It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Aaarrgghhh!!! Alexis benar benar tidak sopan! Aku sangat tertarik untuk mendiskualifikasinya saat ini juga agar senyuman itu bisa hilang dari wajahnya saat ini juga! Ugh! Dia adalah cewek paling tidak jelas yang pernah kutemui! Tunggu, Patricia yang paling tidak jelas. Tapi Alexis berada diurutan kedua! Ugh! Tanpa Alexis,Vincent benar benar tampak seperti Prince Charming! Aku masih tak percaya dia datang ke D.A.C tadi, apa yang kau katakan sampai membuat dia ingin datang tadi?? Kupikir itu mimpi! Usahamu membuntutinya sama sekali tidak sia sia! Lihat, sekarang kalian adalah sahabat. Apa kita sedang berada di dunia Twilight sekarang!?"
@adamy @Risqi @Bib_Ung @NanNan @harya_kei @Kirangan @ffirly69 @freeefujoushi @lulu_75 @balaka
Dengan itu, Vincent lalu meletakkan
tangannya diatas bahu Alexis dan
membawanya pergi. "Sudahlah Olive. Ayo kita pergi. Biarkan saja orang orang ini menikmati sisa harinya. Mereka orang orang yang baik kok"
itu harusnya alexis kaan?
terus satu lg
Aku kemudian menoleh ke ibu. "Ini akan jadi lagu kesukaanmu"
kesukaanku maksudnya. ya kaan?
ayoo vincent pepet terus scooty.
pinter kau bub bisa translate ini cerita. bonus kasih pelukan bukan jitakan *peluuuuk
sampaikan salam juga buat becky yee. gw suka bgt ceritanya
@alvin21 waah makasih ^^ ttp pantengin ya? beberapa chapter lagi ada peristiwa yang bakal mengejutkan loh
@balaka nah iya bang itu. maaf yaaa soalnya gue bikin di hp jadi agak susah ngeditnya. Oh iya ntar gue sampein becky nya ya bang
@Rikadza oke sip (y)
Hari Jum'at pertamaku setelah penyerangan dari Taylor Raven. Dan juga, hari Jum'at pertama aku harus menghadiri kelas yang sama dengannya. Kami punya yang kelas yang sama setiap hari Jum'at pagi. Minggu kemarin aku sudah melewatkan kelas ini, dan aku benar benar tertarik untuk melewatkannya lagi saat ini untuk menghindari Taylor. Sebenarnya kelas ini nggak begitu penting karena hanya berisi tentang School Updates dan juga beberapa info tentang Universitas.
Mungkin tak ada yang sadar kalau aku sudah datang di kelas, tapi aku tak mau memberikan Taylor kepuasan lainnya karena telah menakut nakutiku. Tidak untuk kali keberapapun setelah dua minggu ini. Mungkin keberanian ini datang karena lagu Vincent yang menyemangatiku. Taylor mungkin bisa mengunci dan mengurungku di gudang olahraga, .. tapi dia takkan bisa menghancurkan jiwaku!
Aku berjalan dengan santainya ke kursiku. Taylor belum datang, tapi pacarnya, Patricia sudah. Aku duduk di kursi paling depan sedangkan dia duduk beberapa kursi di belakangku. Dia menatapku seperti biasa : dari atas ke bawah layaknya aku adalah daging segar incarannya. Tapi aku tak peduli dan mengacunnya sambil mengeluarkan pena dan notebook dari dalam tasku.
Saat aku masih sibuk dengan barang barang, Taylor Raven datang. Aku menelan ludah sendiri dan pura pura mengacuhkannya. Dia lebih menakutkan jika diliat langsung seperti itu. Aku tak cukup kenal orang orang di kelas ini untuk dapat mengalihkan perhatianku dari Taylor. Jadi, aku tetap pura pura fokus dengan notebook sambil berpura pura menulis sesuatu. Saat melewatiku, aku bisa merasakan kebencian yang terpancar darinya. Dan dia lalu dengan sengaja menyenggol bahuku dengan kasarnya.
