It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar @kaha @blasteran @BN @dian_des @Pyromaniac_pcy @melkikusuma1 @asik_asikJos @jj.yuan @opatampan @The_jack19 @ori455 @lukisan_puisi @usernameku @dadanello @boncengek3 @earthymooned @gaybekasi168 @jimmy_tosca @handikautama @OkiMansoor @Ninia @ananda1 @kikirif @satriapekanbaru @o_komo @SyahbanNa @Denial_person @arya_s
Bagi teman2 yang nggak mau diseret lagi, bilang ya ... Thanks.
Part 27
Gue tetap berjalan dengan jalan yang disantai-santaikan di koridor sekolah, walau gue tahu semua makhluk yang ada di koridor saat ini menatap gue dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Mulai dari cowok, cewek, yang setengah cowok setengah cewek bahkan makhluk astral (mungkin) juga menatap gue dengan tatapan beragam. Gue sih bukannya sombong ya, tapi gue sudah biasa dipandangi orang-orang kayak gini setiap saat. Tapi jujur, gue sangat merasa risih dipandang orang setelah acara perpisahan beberapa hari yang lalu. Ada yang senyum-senyum nggak jelas ke gue, ada yang memandang gue iri, ada yang memandang gue dengan mode poker face dan gue yakin, pasti ada yang merasa jijik dan mengumpati gue ketika melihat muka gue.
Gue membanting makalah yang gue pegang sambil mempelototi Aldi yang tengah sibuk dengan 'mainan barunya'. Yups itu loh, grup BBM kumpulan cewek-cewek remaja yang menamakan diri mereka Aldiers. "Kenapa?" Ujarnya tanpa memandang kearah gue. "Lo lagi dapet?"
Gue langsung duduk disampingnya dan merebut handphone dari tangannya. "Tau nggak, gara-gara lo yang sok-sokan keceplosan di depan fans lo yang gila itu, sekarang orang memandangi gue terus!" Gue menatap matanya. "Gara-gara lo Al, dan juga si Caca fans lo yang sotoy itu, hidup gue di sekolah ini jadi nggak tenang. Dan satu lagi, gue takut ada orang yang bakalan salah faham karena kicauan Caca yang nggak berbobot itu." Crocos gue frustasi. Gue meremas rambut sambil menundukan kepala diatas meja, pengen gue luapin semua kemarahan gue ke Aldi.
"Maaf, gue nggak sengaja saat itu. Lagian gue nggak bermaksud untuk menganiaya lo deh. Gue cuma mau becanda."
Gue bangun dan menatapnya, "Becanda lo bilang? Lo nggak fikir sebelumnya apa, apa yang akan terjadi kalo lo lakuin ini."
"Maaf, kalau gue tau gue nggak bakalan pura-pura keceplosan deh saat itu." Dia merunduk, Aldi nampak menyesal. "Gue nggak kefikiran kalau efeknya bakalan kayak gini." Ujarnya dengan suara bergetar, gue yakin dia bakalan nangis kalau udah kaya gini. Dia kan sensitif banget.
"Maafin gue Ian..." dan permohonannya itu terdengar lirih bagi gue. Oke, untuk saat ini benteng gue untuk meluapkan kekesalan gue ke Aldi runtuh seketika.
Gue langsung memeluknya "Gue maafin, toh semua udah terjadi Al, nggak ada yang perlu disesali lagi. Gue juga minta maaf karna udah ngebentak lo gini."
Dia mempererat pelukannya, begitupun gue yang juga mempererat pelukan gue. Kita laksana pasangan homo yang lagi dimabuk cinta. Hingga gue langsung melepaskan pelukan gue ketika Dwi dan Ibeth nyelonong masuk kedalam kelas tanpa permisi. Bisa gaswat kalo mereka beranggapan yang nggak-nggak, terlebih si Ibeth yang doyan banget liat gituan. Atau si Dwi yang bakalan heboh laksana toa masjid.
"Aciee, yang lagi peluk-pelukan. Jangan-jangan twitt si Caca kemarin salah lagi." Dia menggoda gue. Benarkan prasangka gue tadi, nih anak pasti bakal bikin heboh lagi deh. "Jangan-jangan sebenarnya si Aldi lagi." Katanya sambil tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Ibeth nampak terbelalak tak percaya sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dia (Ibeth) pasti menikmati banget tuh, momen-momen gue lagi pelukan sama Aldi.
"Sialan lo Dwi! Kampret lo. Gue sumpahin lo balikan sama Kayla." Dan jitakan manis gue mendarat di ubun-ubunnya.
