It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tapi masa denial dimas jangan kelamaan. udah banyak kalo yg denial gitu. jadi ga beda lagi sama cerita lain. padahal cerita ini udah beda banget. sayang kalo jadi mainstream
masih denial niih si dimas. mamanya aja suka tuh. wkwkwk
masih denial niih si dimas. mamanya aja suka tuh. wkwkwk
PERANG BESAR AEMESTRY
Dewan pertahanan terbukti merencanakan pembunuhan Hershire. Bertahun-tahun kami, Aliansi Aemestry, berusaha untuk mengungkapnya. Bukti pun terkumpul, masyarakat perlahan mengetahuinya. Hershire adalah panutan bagi mereka. Seluruh penduduk planet Aemestry loyal kepada Hershire, kami memanfaatkan keadaan itu untuk menggerakkan revolusi. Pertama kalinya dalam sejarah kami, pemberontakan besar-besaran terjadi.
Danzrouz menjadi sentral komando Aliansi Aemestry. Walaupun seluruh planet berada di belakang kami, tidak mudah mengadakan perlawanan kepada dewan pertahanan. Pemerintahan telah diambil alih seluruhnya oleh mereka. Seluruh persenjataan canggih Aemestry yang sudah lama terkunci dalam damai, kembali aktif. Aku mengerahkan segala kemampuanku untuk mengunci akses nuklir Aemestry yang tersebar di seluruh planet, mencegah kehancuran bagi rumah kami. Namun dewan pertahanan masih memiliki jutaan senjata canggih lainnya. Sebagian adalah penyelewengan dari desain teknologiku, teknologi yang kubangun untuk peradaban diaplikasikan secara menyimpang untuk militer. Harapan kami satu-satunya tinggal Zona Berckout dan kemampuan otak kami untuk melawan.
Ratusan ribu droid disebar ke seluruh permukaan planet. Droid yang desain awalnya berada di dalam laci kerjaku, robot cangih yang kudesain untuk membantu kehidupan manusia, kini menjadi sebuah monster menakutkan. Aku meminum minimal sepuluh butir pil penenang sehari untuk menerima kenyataan ini. Kehidupan planet ini terancam oleh teknologi yang kuciptakan.
Namun betapapun canggih dan mematikannya droid yang mereka miliki, ketidakpuasan masih menghantui dewan pertahanan. Zona Berkout terlalu tangguh bagi droid-droid itu. Terlebih desain zona berckout telah kusebar secara diam-diam kepada daerah lain yang loyal terhadap Hershire dan menyatakan kesediaannya berdiri bersama Aliansi Aemestry. mereka berhasil membangun sistem pertahanan serupa, dan mampu bertahan dari kepungan droid.
Awalnya kami membangun jalur diplomatik dan politik baru untuk menggulingkan dewan pertahanan. Merebut kembali pemerintahan Aemestry dengan jalan damai, menghindari jatuhnya banyak korban yang mungkin bisa terjadi. Namun semua berubah dalam sekejap.
Kabar hilangnya Mika dan Berrj’ membangkitkan sisi lain yang kumiliki. Aku marah.....aku berubah menjadi monster lainnya di planet ini tak ubahnya seperti droid yang dingin dan tanpa perasaan. Separuh Pusat Aemestry luluh lantak, hancur oleh perintah agresi yang kupaksakan pada aliansi, menjadikan lebih dari dua puluh juta jiwa melayang karena amarahku.
Pusat komando Aliansi bergolak. Jenderal Moc-Rul khawatir dengan kondisiku. Dengan sangat terpaksa ia mengurungku dalam sebuah ruangan khusus....membuatku makin gila.
Pusat komando berusaha semaksimal mungkin meredam isu tentang kegilaanku. Rey Ritterz adalah pewaris citra Hershire, putra kesayangan Jo Orael yang begitu diagungkan di seluruh penjuru Aemestry. informasi terkait kondisiku yang tengah berada di luar kendali akan merontokkan perlawanan aliansi dan menjadi bahan propaganda terbaik dewan pertahanan.
Segenap filsuf Danzrouz berunding. Jenderal Moc-Rul tahu persis bagaimana kondisi Aliansi saat ini. Angin segar yang tadinya berhembus di sisi Aliansi kini berbalik menghantam. Aku menjadi kunci keberhasilan misi ini, tapi kondisi mentalku jadi pertaruhan. Aku telah hancur. Menyadari Mika telah hilang di ujung dunia sana....membuatku kehilangan semangat hidup. Hanya amarah yang memenuhi diriku.
Berbulan-bulan aku terkurung di sana. Membusuk dalam kegilaan kenyataan. Putus asa, tidak ada kehidupan lagi yang kurasakan.
