It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
nanti dah kalo gua pindahin tempatnya gua kasih keterangan
gua usahaain update ke 10 lebih panjang biar kk lbh enak hehe...
untuk sifat ice kenapa jadi dingin mungkin iya itu alasannya tapi kalo ada alesan lain juga gua gk tau... soalna ceritanya kan masih lanjut jd gua juga rada bellum gtu tau hehe...
Kalo boleh saran sih, jika nanti ada pov tokohnya, di pisahkan aja dari penjelasan authornya...ga usah di gabung seperti yang di page 4 itu, nanti jadi bingung bacanya jika mendadak ada pov si tokoh dalam satu paragraf...*sorry nih jika aku cerewet* hehe
Lanjut lanjut....
CHAPTER 4
BROKEN
Ketika ice mengantar Daniel pulang
"kalau lu gak keberatan gua ingin tau alasan loe milih gua padahal di luar sana masih banyak cewek maupun cowok yang lebih baik daripada gua"
Setelah bepikir beberapa saat ia pun menjawab
"karena lu gak menyatakan cinta ke gue" kata ice enteng
"tentu aja gua gk mau!" jawab Daniel dengan cepat
"kenapa? Bukannya lu suka sama gue? Kalau lu gak suka trus kenapa lu mau jadi pacar gue?" ice mengerutkan keningnya meminta jawaban Daniel
"maksud gua bukan gitu..." ucap Daniel malu-malu ia dapat merasakan kalau pipinya memerah, ada rasa hangat yang menjalar disana sementara ice hanya terdiam dan terus menatap Daniel dengan tajam
"Sebenarnya gua udah sering melihat mereka yang menyatakan perasaannya di dpan gua" Daniel teringat kembali kejadian lalu karena pada saat itu terjadi ia sedang berada di tempat itu.
"Bukan maksud gua untuk memata-matai lu tapi itu tak sengaja terjadi gua juga gak sengaja mendengar percakapan kalian dan gua tahu kalau lu menolak mereka dengan dingin"
Daniel menghela nafasnya lega "karena itu gua gak mau seperti mereka-mereka yang sudah jelas ditolak tapi masih aja menyatakan cinta. Apakah itu tidak bodoh namanya?" Daniel mendengus
"jadi karena itu lu gak mau jadi orang terakhir yang gua tolak untuk kesekian kalinya?"
"benar, gua gak mau jadi orang terakhir yang lu tolak" kata Daniel sementara ice hanya tersenyum samar. Entah mengapa hati ice terasa hangat mendengar kejujuran Daniel
"gue juga pernah lihat lu sembunyi-sembunyi di balik pilar, bahkan gue sempat dengerr loe maki-maki gue" kata ice mengingatkannya
Danielpun teringat waktu itu yang keceplosan mengatakan bahwa ice sangatlah ‘sombong dan merasa sok hebat, dasar manusia es sama seperti namanya dingin dan tak berperasaan’.kata Daniel saat itu yang memang sedang kesal kemudian stelah mengatakan hal itu ia pun kabur karena takut ketahuan. Namun di sisi lain di dalam hati ice malah tersenyum geli mendengakannya.
"Hah... jadi lu denger?" kata Daniel kaget
"sorry... sebenarnya gua gak ada maksud untuk mengejek lu" tentu saja daniel berbohong karena sejujurnya saat itu daniel memang kesal dibuatnya bayangkan saja ketika seorang perempuan sedang mengutarakan perasaannya pada ice, ice hanya menjawab
"maaf ya... gue gak bisa nerima lu... lu cwe yang baik dan cantik pasti bisa menemuka cwo yang lebiih baik dari gue... "
"kalau lu tau gue kek gtu trus knapa lu masih suka ma gue?" tanya ice dengan alis yang berkerut
"hmm.. gua juga gak tau knapa gua bisa suka banget sama lu hati gu selalu berdebar-debar tiap kali gua lihat lu dan detak jantung gua juga gak bedetak dengan normal kalo lagi ada di deket lu. Walaupun lu sombong dan sok cool namun tetap aja lu selalu terlihat keren di mata gua dan gua sama sekali gak bisa membenci lu" kata Daniel berterus terang hingga tanpa daniel sadari mendadak wajah ice memerah dan hatinya gelisah
"hah... akhirnya sampai juga. Thanks ya karena lu udah anterin gua dan udah izinin gua masuk ke aparrtemen kalian" ucap Daniel saat mobil sudah berada tepat di depan rumahnya. Ice hanya menjawab Daniel dengan anggukan
Ke-esokan harinya di balkon lantai 3 seperti biasa daniel dan ice ketika ada waktu luang selalu berada di sana dan kali ini daniel meminta ice untuk berfoto bareng dengannya
"Foto?" ice mengernyitkan dahinya
"iya... selama ini kita tidak punya foto berdua jadi gua mau kita foto bersama" Daniel segera mengeluarkan ponselnya dan segera berdiri di samping ice yang sedang duduk
"Satu, Dua, Tiga SAY CHEESE!" seru Daniel memberi aba-aba dan setelah selesai iapun melihat hasil jepretan fotonya
"kenapa lu gak tersenyum?" Daniel kecewa melihat hasilnya yang kurang bagus
"gua mau foto sekali lagi dan kali ini lu harus senyum" Danielpun membuka ponselnya sekali lagi dan kali ini dia mecolek pipi ice untuk membuat ekspresi wajahnya jadi tersenyum.
