Step by Step
(1)
Suara decit sepatu dan pantulan bola terdengar bergema di lapangan basket indoor. Suara teriakan komando sesekali terdengar. Kedua mataku menatap kesibukan di tengah lapangan. Dan akhirnya peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Seruan dan teriakan kemenangan terdengar.
Hebat padahal mereka hanya berlatih tapi mereka benar-benar serius.
"KERJA BAGUS!!! TERIMA KASIH BUAT KALIAN SEMUA. TINGKATKAN KEMAMPUAN MASING-MASING SEBELUM PERTANDINGAN BULAN DEPAN!!" teriak salah satu cewek kapten tim basket putri.
Cewek dengan rambut panjang sepinggang yang dikuncir kuda itu langsung berjalan mendekat ke arahku.
"Thanks," katanya saat aku melemparkan handuk ke arahnya, "aduh kakiku."
Tiar, nama cewek itu kini duduk di sampingku sambil meluruskan kakinya.
"Kenapa? Keseleo?" tanyaku yang kini sibuk dengan hp.
"Enggak. Cuma tadi gak sengaja ketendang Ratih," sahut Tiar, "biru deh."
Aku melirik ke kaki Tiar. Kaos kaki yang di buka menampilkan warna lebam kebiruan di atas pergelangan kakinya. Dengan penuh kesengajaan aku menekan luka lebam itu dengan hp.
"SEMPAAAKKK!!!" teriak Tiar sambil menampol kepalaku dengan handuk.
"Hahahahaha....lebay...alaaay."
"Gila sakit tau!!" Tiar mengelus-ngelus lukanya itu.
Bener-bener alay hahaha...
"Nih," kini aku menyodorkan air minum dan langsung disambar kasar Tiar.
Cewek itu meletakkan handuk di atas kepalanya dan menyeka wajahnya dari keringat sebelum meminum habis minumannya.
Tiar...nama temanku itu. Tiara Mukti. Salah satu teman terbaikku. Cewek tomboy yang bener-bener tomboy. Sampai cowokpun kalah jantan jika dibandingkan dengannya. Karena ketomboy'annya itu dia dipanggil Tiar. Kata temen-temen sih nama Tiar lebih cocok buatnya daripada di panggil Tiara. Tiar ini cewek yang tinginya kurang lebih 175 cm. Aku nggak tau tinggi pastinya sih. Anggap saja 175 cm. Badannya cenderung langsing. Sedikit berisi tapi nggak montok. Kurus tapi nggak kurus-kurus banget. Dia ini cewek yang dada sama pantatnya rata. Di mata cowok jelas dia ini nggak menarik. Aku aja nggak tertarik hahaha... Kelakuannya bener-bener jauh dari kata feminim. Wajahnya sih kalau dilihat-lihat bisa di bilang cantik tapi kecantikannya langsung lenyap kalau kita lihat kelakuannya yang astaga parah banget. Tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata hahaha... Dia ini temanku sejak aku SMP. Dulu waktu SMP ada satu teman lagi. Tapi saat SMA kita pisah. Dia sekolah di SMA lain. Namanya Alviano. Cowok kutu buku yang pinter banget tapi pelitnya ampun-ampunan. Sama teman se-geng aja nggak pernah mau ngasih contekan. Aku sampai bertanya-tanya, kok bisa dulu aku dan Tiar mau berteman sama dia. Tapi ya itulah temanku.
Duk....
Tiar menendang bokongku.
"Balik ke kelas gak? Apa mau ngasin disini?!"
"Balik lah."
"Kalau gitu ayo buruan!! Aku belum ngerjain tugas nih. Bisa kena omel bu Rasti nanti. Ogah banget."
"Iya...iya ah bawel."
Aku langsung berdiri dan mengikuti Tiar dari belakang. Hp ku sudah tersimpan rapi di saku celana. Kami berjalan keluar lapangan menuju kelas yang ada di lantai dua.
"Aku butuh obat," desis Tiar.
"Ganja? Narkoba? Pil koplo? Pil anjing?" tanyaku santai sambil melihat-lihat kesibukan anak-anak di jam istirahat ini.
Kalau kelasku sih memang tadinya jam olah raga. Tapi jadi jam kosong karena tim basket putri sedang berlatih.
"Bukan goblok!!! Obat flu. Kayaknya aku mau flu nih. Tenggorokanku sakit."
"Nanti mampir aja di UKS. Minta obat."
"Mintain dong."
"Idih ogah," tolakku cepat.
"Jahat banget sih."
"Emang."
Tiar mendengus.
Di dalam kelas si Tiar langsung buka baju olah raganya. Dia pakai tanktop hitam. Jangan dikira cowok-cowok bakal ngeliat. Yang ngelirik aja nggak ada. Lagian nggak ada yang bisa dilihat. Rata gitu. Aku heran, kemana perginya si dada. Jangan-jangan tumbuhnya ke dalam bukan keluar hahaha... Dengan cueknya Tiar langsung memakai seragamnya. Kalau celana olah raga nggak dia lepas. Tapi tetap dipakai walaupun dia memakai rok.
