menanyakan keadaan gue pasca insiden pingsannya gue tadi siang. Ada beberapa anak yang menggoda gue sambil menunjuki Tia yang sedang sibuk dengan urusannya. Nampaknya Caca udah bikin twitt panas yang menggucang lagi sehingga banyak anak-anak yang memanggil gue -yang entah sengaja atau tidak- dengan sebutan Tia. Gue hanya tersenyum dan kadang tertawa menanggapi guyonan mereka yang rada gaje. Yang penting happy lah.
Gue mendekati kerumunan kelas gue yang udah lengkap. Ada Ibu Silvi yang berada di posisi tengah-tengah dan Dwi yang udah duluan gabung dalam kerumunan. Gue dan Aldi yang datang terlambat dipersilahkan duduk oleh Ibu Silvi sambil melanjutkan ceritanya. Sedangkan Askar duduk dibelakang tanpa berniat mendekati kerumunan.
Beliau menceritakan legenda lokal tentang dua buah kerajaan jin yang dipimpin oleh seorang raja yang memiliki seorang saudara perempuan yang cantik jelita, serta seorang pangeran yang terkenal dengan sifatnya yang tidak baik.
Sang putri memiliki sebuah istana sendiri yang terletak di tepi pantai, di daerah perbatasan dua kerajaan. Setiap hari, sang putri selalu mengunjungi istananya dan merajut disana sampai sore hari.
Suatu hari, sang pangeranpun tersesat dan secara kebetulan bertemu dengan sang putri yang sedang merajut. Merekapun saling jatuh cinta tanpa diketahui oleh raja. Sampai suatu hari sang raja mergoki keduanya yang tengah memadu kasih. Sang raja marah karena sang pangeran adalah seorang yang berkelakuan buruk, sehingga melarang sang putri untuk menjalin hubungan dengan sang pangeran.
Setiap hari, sang pangeran datang menemui sang raja meminta restu supaya dapat menikahi sang putri. Sang pangeran pun berjanji akan mengubah semua prilaku buruknya demi sang putri, serta akan menyayangi sang putri setulus hati. Tapi sang raja menolak dengan keras dan mengusir sang pangeran, sehingga membuat sang putri bersedih. Sang pangeran juga bersumpah tidak akan memperjuangkan cintanya karena sudah lelah dengan sikap sang raja yang telah melecehkannya.
Sang putri terus bersedih, mengurung diri dikamar tidak mau makan. Mengetahui hal itu, sang raja marah dan menuduh sang pangeran telah melakukan teluh alias guna-guna terhadap putri, sehingga menyerang istana sang pangeran.
Sang putri yang mengetahui tindakan sang raja bukannya menghentikan, tapi malah pergi ke istananya di tepi pantai menangisi nasibnya. Lalu sang putri melompat kedalam laut sambil mengutuki dirinya dan istananya agar hancur berkeping-keping. Raja dan pangeran yang sedang berperang mendapatkan kabar tentang sang putri sehingga mereka menangisi kepergian sang putri di pondasi istananya yang telah menjadi batu karang.
Tidak terasa waktu udah menunjukan pukul 22.43 ketika Ibu Silvi menuntaskan cerita beliau. Diakhir cerita, beliau menasehati kami agar tidak seperti raja, pangeran dan putri. Sang raja yang terlalu keras terhadap saudaranya tanpa mau memikirkan kebahagiaan saudaranya, sang pangeran yang cepat menyerah karena sebuah halangan tanpa mau memperjuangkan cintanya, tapi malah mementingkan egonya sendiri. Dan sang putri yang mudah putus asa dan memilih lari dari persoalan tanpa mau menyelesaikan persoalan tersebut. Akhirnya mereka semua tidak mendapatkan kebahagiaan, tapi malah kehilangan orang yang mereka sayangi karena sikap mereka itu.
Hampir sama dengan gue yang memikirkan legenda tadi, begitu juga Aldi yang nampak termenung sambil menggandeng tangan gue menuju penginapan. Fikirannya melayang-layang entah kemana sambil sesekali menatap gue.
