BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

MY BELOVED ASKAR

11011131516139

Comments

  • Part 7

    Gue masih tertunduk di meja makan sambil terus mengaduk-aduk nasi tanpa niat untuk memakannya. Gue merasa amat bersalah dengan Askar karena kelakuan gue, tulang hidung Askar hampir patah. Bahkan bisa mengakibatkan Askar kehilangan indra penciumannya. Tapi syukurlah kata dokter yang menangani Askar tadi, Askarnya nggak apa apa, cuman pembuluh darah hidung Askar ada yang pecah akibat benturan dari bogem gue tadi.

    Sampai dokter pergi Askar masih bungkam sehingga membuat gue nggak nyaman banget.

    "Gue minta maaf sekali lagi Askar." ujar gue. Sudah beberapa kali gue minta maaf dan dia masih bungkam dan tetap terus menikmati hidangannya tanpa mengacuhkan gue.

    "Lo ngomong dong!" ujar gue sambil memandang dia penuh penyesalan.

    Gue kembali tertunduk.

    "Maafkan gue Askar." kata gue sangat pelan. Dan gue tidak dapat membendung air mata gue untuk tidak menetes.

    Gue menelungkupkan muka gue di meja makan menahan tangis gue. Gue seperti cewek. Gue benci menangis, tapi entah kenapa gue menangis terisak dan semakin lama air mata gue mengucur semakin deras. Jujur, gue amat menyesal dan gue nggak suka diginiin sama Askar.

    Tiba-tiba gue dikejutkan oleh sepasang tangan yang melingkar di pinggang gue yang refleks membuat gue melalukan gerak elevasi ke atas.

    Askar tersenyum, gue masih bisa melihat bekas penganiayaan gue ke dia. "Gue nggak marah kok." ujarnya seraya memeluk gue hangat dari belakang.

    Nyaman banget.

    "Maafkan gue ya Askar." ujar gue amat pelan.

    "No problemo sayang." katanya seraya mengecup kening gue yang sedang mendongak ke atas. Sebuah kecupan yang nggak boleh dilakukan oleh sepasang pria yang bukan muhrim.

    Gue merasakan muka gue memanas. Entah kenapa ada perasaan yang meminta Askar melakukan lebih dari itu. OMG.

    Diapun menggeser salah satu kursi dengan kakinya dan langsung duduk di samping gue. Dia menyeka air mata gue dengan jempolnya dan mengusap-usap rambut gue. Dia masih tersenyum ke gue dan gue lupa bahwa gue laki-laki, sama seperti Askar.

    "Gue nggak akan bisa marah ke elo Adrian." ujarnya. "Tapi gue harap lo nggak usah berlebihan gitu ke gue. Gue nggak akan apa-apain lo kok." kata Askar dengan penuh keyakinan.

    "Maaf." kata itu yang kembali terucap dari mulut gue seraya kembali tertunduk.

    "Gue maafin elo kok. Kalo lo nggak gue maafin, mungkin lo udah di kantor polisi sekarang. Dengan tuduhan penganiayaan, lo bisa dijerat dengan pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman pidana penjara dua tahun delapan bulan atau hukuman denda empat juta lima ratus ribu rupiah."

    Gue memandangnya takjub.

    "Kenapa lo memandang gue gitu? Horni?."

    Gue terkekeh. "Gue nggak akan horni lihat elo. Kita kan sama-sama batangan, ngapain juga gue horni. Gue cuman takjub aja, orang yang senang bikin ribut ngerti juga sama hukum."

    "Hehe gue gitu lo..., Askar." jawabnya menyombongkan diri. "Bay the way, lo yakin nggak bakalan horni liat gue?" ujarnya sambil menaik turunkan alisnya.

    Gue memutar bola mata gue. Diapun terkekeh. "Nggak bakalan!" kata gue seraya memasukan suapan makanan ke mulut gue.

    "Kalo lo udah selesai makannya, gue dikamar. Jangan keluyuran lo." ujarnya seraya berlalu dari ruang makan.