Tiar langsung mengambil tugasku dan menyalinnya. Sedangkan aku memilih pergi ke UKS untuk mengambilkan obat flu. Biarpun aku bilang kalau gak mau ngambilin tetep saja aku ambilin.
Aku tersenyum saat ada yang menyapaku. Begitu juga saat aku berjalan menyusuri lorong. Beberapa kali aku kembali tersenyum karena ada yang menyapaku. Aku bukan orang yang mudah bergaul. Tapi nggak tahu kenapa banyak orang yang menyapaku, padahal aku nggak kenal sama mereka. Ya cuma beberapa sih yang aku kenal. Aku deket sama Alvian dan Tiar juga karena mereka yang deketin aku duluan. Sok akrab dan gitu deh akhirnya jadi temen.
Aku langsung pasang muka jijik saat lihat Tiar yang ngupil lalu upilnya di tempelin ke dinding. Kebetulan bangku kami ada di pojok belakang.
"Jangan tempelin upil sembarangan deh. Jijik banget tau!!!" dengusku kesal sambil meletakkan obat yang aku ambil di atas meja.
"Aku nggak punya tissue. Apa aku tempelin aja di tasmu?!"
"Awas kalau berani!!"
"Hahahahaha...."
Brengsek ni bocah.
Akhirnya aku memilih keluar kelas. Berdiri di teras sambil melihat kebawah. Baru juga sebentar aku di luar sudah ada salah satu anak kelas sebelah yang mendekatiku. Memberiku sebungkus kue kering yang katanya sih buatan sendiri. Aku cuma bilang makasih sambil tersenyum manis. Wiii...lumayan.
Males pergi ke kantin dapet kue kering.
Aku kembali melihat ke bawah. Ramai banget. Seperti biasa. Ada yang berantem. Dari tempatku sih kurang jelas siapa yang berantem di bawah sana. Tapi kayaknya aku bisa menebak. Itu pasti Jemmy. Anak seangkatanku tapi dari kelas yang lain. Jurusan IPS juga. Aku nggak begitu kenal sih. Daridulu anak itu memang suka bikin ulah. Dikit dikit berantem...dikit dikit berantem. Denger-denger sih dia lagi berantem sama anak kelas 10. Nggak tau sih apa masalahnya. Palingan dia ngerasa tersinggung karena anak kelas 10 itu songong or semacamnya. Hahaha...dasar masih labil.
"HanHan..."
Aku menoleh. Cewek dari kelas sebelah.
Smile.
Mereka langsung cekikikan sambil sikut-sikutan.
"Dasar playboy," tiba-tiba ada yang memukul kepalaku dari belakang.
Tiar.
"Udahan tugasnya?"
"Belum. AH MALES AH...BANYAK BANGET. KERITING NIH JARI," suara Tiar kembali membahana, "kena omel kena omel dah. Nggak peduli."
"Ooo...ya udah."
"Darimana nih roti?" Tiar langsung mencomot kue kering yang ada di tanganku.
"Dikasih tadi."
"Sama cewek?"
"Iya. Masa dari cowok."
Tiar manggut-manggut.
"Dasar playboy."
"Hai...hai...hai...aku ini nggak playboy ya. Pacar aja nggak punya. Terakhir punya pacar waktu SMP. Kamu aja juga tau kan?!"
"Diputusin karena kamunya terlalu cuek."
"Aku sudah berusaha buat jadi pacar yang baik tau."
Tiar ngakak.
Bener tuh. Seumur hidup, ya untuk saat ini sih, aku pacaran cuma sekali. Itupun waktu SMP dan langsung di putus seminggu setelah pacaran. Dan entah darimana cap playboy nempel di keningku begitu saja. Astaga.
Tiba-tiba anak-anak disekitarku cekikikan nggak jelas. Bukan karena ada aku. Tapi ya itu...ada boyband ala sekolahku lewat. Empat cowok kelas 10 yang terkenal banget tiba-tiba naik ke lantai atas. Lantai kelas 11. Lantai di mana aku berpijak. Nggak ada yang spesial dari mereka kecuali mereka kaya. Mereka menarik. Mereka keren. Mereka bla bla bla. Itu sih yang aku denger.
Nggak perlu cari info mereka juga aku tahu siapa mereka. Cowok yang paling mencolok karena tingginya dan bodynya yang oke punya bak binaraga dengan kulit sawo matang dan tatapan yang tajam seakan sedang berburu mangsa namanya Ronni Anggara Setiono. Ronni ini tingginya sekitas 180 cm lebih dengan body yang seimbang. Wi....jujur saja, menurutku dia lebih mirip gorilla hahaha...
Cowok kedua yang nggak kalah jadi pusat perhatian cewek-cewek di sekolah ini namanya adalah Vio Laksana Dewa. Omg...namanya berat banget hahaha....Laksana Dewa apaan.
