It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
oke tanpa memperpanjang lagi saya cuma mau bilang Enjoy ya membacanya
*******
@lulu_75
******
Sesampainya diruang ekskul dia bawa gue ke bilik tim basket, dia lalu membanting pintu dan ngebanting gue ke pintu dan menaruh tangan di samping pundak gue alhasil gue kaku diam tak bergerak. Gue juga shock sama perbuatannya dia.
“U kenapa sih, selalu takut liat gue?emang gue ini kayak penjahat, atau u masih benci karena hampir gue tabrak?” dia langsung menyerang dengan pertanyaan aneh kek gitu, entah kenapa ada nada penyesalan dalam kalimatnya barusan dan dengan jarak yang sedekat ini bisa membuat gue mencium bau mint dari nafasnya.
“ma-maksud kamu apa?” aku mencoba bertanya tapi masih dengan gugup dan terbata-bata
Dia lalu menurunkan tangannya dari dari samping badan gue dan berjalan kearah meja lalu duduk di atas meja, entah kenapa gue sedikit kecewa saat dia menurunkan tangan nya,
“lu tu kenapa selalu kelihatan benci gitu sama gue, setiap kali ketemu atau berpas-pasan lu selalu natap gue dengan benci gitu”
“gu-gue gak gitu kok, emang cara liat gue udah kek gitu, gak ada ngebenci lu kok, suer deh disambar geledek” kata gue cepat dengan masih gugup
Dia tiba-tiba ketawa, aduh kenapa nih anak kesambet atau apa sih tadi marah marah sekarang malah ketawa, psikopat ni jangan jangan.
“ke-kenapa kamu ketawa, ada yang lucu?” tanya gue masih dengan gugup, takut lebih tepatnya
“lu tu lucu, udah lah, gue mau minta maaf sama lu soal kejadian gue-hampir-nabrak-lu waktu itu” kata dia dengan bangkit dari meja nya dan menjabat tangan gue.
Gue yang bengong otomatis juga ngejabat tangannya dia.
“Ia, gue juga minta maaf sama lu” kata gue lagi
“tapi gue mau maafin lu dengan tiga syarat, kalau lu bisa penuhin syarat nya gue kasih maaf” katanya dengan tersenyum menang, dengan mata nya yang natap ke mata gue, oke pipi gue sekarang pasti udah merah kek tomat masak.
“lah kok gitu, pake syarat segala? Itu gak tulus namanya.” Gue protes sambil mau ngelepasin tangn gue yang sedari tadi masih di genggam sama dia tapi dia malah mempererat genggaman tangannya dia.
“ya suka suka gue dong, tapi syarat nya gampang kok”
“yaudah apa syaratnya?”
“hmmm pertama lu harus masuk ekskul basket” syarat apa’an sih ini, males banget da
“gue gak mau,mau badminton aja, pokonya itu titik.” Kata gue manyun
Dia tampang tersenyum “kalau gak mau lu gak gue maafin, syarat ke dua lu harus jadi temen gue”
Oke ini syarat semakin aneh, dan tanpa mengijinkan gue protes dia langsung melanjutkan “syarat ketiga lu senyum buat gue sekarang” oke ini syarat terakhir sekaligus paling konyol,
“oke gue mau jadi temen lu” kata gue dan terakhir gue memamerkan senyum paling manis yang gue punya. Kenapa gue lakuin ini biar dia jangan terlalu banyak komentar.
“btw ini tengan gue lu lepasin dulu, sakit tau lu genggam kuat gini”
Dia langsung melepas tangan gue “lu udah makan siang? Sekalian gue traktir hitung hitung sebagai hadia pertemanan kita” tanya dia sambil berjalan menuju meja nya dia
“gue udah makan tadi, dan ayah gue juga udah jemput jadi ya gue mau langsung balik.”
“oke kalau gitu lain kali aja kita rayain pertemanan kita” kata dia masih sambil membereskan kertas kertas di atas meja
“kalau gitu gue balik dulu, bye” gue langsung membuka pintu cepat dan pergi meninggalkan ruang ekskul, entah mengapa senyum gue sedari tadi keluar dari ruang ekskul gak bisa berhenti.
Maybe i love him???????????
mau juga di mention
mau juga di mention
Enjoy the story......