    Guepun kembali melanjutkan makan gue. Otak gue penuh dengan pikiran-pikiran yang nggak seharusnya gue fikirkan. Mulai dari apa pekerjaan orang tua Askar, dimana mereka sekarang, juga hipotesa gue tentang Askar yang 360° eh 180° berbeda dari kenyataan.

    "Den Rian udah selesai makannya?" tanya Bi Kadijah yang tadi sebelum makan memperkenalkan diri.

    "Udah bi. Makanannya enak-enak." ujarku jujur. Wenak tenan broo!!

    "Aduuuh biasa aja den, bibi jadi malu." kata bibi Kadijah sambil memegang kedua pipinya.

    "Nggak usah malu gitu dong bi, biasa aja kok. Kalo enak itu ya enak atuh."

    "Soalnya jarang-jarang yang muji bibi kayak gini. Terakhir den Aldo yang muji."

    "Aldo?" tanyaku.

    "Iya den, den Aldo. Dia sering datang ke sini, kan sodara jauh den Askar."

    Gue manut-manut. Beberapa hari kenal Askar secara langsung, gue sudah tahu fakta yang akan menggemparkan satu sekolahan tentang ketua Yakuza Junior ini.

    "Iya deh bi, Adrian ke atas dulu ya bi." ujar gue seraya berlalu dari ruang makan.

    Ibarat lo orang ndeso yang nggak pernah masuk rumah gedongan, tentu lo nggak akan sanggup untuk menahan mata lo buat nggak jelalatan melihat isi rumah. Begitupun yang terjadi dengan gue. Gue seperti maling yang tengok sana tengok sini melihat isi dan menaksir kekayaan ini penghuni rumah.

    Ada guci antik yang lo sendiri muat didalamnya, sofa yang nggak bakalan muat di ruang tamu gue. Tivi yang ntah berapa inchi, lampu hias yang wah.. gue berasa kayak di dalam istana dan Askar sebagai pangerannya.

    Tapi dari sekian banyak foto yang ada didalam rumah ini, mata gue terhenti di sebuah anak sekolah dasar yang memegang medali emas ditangan kanannya didampingi oleh seorang wanita dan seorang pria di sisi kanannya. Hey apakah itu Askar? Dan apakah itu bokap sama nyokapnya?

    Gue mangut-mangut sendiri didepan foto itu. Entah kenapa gue begitu amat penasaran

    Guepun kembali melangkahkan kaki untuk menaiki tangga dan menuju ke kamar Askar.

    Askar nampak fokus melihat layar notebooknya ketika gue membuka pintu kamarnya. "Lo lagi liat apa Askar? Fokus amat." tanya gue sambil duduk d tepi ranjangnya.

    "Lagi liat bokep nih. Mau lihat?" jawabnya sambil menaik turunkan alis matanya.

    Sontak gue menjauh sambil memandang jijik kearahnya.

    "Huahahaha. Segitu amat." tawanya meledak. "Gue lagi lihat tema buat makalah kita Adrian." ujar dia sambil memperlihatkan layar notebooknya ke gue.

    "Kirain beneran. Eh bay the way nih ye, bokap ama nyokap lo pada kemana Askar? Kok gue nggak lihat?" tanya gue.

    Dia nampak terdiam. Ekspresinya sulit gue jelaskan.

    "Hmmm.., sorry gue udah lancang Askar. Gue nggak bermaksud untuk itu." ujar gue seraya tertunduk.

    "Gue nggak apa apa kok Rian." ujarnya sambil memegang kedua lengan gue dengan kedua tangannya. Otomatis gue mengangkatkan muka gue.

    Dia tersenyum.

    "Bokap sama nyokap gue udah lama berpisah. Sekarang gue tinggal sama nyokap. Nyokap hanya di rumah pas weekend saja, karena beliau adalah seorang direktur perusahaan milik pemerintah di ibukota." ujar Askar.

    Sontak gue kaget. Ada perasaan campur aduk sekarang. Gue merasa sedih dengan Askar, tapi Gue juga merasa diri gue lebih beruntung dari Askar. Gue bersyukur walau hidup orang tua gue pas-pasan, gue masih punya orang tua yang lengkap. Berbeda dengan Askar yang berasal dari keluarga broken home.

