BAYU
Hari ini adalah hari keberangkatanku meninggalkan kenanganku selama kurang lebih 4 tahun ini di kota apel, malang. Bahkan setiap memori yang tersimpan tidak akan pernah kulupakan sampai kapanpun, aku berharap suatu saat nanti aku bisa kembali ke kota ini kembali meraih impianku untuk bekerja disini(mungkin). Dan sekarang aku bersiap untuk menempuh itu, aku harus mendapatkan gelar minimal Master untuk menjadi Dosen di sebuah universitas negeri, dan kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan, aku akan melanjutkan studi masterku ke negara gajah putih yang biasa dikenal disebut Thailand. mulai minggu depan aku sudah mulai memasuki masa-masa daftar ulang disana, tepatnya di Thamsat University. Aku bersyukur bisa mendapatkan beasiswa penuh disana melalui lembaga pemberi beasiswa yang cukup ternama di Indonesia.
Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan yang harus kita ambil, termasuk meninggalkan orang yang kita cinta, sebenarnya sangat berat meninggalkan semuanya, namun semuanya demi kebaikannya, demi kebaikanku juga. Aku harus meninggalkan Pido, pacarku. Aku sangat mencintainya, sosok lelaki yang sangat setia dan sempurna dimataku, yang setia menemaniku selama hampir 2 tahun yang lalu kita resmi berpacaran, dan selama 3 tahun yang lalu kita saling mengenal. Hari ini pido mengantarku hingga Bandara Juanda, sebelum aku transit ke Singapore, dan menuju Thailand. Dengan mengendarai mobil pido, aku duduk di kursi depan, disamping pidho, aku melihat wajah yang kurang bersemangat darinya, aku tau ini berat, namun ini semuanya adalah yang terbaik dan merupakan kep[utusan kita bersama, aku masih ingat percakapanku dengan pidho dua bulan lalu ketika kita sedang mengurus administrasi untuk prosesi wisudah di kantor rektorat, saat itu kami sedang duduk di taman depan rektorat setelah aku menyelesaikan semua urusan administrasi yang telah kami laksanakan sebulan yang lalu.
#Flashback#
"Bay"
"iya, do?"
"kamu serius mau ambil beasiswa itu?"
"....." aku hanya menghembuskan nafas tanpa menoleh ke arahnya, aku berat mengatakannya, dia tau kalau aku mendapatkan beasiswa itu dari lucky, sahabatku yang juga berteman dengan pido.
"bay, aku sayang banget sama kamu bay, kita sudah dekat hampir lebih dari 3 tahun ini, aku gak tau bagaimana nanti kalau kita jauh, apa kamu gak mau coba beasiswa dikampus kita aja bay? biar kita juga bisa terus dekat?, aku pengen kita terus bersama-sama bay, meraih cita-cita kita bersama-sama, sukses bersama,dan hidup bersama bay!"
"do, a aku..."
"bay, semoga kamu bisa mempertimbangkan lagi bay, demi aku! aku mohon banget sama kamu bay !"
"do, jujur banget sulit banget buatku memutuskan semua ini do, aku cinta banget sama kamu do! aku harap kamu bisa sabar, kan aku disana cuman 2 tahun do paling cepat, setelah itu aku kembali lagi kesini, aku sudah bilang ke ayah sama ibu kalau aku akan jadi dosen disini, dan mereka mengijinkan, itu berarti kita bakal bisa bersama nanti bay, aku janji bay!" aku melihat mata pido mulai memerah, matanya mulai berkaca-kaca, jujur aku tidak tega melihat pido seperti ini, namun aku sadar, semua ini demi kebaikan kita bersama.
" 2 tahun itu waktu yang lama bay, kamu tau kan!, selama 2 tahun aku disini tanpamu aku gak bisa bay, sehari saja gak lihat kamu serasa setahun bay, kamu itu seperti candu bay, kamu sudah menjadi canduku, aku gak bisa bay pisah sama kamu, pliss bay! kamu bisa kan melanjutkan S2 kamu dikampus ini aja, kan kampus kita juga gak kalah bagus dari yang lain." pido berkata sambil berurai air mata dari kedua sisi kelopak matanya, aku tau ini berat sekali buat pido berpisah denganku, kita sudah tinggal bersama di satu kontrakan selama 2 tahun ini setelah kita jadian, aku yang masak untuk pido, aku yang menyiapkan sarapannya, akui yang bantu pido mengerjakan skripsinya,tepatnya mengetik sama mengedit susunan kalimatnya aja sih, keluar bareng, liburan bareng, mandi bareng, tidur bareng, dan lain-lain juga bareng, aku juga berat meninggalkan kebersamaan kita selama ini.
"do, dosen pembimbingku pernah bilang kalau aku mau jadi dosen disini aku harus memperoleh gelar masterku dari luar negeri, minimal dari negara asia, lebih baik lagi dari eropa, kamu tau kan ini universitas negeri ternama, seleksi untuk penerimaan dosenpun semakin tahun semakin ketat, bahkan mulai tahun kemarin sudah tidak lagi menerima dari lulusan master dalam negeri, ini yang terbaik untukku do, untuk kita, kita bisa sama-sama lagi setelah aku menyelesaikan pendidikanku nanti, kamu harus bisa do, aku yakin kamu bisa tanpa aku selama 2 tahun kedepan"
"Kalau aku kangen kamu gimana bay? terus yang ngurus aku nanti siapa, mulai bulan depan aku mulai Koas, pasti berangkat pagi pulang pagi, terus kalau aku mau tidur, yang aku peluk siapa? pengen dimandiin gimana?.Kalau aku sakit siapa yang ngerawat bay? Kan kamu bay yang selalu ada buat aku, kamu pacarku bay". memang kesalahanku juga selama kami pacaran, aku terlalu mamanjakan pido, aku yang mengurus semua keperluannya, menjadi mahasiswa kedokteran tidak menjadikan dirinya mandiri seperti calon dokter pada umumnya, aku sedikit menyesal sekarang.
"gini do, semoga ini jadi pilihan terbaik, selama 2 tahun nanti status kita Break. Kamu bebas bisa cari pacar lagi yang bisa ngurus keperluan kamu nanti, ini semua demi kebaikan kita do, kamu tetap ada yang ngurus, sementara aku bisa tenang kuliah disana(Thailand)" jujur ini berat buatku do, tapi keputusan ini untuk kebaikan kita!" Aku mentakannya dengan tegas pada pido, ini demi dia, sebenarnya aku tidak tega mengatakannya. Aku melihatnya mulai berkaca-kaca kembali, beberapa orang yang lewat dijalan dekat taman melihat kami dengan keheranan. Aku mengambil sapu tangan ditasku dan kuserahkan pada pido.
"bay, kamu jahat banget sama aku. masak aku disuruh cari pacar lagi, kan aku cintanya cuman sama kamu bay! mendingan aku jomblo aja daripada cari yang lain" pido menatapku lekat-lekat, tidak peduli dengan beberapa mahasiswa yang lewat tidak jauh dari kami.
"do, kamu itu ganteng, ganteng banget malah. Udah tinggi, putih, atletis, pinter lagi, calon dokter lagi, siapa sih yang nggak tertarik sama kamu, kamu harus bisa do ngelupain aku selama 2 tahun nanti, setelah aku balik kan kita bisa balikan lagi, tapi kalau kamu masih pacaran sama calonmu nanti, ya kita temen an aja juga gak apa-apa, aku tetep sayang banget sama kamu kok do, apapun status kita nanti, cuman kamu pacarku satu-satunya sejak 22tahun aku hidup di dunia ini do, aku rela meskipun kamu tidak lagi bukan pasanganku" aku mengatakan pada pido dengan mantap, meskipun dalam hati sebaliknya, aku gak tau kalau nanti pido sudah menjadi milik orang lain, tapi aku akan selalu cinta kamu do, selamanya.
"bay, kalau semua ini demi kebaikanmu, kebaikan kita....... baiklah bay, kamu boleh ngelanjutin kuliah di Thailand, yang jelas 2 tahun lagi kamu harus balik lagi ke malang bay, aku akan setia nunggu kamu, aku akan coba sendiri bay, aku gak pernah kepikiran untuk cari pacar lagi bay, cuman kamu yang aku cinta, gak ada yang lain!"