+++
Oke mungkin kalian akan sedikit bingung disini, tapi saya penulis ingin membuat cerita ini sedikit rapih dengan menulis CHAPTER disetiap kali post, dan ini merupakan CHAPTER 1 kita, kenapa baru CHAPTER 1? Karena cerita yang telah kita lewati di atas merupakan awal perkenalan tokoh dengan lingkungan barunya, awal dia mengenal Adien Hudson dan menganggapnya sebagai sahabat sejati walaupun baru bertemu untuk pertama kalinya, awal dimana dia mengenal sosok seorang seorang Mario Anderson yang hampir saja menabraknya di awal sekolah, awal dia mengenal Karina Anisa yang merupakan pacar Mario, dan awal dia mengenal seorang Andrea Ananta. Akan banyak kejutan yang terjadi, dan membuat seorang Stephen Julian merasa ingin mati dari pada mengetahui kekelaman masa lalunya.
Setiap CHAPTER akan di awali dengan sedikit flashback, akhir dari Flashback akan diberi tanda *** yang berarti kita sudah kembali ke masa sekarang. Flashback akan berhenti ketika konflik pertama selesai dan itu saya tidak tau di CHAPTER berapa, so enjoy the story
+++
CHAPTER 1
Setelah melihat pergumulan antara sang pacar bersama mantan sang pacar, dia berjalan menuruni tangga apartemen tempat tinggal sang pacar. Dia bahkan terlalu malu untuk menunjukan muka menyedihkannya kepada orang di dalam lift sehingga dia memutuskan untuk turun melewati tangga, lagipula dia cuma berada di lantai dua bangunan mewah tersebut. Tadinya dia datang karena ingin merayakan kelulusan sang pacar dari SMA tempat dimana mereka sama sama menuntut ilmu tetapi ternyata dia harus melihat kejadian pahit yang tentunya tidak dia harapkan, entah disengaja atau tidak sang pacar melakukan persetubuhan bersama seorang pemandu sorak di SMA yang sama dengan mereka, pemandu sorak yang dia kenal sebagai mantan dari sang pacar. Mereka melakukan nya dengan membiarkan pintu tidak terkunci sehingga memberikan kesempatan kepada sang cowok untuk melihat secara langsung adegan pahit tersebut.
Sang cowok sekarang berjalan gontai melewati sebuah lorong sempit disamping apartemen sang pacar yang mungkin sekarang dia anggap sebagai mantan pacar juga, setidaknya itu menurut dia karena dia belum mengatakan putus kepada sang pacar tetapi dengan terjadinya perselingkugan tersebut sepertinya hubungan mereka juga berakhir.
Saking sedihnya dia tidak sadar kalau sudah masuk kawasan yang dilarang untuk orang orang kaya seperti dia, dia masuk kedalam kawasan kumuh penuh berandalan yang terletak persis dibelakang bangunan mewah apartemen tersebut.
***
Oke sudah 2 bulan berjalan setelah insiden pertemanan gue sama Mario, kenapa gue sebut itu insiden? Ya suka suka gue lah, hahaha. Semenjak pertemuan singkat kami diruang anak basket kemarin sikap Mario ke gue agak sedikit berubah, yah jadi lebih ramah, dia suka menyapa gue kalau kebetulan pas-pasan, dia juga suka ngasih tumpangan ke gue kalau kebetulan Ayah jemputnya lama, dan gue harus bereterima kasih karena k’Anisa gak keberatan kalau gue juga numpang mobil Mario pulang, malah kata k’Anisa bagus kalau gue ikut karena dia diantar pulang dia cowok cakep.
Dan mengenai Adien? Jangan tanya lagi, dia udah paling heboh tau kalau gue sama Mario deket, dia bilang misi dia berhasil. Dan kalian tau apa dia selalu menyuruh gue untuk membuat Mario mau main BDSM sama gue, gila gak tu cewek, cantik sih, cuma otak nya setengah itu yang buat gue pusing sama dia.
“Bule, lu tau gak, kalau ada anak kelas tiga yang suka sama gue, dia temennya k’Mario, dia udah nembak gue tapi belum gue terima, gue masih bingung” Adien memulai sesi curhatnya dia ke aku.
Sekarang aku sama Adien lagi ada di taman belakang sekolah, kita lagi duduk buat ngademin pikiran yang mumet sama pelajaran matematika barusan.