    Gue menghembuskan nafas berat.

    Ngomong-ngomong tentang orang tua, "Astaga!" ujar gue sambil mencari-cari handphone gue. "Askar lo tau nggak dimana hp gue?" tanya gue ke Askar sambil berlari menuju seragam gue yang digantung dibalik pintu.

    "Untuk apa? Segitu amat gaya lo." tanya Askar sambil menunjuk handphone gue diatas nakas yang ada disamping ranjangnya.

    Gue segera mengambil handphone dan mencari nomor mama. "Gue mau ngabarin mama kalo gue nginep di tempat lo." jawab gue. "Shit! Sibuk lagi."

    "Lo tenang aja, nyokap lo tadi malam telpon. Gue udah bilang sama nyokap lo kalo lo nginep di rumah gue dan pulangnya entar sorean."

    "Mama pasti marah, nggak bilang-bilang dulu." Gue sangat cemas.

    "Nggak kok. Gue udah ceritain apa tujuan lo datang kesini." katanya. "Lo kok nggak bilang ke gue kalo lo kelelahan, lo bisa sakit kepala.?" tanya Askar.

    "Ngg... gue nggak mau bikin lo khawatir. Lagian udah biasa kok."

    "Makanya setelah nendengar lo sakit kepala, nyokap lo akhirnya tenang. Rencana bokap lo mau jemput lo karena takut ngerepotin gue. Tapi gue bilang aja nggak apa apa." jawab dia santai.

    "Makasih." ucap gue tulus. "Eh tunggu! Apa maksud lo kalo lo bilang aja nggak apa apa? Berarti gue ngerepotin lo dong?" tanya gue sengit.

    "Iya." jawabnya dengan pandangan sombong. "Tapi gue seneng sih." Dia tersenyum.

    "Seneng maksud lo? "

    "Ngg... nggak kok. Gue ambil cemilan dulu ya ke bawah." ujarnya. Gue yakin dia lagi ngehindar tuh. Aneh banget tuh orang.

    Dan diapun keluar dari kamar. Sontak gue bergegas menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah buku yang telah bikin gue penasaran.

    Gue menjatuhkan badan ke ranjang Askar yang empuk. Gue bisa mencium aroma harum dari seprai barunya ini.


    Ketika gue hendak membuka novel karangan E. L. James tersebut, gue dikagetkan oleh seseorang yang membuka pintu. Gue langsung melemparkan novel tersebut ke kolong ranjang takut ketahuan baca gituan.

    "Lo kok cepat banget Askar?" tanya gue sambil berbalik dan membetulkan posisi gue. Gue soksok fokus lagi lihat tema di notebooknya.
    "Kok diem aja?" Dan guepun mendongakan muka biar kelihatan batang idungnya.

    Gue sontak terkejut dan orang yang didepan gue juga sama terkejutnya dengan gue.

    Gue menelan ludah.

    "Aldo?!"



    --- tbc
    R~







    Hay guys! Aku update lagi!! Mohon maaf kalo beberapa hari yang lalu aku nggak bisa update disebabkan karena rutinitasku yang cukup padat. Tapi kedepannya aku usahakan bisa update tepat waktu. Kalau soal panjang ceritanya yg pendek, disebabkan aku membagi partnya terfokus untuk satu masalah, kalau terlampau panjang kan entar ngebosenin. Jadi mohon maaf sekali lagi. Nggak selalu yang panjang-panjang itu memuaskan. Iya kan? ;)

    Oh ya aku juga mohon komentar membangun teman2 semua. Karena apalah aku hanya seorang penulis pemula, tanpa komentar n vote teman2 semua aku bukanlah apa-apa.

    Oke sekian dulu ngalor ngidulku, selamat bermalam minggu. N terima kasih udah membaca.