"halah, kemarin aja pas kamu praktik di rumah sakit kamu aja hampur kecantol dokter muda yang ganteng itu kan... intinya aku gak akan terlalu mengikat kamu do, kamu bebas untuk cari pacar lagi selain aku, aku jauh lebih bahagia lihat kamu juga bahagia do." aku ingat beberapa bulan lalu ketika pido melakukan praktek untuk penelitian di sebuah rumah sakit besar di kota malang, secara tidak sengaja dia mangatakan kalau dia didekati salah seorang dokter muda disana, namanya dokter rafael, yang merupakan keturunan jawa dan jerman. Sosoknya lebih tinggi dari pido, berkulit putih, hidung bangir, dan berkumis tipis, badanya juga atletis, mungkin rajin fitnes, sosok dokter idaman, aku tau sosoknya ketika mengantar pido praktek suatu sore, kami bertemu diparkiran ketika dokter itu juga keluar dari mobilnya aku dan pido juga keluar dari mobil pido. Kami saling berkenalan, bahkan aku ingat ketika bersalaman dengan pido dokter itu menatapnya berbeda, aku melihat ada pandangan mendalam di mata dokter itu, bahkan pido juga melihatnya dengan tatapan yang sama, aku tau kalau pido juga terpesona sama dokter rafael. Ya, jujur sih, aku sempat jeles melihat mereka bertatatapan seperti itu. Ketika dokter rafael sudah memasuki rumah sakit, aku sedikit menyindir pido, yang akhirnya baru aku tau dari pido bahwa dokter rafael yang beberapa kali mencuri-curi kesempatan pada pido, entah menyentuh seakan tidak sengaja, membelikan kopi, ataupun beberapa hal lain yang sangat kentara seperti orang cari perhatian, tapi aku juga merasa kalau pido juga memiliki rasa pada dokter itu, namun aku tidak ingin menanyakanyya pada waktu itu.
"yeeee, siapa yang kecantol coba, dokter rafael aja ya yang suka sama aku, akunya sih nggak. kan aku sukanya cuman sama kamu bay!!"
" kamu deket bahkan pacaran sama dokter rafael juga gak apa-apa kok do, sepertinya dia juga tulus suka sama kamu. Aku bisa melihat dari tatapan matanya kalau dia orang baik, ganteng juga!"
" udah ah bay, gak usah bahas itu lagi. Oh iya, sekarang apa aja persiapan kamu yang kurang untuk berangkat ke Thailand nanti, nanti aku bantu nyiapin, Admiistrasinya gmana? Passpord? Pakaian? Koper?" aku hanya tersenyum melihat tingkah pido yang tiba-tiba mengalihkan obrolan kami mengenai dokter rafael. Lega juga sih, akhirnya pido juga mulai bisa mendukungku untuk keputusanku ini.
" udah beres kok do semuanya, tinggal beli oleh-oleh aja sih untuk temenku di Thailan sana, setelah ini anterin ya beli oleh-oleh ke pusat kerajinan malangan di depan kampus sebelah, katanya sih, disana oleh-olehnya murah-murah dan bagus-bagus"
"okeee, sayangku!!"
"Hush! kalau didengar orang gimana ? kamu ini ! panggil nama aja kalau di depan umum! udah sering diingetin juga." Dengan wajah cemberut aku mengomeli pido yang suka sembarangan panggil sayang-sayang di depan umum.
" hehehehe, sory bay.... Kecaplosan, jangan cemberut dong " sambil memencet hidungku pido lari menuju tempat parkiran di sebelah rektorat.
" awas kamu do !!" dengan wajah dongkol, aku mengejar pido, dia harus dapat satu jitakan dariku.
Setelah menempuh perjalanan 5 menit dari kampus mengendarai mobil pido, akhirnya kitas sampai di pusat oleh-oleh khas malangan yang letaknya persis di depan kampus tetangga, deket juga sih sebenarnya dari kampusku sendiri. Setelah aku dan pido memasuki toko yang lebih mirip dengan gallery seni ini, kami melihat-lihat berbagai macam kerajinan m,ulai dari topeng malang, gantungan kunci, keramik dengan berbagai macam ukuran, dan makanan-makanan khas kota malang.
" jadi beli yang mana bay? " pido berjalan de sebelahku sambil memegang beberapa barang kerajinan tangan.
" aku juga bingung do, apa ya enaknya? yang jelas jangan makanan do, kalau bisa barang yang bisa dipajang, yang bisa awet gitu bisa dikenang terus sama anaknya"
" emang kamu mau ngasih ke siapa sih bay? dosen kamu di thailand?"
"bukan do, kan aku belum tau dosenku siapa disana. Aku mau ngasih untuk temenku, Bank. yang dulu pernah aku ceritain lho do, pas aku ikut pertukaran pelajar ke jepang setahun yang lalu"
" Oh, cowok itu. Cowok kepo itu?! yang sering banget whatsup an sama kamu, sampai-sampai hampir seminggu setelah kamu pulang dari jepang kamu hampir tiap hari whatsup an sama anak itu, dan aku kamu lupain".
"hhahahahahahaha, kamu masih cemburu aja do sama Bank, dia itu cuman teman do, nggak lebih, anaknya juga enak diajak berdiskusi berbagai hal, mankanya dulu itu setelah pulang dari jepang, dengan keingin tahuanya yang tinggi, dia masih tanya ini itu tentang Indonesia, tentang budaya, pendidikan dan lain-lain"
" apanya? kalau itu sih berlebihan bay, masak juga tiap pagi kamu ditanyain, sudah mandi belum? sarapan apa? sudah berangkat kuliah belum?. Mesrah banget seperti orang pacaran! awas aja nanti kamu kecantol sama cowok itU! siapa namanya? Bang? Bangkit dari kubur itu...." wajah pido menyiratkan kecemburuan dengan menahan tawanya mengatai nama Bank tadi.
" pido, pido.... kan kamu selama 2 tahun bebas nyari pacar lagi, masak aku nggak? kalau nanti Bak nembak aku, ya aku terima lah. hahahahaha" sengaja aku memancing emosi pido, aku tau dia cemburu dengan Bank sejak dulu.
" Baaaaaay ! Awwas ya kalau nanti kamu pacaran sama bank! pokoknya aku nggak rela! Nanti aku kirimin pelet pokoknya itu si beng-beng itu, nanti aku minta ke gunung kawi, biar dia nggak berani deket-deket sama kamu! Pokoknya aku nggak rela" pido dengan wajah bersungut-sungut emosi, sementara aku hanya tertawa ngakak melihat ekspresi kecemburuan pidoku.
" Hahaha, iya iya, aku gak bakal macem-macem kok, tenang aja. Oh iya, ini apa nih, oleh-olehmya yang cocok untuk bank? kamu pilihinm gih !"
" hmm, apa ya?" pido dan aku sambil melihat-lihat gallery yang sudah mulai sepi ini, hanya ada penjaga yang kulihat berada didalam ruangan tampa memperhatikan kami.
"Masak gantungan kunci? nggak banget kan, entar aku dikirnya pelit lagi.Apa topeng malang yang ini aja ya?
"Oh, Iya itui aja bay bagus. yang topeng warna hijau itu" pido mengambilkan topeng malang yang terbuat dari kayu di sebuah etalase dan menyerahkanya padaku.
Setelah memutuskan untuk membeli topeng malang untuk oleholeh yang akan akiu berikan pada bank, kami membayarnya ke kasir di dalam dan langsung pulang ke kontrakanku dan pido.
Sesampainya di kontrakan yang berada di Jalan Soekarno Hatta, aku langsung ke kamar untuk bersiap mandi sore, rasanya sangat pegal di sekujur tubuh, sudah capak bolak-balik dari satu gedung ke gedung lain untuk mengurus administrasi persiapan wisuda, ngeprint berkas, cetak foto, dan berbagai syarat lain untuk syarat wisuda yang dilanjutkan beli oleh-oleh di tempatkerajinan tadi. Aku langsung memasuki kamar dan melepas semua pakain, mengambil handuk dan menuju kamar mandi di sebelah kamarku. Sebenarnya aku mengontrak di sebuah rumah sederhana dengan pido, kontrakan yang terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, ruang TV, dan dapur. Cukup untuk tempat tinggal yang menurutku sempurna dengan pido, kami tidur dikamar masing-masing, meskipun seringnya pido yang tiba-tiba menyusup ke kamarku dan memelukku, atau bahkan aku yang mengungsi ke kemarnya pido ketika hujan turun dan ada petir, aku takut sekali petir. Untung ada pido yang siap melindungiku dengan rengkuhan pelukanya dan membuatku nyaman hingga aku tertidur pulas.
Setelah aku memasuki kamar mandi dan akan menutup pintu, pido tiba-tiba ikut masuk dengan kondisi bugil. Sebenarnya aku sudah capek sekali hari ini, ingin mandi dengan cepat dan langsung tidur, dan sepertinya itu gak akan terjadi,okelh, aku nyerah kalau bpido sudah begini.