Dwi meringis sambil mengusap-usap kepalanya "Sumpah lo ngeri banget deh Rian. Iii nggak amit-amit deh, masuk lubang buaya lagi gue kalo jadian sama Kayla." Ujarnya sok-sok bergidik ngeri. Dia nggak tau apa, kalo Kayla si berdada besar udah berada di belakangnya.
"Daripada balik pacaran ama tuh nenek lampir, mending gue pacaran sama Ibu Sukma deh. Biarlah udah tua dikit, daripada pacaran sama tuh nenek lampir binti nenek sihir cucunya Firaun." Cerocos Dwi yanf bikin Kayla si dada besar semakin murka. Gue dan Aldi menggeser posisi kita berdua, sebelum kita juga kena akibat murkanya cucu Firaun.
"Apa yang lo bilang Dwi kampret?!" Teriak Kayla dengan muka laksana kepiting rebus. "Lo bilang gue nenek lampir? Cucu Firaun? Awas lo Dwi! Lo bakalan mampus di tangan gue bego." Kayla pun mengejar Dwi dengan ganasnya. Dan kejar-kejaran antara Dwi dengan Kayla tak terelakkan lagi. Gue kangen banget dengan momen-momen kayak gini ketika mereka masih pacaran dulu, caci-mencaci lalu kejar-kejaran di koridor sekolah yang bikin ini sekolah tambah ramai.
Gue membuka Twitter dan kalian tau, trending topicpun telah berganti. Gue bisa bernafas lega untuk sementara waktu selama raja kodok dan cucu Firaun kejar-kejaran di koridor sekolah.
"Sekali lagi maafin gue ya Ian, gue bakalan nyuruh Caca mengklarifikasi twitt yang kemarin itu deh." Ujar Aldi
"Hmmm..., nggak apa apa kok." Jawab gue seraya menepuk pundaknya. Gue pun bangkit dari kursi yang gue duduki tadi. "Gue udah biasa kok kayak gini, maaf tadi gue kebawa emosi aja." Gue mengambil makalah yang telah di acc Bu Silvi tadi. "Gue mau ke IPS 4 dulu." Sambil menggoyang-goyangkan makalah gue. "Lo mau ikut bro?" Tanya gue yang hanya di balas oleh Aldi senyuman penuh arti.
"Lo duluan aja. Kirim salam buat si A ya..." ujarnya yang juga gue balas dengan senyuman penuh arti.
Guepun berjalan mengendap-ngendap di koridor sekolah ketika semua mata tertuju dengan kehebohan yang dibuat Dwi dan Kayla di lapangan sana. Entah kenapa mata gue kembali berpapasan dengan Tia yang sedang berdiri di pagar koridor kelasnya. Beberapa teman ceweknya -yang mungkin saja gengnya-, nampak mendorong-dorong Tia ketika melihat gue. Tia merunduk dan senyum manis bertengger di mukanya yang memerah. Ya Tuhan, kalau gue tau kalau Tia menyukai gue sejak awal, mungkin lain pula ceritanya.
Guepun tersenyum semanis mungkin kearah Tia yang sudah salah faham dengan gue. Gue nggak mungkin nyakitin hati cewek polos dengan memberi tahunya kalau gue tidak punya ketertarikan dengan dia, serta membuatnya malu di depan teman-temannya dengan bersikap sombong. Gue bukanlah cowok macam itu. Gue kembali tersenyum yang dibalas dengan senyumannya yang laksana senyuman Hayati versi SMA gue yang dibarengi cie-ciean teman-temannya ketika gue berlalu menuju kelasnya Askar.
"Gue udah acc sama Bu Silvi tentang makalah kita." Gue meletakan makalah -yang udah gue acc tadi sama Ibu Silvi di ruang majelis guru- di atas meja Askar sesampainya gue di kelasnya.
"Gimana?" Tanya Askar dengan kaki yang menyilang diatas meja. Kalian harus tahu, tuh anak belagu banget dengan posisinya sekarang, untung aja tuh anak nggak pake kacamata hitam + tukang pijat seksi bahenol dengan baju kurang bahan yang mijatin dia kiri dan kanan. Oh ya, jangan lupa tukang kipas dan cewek pemegang baki berisi buah-buahan yang selalu setia di sampingnya. Kalau iya, beuh udah kayak bos mafia aja tuh anak.
"Kata Bu Silvi, makalah kita udah bisa dikumpul. Tinggal diedit sedikit lagi kok." Ujar gue penuh kelegaan. Guepun menggeser bangku dan mengambil posisi duduk disamping kirinya. "Palingan minggu depan siap study tour juga udah bisa dikumpul."