Tubuhnya yang kecil mungil dengan mata sipit, kulit yang putih mulus, rambut ala-ala boyband korea terlihat banci dimataku. Cowok alay. Ya biarpun dia nggak ngondek dan semacamnya. Tapi cara ah...auranya itu bener-bener sesuatu. Homo banget deh. Aku nggak suka. Tipe orang yang paling aku benci. Tapi cewek-cewek disini mengidolakan dia kayak semacam dewa aja. Heran deh.
Cowok ketiga namanya Niko Herlambang. Ini cowok paling tengil menurutku. Dari cara berpakaian, aksesoris yang dia pakai, dan bahasa tubuhnya bener-bener tengil. Rambutnya di cat pirang di bagian dalamnya. Bayangin coba rambut bagian atas hitam yang dalam pirang. Karena sekolahku ini sekolah swasta jadi nggak begitu mementingkan disiplin tentang penampilan. Rambutku aja bisa dibilang gondrong dan selalu aku ikat. Ya biarpun gak keikat semua sih rambutnya. Tapi jangan coba-coba bernego untuk masalah tata tertib yang lainya. Masuk telat sedikit aja sudah kena hukuman. Jadi jangan 'coba-coba' selain penampilan di sekolah ini.
Yang terakhir ini cowok tipe pendiam, namanya Yongki Lesmana Jaya. Dia cowok cuek. Jarang ngomong. Tipe-tipe cool gitu deh. Sudah kelihatan kok dari auranya yang suram hahaha...tapi menurutku dia itu diam-diam sesuatu. Lihat aja tindikan telinganya. Ada tiga di kiri dan dua di kanan. Ckckckckck....
Saat melewatiku cowok yang namanya Yongki ini tiba-tiba ngeliat ke arahku. Secara otomatis aku langsung pasang 'smile'. Eeee dianya melengos. Kurang ajar. Nyesel aku pasang senyum. Lagian nih bibir kok selalu otomatis senyum sih. Kebiasaan.
"Pilih yang mana?" tanyaku ke Tiar.
"Nggak milih. Nggak tertarik."
"Beneran lesbi nih kamu Yar."
"Jangan diingetin deh!! Galau nih kalau aku mikir aku ini lesbi apa nggak," dengus Tiar sambil nempeleng kepalaku.
Aku cuma bisa tertawa datar.
Tiar nih ceritanya lagi galau. Udah kelas 11 belum juga suka ama seseorang. Dari pengakuannya sih dia nggak pernah punya rasa cinta untuk seseorang. Palingan cuma sebatas suka. Kayak dia menyukaiku sebagai temennya. Nggak lebih. Yang dia cintai itu basket dan basket...olah raga dan olah raga. Belum ada rasa cinta untuk seorang cowok ataupun cewek.
"Alamat jadi perawan tua kamu Yar," kataku sambil menepuk pundaknya.
"Mau bogem??!"
Hahahaha....
Comments
Sekarang ini aku ada di UKS. Si Tiar ambruk setelah latihan basket. Padahal sudah aku peringatkan supaya bolos aja. Tapi dasar keras kepala. Tiar malah masuk dan latihan basket padahal dia demam.
Aku tempelin punggung tanganku kedahinya. Panas.
"Sialan!! Si bocah itu cari gara-gara. Emang dia siapa?? Beraninya...."
Suara gaduh membuatku mengintip dari sela-sela gorden yang menutupi tempat tidur Tiar.
Jemmy.
Wajahnya penuh lebam.
Berantem lagi? Dasar...
Aku lihat dokter UKS sedang pergi. Anak itu dengan kasarnya mencari obat di kotak P3K. Membanting apapun yang menghalangi pandangannya.
"Bisa tenang sedikit?" tegurku.
Jemmy langsung menoleh kearahku. Tatapannya beringas.
"HanHan..." desisnya sedikit terkejut saat melihatku.
Smile...
"Tiar lagi tidur. Dia demam. Kalau kamu ribut dia nggak bisa istirahat."
"Bodo," dengusnya sambil kembali mencari sesuatu di kotak P3K.
Ni anak minta ditendang.
"HEEEEEIII!!!"
Aku yang kesal membentaknya. Membuat Jemmy menatapku kesal. Dia langsung mendekatiku.
"Aku mau ribut kek mau apa kek itu bukan urusanmu."
Aku menatap tajam Jemmy. Aku melangkah mendekati Jemmy.
"Jadi urusanku kalau itu merugikanku atau temanku."
"KAUUU!!!"
"Ada apa ini?!"
Jemmy langsung melepas kerah bajuku yang dia cengkeram saat bu Ira datang.
"Nggak ada apa-apa bu. Aku cuma mau mencari obat merah dan kapas."
Bu Ira terdiam sambil menatapku dan Jemmy bergantian.
"Kalian berkelahi?"
"Tidak!" Sahut ku cepat.
Aku tersenyum.
Bu Ira manggut-manggut.
"Lalu kenapa wajahmu lebam? Dan kenapa ini bisa berantakan?" kali ini bu Ira bertanya ke Jemmy.
