BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

MY BELOVED ASKAR

17172747677139

Comments

  • Selalu nunggu
  • Update, undang yaa
  • Maaf gue nggk bsa blz komentar satu2, but kpdnny gue akan brsaha smpu gue untuk bales deh. Mksih uda komentar. :smile:
    R~
  • Mengundang,
    @Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3
    @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo
    @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova
    @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro
    @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18
    @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia
    @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku
    @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan
    @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie
    @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday
    @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran
    @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto
    @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream
    @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji
    @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar
    @kaha @blasteran @BN @dian_des
    @Pyromaniac_pcy @melkikusuma1
    @asik_asikJos @opatampan @The_jack19
    @ori455 @lukisan_puisi @usernameku
    @dadanello @boncengek3 @earthymooned
    @gaybekasi168 @jimmy_tosca @handikautama
    @OkiMansoor @Ninia @ananda1 @kikirif
    @satriapekanbaru @o_komo @SyahbanNa
    @Denial_person @arya_s @imanniar @raito04 @AgataDimas @Harris_one @duatujuh @M_imamR2 @josiii @viji3_be5t @Firman9988_makassar @amostalee @ocep21mei1996_ @Chi_dudul @Pranoto
    Mohon vote n komentarnya serta bagi teman2 yang nggak mau diseret lagi, bilang ya ... Thanks.

    Cerita sebelumnya;
    Sekolahnya Adrian mengadakan acara jalan-jalan alias study tour. So Adrian dan Askar jalan-jalan ke pantai berkarang untuk menikmati acara jalan-jalan mereka itu. Tidak sengaja mereka mengintipi pasangan gay yang lagi indehoyan di batu karang, sehingga mereka berdua mulai bernafsu dan Askar mulai mencumbui Adrian.


    Part 30

    Gue masih mengerjap-ngerjapkan mata gue ketika Aldi kembali menepuk-nepuki wajah gue yang sudah terasa amat panas ini. Bukan hanya muka, tangan dan kaki, tapi juga seluruh bagian tubuh gue yang terbuka terasa panas. Ditambah banyaknya orang yang mengerumuni gue saat ini, sukses bikin gue gerah.

    Beberapa orang yang ada disamping gue memapah gue untuk duduk, ditengah kebingungan dan rasa panas yang menjalar di tubuh gue saat ini. Apalagi Dwi yang menampol balsem ke tangan gue dan menggosoknya kuat-kuat sehingga menambah rasa panas ditangan gue. Oh Tuhan, ingatan gue belum kembali sedangkan nih anak udah cari perkara duluan.

    "Apa yang lo rasa saat ini?" Aldi bertanya sambil memegang kedua pipi gue dan menatap gue lekat-lekat. Matanya memancarkan kekhawatiran yang berlebihan. Gue kayak orang yang udah bangun dari kematian aja. "Lo pusing?" Dan gue hanya bisa menggelengkan kepala sambil menatap mata empatnya itu penuh kebingungan.

    Gue kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya, kejadian yang membuat gue nggak sadarkan diri. Tapi memori otak gue seakan error dan tidak dapat diakses oleh otak untuk diambil dan diolah data-datanya. Apa yg terjadi di neuron otak gue? Apa ada kemacetan data disana. Ah tumben banget gue lola kayak gini, sampai lupa kejadian yang baru saja terjadi.

    Gue mengedarkan pandangan gue ke sekeliling, gue berada di kamar penginapan. Ada beberapa teman anggota kelas gue, ada Ridho cs, Dikky, Fandi juga ada -yang juga menatap gue khawatir-, Ibu Silvi dan beberapa guru, beberapa orang yang tidak gue kenal dan ada senior gay kelas XII beserta pasangannya duduk di sudut ruangan.

    Ingatan gue tiba-tiba berputar-putar di otak gue kayak komedi putar. What? Oh ya, gue kembali ingat, mereka yang indehoyan, sampai gue yang hampir melakukannya dengan Askar sebelum gue kehabisan nafas dan pingsan. Shit gue ingat karena mereka. Thanks dude.

    Eh bedewe tentang Askar, dia dimana ya? Kok nggak kelihatan batang hidungnya sejak gue siuman tadi.

    "Askar mana Al?"

    Aldi nampak menyeringit, memasang ekspresi ketidak sukaannya dengan pertanyaan gue. Muka macam apa yang menatap gue seperti itu Al.