Askarpun meletakan tangannya di atas sandaran kursi gue. "Terserah lo deh, gue ngikut aja. Yang gue tahu, semuanya beres."
"Huh, dasar nggak mau susah lo." Cibir gue. "Selalu gue mulu lo andelin. Kapan sih lo mau nolongin gue bikin makalah. Sebagai anggota kelompok tanggung jawab sama tugas lo." Gue memonyongkan bibir dan melipat tangan di dada.
Dia tersenyum genit ke gue dan bebisik di belakang telinga gue dengan sedikit desahan yang bikin gue begidik "Tugas gue untuk memuaskan lo lahir batin Adrian." "Soal tanggung jawab, gue bakalan tanggung jawab kalau lo hamil anak gue. Tenang aja."
Gue membeku seketika. Entah kenapa adek gue di bawah sana sedikit berontak dengan perkataan Askar tadi. Dia seperti mengkode gue, eh... bukan, malah terdengar 'mengundang' gue untuk melakukan 'sesuatu yang memuaskan' itu.
Gue menelan ludah sebelum gue berhasil mengendalikan diri dan menoyor kepalanya yang hanya berkisar di seputaran selangkangan itu. "Gue nggak butuh tanggung jawab lo." Ujar gue menggeser posisi sambil menahan gejolak di dada ini. Sadar Rian, ini sekolah di jam istirahat.
"Selow aja..., lo akan butuh tanggung jawab gue setelah study tour nanti."
What?! Apaan tuh maksudnya. "Maksud lo?"
"Kita akan sekamar nanti, Rian. Dan lo pasti tau apa yang akan terjadi nanti. Gue akan bikin lo minta nambah ke gue." Ujarnya sambil menaik-naikan alisnya.
Gue terkeleh sambil tersenyum menantang kearahnya. "Untuk study tour, emang gue nggak masuk ke panitiaan. Tapi yang lo harus tahu Tuan Askar yang terhormat, kita nggak bakalan sekamar di penginapan nanti. Lo beda kelas dengan gue, bahkan lo juga beda jurusan dengan gue. Jadi nggak usah ngimpi Mr. Porno." Ujar gue pede.
Gue emang udah dapat bocoran dari ketua pelaksana, kalau kita bakalan sekamar dengan teman sekelas nanti.
Oh ya, tahun ini sekolah gue akan mengadakan study tour -katanya, tapi sebenarnya nggak sih, lebih banyak main daripada belajarnya- yang diikuti oleh tiga angkatan. Angkatan yang lulus tahun ini, angkatan gue dan angkatan dibawah gue. OSIS dan MPS yang buat ide seperti itu, selain menghemat anggaran dan proposal, juga saling menjalin silaturahmi antar kelas dan angkatan, juga sebagai sarana rekreasi buat siswa kelas X dan XI serta melepas penat bagi bagi siswa kelas XII yabg telah mengikuti UN kemarin dan juga sebagai acara terakhir buat siswa kelas XII sebelum mereka benar-benar resmi meninggalkan sekolahnya yang tercinta.
Lamanya study tour ini sih tiga hari dua malam, so kita tentu harus menginapkan, nggak mungkin juga kalau kita tidur di emperan toko kan. Nah jadi kita akan nginap di penginapan yang tiap kamar diisi 4-5 orang didalamnya dan kata si ketua panitia Fauzan, isi tiap kamar itu satu lokal biar lebih mudah mengaturnya. Oleh karena itu, nanti sore ada rapat terakhir sebelum acara study tournya 3 hari lagi.
Bel tanda masuk pun berbunyi dan beberapa anak-anak IPS 4 mulai masuk ke dalam kelas. Gue beringsut mendekati Askar, "Simpan semua angan-angan lo buat sekamar sama gue, bos. Nggak bakalan." Bisik gue d telinga kirinya sebelum dia memegang tangan gue dan menatap gue penuh kemenangan. "Lihat aja nanti, beb" Dan dia melepaskan tangan gue. "Lo akan bertekuk lutut di malam pertama study tour nanti, Adrian Aditya."
"Baiklah Askar Bastian Putra, kita lihat nanti." Ujar gue meninggalkan kelas Askar.
---
"Kenapa lo cemberut kayak cewek dapet gitu?" Tanya Dwi mencolek gue dari samping. Aldi udah menghilang entah kemana sendari tadi.
"Hmm..., nggak ada."