"Aku balik ke kalas dulu bu," pamitku sebelum Jemmy menjawab pertanyaan bu Ira.
Sekilas aku melihat Jemmy menatapku dalam diam.
Bodo amat.
Aku kembali ke kelas. Melanjutkan acara belajarku tanpa Tiar di sisiku. Dih bahasaku hahahaha... Pulang sekolah aku menjemput Tiar di UKS. Dari wajahnya bisa ketebak kalau dia sudah sehat 100%. Waktu aku datang ke UKS dia lagi ngorok. Dih nih anak sakit nggak sakit tetep aja tingkahnya.
***
Ini sudah seminggu sejak Tiar pingsan. Dia masih flu. Pilek dan batuk. Aku udah was-was aja kalau tertular. Secara dia kalau batuk dan bersin nggak pernah ditutupin. Itu menjijikkan. Cepat atau lambat aku pasti tertular.
"Kenapa kamu? Batuk? Flu?"
Tanya oma yang melihatku terbatuk saat makan malam.
"Aku nggak enak badan."
Oma mendekatiku. Beliau memeriksa keningku.
"Aku nggak demam oma."
Smile.
"Bagus kalau begitu. Jaga kesehatanmu. Ini lagi musim pancaroba. Banyak yang kena flu."
Oma kembali duduk.
"Iya oma. Oma tenang saja. Besok aku pakai jaket ke sekolah."
"Minum air hangat ya. Jangan banyak main."
Aku kembali tersenyum.
"Aku kan selalu di rumah. Yang main kesini justru si Tiar."
"Kamu pacaran dengannya? Apa nantinya kamu mau menikahinya?"
"Ahahahaha....oma...kami nggak pacaran. Nggak akan pernah. Dia hanya temanku."
"Eee..eee..eee.. jangan seperti itu. Dia itu anak gadis. Dia sering masuk kamarmu. Kalau kamu tidak menikahinya bagaimana nasibnya?!"
Kali ini aku benar-benar dibuat sakit perut. Si oma kuno banget. Gimana aku bisa merid sama Tiar, cewek yang paling nggak ada dalam daftar cewek yang aku suka?! Lagipula aku masih SMA. Aku masih ingin menikmati hidup bebas sebelum mencicipi rasanya berumah tangga. Omg...
Aduuuhh...
Aku cuma bisa cengar cengir dan garuk-garuk kepala saat mendengar oma mulai mendongeng.
Telfon dari Tiar menolongku dari mimpi buruk. Aku langsung pamit ke kamar saat itu juga.
"Kenapa?" tanyaku saat aku mengangkat telfon darinya.
"Anterin aku ke toko buku."
"Kapan?"
"Sekarang."
Aku langsung lihat jam. Jam 7 malam.
"Ini udah malem. Besok deh."
"Aku udah di depan rumahmu."
Ck nih anak.
Aku langsung melongok ke luar jendela. Si cewek tomboy itu sudah duduk mentereng di atas motor gede nya sambil melambaikan tangan.
"Ya deh iya tunggu!"
Aku langsung menyambar jaket dan helm sebelum keluar kamar. Nggak lupa pamit sama oma.
"Gila sudah malem tau. Ngapain ke toko buku malem-malem?!" protesku.
"Ssttt!!! Udah naik aja. Aku butuh cepet. Di suruh mama ku nih."
"Buku resep lagi?"
"Iya. Udah ah buruan naik! Keburu tutup nanti."
"Iya...iya..."
Tiar memacu motor gedenya ke salah satu mall. Padahal banyak toko buku yang lain. Tapi tetep pilihan Tiar ke Gra.....a di dalam salah satu mall. Katanya sih lebih lengkap. Alesan. Bilang aja sekalian cuci mata.
Mamanya Tiar ini gila masak. Apapun pengen dicobain. Tapi beliau ini gaptek. Nggak bisa cari resep lewat internet. Ya akhirnya nyuruh Tiar deh buat beli buku resep.
Saat Tiar sibuk milih-milih buku resep aku lihat-lihat novel. Secara aku lebih suka novel daripada buku resep hahaha...
Bruukk...
Oo...oo...
Aku langsung berbalik saat sadar sudah menabrak seseorang.
Wiiih... bukunya berserakan. Buru-buru aku bantuin orang itu.
"Aduh sorry nggak sengaja."
"Nggak apa-apa. Nggak masalah."
"Sorry ya sorry...aku nggak sengaja. Sorry...eh..."
Aku terdiam saat melihat siapa orang yang jadi korbanku.
"Ronni..."
Orang itu langsung melihatku sambil mengerutkan kening.
"Kok kamu tahu namaku?!"
Aku langsung gelagapan. Dih aku kok sok kenal gini sih.
Smile...
"Kita satu sekolah. Aku kakak kelasmu."
Ronni menatapku lekat-lekat.
"Y...yah kamu memang nggak kenal aku tapi kamu sangat terkenal di kelas 11. Ronni, Vio, Niko dan Yongki."
Sialan...aku kayak orang bego.