Pido setelah masuk ke kamar mandi langsung mengunci pintunyya, setelah itu dia menatapku dari atas hingga kebawah seolah aku ini barang berharga yang harus dijaganya, dilindunginya. Wajahnya mendekati wajahku, aku mersakan hangat nafasnya di wajahku. Hidung macungnya menyentuh hidung mancungku juga, memang tinmggi kita hampir sama, aku 175 cm, sementara pido 177 cm. Perlahan pido mulai menutup matanya, dan aku juga mulai menutup mataku. aku merasakan kelembutan bibir pido di bibirku, lumatan lebut di bibir atasku, bibir bawahku. sementara tangan kananyya mulai menyingkap handuk di bagian bawah tubuhku, dan tangan kirinya berada di bagian belakang kepalaku mendorong ciuman kami. Ciumannya mulai turun ke leher, aku yakin beberapa cupangan sudah terbentuk disana, sambil mendesah aku mulai menikmati permainan pido. Permainan lidahnya sudah mulai turun ke perutku, semakin turun ke bawah, dan dia sudah mulai memainkan juniorku, dilumatnya kepala junirku, aku langsung menggelinjang, kenikmatan yang tidak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Pido kemudian memasukkan semua bagian juniorku kedalam mulutnya, dia mulai mengeluar masukkan junirku yang sudah berdiri tegak seperti rudal.
"Ahhhh.... Terus do" aku mendesah sambil memegang wajah pido, kulihat dia menatapku sambil mengulum juniorku, sungguh seksi sekali pidoku. Dia terus memaju mundurkuan kepalanya hingga beberapa menit dan aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari tubuhku, semakin dekat dan akhirnya keluar dari saluran bawahku, crott. crott, crott.... Ahh.... puas sekali, cairan kental itu masuk ke mulut pido dan sebagian keluar dan meleleh ke bagian bawah mulitnya dan jatuh ke lantai kamar mandi. Setelah itu pido berdiri dan menciumku, aku merasakan rasa asin, manis, amis bercampur jadi satu dengan ciuman pido.
Sekarang giliranku, aku mullai mencium pido mulai dari leher hingga ke bawah, menservice juniornya hingga tegang hebat, kemudian pido mengangkat tubuhku, aku menghadap bak kamar mandi sementara pido mulai menjilat bagian belakang tubuhku, mengelurkan ludah yang kemudian membasahi anusku. Aku mencoba merelaksan tubuhku agar apa yang akan dilakukan pido pada tubuhku nanti tidak sakit. Pido mencium leher bagian belakangku, mencium bibirku dan membisikkan padaku" aku cinta kamu bay, cuma kamu yang aku cintai, kita akan merasakan surga dunia bersama-sama".
Pido mulai mengarahkan juniorku pada anusku, mulai dari ujungnya yang awalnya terasa agak perih dianusku hingga seluruh bahian juniornya. Awalnya memang terasa sedikit perih, namun setelah beberapa gerakan maju mundur pido, aku sudah mulai menikmati kenikmatan itu. Aku mendengar desahan pido yang semakin menggema di kamar mandi, aku juga ikut mendesah, pido menaik turunkan tubuhnya, aku juga ikut menggerakkan pinggulku berlawanan arah dengan pido, pido semkin lama samakin cepat dan semakin cepat memaju mundurkan pinggulnya, Ohhh, nikmat sekali. Aku merasakan junior pido merkedut dalam anusku, aku juga merasakan ada cairan hangat disana yang dibarengi lenguhan oleh pidho. "Ahh, aah, ahh, aku keluar bay" ucap pido dengan mendesah, sodok lebih keras lagi bay, aku juga mau keluar. Setelah itu aku juga orgasme untuk yang kedua kalinya, memang rangsangan dari anus sanggup membuat kita terangsang hebat hingga orgasme.
Setelah itu pido melepaskan juniornya dari tubuhku, dia mencium bibirku, melumatnya dengan membelai rambut depanku dengan tatapan sendunya. Setelah itu kita mandi berdua, sambil menggosok bagian tubuh kita secara bergantian. Aku sayang pido, aku pasti akan sangat merindukannya nanti, aku tau hubungan kita adalah hubungan yang salah, tapi aku cinta pido, meskipun juga sering aku merenungi sendiri apa yang aku lakukan ini.
# END of Flashback#
Saat ini aku sedang duduk di bandara Juanda dengan pido, menunggu keberangkatan pesawatku setengah jam lagi. Hanya keheningan, tanpa ada percakapan diantara kami berdua semenjak kami berangkat dari malang dua jam yang lalu.
"Do..."
"hmm..."
"kamu kok diem aja?"
"hmm..."
"Do. gak kepingin ngomong apa gitu?"
"gak ada bay, aku ingin kuat bay kamu tinggalin"
"Oh, yauda kalau gitu... tetap jaga kesehatan ya do. jangan lupa makan, jangan lupa mandi, semoga lancar nanti Koas nya. Aku pasti kembali nanti !, Aku sayang kamu do"
"iya bay, aku juga sayang kamu"
Tidak banyak percakapan lagi hingga aku menaiki pesawat, aku hanya melihat kedua mata pidho yang memerah dan wajah yang dipaksakan kuat oleh pido, senyum yang dipaksakan oleh pido. Aku tau pido sangat beraat melepasku, aku juga tau dia pura-pura kuat melepasku. Tapi percayalah do, kita nanti akan bersatu kembali. Aku sangat mencintai kamu Pido
(Bersambung)
>>>>>>>> Haloo reader, saya pendatang baru disini, jujur ini pengalaman saya yang pertama menulis cerita seperti ini, mohon diberi sarannya ya, saya terima apapun itu ( Kritik, saran ataupun hujatan), dan saya berharap bisa rutin melanjutkan tulisan ini hingga tamat. SEMOGA !
Comments
Ngapain cari pelet ke gunung kawi mau cari pesugihan
Wkwkkwkwwk...
@onny_agam memang disana juga biasanya buat gituan kali, coba aja deh kalau penasaran, hhaha....
null siap! ini lanjut....
@Tsunami aslinya ya gak rela sih..... tapi mau gimana lagi, itu juga untuk masa depan, hehe...
Aku melangkahkan kakiku lagi disini, Changi Airport Singapore. Ramai seperti dulu, ketika aku akan transit ke Jepang untuk mengikuti pertukaran pelajar yang diadakan oleh pemerintah Jepang yang bekerjasama dengan beberapa negara di Asia. Tidak ada satupun orang yang aku kenal, aku hanya melihat sekeliling, melihat keindahan bandara yang menurutku sangat bagus yang juga merepresentatifkan negara ini yang merupakan salah satu negara maju di Asia. Kutelusuri beberapa tempat untuk melihat stand-stand yang menjual berbagai macam barang dan makanan, sebenarnya aku masih kenyang, aku hanya ingin melihat-lihat saja sambil mencari tempat instirahat hingga jadwal penerbanganku 2 jam lagi menuju Thailand.
Akhirnya kutemukan tempat duduk di dekat loket, aku langsung menuju kesana dan menghempaskan bokongku dibangku itu dan meletakkan ransel serta koper yang kubawa di sampingku. Langsung kukeluarkan smartphoneku, mencari jaringan wifi dan langsung membuka social media milikku. Kutulis pesan untuk pido melalui privat message bahwa aku sekarang sudah sampai di Changi, tak lama kemudian pido membalas pesanku, menanyakan apa aku sudah makan dan hal-hal kecil lain. Aku jadi kangen pido, aku ingat tadi dia begitu terlihat sedih melepas kepergianku. Semoga dia bisa kuat aku tinggal selama 2 tahun mendatang. Aku jadi ingat masa-masa dua tahun yang telah kita alami bersama, mulai dari kita berjumpa pertama kali dalam satu kepanitiaan ospek universitas, mengikuti kopetisi debat yang sama bahkan waktu itu kelompokku dan kelompok pido bertemu di babak final yang akhirnya kelompokku menjadi juara pertama dan kelompok pido menjadi juara dua. Aku juga ingat waktu pido mulai sering datang ke kosanku, alasanya mencari teman main yang asik, katanya teman sefakultasnya itu terlalu serius untuk diajak bergaul, maklumlah orang-orang pinter, masuk ke fakultas itu aja susahnya minta ampun, ditambah biayanya yang super mahal, pasti mereka akan sangat serius untuk menjalankan studi mereka disana, bahkan akademik akan menjadi prioritas mereka daripada yang lain. Aku juga ingat dulu pido sering sekali mengajakku wisata kuliner di kota malang dan sekitarnya, yang memang banyak sekali tempat-tempat asik yang bisa dikunjungi disana, bahkan kami hampir sudah mengunjungi tempat-tempat wisata di malang.
Momen-momen manis ketika pertama kali berkenalan dengan pido pada waktu menjadi panitia di ospek universitas juga tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.