"Ah..., masalah lo itu lo besar-besarin. Gue aja dikejar cucu Firaun yang baru bangkit dari hibernasinya aja nggak kayak gini deh." Bisiknya sambil menoleh ke Kayla yang masih kayak banteng matador menatap Dwi. "Cerita dong.!"
Gue menghembuskan nafas. "Lo tahu nggak, semakin kesini Tia semakin ngarep ke gue setelah twitt Caca beberapa hari yang lalu."
Dwi mencibir gue. "Kepedean lo mah. Darimana lo tahu?"
"Gue punya insting Wi!"
"GayDar maksud lo?"
"Bukan! Itu lain lagi. Gue nggak punya itu, ato gue belum bisa mempergunakan itu. Gue kan masih baru." Gue sok-sok manis di depannya dengan nyengir kuda yang gue pasti ngeselin buat dilihat.
"Lalu?"
"Gue takut kalau Tia tambah besar rasanya ke gue, dan karena semakin ke sini gue semakin merasa bersalah ke Tia. Gue seperti merasa berdosa karena udah mempermainkan perasaan Tia."
"Kenapa lo harus merasa berdosa? Lo kan nggak ada niat untuk mempermainkan perasaan dia kan?"
"Nggak. Gue malah berusaha untuk nggak nyakitin dia."
"Lalu?"
"Yaa, gini tadi sepulang dari IPS 4, gue berpapasan dengan Tia. Lo tau, dia nampak sangat senang pas ketemu gue. Kelihatan banget dari ekspresi wajahnya itu. Nah karena udah jam masuk dan anak-anak pada masuk kelas, guepun berhenti dan bodohnya gue berhenti tepat di depan dia, karena gue berhenti tentu dia juga berhenti di depan gue. Gue kan agak gimana gitu, nah karena gue yang agak gimana gitu, dia beranggapan gue mau bilang ato ngasih apa gitu. Dia seperti menunggu-nunggu sesuatu dari gue sampai gurunya datang dan dia masuk kedalam kelas." Terang gue ke Dwi yang hanya dibalasnya dengan anggukan. "Gue takut dia berharap kalo gue mau nyatain cinta sama dia."
Si Dwi menghela nafas dan menepuk pundak gue.
"Selow aja Rian, semua akan berjalan dengan semestinya. Lo hanya tinggal mengikuti alurnya saja dan tidak usah memikirkan yang belum terjadi. Lo nggak usah mikirin perasaan Tia, dia baper ato gimana, biarlah waktu yang menyelesaikan semuanya. Dan lo juga nggak usah memprediksi apa yang akan terjadi kedepan, bikin pusing tau nggak. Anggap apa yang terjadi selama ini hanya becanda. Toh gue yakin, kalau Caca membuat twitt itu cuma becanda. Oh ya, kurangi kesensitifan lo juga." Cerocos Dwi tanpa titik koma.
Gue menghembuskan nafas. Perkataan Dwi ada benarnya juga, kenapa gue harus merasa bersalah, toh gue juga nggak ada niat untuk mempermainkan perasaannya.
Sambil bangkit dari bangku gue, guepun menepuk pundak cowok itu. "Thanks bro!" Dan si raja kodok cuman tersenyum dan segera bangkit berjalan kearah Kayla yang tengah sibuk dengan handphonenya. Pasti mau gangguin tuh cewek lagi. Sedangkan gue langsung pergi ke ruangan OSIS yang telah terlambat gue datangi.
---
"Maaf gue telat. Ada urusan kelas yang harus gue urus tadi." Ujar gue berbohong ketika gue sampai di ruang OSIS. Semua mata masih memandang gue yang masih berdiri termasuk Tia yang duduk di depan ruangan. Guepun berusaha untuk tidak melihat kearahnya, walau wajahnya tetap terlihat oleh gue.
Setelah dipersilahkan masuk, dengan merunduk-runduk menahan malu, gue duduk di posisi belakang. Gue sudah tidak punya keberanian lagi untuk duduk di posisi depan karena keterlambatan gue serta menghindari kontak mata dengan Tia.
"Ciee ... pacarnya Adeeva datang tuh." Goda Ridho dari bangku depan disertai kikikan -yang lebih terdengar suara kuntilanak di telinga gue- beberapa cewek yang duduk disamping Ridho, menatap gue sekilas penuh makna sebelum kembali terkikik sambil menutup mulut mereka dan saling memandang temannya.
Gue mendengus dan mengaruk biji eh kantong celana gue mengeluarkan handphone. Kesal deh diledekin Ridho kayak gini. Apalagi suasananya udah kayak film horor dengan kikikan cewek pengurus OSIS yang mengerikan.