    "Dia lagi cari air buat lo." Jawabnya simpel, padat dan berisi.

    Gue hanya mengangguk-angguk sambil memandang Aldi dengan wajah bete abis. Dia berdecak dan memandang kearah keluar kamar. "Lama banget nih airnya." Gumamnya.

    Ibu Silvi menghampiri gue dan mengusap-usap punggung gue menanyakan kenapa gue bisa pingsan. Aldi dan Dwipun pergi dan bergabung dengan Ridho cs. Btw soal pertanyaan Bu Silvi, gue nggak mungkin bilang kalau gue kehabisan nafas karena dikerjai oleh Askar, ntar kehomoan gue terbongkar dan gemparlah sekolah gue dengan Headline di mading sekolah 'Dibalik Mukanya yang Alim dan Playboy Adrian Aditya Rupanya adalah Maho'. Gue meneguk ludah sebelum gue berbohong pura-pura nggak inget n nggak tau kenapa gue bisa pingsan. Untungnya Bu Silvi percaya dan menasehati gue supaya berhati-hati kedepannya. Tidak lupa walas gue itu juga menyuruh gue untuk istirahat. Sambil menepuk pundak gue, beliau beserta guru-guru keluar dari kamar gue.

    Karena para guru udah keluar, sedikit demi sedikit, orang-orang yang ada dikamar juga pada beranjak pergi. Mungkin karena gue udah siuman dan mereka pasti juga sibuk dengan kerjaan mereka -Apalagi kakak senior gue itu, pasti mau ngelanjutin permainan mereka yang mungkin aja terganggu akibat pingsannya gue-. Banyak dari mereka yang pamit keluar, memberi gue sedikit wejangan tanpa memberi gue duit. Berbeda dengan adik tetangga gue dulu yang dapat amplop, ckckck. Tinggallah Ridho cs yang udah kembali ribut berempat, Dikky serta beberapa anak lokal gue, serta jangan lupa adik sepupu gue Fandi, Dwi dan sodara gue Aldi yang udah gabung dengan komplotan Ridho.

    Fandipun beringsut duduk mendekati gue. "Kakak nggak merasakan apa-apa kan?" Tanyanya. Liat tuh nih anak ketakutan banget sampe menggigil gitu, sebegitunya kah? Gimana ekspresinya nanti kalau gue tabrakan ato malah mati. Pasti lebih parah lagi tuh ya.

    "Hey bro, kakak nggak apa-apa kali."

    Dia kembali beringsut dan berbisik, "Fandi takut aja kalau kakak diapa-apain sama kak Askar." Gue menyerngit, "soalnya dia nampak membawa kakak dari Karang Cinta yang udah pucet kayak mayat." yang sontak bikin gue jadi tersenyum. Syukur nih anak nggak tau kejadian sebenarnya. Gue emang nggak diapa-apain sama Askar, tapi kalau diapa-apain didalam tanda kutip, lo tau lah gue bakal jawab apaan.

    "Gimana kak Askar gendong kakak?" Wah gue jadi penasaran tingkat akut nih. Si Fandi malah memandang gue bingung, kemudian memutar bola matanya seperti berfikir dengan telunjuk diketuk-ketukan ke dagu.

    "Kak Askar ngendong kakak di punggungnya. Dia ngendong kakak kayak anak kecil gitu." Ujarnya menjentikan jari sambil tertawa lepas. Buset, gue jadi ilfil kalau kayak gini, karena nggak sesuai dengan harapan gue. Gue udah berharap Askar bakalan ngendong gue ala-ala bridal style gitu, eh malah digendong di belakang.

    "Huh ketawa lo. Dimana lo lihat?"

    "Waktu Fandi lagi liat Nathan di kolam renang, Fandi liat kak Askar ngendong kakak di punggungnya. Bukannya Fandi aja kok, semua orang yang di kolam renang juga lihat. Kakak nampak tidak berdaya gitu, lemah." Katanya sarkas yang membuat gue merasakan muka gue memanas menahan malu karena perkataan Fandi tadi.

    Tapi tunggu, apa katanya tadi, "Lihatin Nathan?" Tanya gue. Fandi terbelalak sambil menutup mulutnya, dia nampak seperti baru ketangkap basah salah ngomong. Dia menatap gue dengan wajah laksana melihat sekumpulan pocong yang lagi boyband-an.