“kok lu gak mati sih Dien di tembak?” tanya ku coba melucu tetapi langsung dapat jitakan keras di testa.
“Adowwwwww, Dien lu rencana mau buat gue geger testa ya?” tanya gue ngasal karena jitakan Adien yang cukup kuat
“dasar bule sarap, mana ada geger testa. Lagian gue lagi serius diajak becanda. Nanti gue becanda lu nya malah serius”
“ia terus lu mau gue respon apa Adien? Kalau u suka juga ya terima aja, ngapain mesti pusing sih”
“gue pusing karena gue gak mau cowok kek dia, lagian rumor beredar dia itu badboy tau,”
“lah bukannya lu suka yang badboy? Katanya lu biar bisa ajak BDSM? Gimana sih”
“yah kalau BDSM mah lu aja sama k’Mario gue mah ogah, ntar rusak lagi kulir gue yang mulus ini di pecut”
Aduh dasar cewek sinting
“yaudah kalau gitu lu tolak aja, kan gampang ngapain mesti lu repot sih?”
“Bule ganteng, kalau semisalnya gue tolak aja udah bisa selesai gak perlu gue cerita ke elu, ini dia udah gue tolak berkali kali tetep aja gak mau nyerah” ada nada frustasi dalam omongan Adien barusan.
“yaudah kalau semisal lu ditembak lagi bilang aja kalau lu udah punya pacar, dan pacar lu itu gue” oke gue nyesal udah bicara kek gitu
Adien menatap gue dengan berbinar dan
“BULEEEEEE gue gak nyangka lu bisa kek gini, lu mau bantuin gue tanpa gue minta, lu emang Uke terbaik, k’Mario bakalan beruntung dapetin lu”
Hal kedua yang harus gue sesali adalah volume suara Adien yang gak bisa dikecilin sehingga beberapa pasang mata melihat kearah aku dan Adien. Gue khawatir mereka denger kalimat Adien barusan masalah uke dan k’Mario
“WOI kalian ngapain ngomongin nama gue hmm, Dan kenapa gue beruntung?” betapa terkejutnya gue dan Adien ternyata Mario ada dibelakang kami sekarang, oh Adien kenapa setiap masalah kek gini harus kamu dalangnya ??????
“e-eh ini a-anu kak, kita bilang kalau....”
“kita bilang kalau kakak beruntung banget bisa dapetin k’Anisa,” Adien langsung memotong ucapan gue cepat
Oke untuk saat saat seperti ini Adien sangat profesional dalam hal memutar balikan fakta. Dan gue lebih berterima kasih lagi sama bel sekolah tanda masuk pelajaran berikutnya yang udah menyelamatkan gue.
+++
Oke hari ini Ayah bilang gak bisa jemput gue karena ada acara mendadak, jadi ya disini gue sekarang lagi nungguin taksi didepan sekolah. Tadinya mau ngajak Mario pulang bareng tapi mengingat kejadian pas istirahat tadi sepertinya enggak dulu hari ini. Tadi itu pertama kali gue lihat Mario lagi, selama seminggu terakhir, mereka anak kelas tiga emang lagi disibukan sama les tambahan sehingga membuat waktu bertemu gue sama Mario berkurang.
Tiba tiba sebuah jazz putih berhenti tepat depan gue, dan gue langsung mengenali pemilik mobil tersebut. yup Mario. Kaca mobil depan diturunin dan
“Lian ayok naik, duduk depan aja. Anisa gak ikutan pulang sama gue, dia lagi ada acara sama anak cheers jadi lu duduk depan aja” terang Mario panjang lebar.
Gue langsung membuka pintu depan dan duduk dengan manis.
“Tumben pulang sendiri ngak ngasih tau biar bareng” tanya Mario setelah menjalankan mobilnya lagi
“e-eh itu, tadinya gue kira lu lagi ada les tambahan makanya gue gak ngajakin” gue jawab dengan terbata-bata, hm alesan aja tu padahal gue udah tau kalau setiap hari sabtu itu les tambahan untuk anak kelas tiga ditiadakan
“hari sabtu kan emang biasa gak ada les tambahan Lian” jawab Mario dan gue Cuma bisa ber ohh ria
Gue diam diam curi curi pandang ke arah Mario yang lagi nyetir, ini anak ganteng juga, wajahnya tegas banget, duh, entah mengapa gue jadi semakin deg degan apalagi bisa berdua sama Mario seperti sekarang ini. Gue ternyata kangen juga udah seminggu ini gak lihat dia.