    R~

  • Penasaran sama lanjutan nya.......
  • >_< penasaran tingkat dewa kyknya terjadi cinta segitigaaaa
  • makin dekat aja mereka berdua ... nah lo ada Aldo ...
  • Wah.. Cinta segi empat ini mah...
    Hahaha..
    (y)
  • aldooooo ..mau apa hahhha :v
  • keeennn
    mention plisssss
  • keeennn
    mention plisssss
  • padahal lg deket2nya nih mereka malah datang aldo, Do awas lu ya kalau lu ganggu mereka hehehe
    ayo lanjut lg
  • Nanggung banget gan?? Wah wah aldo? Konflik nih? Seru agaknya

    Semangt ya gan TS updatenya ,kalo lu updatenya panjang reader bacanya juga seneng pasti
  • blm updatee
  • Hmmm,sllu d bkin pnasaran...tmbah asyk...bisa lmbut jga askar,asyk trnyt askar cinta sma rian
  • @Akang_Cunihin malam ini ku lanjut kok. ;)
    @freeefujoushi segitu bnget bang, jadi :blush: Makasih bang.
    @lulu_75 iya bang, smga aj makin terus dekat.
    @Daser segi empat? Siapa aj bang? ;)
    @new92 mau ngunjungin Askar, eh ketemu Adrian.
    @diccyyyy terimakasih udah membaca, siposipo (y). ;)
    @JimaeVian_Fujo haha sip itu mah. Si Aldo nmpknya ngeganggu deh.
    @ramadhani_rizky nmpknya iya kak, ad konflik. Makasih kak. Aku usahain Lebih panjaaang lgi deh.
    @abong updatenya malam ini bang.
    @agova terimakasih bang, iya bang Askar emng ad rasa sama Adrian
  • Part 8

    Aldo masih memandang gue dengan wajah ketidak sukaannya. Dia memandang layaknya gue adalah seorang penjahat yang harus diadili. Sedangkan gue masih sok-sok fokus dengan layar notebook Askar walau pikiran gue melayang entah kemana.

    "Lo udah lama disini?" dia membuka percakapan.

    "Udah lama juga." jawab gue. Entah kenapa waktu terasa amat lambat sekarang.

    "Sejak kapan?" tanya dia menyelidik.

    "Sejak kemarin, gue nginap di sini."

    Matanya membesar, gue tahu dia terkejut. Entah kenapa ekspresi mukanya menyebutkan kalo dia itu nggak suka dengan gue.

    "Ngapain aja semalem? "

    Gue terkekeh, pertanyaan macam apa itu. Dia pasti tau kalau gue sama Askar bikin makalah. Emang sih nggak lama, kan gue tertidur. Gue nggak mungkin juga kan, bilang ke dia kalo gue mimpi basah sama Askar?

    "Ngapain? Ya bikin makalah lah Aldo? Ngapain lagi?" ujar gue.

    "Lo nggak ngapa-ngapain Askar kan?" dan pertanyaan Aldo sukses membuat gue terbatuk-batuk. Gue emang nggak ngapa-ngapain Askar, tapi Askarlah yang ngapa-ngapain gue.

    "Nggak lah...! Gila lo, lo kira gue suka batangan apa?" jawab gue.

    Ekspresi wajahnya berubah.

    "Lo mending jauhin Askar deh!" ujarnya. "Lo nggak tau siapa Askar sebenarnya. Dia adalah orang yang berbahaya. Lo bisa kena masalah karena berhubungan dengan Askar."

    "Lo bisa ganti rekan lo dalam membuat makalah. Gue bisa bilang itu ke Ibu Silvi." ujarnya lagi.

    Gue hanya mangut-mangut sambil menyentuh dagu gue.

    "Lalu siapa rekan gue nanti?" tanya gue. Jujur gue pengen mengganti rekan dalam pembuatan makalah, sehingga gue bisa terbebas dari Askar dan Yakuza Junior.

    "Yusti, rekan gue."

    "Yusti?"

    "Ya, Yusti. Lo tau kan? Lo bisa dapat keuntungan dari dia, rumah lo dekat dengan rumahnya dan dia termasuk siswi cerdas di kelas dan jalan menuju juara umum semester ini terbuka lebar buat lo kalo elo dengan dia." katanya. "Kita bisa change rekan, kalo lo mau."