Aku tak menghiraukannya dan tetap menegakkan kepalaku melihat lurus kedepan. Hanya satu jam. Ya.. hanya satu jam. Aku bisa melakukannya. Terkadang, aku merasa sedikit mual mengingat bahwa dia adalah orang yang pertama kali menikmati tubuhku. Dia sudah mengambil sesuatu yang tak akan mungkin bisa kudapatkan lagi darinya. Apalagi yang bisa dia ambil? Selain kehormatanku, buktinya saja dia juga mendapatkan itu...
Hingar bingar kelas berhenti saat guru tutor kami, Mrs. Springston masuk. Dia adalah wanita yang pendek, sopan diusia akhir 30-annya, dan juga selalu antusias dengan berita apapun yang dibawanya.
"Selamat pagi, Ladies and Gentleman. Bagaimana kabar kalian? Aku punya beberapa berita baru sebelum masuk ke topik pembahasan kita tentang Tax Return"
Kami semua mengerang. Kelas ini selalu membicarakan hal hal 'dewasa' yang sangat membosankan. Tapi setidaknya itu akan mengalihkan perhatianku dari seseorang di kelas ini yang akan membunuhku.
Mrs. Springston lalu mulai mengocehkan banyak hal mulai dari menu baru di Cafetaria sampai jadwal pertandingan Battle Of Bands. Dan kemudian dia menunjuk seseorang di belakang kelas.
"Dan selanjutnya adalah berita yang sangat membanggakan dari seseorang yang kita cintai dan kita kenal... Taylor Raven kembali memenangkan perlombaan tennis melawan Westdown College. Dia akan dilatih nantinya untuk perlombaan di Southern dan kalau dia menang, maka dia akan mendapatkan beasiswa penuh ke UK. Dan jika kalau belum tahu.... itu tinggal selangkah lagi menuju Olympics. Berdirilah Taylor! Kami sangat bangga denganmu!"
Taylor kemudian berdiri, membungkukkan badannya sambil mengucapkan terimakasih. Seisi kelas langsung bertepuk tangan untuknya. Patricia yang duduk disebelahnya tampak juga bangga karena dia duduk disamping Taylor. Ini berlebihan! Aku, sambil mengutuk orang orang ini bertepuk tangan. Tepukan tanganku sangat sangat sangat hingga hampir tak bersuara. Sekolah ini tampak begitu terobsesi dengan Taylor. Tapi apakah masih tetap akan menyukainya jika tau semua hal jelek yang telah dia lakukan?
"Oke sekarang semuanya kembali duduk. Kami sangat bangga padamu Taylor. Oh dan satu hal lagi, kalian jangan pernah sekali kali dengan sengaja membuat kerusakan di sekolah. Minggu lalu kami melihat pintu gudang olahraga hancur. Kami belum tau apa itu karena ulah siswa yang dengan sengaja melakukannya atau apakah karena angin ribut. Tapi meskipun begitu pihak sekolah yakin ini pasti ulah siswa. Ingat, jika kalian sengaja merusak perabotan sekolah maka kalian akan langsung dihukum!"
Aku terperanjat sendiri di kursiku. Itu kan pintu yang Vincent tendang untuk menyelamatkanku! Kuharap sekarang aku tak terlihat sedang memasang tampang bersalah. Walaupun Vincent bersikap seolah biasa saja, tapi itu kan juga tanggung jawabku. Aku nggak mungkin mengatakan yang sebenarnya untuk membela Vincent. Untung saja sekolah tidak memiliki CCTV di beberapa sudut, seperti di gudang olahraga atau yang lainnya.
Setelah pembahasan berita itu selesai, Mrs. Springston kemudian langsung memulai presentasi Powerpoint nya tentang Tax Return. Lampu diredupkan dan kami kemudian mulai mencatat. Saat aku sedang menulis fakta dan tokoh, sesuatu terasa memukul kepalaku. Sebuah bola kertas. Tak ada yang bisa melihat itu karena gelap. Aku lalu mengambilnya dan membentangkannya diatas mejaku. Aku tak kaget dengan pengirimnya.
'Jadi kau berhasil lolos dari gudang olahraga, huh? Suka disana? Ini belum berakhir, Scotty. Berhati hatilah'
Aku merinding seketika. Aku mencoba menengok kebelakang mencoba tak menarik perhatian ke Taylor. Dia menundukkan kepalanya mencatat,bersikap seolah olah ngga ada yang aneh.