Dan tiba tiba dia berbalik ke arah gue
“e-eh makasih ya udah mau ngasih tumpangan ke gue” kata gue dengan cepat menutupi geroginya gue. aduh dia tau gak ya kalau dari tadi gue perhatiin
“biasa aja kali Lian, udah biasa juga, hari ini baru nyadar minta terima kasih” sambung Mario dengan terkekeh
“kurang ajar lu, nyindir nih” balas gue masih tetap gerogi.
“btw lu gak nanyain kabar gue, kan udah semingguan ini gak ketemuan” tanya nya dia yang buat gue kaget, kesambet apa nih anak minta di tanyain kabarnya, biasa juga gue dicuekin kalau nanyain kabar, kata dia kalau nanyain kabar itu kek anak cewek, lah malah sekarang dia yang minta di tanyain kabarnya dia.
“ngapain ditanya, kan gue udah tau jawabannya, lu lagi baik baik aja kan” jawab gue ngasal
“siapa bilang, Kalau gue bilang gue gak baik gimana?”
“gak baik gimana, lu lagi sakit?” tanya gue cepet
“dasar lemot benget sih otak lu” kata nya nyindir kek biasa
“btw gue semingguan ini sengaja gak ketemu sama lu, bukan karena les tambahan juga sih...” kata Mario lagi dan membuat gue bingung. Ini anak emang suka bikin orang bingung.
“kenapa menghindar dari gue? lu udah bosen temenan sama gue?”
“woi ni anak gue belom selesai ngomong, kebiasaan deh lu suka motong omongan gue. Gue menghindari lu karena gue cuma pengen tau perasaan gue sama lu sebenarnya kek gimana”
Blush muka gue sekarang pasti udah merah kek tomat rebus, kenapa dia pake bicara ini sih, diatas mobil pula. Aduh kalau mau nembak gue please jangan disini, sesaat gue melupakan fakta kalau dia sudah punya k’Anisa
“dan sekarang gue udah yakin sama perasaan gue, gue udah anggep lu lebh dari temen gue Lian, gue mau lu jadi Adik gue, gue udah nyaman ama lu, gue mau lu jadi adik gue tempat gue bisa berbagi, gue kadang iri sama temen gue yang pada punya adik, gue pengen punya sosok yang deket sama gue, maksud gue deket dalam arti bisa berbagi hal hal yang gak bisa gue bagi dengan pacar gue, lu tau gue sebagai anak tunggal gue sering rasa sepi karena ditinggal orang tua gue yang selalu ngurusin bisnis mereka ketimbang gue. dan gue harap lu mau,” mario menuntaskan kata katanya dalam satu tarikan napas.
Oke mungkin angan gue ketinggian ternyata dia Cuma mau gue jadi Adiknya, hei Lian lu harusnya seneng udah bisa satu langkah lebih dekat dengan Mario, walaupun bukan pacar tapi setidaknya sodara. Gue jadi ingat dulu pernah bilang gak akan suka sama Mario tapi nyatanya ketika dia bilang dia mau jadiin gue adeknya gue malah ingin lebih, dasar PLIN PLAN.
Akhirnya gue hanya bisa ketawa buat nutupin perasaan kecewa gue
“itu aja lu pake bilang, oke gue sekarang ade lu” kata gue mantap tapi masih dengan perasaan kecewa
Mata Mario membulat
“hah? Beneran Lian, lu gak main main kan?”
“ia gak lah, gue serius”
Tiba tiba Mario memberhentikan mobilnya secara mendadak dan langsung memeluk gue dan gue tambah shock lagi.
“Thank you Brother, thank you, lu akan gue jaga sebagaimana gue jaga diri gue, dan gak akan buat orang lain nyakitin elu”
Sepertinya sesi berpelukan ini akan lama tetapi untung sebuah mobil keburu mengklakson mobil Mario karena dia memberhentikan mobilnya agak di tengah. Mario melepaskan pelukannya dan gue bisa lihat wajah bahagianya dia.
Kemudian dia langsung menjalankan mobil dan mengantarkan gue pulang ke rumah.
+++