    Gue kembali mangut mangut sambil menggigit kuku telunjuk gue. Gue amat ragu dengan tawaran Aldo yang tampak menjanjikan itu. Tapi, untuk apa dia rela menukar rekannya yang dia tau sendiri pintar demi seorang Askar yang nggak berprestasi di bidang akademik itu. Entah kenapa gue merasa ada pisang dibalik sempak eh ada udang di balik batu soal tawaran Aldo yang aneh ini. Lagian pula, siapa juga yang akan bikin masalah sama gue, kalo guenya udah rekanan sama orang yang bikin masalah.

    "Lo nggak usah nanyain apa alasan gue mau tukeran rekan sama lo. Yang jelas, lo bisa terbebas dari yang namanya Yakuza Junior." ujarnya seperti tau apa yang akan gue tanyakan selanjutnya.

    "Gue tau kalo lo juga terpaksa rekanan sama Askar."

    Sontak gue terkejut. Apa Aldo cenayang?

    "Lo bisa mikir-mikir dulu." katanya. "Gue harap lo bisa mengambil keputusan bijaksana." tandas Aldo.

    Entah kenapa gue nggak bersemangat lagi untuk membuat makalah bareng Askar, walaupun gue tetap terus mengetik kata pengantar di notebooknya Askar.

    --

    Jam udah nunjukin jam satu lewat empat puluh dua menit, ketika gue udah menghabiskan secerek syrup dan tiga piring cake. Entah kenapa gue amat kesal di anggurin Askar kayak gini.

    Notebook masih dipelukan gue dan layarnya masih menampakan halaman Kata Pengantar makalah yang belum juga selesai gue kerjakan. Sedangkan mata gue, udah liar melihat Askar dan Aldo sedang bermain PS tanpa mempedulikan gue.

    Entah kenapa ada rasa panas di hati gue saat ini.

    Apalagi mereka seperti pasangan maho. Terlebih Aldo, yang doyan nyuap-nyuapin serta mencari kesempatan buat memeluk Askar, bikin gue bete.

    "Ehm..." gue caper.

    "Udah siap kata pengantarnya Yan?" tanya Askar sambil tetap fokus ke PSnya. Aldo mengerutkan keningnya tanda tak suka kegiatannya terganggu.

    "Belum nih, gue ngebuntu. Soalnya nggak ada yang ngebantuin gue cari ide." jawab gue ketus.

    "Sebentar lagi ya sayang, gue lagi nanggung nih. Lo istirahat aja dulu." ujarnya.

    Sayang? Emang gue pacar lo apa.

    "Eh iya, elo nggak bikin makalah Do?" tanya Askar ke Aldo.

    Ngapain juga si Askar nanyain makalah si Aldo.

    "Nggak ah Kar, gue males ame si Yusti. Rencana gue mau minta tukar rekan sama bu Silvi" ujarnya.

    "Kalo begitu, siapa rekan lo buat tugas makalah nanti Do?"

    "Nggak tau gue Kar, mungkin ada seseorang yang mau tukar pasangan sama gue Kar." ujar Aldo sambil melirik gue.

    Gue memutar mata gue. Gue jengah sama si Aldo yang nyindir-nyindir gue.

    "Gue harap sih bisa sama lo Kar, kalo seseorang mau change rekan sama gue. Ya kan Adrian?"

    Mata gue terbelalak. Bangsat tuh si Aldo. Dan perkataan Aldo tadi sukses membuat Askar menoleh ke gue bingung.

    Askar memandang Aldo lagi. "Maksud lo?"

    "Eh nggak kok, gue cuman menggoda Adrian aja. Jikalau dia mau tukeran rekan sama gue." jawabnya sambil ketawa. Dan entah kenapa tangan gue udah gatel kepengen membogem mulutnya si Aldo.

    Askar memandang kearah gue. "Lo nggak berniat untuk minta tukeran rekan kan?"

    Gue tercekat, pertanyaan Askar membuat gue mati kutu. Gue emang ada niatan sih.

    Gue menelan ludah gue. "Ngg... gue.."