"hehe... ini baru bagus" Daaniel tersenyum puas
"Nyalakan bluetooth lu, gua akan kirim foto kita berdua"
"untuk apa?"
"gua kan juga mau lu nyimpan foto kita berdua"
"lu ini ada-ada aja" ujar ice sambil menyerahkan ponselnya pada Daniel
Danielpun menyandingkan kedua ponsel tersebut lalu menatapnya dengan puas wallpaper yang sama terpampang di sana gak lama kemudian bel sekolah berbunyi
"ice jangan lupa nanti kita makan siang bersama gua bawa bekal yang sangat spesial buat lu" ucap Daniel sambil mengedipkan matanya lalu berlarri menuju kelasnya.
Setelah Daniel menghilang dari hadapan ice. Ia pun membuka ponselnya dan melihat foto mereka berdua senyuman tipis pun tersungging di bibirnya.
Sementara di kelas Daniel sangat tidak sabar menunggu bel jam istirahat berbunyi hingga ia selalu menatap jam tangannya hampir di tiap menit. Ia ingin sekali pelajaran matematika yang memusingkan ini bisa cepat berakhir. Saat bel istirahat berbunyi dengan kerasnya danielpun segera bergegas mengambil bekal makan siangnyalalu keluar dari kelas untuk menemui ice tetapi tiba-tiba Rina bersama ketiga temannya langsung menghadang jalannya dan setengah memaksa dirinya ke gudang belakang sekolah.
"kalian mau apa?" tanya daniel cemas
"ini pasti buat ice" rina pun merebut bekal makan siang dari tangan Daniel
"JANGAN!" jerit Daniel berusaha merebut kembali tapi dia malah di dorong jatuh oleh teman teman Rina kemudia Rina mengangkat bekal milik Daniel tinggi-tinggi dengan maksud membuangnya
"Jangan dibuang!" Daniel ingin mencegah tetapi kemudian tangannya di tangkap oleh Rina dan segera memelintikannya hinnga Daniel mengaduh kesakitan
Rina dengan senyum seringainya langsung menjatuhkan bekal Daniel dari tangannya hingga semua makanannya pun tumpah keluar
"MENJIJIKAN!" ucap Rina lalu ia pun tertawa puas
"kalian keterlaluan" ujar Daniel marah sekaligus sedih karena rencananya untuk makan bersama dengan ice jadi berantakan. Ia langsung mendorong tubuh rina dengan kuat tapi kemudian ketiga temannya langsung menangkap tangannya dan menahannya hingga ia tak bisa bergerak
Rina pun menampar Daniel hingga bibirnya berdarah
"LU TU YANG SEHARUSNYA TAU DIRI! ICE TU BUKAN MILIK LU SEORANG JADI LU GAK BISA MENGUASAI ICE BEGITU AJA GUE YAKIN KALO ICE TAK BENAR-BENAR MENCINTAI LU"
Ice mulai sebal sudah 20 menit berlalu namun Daniel juga belum muncul seperti janjinya
"kemana anak itu" ice menggerutu
Karena tahu terlambat bukanlah kebiasaan Daniel icepun mencari dikelasnya dan bertanya-tanya pada temannya. Ia di beritahu bahwa rina beserta ke-3 kawannya mungkin membawa Daniel ke gudang belakang sekolah sehingga ice pun dengan cepat berlari kesana
GUDANG BELAKANG SEKOLAH
"APA YANG KALIAN LAKUKAN!" teriak ice yang mengejutkan Rina beserta kawan-kawannya
"ice... " Rina tampak kaget melihat kedatangan ice yang tiba-tiba sedangkan ke-3 temen Rina sudah pergi meninggalkan Rina. Ice mulai geram akan kejadian ini
"BENAR-BENAR KETERLALUAN!" desisnya sambil membantu Daniel berdiri
"ice.. ini hanyalah sebuah salah paham saja kami tidak melakukan apapun pada Daniel" ujar Rina yang berusaha membela dirinya
"Kalau tidak kenapa ia bisa terluka seperti ini?" ice membersihkan darah yang ada di ujung bibir daniel dengan saputangannya
"ice... sebenarnya apa sih hebatnya di banding gue atau alvin hingga lu bisa milih dia? Apa sekarang mata lu itu buta hingga gak bisa membedakan mana cewek atau cowok yang sempurna sama cewek atau cowok yang KAMPUNGAN " ujar Rina geram dengan menekankan kata kampungan
Ice yang tak menggubris teriakan Rina pun menggendong tubuh Daniel ke ruang UKS
"lihat aja gue RINA akan mendapatkan bukti bahwa lu sama cowok kampung itu gak pacaran dan setelah itu akan gue kasih tau ke semua orang!" ancam Rina dengan geram
DI RUANG UKS
"lu gak apa-apa?" tanya ice cemas setelah sampai di ruang UKS
"Gua gak apa-apa kok" senyum Daniel mengembang perlahan
"mereka nyakiti lu?"