#Flash Back#
“Silahkan semua panitia untuk berkumpul sesuai dengan sie masing-masing, mulai dari acara, humas, pendamping,keamanan...... Sie acara, silahkan duduk di sebelah kanan saya, koordinator sie silahkan duduk paling depan” pido mengkomandoi jalannya rapat koordinasi pertama untuk persiapan ospek, pido menjadi ketua pelaksana yang sangat tegas, penuh wibawa, dan berkharisma. Itu kesan pertamaku ketika pertama kali pertemu denganya waktu itu, sangat kontras dengan saat ini ketika kami sudah berpacaran. Dasar pido !
“Koordinator sie acara yang mana ? Ayo cepetan dirapikan itu barisan anggotanya, masak nggak rapi gini sih?” aku yang waktu itu duduk di belakang memang kurang fokus dengan instruksi pido, aku hanya fokus denga melihat sosoknya, hhaha.... maaf do, maaf....
“ Oh iya, saya koordinatornya. Maaf tadi kurang dengar, apa tadi instruksinya ? bisa diulang ?”
“Masak nggak kedengeran sih? Yang dibelakang sendiri...... apa dengar suara saya?” tanya pido dengan intonasi yang agak tinggi”
“dengaaaar” suara serempak panitia lain yang duduk lebih dibelakangku.
“ itu yang dibelakang lagi saja dengar kok suara saya, mankanya jangan ngelamun pas rapat, fokus !” semprot pido padaku, wah kok hari pertama rakor sudah dapat semprotan gini sih, ini orang juga kenapa, sewot banget jadi orang, jadi males, udah bagus tadi diawal-awal dipuji dalam hati, malah sekarang seperti itu. Menyebakan!.
“ iyaaaa.... maaf” aku langsung mengkomando anggota sie acaraku untuk berbaris dan duduk. Untung ini sudah sore, jadi tidak panas tersengat sinar matahari di lapangan depan gedung rektorat. Malah terkesan segar karena ada beberapa pepohonan rindang disana, mulai dari tanaman juwet putih, sengon, dan palem, serta tanaman sakura kuning yang ditanam mengelilingi lapangan.
Rapat koordinasi pertama ini diawali dengan perkenalan seluruh panitia mulai dari ketua pelaksana dan jajarannya, SC, dan semua sie di kepanitiaan. Kemuadian pembuatan timeline untuk masing-masing sie dan kami sie acara khusus membuat jargon untuk kepanitiaan kami agar menambah semangat kami ketika menjalankan kepanitiaan nantinya. Aku sebenarnya agak malas kalau sudah disuruh untuk membuat jargon, apalagi mempraktekannya di depan semua orang, tapi bagaimana lagi, aku yang jadi koordinator, aku harus bisa memberikan contoh yang baik minimal bagi anggota sie ku. Awalnya aku malu-malu untuk mau memulai mempraktekkan, grogi, kringat dingin, hahaha.... lebay juga sih. Karena yang lain sudah menunggu, dan si ketua pelaksana songong itu sepertinya mulai tidak sabar.
“ Ayo koordinator sie acara segera dipraktekkan jargonnya, seperti anak TK aja malu-malu, sudah mahasiswa juga, percaya diri dong! ” pido sengaja menyindirku agar segera berdiri dan mempraktekannya. Tambah dongkol saja aku sama orang ini, apaan coba pakai sindir-sindir segala, gak malah ngasih dukungan.
“ OKE !!” aku sedikit menaikan intonasiku dan melotot ke arah pido. Aku tidak peduli tatapan keheranan panitia lain terhadapku, aku terlihat emosi ke pido yang saat itu menjabat sebagai ketua pelaksana. Akhirnya ku praktekkan jargon didepan semua panitia termasuk anggota sie ku sendiri,aku mempraktekannya dengan penuh percaya diri sambil sesekali melirik ke arah pido seolah aku menunjukkan padanya bahwa aku bisa membuat jargon yang bagus didepanya. Aku puas setelahnya, karena mendapat tepuk tangan dari semua panitia, bahkan pido juga ikut tepuk tangan dengan mulutnya yang melongo, hahaha..... lucu juga kalau dilihat ekspresi pido seperti itu.
Setelah rapat koordinasi selesai, semua panitia bubar kecuali kami sebagai koordinator sie, ketua pelaksana dan perwakilan koordinator lapang membahas konsep acara yang memang kurang lebih tidak jauh berbeda dilaksanakan setiap tahun, hanya tinggal merubah sedikit kemasan saja. Pido memulai rapat terbatas ini dengan membahas mengenai evaluasi kekurangan ospek tahun lalu yang menurutnya tidak terlalu banyak terjadi kendala, dia menjelaskan bahwa untuk tahun ini hanya perlu dirubah sedikit konsep dalam penyiapan pemateri dan manajemen waktu yang harus diusahakan lebih efiien saja. Jadi nanti dia sebagai ketua pelaksana akan lebih intens untuk koordinasi dengan sie acara, sementara sie lain mengikuti konsepan tersebut. Itu artinya aku akan lebih sering bertemu dengan anak itu, Oh, semoga tidak tambah makan hati saja nanti. Hari pertama ketemu saja sudah songongnya minta ampun ketua pelaksana satu ini. Setelah itu dia meminta nomorku dan juga koordinatoe sie yang lain dan membubarkan rapat.
Keesokan harinya ketika aku sedang kuliah, smartphoneku bergetar yang tandanya ada pesan masuk, memang pada saat kuliah seperti ini tidak diperkenankan untuk bermain ponsel,jadi sengaja Cuma aku buat getar saja tanpa ringtone. Setelah kuliah berakhir, aku mengecek pesan di smartphoneku ternyata itu pesan dari pido, aku diminta menemuinya sepuluh menit lagi dikantin fakultasnya. Huuuh! Enak aja, situ yang butuh kok aku yang disuruh kesana, situ saja yang kesini.langsung kubalas pesan dari pido.
“ maaf tadi aku ada kuliah, ini baru kelar, kamu saja yang ke fakultasku gimana? Aku masih agak capek nih.”
“ Kita ketemu bukan aku yang butuh, tapi ini demi kegiatan kepanitiaan. Aku ini ketua pelaksana, bisa lebih sopan dikit nggak ? pokonya kamu yang kesini ! aku tunggu, nggak lebih dari 10 menit lagi! kalau tidak bakal aku laporkan ke Steering Commite, biar kamu dievaluasi, masak baru aja jalan kepanitiaan sudah bilang capek. Kamu itu koordinator sie acara, nanti tanggungjawabmu lebih berat dan bakal lebih capek lagi” kepalaku memanas membaca pesan dari pido, seenaknya saja dia mengataiku seperti itu, pakai acara ngancam segala ke SC, awas kamu do ! dasar ketua pelaksana super songong ! Dengan emosi diubun-ubun kulangkahkan kakiku menuju fakultasnya pido, ke kantin lebih tepatnya.
Aku berjalan memasuki pintu masuk gedung utama di fakultasnya, langsung saja aku tolah toleh mancari tau dimana letak kantinnya, beberapa pasang mata langsung menatapku, sepertinya keheranan mereka menatapku, memangnya apa yang salah denganku ? Aku coba cuek saja dengan melihat penjuru ruangan, aku melihat tanda tempat makan yang berarti itu kantin, aku berjalan kesana sambil melihat-lihat sekeliling, aku melihat X baner di pojok ruangan yang bertuliskan peraturan untuk mahasiswa di fakultas ini, pantesan saja tadi pas aku masuk langsung dilihat banyak orang, gara-gara aku mengenakan celana jeans. Memang fakultas ini memiliki peraturan khusus bahwa mahasiswanya tidak diperkenankan memakan bawahan selain celana kain atau rok kain. Dilarang keras memakai jeans. Setelah itu kupercepat langkahku menuju kantin, kulihat sosok pido diujung kantin sedang meminum jus alpukatnya sambil sesekali melihat ponselnya.
“Hey, maaf nunggu lama tadi aku mencari-cari kantinnya dimana, eh gak taunya disebelah sini, gak pernah kesini sih”.
“ Oh, oke silahkan duduk, mau minum apa ? aku pesen in” Aku langsung duduk di depan pido sambil keheranan melihatnya, tumben jadi ramah gini, tadi aja marah-marah lewat sms.
“ Sama seperti kamu aja, gak apa-apa” pido langsung berdiri menuju stand juice dan memesankanku juice alpukat dan kembali duduk di depanku.
“jadi gini, karena waktu kita mepet banget menuju hari H ospek universitas, sengaja aku mau koordinasi langsung dengan kamu mengenai konsepan acara. Bukan berarti kita gak menghargai sie acara yang lain, cuman gak ada pilihan lain, nanti aku minta tolong ke kamu setelah konsepan yang kita bahas benar-benar matang, nanti baru kamu koordinasikan dengan semua anggotamu, setelah itu baru dengan semua panitia. Aku juga seperti ini disarankan oleh ketua pelaksana tahun kemarin untuk efisiensi waktu. Karena kalau yang membuat konsepan dari O pure dari sie acara, itu bakal membutuhkan waktu yang lebih lama”. Ada benarnya juga sih yang dikatakan pido, disisih lain memang hampir semua anggotaku baru pertama kali ikut kepanitiaan, pasti lebih sulit kalau harus memulainya dari O. Ya, meskipun aku juga kurang enak sih jadi kesannya sama anggotaku, tapi gimana lagi, nanti aku coba bicara juga ke anak-anak perlahan mengenai ini.