    "Dek...? Lo nggak ... "

    "Nggak kok, Fandi nggak seperti yang kakak Fikirkan kok." Potongnya panik. Hey emang lo tahu apa yang lagi gue fikirkan?

    Gue tersenyum. "Biasa aja kali, kalau nggak kenapa Fandi panik begitu."

    Dia nampak syok dengan pernyataan gue yang (mungkin) skak mat tepat sasaran. Dia terdiam dan beringsut menjauhi gue, dia nampak ketakutan. Dia menatap seprai sebelum menghembuskan nafas dan kembali menatap gue. Tak lupa senyuman manisnya, yang mungkin saja bisa bikin Askar berpaling dari gue (Semoga aja nggak.). Walau masih ada raut ketakutan diwajahnya.

    "So kakak nggak apa-apa kan? Nggak diapa-apain kak Askar kan?"

    Gue tersenyum. "Nggak kok dek, Askar itu orang baik." Gue mengacak-ngacak rambut spikenya itu.

    "Apaan lo nyebut-nyebut nama gue?" Tanya Askar yang tiba-tiba nongol di depan pintu. Ada juga kaki tanganya, Evan yang seperti biasa ramah dan ceria ke gue serta Aldo yang selalu bermuka laksana genderuwo.

    Melihat Askar, Fandi langsung ngacir keluar kamar gue. Sedangkan Ridho cs + Aldi dan Dwi langsung berhenti dengan kegaduhan yang mereka berenam ciptakan. Mungkin kaget kali. Aldi yang berada di seberang sana langsung berjalan kearah gue dan duduk disamping gue dengan pandangan matanya yang tertuju ke Askar.

    "Nih minum!" Askar menyerahkan segelas besar teh manis ke gue. Dia duduk disamping kanan gue dan menatap gue.

    "Gimana keadaan lo sekarang?" Tanya Evan ke gue. Masih dengan gayanya yang slengehan. Yang gue balas dengan senyuman dan acungan jempol.

    "Gue udah fit kembali. Hanya saja agak sedikit panas nih."

    "Panas gimana?" Potong Askar sebelum Evan sempat berkomentar.

    "Ntah lah. Badan gue yang terbuka pada panas semua."

    Askar langsung mengusap tangan gue dan menatap Aldi, begitupun Aldi yang juga menatap Askar. Nampak ketidak sukaan dibalik kacamatanya itu. Apa yang terjadi selama gue pingsan tadi.

    Oh ya, tadi kan si Dwi nampolin balsem ke tangan gue.
    "Wi lo makein gue apaan sih?" Teriak gue ke Dwi yang lagi asik mengutak atik handphonenya.

    "Ooh lo mau dipakein lagi?" Ujarnya seraya mengeluarkan balsem Hot Cream dari saku celananya dan melemparkannya ke gue. "Pake aja sendiri. Tadi nggak ada minyak angin buat bangunin lo, jadi kebetulan emak gue nyuruh bawa tu balsem katanya ntar kepake, eh rupanya bener kepake sama elo." Dia terkekeh dan melanjutkan kegiatannya.

    Pantesan aja gue badan gue panas-panas kayak gini, Hot Cream coy.

    Gue meletakan tuh balsem di nakas yang terletak di samping ranjang. Kemudian gue menyeruput teh manis dari Askar. Sebenarnya gue mau ngomong sesuatu sama Askar, tapi karena ada Aldi gue agak canggung. Ditambah Aldo yang mengintimidasi gue dengan pandangan matanya. Huft..., gue nggak bisa bebas ngobrol dengan Askar.

    Seseorang mengetuk pintu kamar gue -yang entah kenapa bisa bernomor 69- dengan sangat pelan. Dengan sigap Sandy langsung berdiri dan membukakan pintu buat tamu yang hendak berkunjung ke kamar 69. Semua mata secara otomatis menuju satu titik ke pintu yang sedang dibuka oleh Sandy. Dan voala, Tia yang sedang menjinjing seplastik buahan nampak kikuk kami pandangi kayak lagi liat bokep threesome.

    Tia lalu masuk setelah dipersilahkan Sandy untuk masuk. Dengan sopan Aldipun beringsut dan memilih duduk kembali kekomplotan Ridho cs yang lagi mandangin Tia dengan muka menganga, terkhusus Ridho si raja bokep yang udah ileran kayak lihat bidadari yang jatuh dari surga. Lain lagi si Caca yang sibuk klasak-klusuk nggak jelas dengan handphonenya. Pasti mau bikin gosip panas seputar gue lagi tuh di medsos. Nggak ada kerjaan banget tuh orang.