Perang tak dapat terelakkan. Serangan masif yang kumulai di pusat Aemestry menyulut segalanya. Pusat Aemestry yang dikendalikan oleh dewan pertahanan mengerahkan kekuatan militer yang belum pernah terkirakan sebelumnya. Seperempat permukaan planet berubah menjadi gurun hanya dalam tempo kurang dari sebulan. Kesedihan, tangis, perih menjadi cerita baru di Aemestry, terutama bagi wilayah yang belum atau tidak sempat membangun sistem pertahanan layaknya zona Berckout.
Jenderal Moc-Rul membuka pintu ruanganku pada suatu malam. Ia masuk ke dalam ruang isolasiku. Ia berjalan tenang namun dapat kulihat raut panik di wajahnya. Ia memandang kondisiku yang tak karuan dengan wajah menyesal.
“Sudah sepuluh bulan lebih aku mengisolasimu, Rey.” Katanya tenang.
Aku masih saja membelakanginya. Diam tak ada respon.
“Ayolah Rey...” katanya lagi yang segera kupotong.
Aku seketika membalikkan badanku, dengan mata terbelalak saking marahnya aku berteriak kepadanya. “Apalagi Jenderal! Apalagi yang kalian inginkan dariku! Kenapa kalian tidak mengambil weissfer – semacam senapan laser – itu dan kalian ledakkan kepalaku!”
Jenderal Moc-Rul terdiam. Aku telah berkawan dengannya sejak kami masih kecil. Dia adalah teman sepermainanku di Danzrouz dulu. Kami sama-sama hidup di panti asuhan. Ya dia juga yatim piatu sepertiku. Aku tumbuh dengan bakat sains di bawah perawatan Hershire, sedangkan Moc-Rul yang sejak dulu memang sudah tinggi besar tumbuh di lingkungan militer Aemestry yang loyal kepada Hershire. Pertemanan kami terbina dengan baik hingga dewasa. Berkali-kali kami bekerja sama membangun peradaban Aemestry melalui keahlian kami masing masing tentunya.
“Aku....aku....aku sudah selesai, hidupku telah berakhir berbulan-bulan yang lalu, kawan lama.” Aku tertunduk berlutut di tempatku.
Jenderal Moc-Rul berjalan perlahan ke arahku. Ia tampak tenang. Ia mengulurkan secangkir minuman hangat kepadaku. Aku terkejut dan menatapnya nanar.
“Kamu hanya lupa siapa dirimu.” Katanya tenang. Ia tampak memegang cangkir lain di tangan kirinya. Aku dapat mencium aroma burwir - semacam minuman hangat yang terbuat dari buah-buahan Danzrouz – minuman yang biasa menemani hari-hari kami sejak kecil.
“Mungkin.....kamu hanya perlu sedikit mengingat...hmm.. kalau aku tak bisa membangkitkan Rey yang kukenal...mungkin dia bisa.” Kata Moc-Rul sambil menatap pintu ruang isolasi.
Aku terpaku.... merasakan aliran darahku begitu deras bergemuruh ketika kulihat sosok itu berjalan sangat lambat memasuki ruang isolasiku. Sosok itu begitu rapuh...sangat renta dan berjalan dengan bantuan tongkat kayu untuk menyangga tubuhnya. Ia dibantu berjalan oleh beberapa orang asisten.
“Aku lihat kamu berhasil membenahi kakimu, nak.” Kata pria tua itu. Aku mengenali sosok itu...suara itu....
Ia berjalan mendekat dan duduk tepat di hadapanku. “Izinkan aku melihatnya....” katanya lemah sambil menunduk dan melipat bagian bawah celana yang menutup kaki kiriku. ia mengetuk kakiku beberapa kali dan terkagum. “Logam Verstro – material yang sangat kuat....sulit diolah dan sulit dibentuk...hampir mustahil...tapi sangat kuat. Aku tahu kamu memiliki bakat yang luar biasa, Rey. Hershire tidak salah waktu mengatakan itu padaku.”
Aku menitikkan air mataku. “Dokter...aku..”
“Hershire kehilangan bagian tubuhnya untuk menyelamatkanmu....apakah kamu bersedia merelakan apa yang telah terjadi untuk menyelamatkan Aemestry?” sosok tua itu, dokter yang dulu merawatku saat terjadi ledakan yang nyaris mengakhiri nyawaku kalau saja Hershire tidak melindungiku, sosok itulah yang kini duduk di hadapanku.