“ Oh, yaudalah kalau seperti itu. Terus apa yang bisa aku bantu ?”
Setelah itu pido menjelaskan panjang lebar mengenai evaluasi teknis cara dan konsepan kegiatan tahun kemarin dan memberikan rekomondasi-rekomondasi yang sangat rinci, aku juga memberikan gagasanku untuk beberapa materi dan teknis kegiatan, diskusi yang sangat menarik dengan pido, aku baru tau kalau wawasan dan pandangan pido sangat luas dan benar-benar briliant menurutku, pantas saja dia dipilih menjadi ketua pelaksana meskipun masih baru setahun kuliah disini.
Rapat-rapat intensku dengan pido berjalan sangat lancar untuk selanjutnya, bahkan pido beberapa kali menjemput ke konsanku yang berada di Jl. Veteran dekat denga pusat perbelanjaan, meskipun kontrakan pido berada di perumahan di JL. Soekarno Hatta. Bahkan beberapa kali pido mengajakku rapat di caffe yang sebelumnya belum pernah kukunjungi seperti baegopa dan coffe corner. Katanya sih biar lebih konsentrasi dan relaks nggak melulu terlalu serius. Hhaha..... beruntunglah, aku juga bisa sekalian mengirit, maklumlah anak kosan, perantauan lagi.
Pada hari H acara, semuanya kembali memanas, semua panitia sibuk dengan job desk masing-masing, tak terkecuali aku sebagai koordinator sie acara, bahkan pido sebagai ketua pelaksana.Aku berkeliling dari satu gedung ke gedung yang lain untuk memantau pelaksanaan acara, meskipun aku tidak menjadi PJ di salah satu gedung, malah itu membuatkku bertanggungjawab lebih besar, karena aku harus mengontol semua anggotaku yang sudah aku bagi PJ. Bahkan ada beberapa kendala yang terjadi seperti pemateri yang datang terlambat, peralatan sound system yang tiba-tida rusak, peserta yang kabur pulang setelah istirahat, ada yang pingsan, bahkan ada yang harus dibawa ke rumah sakit. Semuanya membuatku pusing, lelah lahir batin. Keringatku bercucuran dari tadi. Menggunakan HT aku berkoordinasi dengan koordinator lapang, ketua pelaksana dan koordinator sie yang lain. Dan ketika aku menuju gedung pusat, aku bertemu pido ketika hendak memasuki gedung, mungkin dia iba melihat kondisiku yang super awut-awutan, ya dia sih enak, PJ nya sebagai ketua pelaksana digantikan sama koordinator lapang.
“ Istirahat dulu aja sebentar bay, duduk di kursi situ dulu. Sebentar aku ambilin minum”. Baik banget anak ini, tumben-tumbenan. Seperti ini aja terus, dalam batinku.
Setelah aku duduk beberapa saat kemudian pido sudah duduk di bangku sebelahku sambil menyerahkan air mineral.
“terimakasih, do” ucapku pada pido sambil nafas masih ngos-ngosan. Aku membuka tutup botol air mineral itu dan meminumnya hingga setengah botol, haus apa doyan ya aku. Hhaha...
Pido mengeluarkan sesuatu dari saku jas almamaternya, ternyata dia mengeluarkan sapu tangan dan langsung mengelap keringat di keningku. Sesaat tatapan kami bertemu, 30 detik. Aku pura-pura menolak tangan pido dan menangkisnya.
“ apaan sih do ? aku bisa sendiri!” aku langsung merebut sapu tangan dari pido dan mengusapnya sendiri, sebenarnya sih gak apa –apa kalau pido meneruskan itu, cuman aku malu aja soalnya banyak panitia lain yang berseliweran lewat tidak jauh dari kami.
“ Ciyee, mesrahnya ini kapel ganteng sama co acara ganteng!” ledek beberapa cewek yang bergerombol di bangku tidak jauh dari kami, dilihat dari name tag mereka adalah panitia dari sie kesehatan yang memang tugasnya stand by untuk merawat peserta yang sakit.
“ apaan sih kalian, kan sebagai ketua pelaksana yang baik dan bertanggungjawab harus perhatian ke semua anggotanya” pido mencoba membela diri, namun aku melihat wajahnya merona karena malu. Hhahahahah...... rasain do, siapa suruh bersikap sok romantis didepan umum.
“ Ciyee, perhatian. Kita aja disini dari tadi gak ada yang nawari minuman, apalagi sampai ngusapin pakai sapu tangan gitu. Seperti di film-film aja nih pak kapel!” ucap panitia cewek yang lain.
“udah, sana-sana rawat peserta yang sakit. Ini malah ngegosip disini. Awas ya nanti saya evaluasi !”
“ hehehe, maaf pak ketua. Siap kami laksanakan!” sambil cekikikan mereka ngacir menuju ke dalam gedung untuk melihat kodisi peserta, sementara aku dan pido masih duduk di bangku diluar gedung.
“ udah makan bay?”
“belum. Do”
“mau aku ambilkan sekalian ?”
“ boleh, kalau tidak merepotkan”
Pido lalu mengambil konsumsi untuk panitia di ruang khusus konsumsi dan kembali duduk disampingku. Kami makan bersama nasi kotak yang berisi daging ayam kecap, sayuran, dan nasi serta sambel.
“ makasih ya do, untuk semuanya.....”
“ semuanya? Apanya?”
“ ya semuanya, ternyata kamu baik juga ya. Awal dulu aja pas awal rakor kamu songong banget jadi orang” pido hanya terkekeh mendengar ucapanku barusan.
“baru sadar bay kalau aku baik? Ya emang baik banget kali dari dulu. Ya maaf, dulu emang di awal-awal aku harus tegas bay biar terlihat berwibawa. Apalagi punya anggota seperti kamu yang sering ngelamun waktu itu” aku bukan ngelamun do, aku terpesona lihat kamu waktu itu, sampai sekarang juga masih sih. Hhahaha......
“terimakasih juga ya do sudah sering neraktir juga pas rapat-rapat, tau gitu aku temenan sama kamu aja dari dulu pas maba(mahasiswa baru), kan enak sering ditraktir, hahaha”
“ yeeee, emang dulu kita kenal? Fakultas aja beda, asal juga beda, aku dari surabaya, kamunya dari kalimantan. Hhahaha..... ya gak apa-apa sih nanti kamu bakal sering aku traktir, asal kamu siap jadi pendengar yang baik bay, mau nemenin aku kemana-mana”.
“ kalau itu sih beres do. Asal sering-sering dapat traktiran , hahaha...... emang kamu gak ada teman akrab do di fakultasmu, teman curhat atau teman main gitu ?“
“Hehehe.... beres bay kalau itu, kamu ngerti sendiri kan bay, difakultasku seperti apa? Anak-anaknya serius-serius semua, kurang asik diajak ngobrol. Paling bater kita cuman futsalan itu aja jarang banget, kalau mau diajak main atau nongkrong gitu sulitnya minta ampun. Pernah gitu dulu bay, ngajak temen sekelas buat main ke Kota Batu malam-malam, padahal udah mau berangkat tiba-tiba semuanya ngebatalin gara-gara ada tugas tambahan dari dosen. Kalau menurutku sih, kan itu bisa dikerjakan lain waktu, toh tugasnya juga baru dikumpulin minggu depannya”
“ hahaha..... sabar aja do, namanya juga kuliah di fakultas yang nggak sembarangan, nanti kerjanya juga sangat mulia, mengobati orang-orang sakit jadi memang harus serius untuk dapat ilmunya”
Setelah beristirahat kurang lebih 30 menit, aku berpamitan pada pido menuju gedung yang lain untuk membantu anggota-anggotaku. Sementara pido memasuki gedung untuk berkoordinasi dengan koordinator lapang. Syukurlah ospek hari ini berjalan lancar, bahkan hari berikutnya juga lancar, tidak ada kendala berarti. Sejak saat itu aku menjadi lebih dekat dengan pido, dia sering main ke fakultasku bahkan sering main ke kosanku jika sedang kosong dan aku juga sedang kosong. Pido juga beberapa kali mangajakku liburan diakhir minggu ke tempat wisata di sekitar malang seperti ke petik apel di kota batu, air terjun coban rondo, pantai sendang biru, pulau sempu, bahkan mendaki ke semeru atau hanya melihat sunrise di bromo. Banyak sisi-sisi lain dari pido yang mulai aku ketahui, selain memang sangat kelihatan dewasa dan berwibawa, ternyata dia sangat manja kalau sedang berduaan denganku.