Gue juga sempat melihat Askar yang nampak memikirkan sesuatu di belakang gue. Fikirannya melayang-layang sampai menabrak beberapa siswa tanpa mempedulikannya.
---
Sebuah pesan masuk mengagetkan gue yang belum bisa tidur malam ini. Fandi memeluk erat gue sehingga gue sulit untuk menggapai handphone gue yang terletak tak jauk dari kepala gue. Fandi begitu ngotot tidur bareng gue sehingga membuat gue kelimpungan. Apalagi dia maunya di tepi dan gue yang disampingnya. Akhirnya dua kasur yang ada di ruangan tersebut disatukan dan dijejali enam orang sekaligus, berurutan dari; Fandi, gue, Aldi, Dikky, Dwi dan Askar yang berada di tepi satunya. Si jenius Edogawa Conan guelah yang merancang posisi itu.
Pesan dari Askar, belum tidur dia rupanya.
'Belum tidur?'
Gue berusa menengok dia yang ada diujung sana, walau nggak kelihatan juga mukanya. Hanya bayangan cahaya handphonenya yang tertangkap di retina mata gue.
'Klo udh tidur, gw nggk bkln bles pesan lo. '
'Ooh gitu. Lo nggk usah nengok gue gitu, nggk bakalan kliatan kok. Mnding tidur sana!'
Sialan dia tahu.
'Gw blum mau tdur, msih blum ngntuk. Lo jga, mnding tdur gih!'
'Gue nggak bisa tidur krna mikirin kamu Adrian.'
Azzz dia bikin gue melting tingkat benua. Eh ada pesan darinya lagi nih.
'Temen lo ini, kakinya udah nyampe ke mulut gue nih'
Gue terkikik. Fandi semakin mengencangkan pelukannya dan hidungnya udah berada di leher gue yang bikin gue kelonjotan karena nafasnya. Begitupun Aldi yang entah sejak kapan bibirnya udah nyosor ke pipi gue. Bay the way soal kaki, pasti kakinya Dwi tuh, tuh anak kan tidurnya rusuh.
'Nkmtin tuh kakix Dwi kwkw'
'Hmm'
Apa maksudnya nih? Eh ada pesan lagi.
'Maafin gue ya.'
What?
'Bwt ap?'
'Krna gue nggk bisa muasin lo malam ini. XD'
Sialan nih orang, mesumnya kumat lagi.
'Kok diem aja sih beb?'
Mampus lo emang enak gue diemin.
'Maafin gue, gue udah kebawa nafsu sampai gue hampir apa2 in lo tadi. Gue juga minta maaf krna ketidakjelasan status kta. Maafin gue Rian.'
'Nggk ap2 kok. Selow aj.'
'Maaf.'
'Lo mnta maaf mulu. Selow aj. Gw nggk ap2 kok.'
'Iy deh beb. Lu sih nafsuin. Hehe.'
'Mulai deh, mending gw tidur deh'
'Kok jdinya tidur sih?'
'Lox sih, mesum '
'Ya udah deh beb, mimpi indah ya. Jangan lupa mimpiin gue. Mimpiin juga aktifitas kita yg terputus tdi ya. Hehe'
Sialan nih orang.
'Iy my beloved Askar. Lu jga, jngn lupa mimpiin gw y. Kwkwkw'
Eh tunggu,
'Jagoan lo yg kna pelumas td gmn? Udh d brshin blum? Mau Ian brsihin pke mulut Ian nggk? Kwkwk'
Haha mampus lo Askar, gue bikin tegang sampe pagi lo.
'Argh... Adrian!'
Gue terkikik sambil meletakan handphone gue didekat kepala gue. Gue harus memposisikan diri gue mencari tempat yang pw untuk tidur. Gue memiringkan badan gue kekanan sehingga..., argh... bibir gue menyosor bibir Aldi. Masih tetap manis seperti tadi. Ah... gue balik badan menumunggungi Aldi, dan ..., argh... bibir gue nyosor keningnya Fandi. Ah....
Posisi gue serba salah mulu deh.
Semoga besok lebih baik daripada hari ini.
--- tbc
R~
Tp bisa di coba lagi... Hahaha