    Kembali ke tekape, Tia duduk di pinggir ranjang setelah meletakan buahan yang dia bawa di nakas bersebelahan dengan teh manis yang Askar bawa tadi. Dia nampak ragu-ragu, sesekali menoleh ke Askar tanpa mau memandang muka gue. Gimana Tia nggak takut, Askar mandangin Tia kayak mandangin mangsa empuk yang siap di santap. Cewek mana yang nggak takut dipandangin kayak gitu, gue sebagai cowok aja takut.

    "Gimana keadaan Rian sekarang?" Ujarnya kikuk sambil mengapit tangan dan tertunduk malu. Positif, dari caranya dia menyukai gue.

    "Gue udah mendingan kok."

    "Maaf Tia baru tau tadi lewat twitt Caca. Soalnya Tia sibuk sama panitia." Dia nampak memain-mainkan ujung kaosnya. "Sekarang udah nggak apa-apa kan?" Tanya Tia yang telah berani memandang gue. Matanya memancarkan sosok kehangatan.

    Gue tersenyum yang bikin Tia merekah malu. "Sekarang udah nggak apa-apa kok." Dan dia semakin kikuk dengan muka tertunduk.

    "Biar Tia kupasin jeruknya." Ujarnya membuka bungkusan, lalu mengeluarkan sebuah jeruk, membelahnya dua dan mengupas jeruk tersebut dan meletakan di piring. "Adrian bisa makan sendiri?"

    Gue menggeleng.

    "Ngg..., ini!" Ujarnya menyodorkan jeruk ke gue menyuruh gue membuka mulut. Gue yang kepengen makan jeruk menganga dan Tia menyuapi gue dengan beberapa ruas jeruk.

    "Aciee...Tia, Idho juga mau dong dicuapi. Jangan cuma Ian aja yang dicuapi." Teriak Ridho yang dibarengi sorakan anak-anak. Tia bersemu merah sambil merunduk menahan malu.

    "Nah tuh Tia, si Ridho mintak disuapi tuh. Buruan suapi dia!" Askar menatap garang Tia sambil meminta piring berisi jeruk tadi dari Tia. "Biar gue yang menyuapi Rian." Ujarnya seraya merampas piring itu dari tangan Tia. Tia nampak kebingungan. Bukan hanya Tia, gue dan anak-anak juga bingung plus heran dengan kelakuan Askar. Dia seperti orang yang lagi cemburu, ya dia cemburu.

    Kesempatan gue nih. Hehehe

    "Nggak mau gue sama lo. Gue maunya sama Tia." Gue merungut. Hahay mampus lo Kar, terbakar cemburu lo. "Tia suapin gue lagi dong." Gue menyodorkan mulut sambil menganga ke gadis berkerudung merah jambu itu. Tia nampak takut dengan pandangan Askar yang menatap gue garang. Dengan penuh kehati-hatian, dia mengambil beberapa buah ruas jeruk dari piring yang masih dipegang Askar dan memasukan jeruk itu ke dalam mulut gue. Dia nampak tersenyum dibalik ketakutannya terhadap pandangan tajam Askar.

    Gue dengan semangat 45 mulai cerita ngalor ngidul nggak jelas dengan Tia, ngacangin Askar yang lagi panas. Selain humoris dan nyambung, Tia juga seseorang yang cerdas sehingga dia sangat pantas menduduki posisinya yang sekarang di pengurusan OSIS. Dia nampak ceria dan bersemangat, berbanding terbalik dengan Askar yang jutek luar biasa. Mukanya memerah menahan amarah dengan tangan terlipat di dada memandang gue dan Tia. Tujuan gue berhasil, memanas-manasi Askar dan membuatnya cemburu. Dia laksana anak kecil dengan ekspresi cemburunya yang imut-imut itu, sesekali mengganggu obrolan gue dan Tia dengan komentar-komentar sinisnya yang membuatnya semakin lucu.

    "Lo kenapa?" Tanya gue sambil menahan tawa memandang ekspresinya itu.

    "Nggak ada."

    "Owh...." gue memasang muka datar walau hati gue meletup-letup kayak petasan karena kegirangan.