#End of Flash Back”
Tidak terasa sudah hampir 2 jam aku menunggu penerbanganku selanjutnya menuju Thailand. Sebelum memasuki pesawat, aku mengirimi pesan pada pido kalau akau akan berangkat dari changi menuju Thailand.
“ do, ini aku mau masuk pesawat menuju Thailand, doakan selamat sampai tujuan ya, Love you do “
“ iya, hati-hati sayang... Love you to.... Muach... “
Setelah aku memasuki pesawat, aku langsung menuju ke tempat duduku. Lega sekali rasanya.... Pramugari memberikan instruksi dan informasi standard seperti apa yang biasa mereka berikan, aku hanya memandang sekilas lalu mengamati penumpang-penumpang lain disekitarku. Saat aku menoleh ke sebelah kiriku persis tepatnya disebelah jendela, aku melihat sosok yang juga tepat melihat sosokku, kami bertatapan beberapa detik, aku sedikit kaget dan langsung mengalihkan pandanganku kedepan.
“ halooo, where are you come from?” aku langsung balik melihat ke arahnya dengan agak kikuk, aku juga melihat senyuman manisnya kepadaku. Sosok yang kutaksirkan seusia denganku, wajahnya putih bersih, matanya sipit dan memperlihatkan senyuman dengan deretan gigi putih bersih.
“I’m from Indonesia, and you?”
“I’m from Indonesia to, siapa namamu? Bicara pakai bahasa indonesia saja ya? Hehe?” dia menyalamiku sambil nyengir lebih lebar dari tadi. Aku fikir dia ini dari singapore atau dari mana gitu, ternyata sama-sama dari Indonesia juga.
“ Oh, oke. Dari Indonesia juga ternyata, namaku Bayu Aditya Pratama panggil saja bayu, kalau kamu?”
“ Aku Leonardo Cornelius, panggil saja Leo. Salam kenal bayu, senang bertemu denganmu” balas leo dengan perkenalan formal.
“ sama-sama leo, senang juga berkenalan denganmu”
“ bayu mau liburan ke Thailand atau apa?”
“ saya tidak liburan leo, mau melanjutkan study saya disana. Kalau leo mau liburan kah kesana ?”
“ Oh, sama kalau begitu. Saya juga akan menlanjutkan study saya disana, saya mengambil Master Hukum di Thamsat University, kebetulan ayah saya asli Thailand, ibu saya asli Indonesia, tepatnya Bandung. Untuk S1 saya kuliahnya di Singapore dulu”.
“ wah, kebetulan kalau seperti itu, saya juga akan mengambil master saya di Thamsat University, saya akan mengambil Master ekonomi disana”.
Tidak pernah terduga, dalam perjalanan ke Thailand ini aku dapat teman baru yang berkuliah ditempat yang sama denganku, meskipun berbeda fakultas. Syukurlah perjalanan selama beberapa jam kemudian tidak akan membosankan. Aku mengobrol panjang lebar dengan leo mulai dari alasan dia mengambil kuliah di Thailand, tentang keluarganya, tentang impianya, tentang teman-temannya di singapore, dan berbagai hal lain. Ternyata leo teman ngobrol yang asik, terliat sekali dia orang yang berwawasan luas dan memiliki mimpi yang tinggi dalam hidupnya. Semoga nanti ketika di Thailand aku bisa mendapatkan teman-teman yang sama baiknya dengan leo.
(Bersambung)
Untuk scene-scene selanjutnya di thailand atau negara-negara lain akan saya buat semua percakapannya dalam bahasa indonesia agar lebih mudah dimengerti, meskipun yang ngomong itu orang luar.....
Sweet bgt kisah bayu sama pido, bikin envy wkwk.
Titip mention ya TS, penasaran sama kelanjutan ceritanya.
Akhirnya aku menginjakkan kakiku di negara gajah putih ini, aku turun bersama leo dan berjalan bersama di bandara Internasional Don Mueang. Sekali lagi aku terpesona dengan bandara yang menurutku sangat bagus ini, mulai dari bentuk bangunan, desain setiap sudut ruangan, dan yang terpenting kebersihan dari tempat ini. Ya, memang aku menyukai tempat-tempat yang bersih dimanapun itu, bahkan aku menerapkan kebersihan dalam kehidupanku sehari-hari bahkan untuk lingkungan tempat tinggalku, aku selalu menjaganya agar tetap nyaman untuk ditinggali. Bandara yang resmi dibuka mulai tahun 1914 ini mempunyai 2 terminal internasional dan 1 terminal domestik, aku dan leo turun di terminal 2 bandara ini.
Sejak turun dari pesawat dan mengambil barang bawaan kami, leo lebih sibuk mencari sesorang dalam kerumunan yang mereka akan menjemput kerabat atau orang yang dikenalnya. Sementara aku hanya melihat sekitaran bandara dengan sesekali melihat leo yang fokus mencari seseorang. “ Kamu dijemput siapa bayu?” tanya leo seketika padaku ketika kita sedang berjalan di depan kerumunan orang-orang yang sedang menunggu kerabatnya tadi, bahkan mereka ada yang membawa papan ataupun kertas yang bertuliskan nama ataupun perusahaan yang mereka kenal.
“Oh, aku tidak dijemput siapa-siapa leo. Aku akan langsung menuju ke tempat kenalan dosenku dari Indonesia yang katanya nanti akan mengantarkanku untuk mencari tempat kos” ujarku pada leo, karena memang aku belum mendapatkan tempat kos tetap di daerah kampusku nanti.
“apa kamu mau tinggal dirumahku saja? Disana ada beberapa kamar kosong, bisa untuk kamu tinggali. Yang satu dulunya kamar kakak perempuanku, sekarang dia ikut suaminya di Jepang, sementara yang satunya kamar tamu, kamu bebas mau menempati yang mana.” Aku sebenarnya tidak enak pada leo, yang menurutku baru saja mengenalku sudah bersikap sebegitu baiknya. Aku takut nanti malah merepotkannya bahkan takut orang tuanya berfikiran macam-macam padaku yang masih asing ini.
“Hmm.... apa tidak merepotkan leo? Aku cari tempat kos sendiri saja tidak apa-apa yang didekat kampus, hitung-hitung nanti biar bisa berjalan kaki ke kampus, kan aku tidak ada kendaraan disini” elakku pada leo, memang disini nanti rencananya aku akan jalan kaki dari tempat kos ke kampus untuk irit biaya selama tinggal disini. Aku juga tidak mau merepotkan leo dan keluarganya jika memang jarak rumah dan kampus yang jauh. Sementara leo hanya tertawa kecil sambil menatapku.
“Bayu, rumahku dekat kampus kali ! cuman tinggal nyeberang jalan saja. Jadi gak usah khawatir masalah nanti mau ke kampusnya naik apa. Tinggal jalan tidak sampai 2 menit juga sampai.” Sepertinya memang aku tidak bisa berkutik lagi dengan tawaran leo untuk ikut tinggal dirumahnya selama masa kuliah nanti. Sambil menghembuskan nafas pertanda menyerah, akhirnya aku menyetujui tawaran leo, sementara leo tersenyum puas dan menepuk-nepuk bahuku.
Beberapa menit setelah kami mencari seseorang yang menunggu leo, akhirnya kami bertemu juga. Ternyata orang yang menjemput leo adalah papanya sendiri. Beliau memang sengaja pulang cepat dari kantor untuk menjemput putranya, sambil tersenyum lebar beliau langsung mendekati putranya dan memeluknya hangat, seperti orang yang sudah lama tidak pernah bertemu. Ketika di dalam pesawat tadi leo sempat cerita bahwa sudah setahun lebih tidak pernah mengunjungi papa dan mamanya yang tinggal di Thailand. Setelah melepaskan pelukannya dari leo, beliau melihatku dengan tatapan heran “ teman kamu, leo? “ tanya papanya leo sambil terus menatapku. “iya pa, namanya bayu. nanti bayu juga akan melanjutkan kuliahnya juga di Thamsat. Oh iya pa, selama kuliah nanti, boleh kan pa bayu ikut tinggal dirumah kita ? kan masih ada 2 kamar kosong dirumah ?” ucap leo to the point pada papanya mengenaiku yang disarankannya untuk juga ikut tinggal dirumahnya. “ Iya, tentu saja boleh. Asal bayu tidak keberatan saja tinggal di rumah sederhana kita”. Ujar papanya leo dengan tertawa sambil melihat kearahku. “ Terimakasih om, saya bingung mau bilang apa. Maaf kalau jadi malah merepotkan om sekeluarga”.”tidak usah sungkan-sungkan nak bayu, anggap saja nanti rumah sendiri, malah saya sama mamanya leo senang nanti dirumah jadi lebih ramai tidak sepi seperti biasanya” ujar beliau sambil tersenyum hangat kepadaku.