Dengan berani, ku genggam lagi kertas itu dan lalu kulempar padanya. Tepat mengenai wajah. Dia tampak terkejut. Ha! Aku juga bisa melakukan itu! Dasar bodoh!
Tentu saja beberapa menit kemudian kertas yang lain mengenai leherku. Aku mencoba untuk membiarkan kertas itu di lantai, tapi rasa penasaranku akhirnya memaksa untuk mengambilnya. Sebuah ancaman (lagi).
'Jangan mengujiku Scotty. Atau kau akan menyesal!'
Aku langsung menyimpan kertas itu kedalam kotak pensilku, menyembunyikannya. Aku tak mau membuatnya terlalu marah dengan permainan lempar-kertas ini. Lagian ancaman itu sedikit menakutiku. Siapa tau apa yang bisa dia lakukan padaku nanti? Atau ke orang orang yang aku peduli? Taylor benar benar berkuasa di sekolah ini dan tentu saja dia bisa melakukan apapun.
To my horror, Mrs. Springston melihatku dan menghampiriku. "Scotty, apa ada masalah disini?" Dia kemudian melihat kertas yang kusimpan di kotak pensil. "Apa ada yang ingin kau bagi dengan teman temanmu? Kalau kau tetap melempar lempar kertas seperti itu dengan seseorang, ayo bagi dengan teman temanmu"
"Errr.. tak ada kertas apapun Mr. Springston, aku cuman terlalu semangat mencatat. Aku tak bermaksud untuk menganggumu"
Mrs. Springston memutar mata lalu lanjut menerangkan pelajaran. Aku dengar beberapa cewek terkikik didepan. God! Ini benar benar memalukan!
Sisa pelajaran berjalan tanpa ada insiden apapun. Aku mencoba untuk menolak keberadaan Taylor dan fokus dengan Tax Return, padahal hatiku berdentum dengan keras karena ketakutan. Aku benar benar berada dalam radarnya dan aku tahu akan ada sesuatu buruk yang akan terjadi padaku. Kenapa dia tak bisa meninggalkanku sendirian?
Saat pelajaran berakhir, aku dengan cepat merapikan barang barangku untuk bisa menjauhi Taylor. Tapi aku terlambat, mereka sudah berada disampingku. Aku kemudian memutuskan tetap duduk menunggu mereka pergi.
Aku meletakkan lenganku diatas meja tapi kemudian tiba tiba sesuatu terasa menusuk punggung tanganku. Aku sedikit berteriak, namun tak ada yang menyadarinya karena mereka sibuk berbicara dengan teman masing masing. Aku menangkap Vincent yang melirikku dengan senyum kecil di ujung bibirnya dan di buku tangannya ada sebuah kompas dengan ujung yang tajam. Patricia yang sedang bicara dengannya sama sekali tak menyadari apapun.
Aku melihat ada darah yang mengucur dari telapak tanganku yang berlubang akibat tusukan Vincent. Semua orang sudah pergi dari kelas dan Mrs. Springston terlalh sibuk dengan urusannya di mejanya.
Ini adalah dunia neraka yang hanya dimiliki olehku. Faktanya,mungkin mereka tak akan peduli jika Taylor menusuk kepalaku, dan aku mati ditempat seketika.
---
Hari Jum'at adalah hari yang paling easy bagiku. Hari itu aku hanya punya satu tutor session dan diikuti oleh 2 pelajaran science yang membuatku selesai lebih awal dari kelas yang lain. Inilah kelebihan Sixth Form, kami memiliki kebebasan untuk menyusun daftar sendiri tanpa harus terikat dengan jam jam sekolah biasa.
Karena perbedaan schedule inilah, aku hampir tak bisa bertemu dengan Olive setiap hari Jum'at. Biasanya kami akan meluangkan waktu barang 5 menit untuk bicara ditangga atau saat dia sedang menuju kelas Critical Thinking.
Saat kulihat dia ditangga seperti aktivitas rutin kami setiap Jum'atnya, aku menyembunyikan tanganku di belakang notebook yang saat ini kubawa untuk menyembunyikan luka di tangan. Aku punya sekotak tissue toilet di belakang tasku, jadi aku hanya sekedar membalut luka itu seadanya hanya untuk menghentikan pendarahan. Kurasa pendarahannya sudah berhenti. Tapi tetap saja masih sakit.