“Tenangkan dirimu, nak........Aemestry membutuhkanmu.” Katanya singkat sembari beranjak dari tempat duduknya dengan susah payah dan segera berjalan keluar ruang isolasi dibantu oleh asistennya.
Moc-Rul menatapku tajam dan meletakkan sebuah proyektor tiga dimensi di mejaku. Ia mengangguk padaku dan segera berjalan keluar mengikuti dokter tua itu. Ia membiarkan pintu isolasi terbuka, tidak lagi terkunci seperti sebelumnya.
Aku mengaktifkan data pada proyektor di depanku. Dengan segera aku mengatupkan telapak tangan di mulutku, terkejut dengan informasi yang ditampilkan dihadapanku. Ledakan besar di berbagai daerah di Amestry. Gurun pasir baru tercipta di tempat-tempat yang dulunya adalah kota-kota besar yang begitu megahnya. Semua terjadi kurang dalam tempo sebulan. Aku tak sanggup melihat jumlah korban jiwa yang jatuh.
Sejenak aku merenung. Jiwaku perlahan mulai bangkit. Seharian lebih aku duduk di kursi kayu itu sambil berpikir. Kegilaan apa yang telah merasukiku. Ini semua salahku. Salahku!
Keesokan harinya aku mengambil kacamata dari dalam laci mejaku dan segera berlari keluar ruangan.
Aku berlari melewati ruang pusat komando. Para staff terdiam sejenak melihatku kemudian kudengar suara gemuruh gumam itu. Jenderal Moc-Rul yang tengah berdiskusi serius dengan salah seorang stafnya terdiam menatapku. Dapat kulihat senyumnya pertanda kelegaan yang luar biasa. Namun aku tak punya waktu untuk berbincang lagi. Aku melesat menuju ruang komunikasi. Di sana tersedia peralatan yang kubutuhkan.
Mulanya staff yang berada di ruang komunikasi itu terkejut melihatku. Beberapa tampak ketakutan. Namun aku tak mempedulikannya. Aku segera menuju mesin yang kucari. Ada di ujung ruangan. Dengan segera kuutak-atik mesin itu dan detik berikutnya aku larut dalam bahasa pemrograman yang begitu rumit. Tak banyak yang bisa memahami apa yang sedang kukerjakan ini. Karena itulah posisiku begitu sentral di sini. Aku kunci untuk merebut kembali Aemestry dan mengakhiri perang yang kuawali.
Aku kembali menemukan kembali kehidupanku. Tak terasa sudah beberapa malam terlewat. Aku tak sempat beristirahat namun aku tak merasa lelah. Yang terpikir olehku hanyalah kunci akses droid.
Aku tak menyadari Jenderal Moc-Rul dan petinggi Aliansi yang lain telah berdiri di belakangku. Puluhan staff mengamatiku dengan penuh kekaguman. Asisten Jenderal Moc-Rul menyediakan segala macam keperluan yang kubutuhkan. Makanan....minuman.....pil...semua telah tersedia.
Saat yang dinanti pun tiba. Aku tersenyum. Jenderal Moc-Rul mengetahui isi pikiranku. Dengan segera ia memerintahkan seluruh tim untuk siaga. Ia segera mengatur strategi bersiap untuk mengadakan perlawanan terhadap dewan pertahanan.
Saat saat berikutnya diisi oleh angin yang kembali berhembus di pihak kami. Akses nuklir berhasil kukuasai sepenuhnya. Pasukan kami berhasil memukul mundur pasukan Pusat Aemestry di berbagai daerah. Sistem pertahanan Berkout dan semua kloningnya di berbagai daerah berhasil kumaksimalkan. Jaringan pertahanan antar daerah di bawah komando Aliansi berhasil terkoneksi secara menyeluruh di tanganku. Hal ini membuat lebih dari separuh persenjataan canggih dewan pertahanan menjadi lumpuh. Menjadikan sebuah keuntungan besar di pihak kami.
Namun apa yang membuat kami berada di atas angin itu tidaklah bertahan lama. Perlawanan pusat Aemestry makin dahsyat. Aku tidak mengira mereka berhasil membangun persenjataan puluhan kali lebih besar dibandingkan saat damai dulu. Perlawanan makin berat. Makin canggih, makin mematikan. Dan semua ini berlangsung hari demi hari.....begitu lama.