"mereka udah hancurin bekal makan siang kita" jawab Daniel sedih. Ice melihat tangan dan bibir Daniel yang berdarah
‘bukannya memikirkan diri sendiri malah memikirkan bekal makan siang kita’ batin ice
"mereka sering melakukan ni sama lu?" tanya ice namun Daniel tak berani menjawabnya
"kenapa lu gak bilang sama gue kalo mereka sering lakuin ini sama lu!" ice menuntut penjelasan dari Daniel
"sungguh gua gak apa-apa kok... gua baik-baik saja" ujar Daniel masih berusaha tersenyum
"tangan sama bibir lu terluka sama berdarah begini dan lu bilang masih gak apa-apa?! Tenyata lu emang bodoh!" bentak ice dengan keras
"sorry, ice gua gak bermaksud membuat lu khawatir sama gua... " Daniel mulai takut akan sorot mata ice yang tajam menatapnya
"gak bermaksud membuat gue khawatir?!" amarah ice mulai tak bisa di kontrol lagi
"benar. Lu gak perlu khawatir karena selama lu ada di samping gua, gua pasti bisa bertahan dan menjadi kuat asalkan ada lu... itu aja yang gua butuhkan"
"mulai sekarang... jangan pernah melakukan hal yang bodoh buat gue lagi karena gua gak pernah nyuruh lu lakuin hal itu buat gue! Kenapa selama ini lu hanya diam aja dan biarin mereka nyakitin lu NONSENSE!" api amarah ice menyala lebih dahsyat lagi
"please jangan bentak gua... " ucap Daniel dengan suara tertahan
"ya tentu aja gue bentak lu!" kata-kata ice sungguh penuh akan amarah sekarang
"gue gak perlu lu untuk jadi orang yang sok kuat dan mengatakan semuanya baik-baik aja sementara lu terluka gini" kemarahan ice membuat Daniel tak tahan dan akhirnya mengeluarkan semua uneg-uneg yang ia pendam
"ini kan juga karena lu juga! Semua orang pada gak percaya kalau kita itu pacaran. Lu selalu aja cuek sama gua, nggak pehatian, nggak pernah ngajak gua kencan, bahkan lu nggak pernah telepon gua, selalu aja gua yang telepon duluan dan kapan gua ultah lu juga pasti nggak tau kan?" airmata kini mengalir dari kedua mata Daniel
Ice berdiri lalu memutar tubuhnya dan menjauh dari Daniel kemudian ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana
"gue... bukannya sejak awal lu udah pernah tau kalo gue tu orangnya seperti ini lalu sekarang knapa lu mempermasalahkan hal ini sekarang?"
Isakan Daniel samar terdengar tapi tedengar sangat jelas untuk ice
"gua hanya ingin lu sedikit perhatian sama gua layaknya sepasang kekasih apa yang gua minta itu sangatlah berlebihan?"
Ice balik menatapnya dengan ekspresi dingin
"ok... gue akan kasih tau lu satu hal dan ini akan gue kasih tau ke lu sekali aja jadi pasang kuping lu baik-baik... gue pacaran sama lu bukan karena emang gua suka sama lu ataupun tertarik sama lu. Gue itu hanya memanfaatkan lu aja, semua orang boleh aja suka sama gue tapi kalau banyak yang menghampiri gue kan kesel juga jadinya, jadi gue pikir dengan berpacaran dengan lu yang apalagi cowok mereka semua akan menarik diri dan menyerah yah walaupun gue tau kalo cwo menyimpang kayak lu akan mulai ngejar-ngejar gue kalo kita putus"
Ice menghembuskan nafas berat
"gue benci sama orang-orang yang kayak lu!"
yah rencananya sih gua emang mau buat pov tokoh tapi rada susah tapi gua usahain
Jadi gmana kk da terasa enak blum wkwkwk
oke, alurnya jujur lebih bagus pas yang di awal. Tapi perkembangan nulis lo udah great banget sekarang, up nya juga udah banyak.
gw juga mau ngasih tau. Nulis itu bukan masalah penggunaan bahasa yg ribet, EYD yg emejing, atau alur yang perfect yang lo tunjukin. Tapi, nulis itu adalah keterampilan lo dalam nyampein isi cerita yang lo maksud... yah, walaupun penyampaian bahasa juga mendukung.
sampe saat ini, penyampaian lo emang gak buruk-buruk banget. Cuma perlu latihan aja, biar tulisan lo agak rapih dikit lagi.
*sorry he he, banyak bacot*