    "Rian, lo belum tidur? Istirahat gih sana." Askar bersuara. Gue tau maksud dari perkataanya itu, ya secara tidak langsung mengusir Tia keluar dari kamar. Nampaknya dia udah cemburu banget tuh, sampai nggak mau mandangin gue lagi. Dia duduk dengan wajah di tekuk gitu.

    "Nggak ah bentar lagi. Gue mau ngobrol dengan Tia dulu." Jawab gue acuh. Si Ridho kembali menyoraki gue dan Tia dengan kata 'modus'nya yang terdengar sarkas di telinga gue. Gue kembali memandang Tia dengan senyuman maut gue.

    "Yaudah gue keluar dulu." Terdengar suara Askar dan gue merasakan sebuah kecupan mendarat di kening gue.

    Hening...

    Semua penonton menganga dengan wajah aneh mereka masing-masing, bahkan Tia menutup mulutnya dengan tangannya. Terlebih gue yang nggak bisa berkata-kata menahan malu. Apa kata orang coba, seorang Adrian dikecup oleh seorang manusia yang punya batang.

    Gue hanya bisa membatu memandangi Askar dengan senyum kemenangannya seraya beranjak dari ranjang gue. Guepun pura-pura menguap dan melengos masuk kedalam selimut gue sambil menutup mata menahan malu, malu terhadap Tia dan semua orang. Apalagi kalau Caca twitt yang bukan-bukan karena tindakan Askar tadi, bisa digantung gue di monas.

    Yang gue dengar hanya suara pintu yang tertutup, serta suara Aldi yang ntah ngomong apa, dibarengi dengan suara tawa anak-anak.

    Gue harap lo bisa ngejelasin ini semua ke anak-anak Al.

    ---

    Gue mengerjap-ngerjapkan mata gue sambil mencari-cari letak handphone gue, karena jam tangan yang biasa terpasang di tangan gue ntah kemana perginya. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, ada yang mandi rupanya. Gue kembali meraba-raba nakas dan menemukan handphone gue disana.

    Sambil bangun dan merentangkan tangan khas bangun tidur, gue melihat jam di handphone gue yang menampilkan pukul 20.43. Sial! Lama juga gue tidur. Perut gue udah keroncongan dan mana anak-anak? jam segini masih kelayapan aja deh. Dan siapa tuh orang yang mandi jam segini.

    Gue berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar mandi. Gue menempelkan telinga gue ke pintu, menajamkan pendengaran gue sambil tetap terus berspekulasi. Gue nggak ada niat untuk mengintip, karena nggak bisa juga. Walau gue (sekarang) maho, gue harus menjadi maho yang beradat dan tahu malu sebagai homo. Untuk apa ngintip orang mandi -yang lebih parah ngintipin orang kencing-, kayak nggak ada kerjaan aja jadi homo.

    Gemericik airpun berhenti dan gue langsung lari dan melemparkan diri ke kasur. Gengsi dong kalo gue ketahuan ngupingin dia mandi. Naas, kaki gue membentur kaki ranjang sehingga gue mengaduk kesakitan. Gue berusaha senormal mungkin seperti orang bangun tidur, sambil tetap terus memegangi kaki yang sakit.

    Seseorangpun keluar dari kamar mandi dengan handuk dililit dipinggang. Mungkin kalian pernah lihat body cowok-cowok seksi di bungkus kolor yang kalian beli? nah bodynya 11, 12 an lah sama yang di bungkus kolor itu. Tapi yang ini nyata, real dan hot. Dengan rambut basah yang acak-acakan dan tubuh dengan beberapa tetes air sisa mandinya tadi menyebar di tubuhnya yang seksi, membuat gue terpana, lupa akan sakit yang gue rasakan.

    Gue menelan ludah, memandangi tubuh Askar yang masih menatap gue kebingungan. Muka gue memanas dan akal sehat gue mulai hilang diabrasi oleh nafsu gue yang mulai bergejolak. Gimana gue nggak horni coba, seorang 'cogan' laksana patung Yunani yang cuman pake handuk berdiri di depan gue dengan sosok anak SMAnya. Maho mana yang nggak bakalan terangsang coba, kalian aja gue yakin juga pasti bakalan on deh liat bodynya Askar yang hot itu.

    "Oi!" Teriaknya membuyarkan pikiran kotor gue.
    "Lo kenapa sih mandangin gue kayak gitu? Horni?" Dia menaik-naikan alisnya dengan senyum nakal yang membuat gue terangsang kuadrat.