"Ah hahaha...oke...oke..."
Mataku tertuju pada buku yang berserakan. Komik...komik...dan komik... replika figur kartun cewek imut? CD game berbau kartun?? Ronni????
Aku menatap Ronni yang bertubuh mirip gorilla dengan tonjolan otot sana sini.
"Kartun...komik...?!" desisku tanpa sadar.
Ronni langsung menatapku kaget. Kayaknya dia baru sadar sesuatu. Mukanya langsung memerah.
"I...ini adikku. Adikku...dia yang memesannya," kata Ronni sambil kembali membereskan belanjaannya yang berserakan.
Dia sama sekali nggak melihatku.
"O...oh tentu saja. Adikmu...iya," aku juga langsung membantunya.
"Thanks," kata Ronni setelah semuanya beres.
Ia langsung beranjak pergi. Tapi baru beberapa langkah ia berbalik menatapku.
"Aku bukan otaku," katanya tegas.
Aku mengangguk-ngangguk bingung. Dia ikut mengangguk-ngangguk sebelum berbalik dan pergi.
Apa itu otaku?
"Otaku..."
"Siapa yang otaku?"
Aku langsung berbalik.
Tiar.
"Udah belanjanya?"
"Udah. Dua buku resep membuat kue dan puding."
"Besok mamamu mau bikin itu?"
Tiar mengangkat bahu.
"Semoga tidak. Terakhir mama bikin kue kering gatot. Berasa makan lumpur."
Hahahahaha....
***
Otaku...otaku...
'Otaku adalah sebutan untuk orang-orang pecinta anime, manga dan game yang berbau anime. Hidupnya dipenuhi oleh sesuatu yang berbau anime. Mereka tidak akan segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk membeli barang-barang berbau manga dan anime.'
Yah itu kesimpulan yang aku dapat di google tentang apa itu otaku.
Saat ini aku dan Tiar sedang berjalan menuju kelas. Kami dari kantin. Saat di kantin tadi aku bertemu dengan Ronni cs. Cowok itu langsung memalingkan mukanya saat melihatku. Aku jadi teringat tentang otaku dan langsung mencari artinya di google. Ternyata.....
Aku menyeruput es teh ku.
"BRENGSEK KAMU HAN!!! BERANINYA MEGANG PANTATKU!!" teriak cewek yang ada didepanku.
Sontak aku menatapnya bingung.
Lia...teman sekelasku menatapku garang. Wajah cewek galak itu memerah.
"P...pantat??" tanyaku yang masih kebingungan.
Gimana nggak bingung coba. Tangan kananku pegang hp dan tangan kiriku bawa es teh. Gimana...
Plaaaakk.....
Aku terbengong saat Lia menamparku. Saat itu juga aku tersadar kalau Tiar cekikikan.
Tiaaaarr...
"Brengsek...." dengusku.
Tiar langsung ambil langkah seribu.
"Dia yang pegang pantatmu. Bukan aku," dengusku ke Lia sebelum mengejar Tiar.
Tiar terkekeh kayak orang gila. Berlari menjauh dariku.
"BERHENTI TIAAAAAAR!!!" teriakku kesal.
Aku langsung melempar plastik yang masih berisi sedikit teh itu ke Tiar tapi gagal. Malah mengenai salah satu anak dari kelas lain.
"HOE BASAH NIH," protes anak itu.
"Sorry...sorry..." aku mengatupkan kedua tanganku sambil terus berlari mengejar Tiar.
Sialan cewek itu.
Aku lihat Tiar berlari menaiki tangga. Aku juga menyusulnya. Dari atas aku melihat Jemmy cs turun. Tanpa di sangka-sangka Jemmy terpeleset dan terjatuh ke arahku. Reflek aku memegang pegangan anak tangga dengan tangan kananku dan tangan kiriku menahan tubuh Jemmy. Jujur. Tangan kananku serasa mau patah saat menahan berat tubuhku dan Jemmy secara bersamaan. Seperti diputar paksa. Sakit. Aku jatuh terduduk dengan Jemmy di atasku.
Aduh lenganku sakiiiitt...
Jemmy nampak syock dipangkuanku.
Smile....
"Nggak pa-pa kan?" tanyaku saat melihat wajah syock Jemmy masih bertahan.
Jemmy berkedip.
"A...ada yang mendorongku."
He???
Jemmy langsung berdiri. Dia menatap tajam anak-anak yang ikut kaget dengan acara jatuhnya Jemmy.
"SIAPA YANG MENDORONGKU?!" teriak Jemmy.
"Bukan aku." Salah satu anak langsung mundur menjauh dan diikuti anak yang lainnya.
"HAN...kamu nggak pa-pa??" Tiar langsung mendekatiku.
Membantuku berdiri.
"Auuu..."
Ternyata pinggang dan punggungku juga sakit. Kayaknya terbentur besi.
Smile...
"Nggak apa-apa. Cuma terbentur sedikit keras ke besi," sahutku, "auuu...sakiiiit..."
"Ke UKS??"