Memang namanya rejeki tidak bisa diperkirakan, aku yang memang sejak awal berencana untuk hidup super irit di negara orang ini mendapatkan sesuatu yang tidak terkira. Sudah dapat teman baru yang sangat baik serta keluarganya juga, bisa tinggal gratis tanpa dipungut biaya. Ya, mungkin sebagai bentuk terimakasihku, aku nanti akan sering-sering membantu pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, memasak ataupun yang lainya yang sekiranya aku terlihat lebih tau diri-lah tinggal gratis dirumah orang. Hitung-hitung juga bernostalgia seperti selama aku tinggal bersama pido di kota malang. Bahkan aku yang sering mengurus keperluan rumah tangga dulu.
Selama perjalanan menuju rumah leo mengendarai mobil yang dikendarai papanya leo, aku lebih tau banyak mengenai keluarga leo. Ternyata papanya leo bernama Bin Poranamintorn dan mamanya leo bernama Risnawati. Beliau bertemu dengan istrinya ketika bekerja di sebuah perusahaan FMCG yang sudah sangat terkenal di Dunia, waktu itu om bin dikirim ke Indosia selama 3 tahun untuk pertukaran karyawan karena prestasinya selama bekerja di Thailand. Dan selama bekerja di kantor yang berlokasi di Jakarta bertemu dengan tante risna. Mereka kemudian menikah di bandung. Setelah setahun menikah akhirnya beliau ditempatkan lagi ke Thailand, sementara tante risna meminta rekomondasi ke perusahaan agar juga bisa bekerja di sini. Akhirnya kurang lebih 24 tahun mereka tinggal dan berkarir di Thailand. Sementara leo sendiri semasa sekolah sempat sekolah di Indonesia ketika SD hingga SMP ikut dengan neneknya dibandung, dan ketika SMA dia sekolah di Singapore hingga kuliah. Dan sekarang karena kakak perempuan leo sudah ikut dengan suaminya, leo diminta untuk tinggal di Thaailand menemani kedua orang tuanya. Saat ini posisi kedua orang tua leo di kantornya sudah bisa dibilang cukup tinggi. Papa leo menjabat sebagai ketua Wakil Direktur sementara mamanya sebagai manajer HRD diperusahaan yang sama.
Ketika kami sudah sampai dirumah leo, aku masih belum percaya dengan nasipku yang mujur ini, awalnya aku berekspektasi ketika kuliah disini,hanya akan tinggal disebuah kamar kos kecil yang murah, ya sekedar pantas-lah untuk aku tinggali selama menempuh pendidikan disini. Memang aku tidak mau membebani orang tuaku di Indonesia, mereka yang hanya guru PNS di SMP dan SMA negeri tidak bisa memberikan banyak materi padaku yang kuliah jauh dari rumah, sementara mereka juga harus menanggung biaya kedua adikku yang masih menempuh pendidkan di SMA kelas 2 di SMA Negeri ddi Kalimantan dan satunya baru semester 4 kuliah di Universitas Negeri di Jakarta. Aku harus super irit memanfaatkan dana beasiswa yang memang dianggarkan untuk living cost yang tidak seberapa, bahkan aku berfikiran untuk mencari kerja sambilan di rumah makan untuk menambah pemasukan. Syukurlah, ternyata rumah leo sangat besar, rumah ini berada di kompleks perumahan elit yang berlokasi tidak jauh dari kampus, bahkan jika dibandingkan dengan rumahku di Kalimantan, ini bisa 4 kali luasnya rumahku. Dirumah ini sebenarnya terdapat 8 kamar, kamar orang tua leo, kamar leo, kamar 2 pembantu yang masing-masing satu kamar, kamar sopir, kamar satpam,kamar kakaknya leo, dan satu kamar tamu. Memang papanya leo itu tadi sangat merendah, rumah seperti ini dibilang sederhana. Kalau aku disuruh tinggal disini selamanya sih ya gak apa-apa, hhahaha...... tapi sungkan juga sama orang tua leo.
Aku bersalaman dengan tante risna di ruang tamu depan sekedar basa-basi dan setelah itu aku dipersilahkan ke kamar kakaknya leo yang sudah lama tidak ditinggali, tante risna menyarankan aku menempati kamar itu, karena memang disana ada komputer LCD lengkap dengan printer dan perangkat lain yang sekiranya nanti bisa aku pergunakan untuk keperluanku mengerjakan tugas-tugas kuliah ataupun Thesis. Memang aku sengaja tidak membawa laptopku, karena rusak tepat setelah aku menyelesaikan skripsiku dulu, bahkan untuk mengerjakan beberapa revisi saja aku harus pinjam laptop punya pido, jadi laptop itu sekarang tersimpan di rumah kontrakanku dengan pido di kota malang. Aku langsung merebahkan badanku dikasur, sangat nyaman sekali. Kamar yang luas dan sangat bersih, maklumlah penghuninya dulunya kan cewek. Masih ada beberapa perabot yang masih ditinggal oleh kakanya leo didalam kamar. Selain itu juga ada AC yang melengkapi kemewahan kamar ini.
Tok Tok Tok..... samar-samar aku mendengar ketukan dari luar pintu, mataku memicing ke pennjuru kamar, dan baru sadar aku sekarang berada di rumahnya leo, dengan sedikit lemas aku beranjak dari tempat tidur dan menyalakan saklar lampu kemudian membuka pintu kamar.
“baru bangun bayu?” leo dengan hanya mengenakan celana pendek dan singlet hitam, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih kekuningan sangat mirip dengan salah satu aktor thailand. Aku sempat terpukau melihat penampakanya sejenak, dengan masih tetap melihatnya dengan wajah datarku.”kamu masih mengantuk?” leo menggerakan telapak tangannya didepan wajahku.
“iya leo, aku masih mengantuk” ucapku dengan sedikit menggumam.
“ yaudah, kamu tidur lagi aja gak apa-apa. Sebenarnya ditunggu mama dibawah, tadi sehabis kita pulang mama langsung masak banyak sekali masakan, sekarang sudah siap dan mama papa menunggu kita untuk makan bersama”.
“ Wah, oke-oke, tunggu 5 menit lagi aku akan kebawah setelah ini. Oh iya leo, maaf, kan aku muslim, apa di daerah disekitar sini ada masjid terdekat? Aku mau manjamak sholatku setelah makan nanti, mumpung masih sempat sepertinya”. Aku langsung sadar aku belum sholat dzuhur atau ashar, kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul 15.30. berarti masih memasuki waktu Ashar disini menurutku. “ Oh, masjid dekat kok dari sini. Musholah juga ada di dekat ruang keluarga kalau kamu mau ibadah di rumah saja” What? Ada musholah dirumah? Aku gak tau kalau leo juga muslim. Soalnya tadi aku kira dia nonis gitu. Hhahaha..... syukurlah... jadi tidak harus jauh ke masjid untuk menjamak sholatku, mungkin lain kali aku akan mencoba ke masjid bersama leo.
Memang benar-benar keluarga yang sangat hangat menurutku, meja makan sore ini sangat penuh dengan makanan-makanan enak yang sangat menggugah selera. Selain itu kami berempat mengobrol dengan sangat akrab, bahkan sempat beberapa kali om bin menceritakan pengalaman-pengalaman lucunya selama tinggal di Indonesia atau ketika awal-awal bertemu dan berpacaran dengan tante risna. Aku dan leo hanya menimpali candaan om bin yang sesekali menggoda tante risna yang katanya waktu itu tante risna lah yang mengejar-ngejar om bin, karena om bin waktu itu katanya sangat ganteng mirip aktor-aktor Thailand. Aku hany tertawa ngakak mendengar godaan-godaan om bin pada tante risna. Hingga pertanyaan om bin menghentikan tawaku secara tiba-tiba.
“ kalau bayu, apa sudah punya pacar di Indonesia?” seketika pandangan leo dan tante risna juga mengintimidasiku melihat perubahan ekspresiku yang berubah seketika.
“Su.. sudah om, saya sudah punya pacar” jawabku dengan agak gugup.
“ cantik sekali pasti pacarnya bayu? Siapa namanya? “ tanya tante risna menimpali.