    Gue menggeleng tanpa menjawab pertanyaannya walau hati gue bergemuruh dan senjata gue mengacung keras dibawah sana. Gue bangkit dari posisi gue, berencana hendak kabur dari Askar yang menggoda iman. Dan gue melangkahkan kaki gue menuju pintu keluar dengan tergesa-gesa kayak dikejar anjing, tanpa menoleh kearahnya.

    Tangan Askar yang kekar memegang pergelangan tangan kiri gue, menahan pergerakan gue. Gue masih bergeming, diam tanpa perlawanan. Perlahan dia membawa badan gue kepelukannya, dan memeluk gue dari belakang. Deru nafasnya terasa memburu dan tubuh setengah telanjangnya itu terasa hangat memeluk gue.

    "Saat gue nanya, jawab dong Ian. Nggak diam kayak gini. Gue bingung." Bisiknya di belakang telinga gue yang tersengar sangat sensual. Tak lupa dia mengecup leher gue yang sangat sensitif.

    "Lo horni kan?" Bisiknya sambil mengecup dan menjilat leher belakang gue sehingga gue tidak sanggup lagi untuk menahan erangan gue.

    "Mph..., iy...ah..." gue melenguh sambil mengangguk-angguk laksana anak sapi. Gue menggigit bibit bawah gue menahan supaya gue nggak mengerang dengan permainan 'kecilnya' di leher yang sudah membuat gue kayak gini.

    Dia membalik badan gue dan mendorong gue ke ranjang. Belum sempat gue memperbaiki posisi, dia udah menindih gue dan menyerang bibir gue ganas.

    "Gue akan buat lo menggelinjang malam ini Adrian."

    ---tbc
    R~



    Hayhayhay Aurora kmbli. Sblumnya gue ngucapin slmt kmbli bersekolah buat adek-adek gue yang udah sekolah, slmt bekerja setelah libur pnjng bgi yg bkrja, serta slmt liburan buat tmn n kakak2 gue yg udah liburan. Kecuali gue n tmn2 gue yang masih berkutat dg bangku kuliah krna ngejar materi. Huhuhuu *curcol* Smg jatah waktu liburan gue nggk abis krna kuliah2 ngejar materi mulu.

    Gue minta maaf sma lo smua krna udah gue php in slma lbih kurang hampir setengah bulan ini. Bahkan kita udah d 2016 n ini crta blum jga tamat2. Gue yakin udah pd lupa tuh sma crta gue. Hehehe gue maklum. So silahkan baca lgi deh, gue udah nyiapin daftar d page 1 bgi pembaca baru ato yg pd udah lupa.

    So gmna part ini? Puas? Atau masih blum puas? Oh ya kita kn nggk cri kpuasan d bf y. Kwkwkw. :D so puas nggk puas maaf skli lgi. Gue jg minta maaf sma ketidak bertanggung jawaban gue nggk atas komentar2 tmn2 smua yg nggk smpt gue balez. Colly eh sorry y smua...~

    Ohya gue ad khabar gmbra buat antum semua, karena masih suasana tahun baru n nebus kesalahan gue k antum smua gue brncna update 2 part sekaligus hari ini. Hahaha doain aj nggk ad gangguan y. Kwkwkw. Serta ada tokoh di cerita ini yg bkln jdi tokoh utama di crta gue brkutnya. Hayo siapa coba?

    So gue mohon vote n komentar tmn2 smua buat part ini, krna dg itulah, gue smkin smngt buat ngelanjutin cerita gue yang gaje ini. Slmt mmbca, slmt menunggu n sunt. ;)

    R~

  • Sukaaaaaaaaaa bgd.. Apalagi wkt askar nyium kening adrian.. Kyaaaaaa lanjutttttttt
  • Lanjut lanjut lanjut
  • Nah lho...apa gak pingsan lagi tuh nanti adriannya lol...
  • ciumannya dahsyat yah.. ampe bikin adrian pingsan..
  • Ciiee, yang lagi pada horny... kalian yang horny kok gue yang menggelinjang? -...-
  • Palingx entr pinsan lgi
  • Wooowww ceritanya hebatt aku suka aku suka heheh @Aurora69 mohon mention lagii
  • Asli kangen pke bnget..ma askar....
    Arrggghhhh askar love uuuuu.....
    Jngn di pending lg yq next update....n scene ikeh ikehh..x di panjangin dikit...hahahahahha
Sign In or Register to comment.