Aku menggeleng.
"Nggak usah. Nggak perlu. Kita balik aja ke kelas."
"Yakin???"
Aku mengangguk.
Aku menatap Jemmy yang masih menuduh sana sini. Nggak heran sih. Dia menyebalkan. Suka bikin ulah. Pasti banyak yang nggak suka sama dia. Termasuk aku...
"Makanya jangan suka cari gara-gara. Banyak yang dendamkan," kataku saat berjalan melewati Jemmy.
Dia langsung menatapku kesal. Tapi sedetik kemudian wajahnya melunak.
"Sorry."
"Emm.."
"Eerrrrr...thanks."
"Emmmm..."
"Waduh kenapa nih kamu Han??" tanya Eko teman sekelasku saat aku masuk kedalam kelas sambil memegangi lengan kananku.
"Jatuh."
"Wah patah nih," celetuk satu temanku yang lain.
"Apanya???" dengusku kesal.
"Tulangmu tuh patah."
"Idih amit-amit. Jangan laah... Seneng ya liat tulangku patah??"
Aku menarik lengan panjang seragamku. Merah di bagian lengan atas. Alamat biru nih nanti.
Tiar menyodorkan balsam.
"Kasih ini deh sapa tau mendingan."
Aku mengambil balsam itu tanpa komentar. Sebenarnya punggungku juga sakit. Tapi nggak sesakit lenganku.
***
Benar saja, sampai di rumah aku lihat lenganku membiru. Punggungku juga. Kebentur keras di besi jelas sakit. Lengan kananku rasanya susah di gerakkin. Sakit. Buat ganti baju aja susahnya amit-amit.
Hp ku bergetar. Ada bbm masuk. Dari Tiar.
Tiar : Gmn...gmn??
Me : apax?
Tiar : lenganmu.
Tiar : emangny apalagi??
Me : gpp. Cm biru-biru
Tiar : patah ya??
Me : HEH NENEK...KM DOAIN LENGANKU PATAH YA???
Tiar : hahaha
Tiar : g
Tiar : Kan tkt aja.
Tiar : PING!!!
Me : pang ping aja.
Me : Lagi gnti bju nih.
Me : susah
Tiar : waduh bneran patah tuh
Me : sekali lg blang patah awas!!!
Tiar : hahaha
Tiar : sorry
Tiar : mw aq bantuin?
Tiar : PING!!!
Me : mati aja sna
Waktu berjuang ganti baju di sela-sela balesin bbm si Tiar aku lihat ada undangan baru. Aku terima aja.
JM : PING!!!
Hmm...jm???
Me : PING!!!
JM : sorry
Me : sp nih?
JM : jemmy
Keningku berkerut. Jemmy? Kok dia tau pin ku?
Me : oh kok tw pinq?
JM : g susah bwt dapetin pinmu
JM : bnyk yg tau
Me : oh...
JM : lenganmu skt kan?
Me : iya tp udah gpp
JM : dikompres air hangat
JM : biar g memar
Aku terkekeh.
Udah memar kali Jem.
Me : oke
JM : aq bnran mnta maaf
Me : iya gpp kok jem.
_________
Tiar : PING!!!
Tiar : PING!!!
Me : apaan sih drtd pang ping mulu
Tiar : aq dicuekin
Me : lg blsin bb nya si jemi
Tiar : jemi?
Tiar : Jemmy?
Tiar : PING!!!
Me : iya cantik
Me : jemmyyyyyy
Tiar : sejak kapan km pnya pinx??
Me : barusan
Me : dia yg ngeadd pinq
Me : dia mnta maaf
Tiar : tumben
Me : aq jg g tw.
Tiar : ada udang dlm tengkorak
Me : tengkorakmu.
Siang itu aku terus bermain hp. Balas-balasan bbm. Tiar dan Jemmy. Jariku sampai keriting. Lenganku juga makin sakit. Sialan.
Belum jelas sapa yang belok nih.
mention donkz!
Mention aku ya kalo update.
lulu : iya
otho & steve : g bsa mention stu2. pke hp susah. sorry
Sejak kejadian jatuh itu Jemmy jadi sering ngeliatin aku. Bukannya aku ini kegr-an atau semacamnya. Tapi jelas-jelas dia ngeliatin aku.
"Uhuk...uhukk..."
"Udah minum obat belum?" tanya Tiar saat melihatku terbatuk.
Aku kena flu. Tertular Tiar.
"Udah."
"Makanya jangan minum es," omel Tiar, "sini es nya buatku aja."
Tanpa permisi Tiar langsung menyeruput es jerukku yang belum aku jamah.
"Brengsek...."
"Orang sakit flu dilarang minum es."
"Lha terus aku minum apa?"
"Ada aquaaaa...." Tiar menyodorkan satu gelas aqua.
Sialan nih bocah.
"Uhuk...uhukk..."
"Nah kan."
Akhirnya aku nurut deh. Daripada batukku makin parah.
Baru juga makan sesuap. Hp ku di saku celana bergetar.