    "Gue yakin nggak." ujarnya tersenyum sambil melanjutkan permainan PS-nya. "Sayang ya Aldo, kita nggak bisa satu rekan tugas kali ini."

    Aldo tersenyum walau dia nampak menahan marah.
    Mampus lo.!

    Huh gue menghembuskan nafas lega. Gue kepengen refreshing keluar kamar Askar deh, daripada pusing mikirin change rekan sama kelakuan Aldo yang udah kayak anak kucing ke Askar, yang bikin gue kayak cewek yang mau bunting kalo di pagi hari, mau muntah.

    Guepun beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu hendak keluar kamar.

    "Lo mau kemana?" tanya Askar.

    "Gue mau keluar bentaran, cari angin." jawab gue.

    "Lo jangan jauh-jauh dan jangan pulang dulu! Lo harus nemenin gue entar sore." ujar Askar.

    Gue memutar mata gue. "Gue nggak bakalan pulang, seragam gue masih disini kan." Entah kenapa gue agak sensitif sama Askar, apalagi ada Aldo yang cari-cari perkara.

    Gue menutup pintu Askar dan keluar rumahnya. Rumahnya berada di kawasan elit kota. Cuma orang-orang berpangkat yang tinggal disini. Lokasinya sangat nyaman dan jauh dari lokasi keramaian kota. Walau kompleks ini berada di tepi jalan protokol. Dan setelah gue hitung-hitung, Rumah Askar nggak begitu jauh dari rumah Aldi cuman naik satu kali angkot saja. Sedangkan ke rumah gue, gue harus dua kali naik angkot.

    Gue berjalan mengitari kompleks perumahan elit yang nampaknya sepi ini, jam segini orang pada kerja. Cuacanya juga terik lagi, bikin gue pengen kembali ke rumah Askar.

    --

    Gue kembali ke kamar Askar takala gue mendapati Aldo tiduran sambil mengutak atik notebook Askar.

    "Askar dimana Aldo?"

    Dia menunjuk kamar mandi. Terdengar bunyi gemericik air disana. "Dia ngajakin kita entar ke Plaza."

    "Plaza? Ngapain?" tanya gue.

    Dia mengangkat kedua bahunya. "Lo ikut nggak?" tanya Aldo.

    Ah..., entah kenapa gue kembali kesel sama Askar. Palingan gue ntar dikacangin sama dia. Kan udah ada Aldo. Ah.., ngapain juga dia ngajak Aldo.

    "Nggak! Gue ada urusan. Gue mau pulang dulu." ujar gue seraya mengemasi barang-barang gue dan keluar dari kamar.

    Gue yakin si Aldo seneng tuh udah sukses bikin gue bete buanget.

    Gue menghembuskan nafas dalam.

    Kenapa gue kesel sama Askar? Apa karena Askar juga ngajak Aldo ke Plaza. Kenapa gue panas melihat Aldo begitu dekat dengan Askar? Dan kenapa gue malah ragu untuk mengambil keputusan untuk change rekan kerja sesuai tawaran Aldo? Semua pertanyaan tersebut berputar-putar di kepala gue.

    Gue menundukan kepala sambil meremas rambut gue. Pusing.

    Apa gue cemburu?
    Apa gue terima aja tawaran Aldo?

    "Aaah tidaaak!!" teriak gue frustasi dan semua mata di atas angkot tertuju pada gue.

    --- tbc
    R~



    Hay hay hay.. gue update lagi, mngkin agak kelamaan disebabkan tadi malam aku ketiduran sampai nggak sempat liat moto gp n nggk sempat nyelesaikan part 8 ini. Drpd tergesa-gesa dan hasilnya nanti krng memuaskan, akhirnya aku pending sampai malam ini n dg gubahan yg sangat signifikan. So, mohon maaf sekali lagi ya guys.

    Oh ya, aku juga mohon vote n komentar temen2 smua, tanpa komentar n vote anda semua, aku bukanlah apa-apa. Nah ttng karakter Aldo, gmna menurut 'antum' smua?

    So, Terima kasih udah membaca guys ... sunt ya .. ;)

    R~

Sign In or Register to comment.