Dia muncul sambil melambaikan tangannya padaku. Kami bergeser ke sisi tangga agar tidak menganggu orang orang yang lewat. "Hy Scotty! Boleh kuminta lagi CD-nya?"
Aku langsung merogoh tas ku dengan tangan satunya yang tak terluka. "Ini. Terimakasih sudah meminjamkan"
"No problem!" Dia mengambil CD itu dan memasukkannya kedalam tas. "Jadi.. gimana menurutmu? Apa kau fanboy Vincet Hunter sekarang?"
Aku tak bisa menolaknya. "Ehmmm... well,.. ga segitu juga sih. Tapi kupikir keren"
Olive melipat tangannya. "Uh uh,kau sangat mudah dibaca. Kau pasti memutarnya semalaman penuh, atau kau sudah meng-copy-nya ke laptop mu"
"Tidak!" (Padahal sih iya)
Dia menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa. "Look, aku harus pergi karena akan ada test hari ini. Tapi kusarankan kau... pergilah beli celana baru"
Aku menatapnya kebingungan. "Ermm, maksudnya?"
"Agar kau bisa pergi ke Battle Of Band dan menyemangati Vincent nanti!" Olive lalu berlari menuruni tangga dan membuat suara suara over-excited. "Ahhhh!!! Vincent!! OH! VINCEEEENNNT!!! EEEE!!"
Orang orang menoleh kebingungan padanya. Aku mencoba untuk cuek. Siapa yang butuh musuh seperti Taylor jika punya sahabat seperti Olive?
Saat dalam perjalanan menuju kelas Science, aku menyadari tanganku kembali terluka dan darahnya bercucuran lewat tissue toilet jatuh membasahi notebookku. Aku perlu mengganti balutan yang ini dan menggantinya dengan yang baru lalu membuangnya di tong sampah toilet.
Toilet cowok berada di samping toilet cewek. Jadi saat aku baru saja membuka pintu toilet, orang yang baru keluar dari toilet cewek adalah Alexis Mae. Dia berhenti dengan ekspresi datar didepanku.
"Oi, aku sudah mencarimu. Kita perlu bicara"
Pada awalnya aku tak sadar dia sedang bicara denganku, jadi aku melihat sekeliling. Dia cemberut dan kemudian menarik tanganku.
"Yeah, aku bicara denganmu, tuan mata empat. Sini kau"
Dia menarikku dengan kuat hingga membuat notebook ku berserakan di lantai. Dia menyeretku masuk kedalam toilet wanita.
Aku tahu seharusnya tadi pagi sebaiknya aku tidak sekolah saja...
kemudian tiba tiba sesuatu terasa menusuk
punggung tanganku. Aku sedikit berteriak, namun
tak ada yang menyadarinya karena mereka sibuk
berbicara dengan teman masing masing. Aku
menangkap Vincent yang melirikku dengan
senyum kecil di ujung bibirnya dan di buku
tangannya ada sebuah kompas dengan ujung yang
tajam. Patricia yang sedang bicara dengannya
sama sekali tak menyadari apapun.
Aku melihat ada darah yang mengucur dari
telapak tanganku yang berlubang akibat tusukan
Vincent. Semua orang sudah pergi dari kelas
dan Mrs. Springston terlalh sibuk dengan
urusannya di mejanya.
bingung dibagian ini
kemudian tiba tiba sesuatu terasa menusuk
punggung tanganku. Aku sedikit berteriak, namun
tak ada yang menyadarinya karena mereka sibuk
berbicara dengan teman masing masing. Aku
menangkap Vincent yang melirikku dengan
senyum kecil di ujung bibirnya dan di buku
tangannya ada sebuah kompas dengan ujung yang
tajam. Patricia yang sedang bicara dengannya
sama sekali tak menyadari apapun.
Aku melihat ada darah yang mengucur dari
telapak tanganku yang berlubang akibat tusukan
Vincent. Semua orang sudah pergi dari kelas
dan Mrs. Springston terlalh sibuk dengan
urusannya di mejanya.
bingung dibagian ini