Bbm
JM : kna flu ya?
JM : jngn lp mnm obat
Tanpa aku balas aku kembali mengantongi hp ku.
"Siapa?" tanya Tiar.
"Jemmy," sahutku malas.
Tiar menghentikan acara makan baksonya.
"Kok tuh anak jadi sering bbm kamu sih Han?! Naksir kamu tuh jangan-jangan."
Kali ini aku yang menghentikan acara makanku. Aku langsung menatap horror Tiar.
"Aduh amit-amit Yar. Jangan sampai deh."
Tiar ngakak.
"Sumpah mukamu bikin ngakak."
Aku langsung menginjak kaki Tiar.
Tepat saat itu ada orang yang menyita perhatianku masuk kantin. Boyband hahahaha... bukan-bukan maksudku Vio, Niko, Yongki dan Ronni.
Ronni melihatku.
Smile...
Ronni ikutan tersenyum canggung.
Tiar yang melihat tingkahku langsung menyikut lenganku.
"Dih sejak kapan jadi akrab sama tuh personil boyband?"
"Nggak akrab kali Yar. Cuma tadi spontan aku senyum waktu dia liat ke arahku."
"Ati-ati lo. Jangan suka senyum-senyum gitu. Kalau cewek yang nyantol sih gak pa-pa. Lha kalau cowok??"
"Amit-amit."
"Makanya......"
"Udah ah...makan-makan!!!"
"Hahahahahaha...takut dia."
Kali ini ada lagi yang melihat ke arahku. Bukan Ronni tapi si Vio. Lagi-lagi senyumku mengembang.
~ author pov ~
Beberapa pasang mata melihat latihan basket tim putri. Seminggu lagi adalah pertandingan antar sekolah. Hari ini mereka benar-benar berlatih keras. Segala tak tik di coba untuk persiapan.
Beberapa jam berlalu, akhirnya latihan itu pun selesai. Tapi para penonton tidak kunjung membubarkan diri. Nampaknya mereka sangat antusias dengan latihan mereka.
Kapten tim basket putri nampak berjalan mendekati seseorang yang sedang tiduran di sisi lapangan. Tiar langsung melempar bola ke arah Adi Tunggal Handoko yang biasa dipanggil HanHan. HanHan menerima bola itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu memasuki lapangan yang sudah sepi dari pemain.
Nampaknya mereka melakukan pertandingan satu lawan satu dengan memakai separuh lapangan. Teriakan dari kursi penonton langsung terdengar. Nama HanHan di teriakkan begitu juga dengan nama Tiar. Mereka yang kelas 11 dan kelas 12 pasti tau siapa itu HanHan. Cowok itu mantan kapten tim basket putra. Tapi itu dulu waktu HanHan kelas 10. Secara tidak terduga HanHan mengundurkan diri. Alasannya karena dia bosan. Itulah HanHan. Terlalu mudah bosan. Padahal tim basket putra berharap banyak padanya.
Pertandingan keduanya terlihat seru. Seimbang. Bahkan Tiar yang sebelumnya sudah bermain basket masih nampak gigih menghadapi HanHan. Pertandingan berakhir saat Tiar sudah kehabisan tenaga dan sudah tidak bisa bergerak. Si HanHan masih asyik memasukkan bola ke dalam ring secara terus menerus. Kesal dengan tingkah HanHan, Tiar melempar sepatunya yang akhirnya mengenai kepala HanHan. Teman-teman yang menonton langsung tertawa. Apalagi saat melihat keduanya terlibat gulat di lantai.
"Siapa yang kamu liat?" tanya Niko pada salah satu temannya.
"Eh? Nggak. Aku nggak liat siapa-siapa kok."
"Hahaha aku tau... kamu liatin dia kan?! Suka ya ama dia??"
"Nggak lah."
"Serius???" goda teman Niko yang lain.
"Seriuuuss!! Apaan sih kalian ini."
"..."
"Hahaha...kami tau kok."
"Suka liatin dia diem-diem kan?!"
"..."
"Apaan sih!!!!"
"Dih nggak mau ngaku."
"Kenapa sih kalian ini? Jangan-jangan kalian sendiri yang suka sama dia."
Mereka bertiga langsung menggeleng cepat.
"Bukan tipeku."
"Bukan tipeku juga."
"...."
~ HanHan pov ~
Dilihat seperti apapun ada yang aneh sama Jemmy. Bocah itu seperti mengawasiku. Aku jadi was-was juga. Takut aja kalau omongan Tiar itu benar. Jemmy suka sama aku? Aduh...amit-amit. Aku masih suka cewek.
Langkahku terhenti tak jauh dari kelasku. Di depan pintu masuk aku melihat Vio sedang mengintip ke dalam kelas.
Ngapain tuh personil boyband di depan kelasku??
Dengan penasaran aku berjalan perlahan mendekati cowok cebol itu. Berdiri di belakangnya sambil ikutan melongok ke dalam kelasku sendiri.
Sepi...