“ Em, namanaya... ramadhani tante. Cakep, tapi ya gitu, manja sekali tante...” sengaja aku mengarang dan mengambil sebagian nama belakangya pido yang aslinya Erpido ramadhan. Untunglah tidak ada yang curiga dan hanya dibalas anggukan oleh tante dan om. Sementara aku melihat sedikit raut kekecewaan dari wajah leo. Aku sedikit bisa mengartikan itu, tapi tidak sepenuhnya meyakini itu. “manja gitu, gimana terusan kalau LDR an seperti sekarang bayu? Jangan-jangan nanti pacarmu cari yang lain lagi yang bisa dibuat manja-manjaan sedangkan kamu tinggal kesini ?” leo mengucapkannya dengan nada yang sedikit sinis di telingaku. Aku sedikit mencium sesuatu yang sedikit aku mengerti, apa leo cemburu kalau aku sudah punya pacar? Ahh..... mana mungkin baru kurang dari sehari ketemu, dia sudah suka sama aku? Ke Ge-er an banget aku nya.
“ Ya, sebenarnya aku bilang kepacarku status kita Break sih. Ya itu tadi benar apa katamu leo, aku gak tega juga sama dia kalau selama 2 tahun gak ada yang memperhatikannya dengan lebih. Ya, salahku juga sih yang terlalu memanjakannya. Tapi intinya aku memberikan kebebasan untuknya cari pacar lagi, kalau jodoh denganku ya syukur, tapi kalau dia sudah dapat yang lain sih, ya aku tetap bahagia nanti meskipun sudah bukan lagi pasanganku” jawabku dengan sedikit lirih, sambil lebih menundukan wajahku pura pura melanjutkan makanku. Walaupun memang sakit, aku sudah terlanjur mengucapkannya lagi.
“ berarti disini kamu boleh cari pacar lagi dong bayu?” ucap leo dengan sedikit antusias.
“entahlah, aku juga tidak berfikir sampai situ hingga sekarang leo...” ucapku kurang bersemangat.
“sudah-sudah..... apapun jalanya nanti semoga nak bayu mendapatkan yang terbaik, sekarang fokus sama kuliahnya nak bayu.... kalau sudah dapat kerja yang mapan nanti, juga bakal banyak yang mengantri pastinya sama nak bayu.... sudah ganteng, pinter lagi” tante risna mencoba menyemangatiku sambil menepuk pelan bahuku.
“ Ayo dihabiskan makananya nak bayu! Leo, besok ajak nak bayu jalan-jalan biar lebih kenal dengan Thailand ! biar lebih gaul, hahaha....” om bin mencoba mencairkan suasana lagi. Memang sih, ini pertama kalinya aku ke Thailand, dan aku butuh tau tempat-tempat disekitar sini biar nanti-nanti gak nyasar kalau pas keluar rumah. Hhahaha..... selain itu masih ada waktu beberapa hari sebelum aku dan leo sibuk untuk mengurus daftar ulang.
Malamnya di dalam kamar, aku menyalakan komputer dan mengakses internet, memang dirumah ini dilengkapi dengan jaringan wifi sehingga bisa diakses untuk area lantai bawah hingga lantai atas yang sekarang sedang aku tempati, kamarku bersebelahan dengan kamar leo, sementara kamar orang tua leo berada di lantai bawah. Aku membuka social media milikku dan langsung mengirimi pesan pada pido di Indonesia. Seharusnya jam segini pido masih bangun, karena memang beda waktu disini dan di Indonesia tidak terlalu jauh. Beberapa menit kemudian pido membalas pesanku. Aku menceritakan pada pido pengalamanku selama sehari ini mulai di pesawat aku bertemu dengan leo hingga aku sekarang tinggal dirumahnya. Pido bersyukur aku dapat tempat tinggal dekat dengan kampus, tapi dia sedikit cemburu dengan leo, meskipun dia tidak mengucapkannya secara langsung. Tapi aku tau dari bahasa pada kalimat-kalimatnya waktu chat lewat pesan tadi. Hahaha.... aku sedikit senang, namun juga galau parah. Hadeeeeh....... aku sedikit senang karena memang pido masih mencintaiku sampai sekarang meskipun kita berjarak alias LDR atau Long Distance relationship. Disisi lain, aku juga takut nanti semisal pido tergoda pada laki-laki lain, ataupun aku juga tergoda pada laki-laki lain. Tadi saja pas lihat leo ketika aku bangun tidur sudah terpesona gitu.... Ngak ngak ! aku cuman Cinta ke pido ! aku harus sabar nunggu 2 tahun lagi sampai kembali ke Indonesia, tapi aku juga gak munafik kalau cowok-cowok di thailand itu ganteng-ganteng ! ya, aku sempat beberapa kali nonton film thailand seperti Hormones, timeline, Suckseed dan beberapa film lainnya, perawakan orang-orang Thailand memang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kan memang sama-masa Asia Tenggara, kalau bisa dibilang itu orang Thailand sama dengan campuran antara Chinese dengan Jawa. Hahaha.... sebenarnya itu joke dari salah satu temen cewek dikampusku dulu pas masih kuliah di kota malang, yang memang sedang demam-demamnya sama aktor Thailand selain Korea.
Aku tiba-tiba ingat temanku Bank, sudah lama aku tidak pernah kontak dengannya setelah terakhir tahun lalu melaui aplikasi BBM. Mungkin ponselnya bermasalah atau apa, sejak itu dia tidak pernah lagi menghubungiku, bahkan sempat beberapa kali aku hubungi juga tidak bisa. Seharusnya sih, dia sekarang kuliah akan meuju semester 5 dikampus yang sama denganku, bedanya dia masih menempuh sarjana, sedangkan aku akan menempuh pendidikan masterku. Nanti saja saat sudah mulai kuliah aku akan coba mencarinya dikampus, semoga dia masih ingat denganku.
Setelah aku mematikan komputer, aku beranjak ke kasurku. Rasaya sangat lelah disekujur tubuhku, tadi sore sempat tidur saja cuman beberapa menit karena leo membangunkanku untuk makan bersama orang tuanya. Saat aku mulai akan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku. Tok tok tok.... tok tok tok....
“siapa ?” tanyaku keheranan.
“ ini aku bayu, leo..... boleh aku masuk ?”
“ Oh, iya sebentar leo... “ aku langsung turun dari ranjang dan bembuka pintu yang tadi sengaja aku kunci dari dalam.
“maaf bayu, ganggu tidur kamu..... kamu sudah tidur tadi?” leo sambil sedikit tersenyum kearahku. Memang anak ini senyumanya semanis ini setiap kali berbicara padaku. Semoga kuat akunya, aku sudah punya pacar. Jangan sampai tergoda... bayu!
“ Oh , aku belum tidur leo. Ini aku baru bales pesan ke pacarku di Indonesia. Itu komputernya juga baru aku matikan, sekarang masih mau tidur sih, hehe....” ucapku sambil sedikit nyengir ke leo.
“ bayu, boleh aku tidur sama kamu disini?” tanya leo sambil mengangkat kedua tanganya didepan dadanya. Lebih tepatnya dengan sedikit memohon.
“ memangnya kenapa leo ? ada apa dikamar kamu?” tanyaku keheranan.
“ aku sudah lama tidak menempati kamarku itu bayu. Sejak tadi tidak bisa tidur, boleh ya?”
“iya, silahkan leo” ucapku sambil membuka pintu dengan lebih lebar. Leo memasuki kamar dan langsung merebahkan badannya di sisi kasur yang bersebelahan dengan meja komputer, sementara aku tidur di sebelahnya yang dekat dengan meja yang terdapat lampu tidur.
Leo langsung tidur disebelahku sambil menghadap kepadaku, kulihat wajah polosnya, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah, kulit putihnya ter-ekspose dari cahaya lampu tidur disebelahku. Muncul desiran aneh ketika aku juga melihat pahanya yang putih mulus dan ditumbuhi bulu-bulu yang membutanya menjadi semakin seksi. Aku langsung menelan ludahku dan mengalihkan pandanganku ke arah lain. Aku lalu menutupi tubuh leo dengan selimut dibawahku dan menutupi tubuhku juga, aku merebahkan tubuhku mengarah membelakangi leo. Selama hampir satu jam aku masih belum bisa tidur merubah beberapa posisi tidurku hingga sekarang aku menghadap ke arah leo. Entah tidak disengaja atau seperti apa, tiba-tiba tangan leo bergerak memeluk pinggangku sementara kurasakan kakinya menimpali kakiku dibawah selimut. Deg! Aku langsung bergetar dan menatapnya nanar.... aku belum bisa menggerakkan tubuhku tepatnya tidak ingin membuat leo terbangun. Aku mencoba untuk tenang dan berharap segera bisa tidur. Beberapa menit kemudian dengan posisi yang sama, aku mulai menguap dan beberapa menit kemudian aku sudah berada dialam mimpi.
(bersambung)
@Wita
Ce @d_cetya a
@Sho_Lee e
@Otho_WNata92 2
@ffirly69 9
@doniperdana93
@littlemark04
@lucifer5245
@SteveAnggara a
Mohon masukanya teman-teman..... semoga saya bisa menulis lebih baik lagi untuk selanjut-selanjutnya.....