"Baiklah kita lanjutkan rapat kita," ujar Fauzan sebagai ketua pelaksana study tour. "Sesuai dengan penjabaran saudara Karin tadi, bahwa untuk menjalin tali silaturahmi antar angkatan, maka kita akan mengacak teman sekamar kita sehingga tiap kamar dipastikan akan ada yang berbeda kelas." Sontak perkataan Fauzan tadi membuat mulut gue menganga. Hasil searchingan gue di nyai google tentang 'cara menolak cewek secara halus' jadi terkesan nggak menarik lagi untuk gue
"Dan sesuai voting kita tadi, bahwa mayoritas suara menyetujui pendapat dari saudara Karin."
WTF!
Sialan, mendengar perkataan Fauzan tadi membuat gue jadi menyesali keputusan gue yang telat datang. Kalau nggak, mungkin gue bisa menyanggah atau melakukan aksi lobi-melobi untuk menggagalkan pendapat Karin yang 'nggak bener' itu.
Gue menepok jidat gue, ini pasti kerjaan si keparat Askar. Jadi ini cara liciknya buat bisa sekamar sama gue. Ah... bullshit gue bisa habis olehnya ntar. Pantesan aja dia nampak pede dengan tantangan gue tadi. Ah..., potensi sekamar dengan si Askar bisa semakin besar nih, secara dia punya link di pengurusan OSIS dan MPS. Buktinya pas gue mau ngebubarin gengnya yang bermasalah itu, anak-anak banyak yang nggak mendukung gue tuh. Dasar gue ditusuk dari belakang rupanya. Sakit banget terasa.
"Ridho! Teman sekamar kita kapan diberi tahu?" Gue menepuki dia dari belakang.
Dia menoleh sekilas ke gue sebelum dia tersenyum gaje dan kembali menatap ke depan.
"Oii! Lu budeg ya? Jawab pertanyaan gue napa."
"Penasaran amat lu." Ujarnya tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
"Kapan!?" Teriak gue di telinga kanannya sehingga dia mengumpat dan memandangi gue dengan sorot mata kesal sebelum berganti dengan sorot mata jahil. "Besok pagi juga diumumin. Toh yang diacak cuma anak kelas XI sama X doang. Lagian cowok ama cewek juga dipisah kok."
"Emang kenapa cowok dan cewek dipisah? Emang seharusnya begitu kan."
"Ya lo kan nggak punya harapan buat sekamar sama si Adeeva, si A lo itu." Ujarnya ngakak keras sehingga para hadirin sekalian yang ada di ruangan, menatap Ridho keheranan.
Emosi gue menguap takala Ridho kena semprot Fauzan yang terkenal disiplin itu karena udah bikin ribut saat rapat berlangsung. Untung aja tuh raja bokep nggak diusir keluar. Huh mampus lo, kualat deh lo karena udah buat malu gue. Hahaha
Gue menatap layar handphone gue yang telah gelap. Sekamar dengan Askar? Mungkin kah. Huh, gue berharap semoga gue nggak sekamar sama Askar, semoga. Dia juga udah niat bener mau apa-apain gue. Dan dia nggak pernah main-main kan. Lagian kenapa gue harus panik gini sih, kan masih ada 3 siswa lain juga sekamar dengan gue. Askar nggak bakalan bisa macam-macam sama gue.
Selain itu, betul juga kata Dwi tadi. Gue nggak usah memikirkan hal-hal yang belum terjadi, jalani aja seperti air yang mengalir. Toh nanti kita akan menjalaninya juga.
Gue menghembuskan nafas berat. Gue membuka aplikasi twitter dan kembali melihat kicauan dari @Chacha98S 3 hari yang lalu yang telah diretweet sekitar 87 akun dan difaforitkan oleh 4 akun.
"Adrian suka sm cewek berinisial A? Adeeva kah? Semoga benar y sdra2 @Tia_Adeeva @Rian_AA6 #fpsman3_59"
Entah kenapa tangan gue terasa sangat gatal untuk menekan ikon bintang yang ada di bagian kanan bawah twitt Caca.
---tbc
R~
Hay all! Gue balik lagi, maaf udah nganggurin antum smua dengan kisah gue yang gaje ini. Gue nggk ada niat sama sekali kok.
Sip ky' biasa gue mohon vote n komentar dri antum smua ttng crta gue. So thanks udah membaca, slmt berhari senin eh berhari minggu n sunt.
R~
Part selanjutnya harus ada esek2 nya.
@Otsutsuki97S rncna sih tdi mlm, tpi krna bbrp sbb diundur deh pgi ini.