Ya jelas, kami kan lagi ada kelas di lab komputer. Aku kembali ke kelas emang mau ngambil sesuatu yang tertinggal.
"Cari siapa?"
Vio nampak terjingkat. Dia langsung memutar tubuhnya dan menatapku.
Hahahaha...
"Sorry...sorry kaget ya? Hahaha..."
Aku nggak bisa nahan senyumku, "cari siapa?"
Vio nampak gelagapan. Dia mau ngomong sesuatu tapi ragu-ragu.
Wiiiii...nih bocah imut banget. Bulu matanya panjang lentik dan bibirnya tipis dan kemerahan. Ckckckck.... Tiar kalah telak ama cowok.
"Cari siapa?" tanyaku untuk kesekian kalinya, "kami ada kelas di lab komputer. Kalau mau kamu bisa kesana."
Eeeee...bukannya ngejawab tuh anak malah ngacir pergi. Aku yang ditinggal pergi gitu aja hanya bisa manyong-monyongin bibir nggak jelas.
Aneh...
Bodo ah...
***
Hari ini cuacanya panas menggila. Seharian kuhabiskan di kamar. Membaca novel-novel lama koleksiku. Aku tiduran di kasur dengan tumpukan bantal di kepala. Tiar juga ada. Dia juga melakukan hal yang sama. Tiduran di kasurku dengan posisi yang sama tapi terbalik. Jadi kakiku ada di dekat kepalanya dan kakinya ada di dekat kepalaku. Dia sedang sibuk dengan hp nya. Dia lagi galau. Gimana gak galau kalau dia baru aja di tembak seseorang. Cewek pula hahahaha... Nah sekarang ini dia lagi sibuk balesin bbm dari cewek itu.
"Tadi salah satu personil boyband itu ke kelas kita," kataku saat ingat kejadian tadi siang.
"Hah? Ngapain? Yang mana?"
"Nggak tau. Kayaknya sih mau nyari orang. Itu si Vio."
"Oooo..."
Aku melihat Tiar kini menganti posisinya jadi duduk. Dia melihat kaki kanannya lalu membauinya.
Iuuuuhhh....
"Kakiku bau gak??"
Dengan lancangnya dia sodorin tuh kakinya ke wajahku. Hidungku kena.
"BRENGSEEKKK!!!" umpatku sambil menjauhkan mukaku dari kakinya.
Tiar ngakak.
Aku melotot kesal sambil menggosok hidungku. Tiar masih aja ngakak.
"Sekali aja dalam hidupmu, bertingkahlah layaknya cewek!!"
"Ngapain?? Males...apalagi jadi cewek yang kecentilan. Amit-amit malesnya."
Aku tertawa.
"Oh ya...Alvian barusan bbm aku. Pamer dia. Hari ini kan dia lagi liburan ama keluarganya ke bali."
Aku tertarik. Mendekati Tiar saat cewek itu menunjukkan bbm dari Alvian. Alvian kirim foto yang cuma pakai celana pendek tanpa baju atasan. Berpose bak perenang handal.
"Hahaha body kurus kering gitu dipamerin."
"Ih tega ih HanHan. Aku aduin lo hahaha tapi emang kurus ya dia. Daridulu nggak gemuk-gemuk."
"Kurang gizi."
Tiar ngakak.
Hpku getar.
Jemmy nge PING.
JM : lg apa?
"Dari siapa? Wajahmu kok ditekuk-tekuk gitu."
"Jemmy."
"Widih."
Tiar langsung mendekatiku dengan antusias.
"Apaan sih?!" aku langsung menjauhkan hpku dari pandangannya. Refleks.
"Dih main rahasia-rahasia'an nih sekarang?! Ooo gituuuu....ooooo...."
Buuuuukkk....
Satu bantal melayang ke wajah Tiar.
"Sekali lagi godain aku, awas!"
Tiar ngakak.
JM : PING!!!
Me : lg d rmh aja
Me : km?
"Ciieeeee....yang katanya ogah-ogah dan muka ditekuk-tekuk tapi masih juga dibales. Cieeeeee....."
Aku sudah ancang-ancang melempar satu bantal lagi ke arah Tiar waktu hp ku kembali bergetar.
JM : sm.
JM : keluar yuk.
JM : bosen nih d rmh trz.
"Aduuh...."
"Kenapa??? Kenapa???"
Lagi-lagi aku harus menjauhkan hp ku dari pandangan Tiar.
"Kepo deh!!!"
"Kan aku penasaran HanHan sayaaaang...."
"MING.....GIIIRRR!!!"
Tiar menyebik sambil menjauh dariku.
Me : sorry g bsa
Me : lg ada tiar d rmh
Me : kpn2 aja deh
JM : tiar?
JM : oh ya udah
JM :gpp
JM : tp janji y kpn2 qt kluar main
Aku menggigit bibir bawahku.
Mampus. Maunya apa coba nih anak.
jadi penasaran ama TSnya dah
colek :
Ka @cute_inuyasha
Ce @d_cetya
Ka @Tsu_no_YanYan
Bang @balaka
@Wita