Tak terasa sudah hampir dua puluh tahun perang besar berlangsung. Hampir tiga puluh tahun sejak kematian Hershire. Tubuhku makin menua. Tidak lagi sekuat saat perang baru terjadi. Kini aku lebih banyak berkutat di kamarku, dan laboratorium sederhana yang dibangun Moc-Rul untukku. Dari laboratorium ini, dibantu oleh puluhan ilmuwan dan insinyur muda Aliansi, kami berhasil membuat peralatan baru yang berguna dan sangat efektif untuk rencana serangan terakhir. Bertahun tahun pengaruh kami meluas, membuat dewan pertahanan makin terpojok. Kami tumbuh makin kuat, sumber daya kami makin besar. Sebagian besar droid berhasil kami kendalikan dan kami musnahkan. Hanya tinggal tersisa beberapa ratus droid generasi terbaru milik pusat Aemestry.
Kami telah lama merencanakan strategi terakhir untuk merebut Aemestry. Hari ini semua telah siap. Aku sedikit menyesal mengetahui sebagian besar wilayah pusat hancur lebur. Tanah yang menjadi tempat tinggaku selama bertahun-tahun telah musnah....hilang sudah taman hijau itu....berganti dengan asap dan abu.
Moc-Rul terlihat panik. Ia melihat melalui jendela besar di ruang komando......taburan laser bagai badai halilintar menyambar membabi buta di kejauhan. Lokasi utama perang memang sangat jauh dari Danzrouz....namun begitu masifnya perang yang terjadi membuat kengeriannya tampak dari kejauhan. Suara ledakan bagai nafas yang tak ada hentinya. Aku mengamati dengan seksama data yang ditampilkan di monitor besar yang berada di tengah ruang kontrol.
Target kami satu. Menghancurkan titik vital pertahanan Pusat Aemestry. Sebelum jatuh lebih banyak korban akan lebih baik bila kami menemukan titik vital itu dan mengambil alih kendali atasnya. Hal itu akan membuat militer Pusat Aemestry lumpuh seluruhnya, dan perang pun segera berakhir. Aku sendiri baru mengetahui mengenai hal ini beberapa bulan yang lalu. Dan hingga kini kami belum menemukan letak pastinya.
Seorang staf berlari terburu-buru menuju ruangan kontrol. Ia terlihat mengacungkan sebuah flash drive.
“Kami menemukannya. Kami menemukannya. Buru-buru ia menampilkan data dari flash drive itu. Jenderal Moc-Rul mengamati dengan penuh antusias.
Aku mempelajari data yang ditampilkan. Mataku mengikuti tiap lekuk peta yang menggambarkan posisi titik vital pusat militer Aemestry. Tanpa penuh banyak penjelasan aku terduduk lemas, mengatupkan kedua tanganku di depan mukaku. Menyadari situasi yang dihadapi.
“Ini adalah lokasinya. Kabar baiknya, Kami menemukan jalan menuju ke sana...sangat rumit tapi kami menemukannya.” Kata staff itu berapi-api. “Tapi lokasinya...uhm...tepat berada di bawah hujan laser. Sangat berbahaya. Puluhan droid tipe RJ ada di sana, senjata berat semua. Belum lagi mesin raksasa itu.”
Jenderal Moc-Rul mengernyitkan dahi. “Jadi itu kabar buruknya?”
“Tidak Jenderal...pasukan tim 1 sampai dengan 8 ada di sekitar sana. Kita bisa memerintahkan mereka untuk mengamankan lokasi atau mengalihkan pertempuran untuk sesaat.” Jawab staff itu. Kemudian ia menampilkan data lainnya. “Kabar buruknya adalah ini.”
Sebuah proyeksi gambar mesin raksasa yang terlihat sangat rumit, terlihat banyak instrumen aneh yang terpasang di sana.
Aku yang sedari tadi duduk lemas makin merasa tak antusias. Aku tahu keadaannya. Aku tahu mesin apa itu. Aku hanya tak mengira mereka memakai mesin itu untuk sistem pertahanan mereka.
Ruangan menjadi riuh. Sangat terasa aura panik dan marah yang memenuhi ruangan.
Aku berdiri dari kursiku melangkah ke tengah ruangan.
“Mesin proteksi sembilan titik berdiri sendiri...tanpa koneksi, ful logam Verstro, program keamanan tingkat tinggi. Tidak bisa diakses dari luar.....” gumamku tapi masih terdengar oleh sebagian isi ruangan.
“Ful Verstro? Mustahil mesin sebesar itu full Verstro..siapa yang...” Moc-Rul tidak sempat meneruskan kata-katanya ketika dengan cepat aku memotongnya.
“...Aku yang membuatnya. Puluhan tahun yang lalu.” Kataku datar.
Seluruh isi ruangan menatapku tajam. Suasana menjadi hening.
“Untuk apa kamu membuatnya. Proyek rahasia apa lagi yang tidak kamu beritahukan kepadaku.” Teriak Moc-Rul padaku.
“Aku tidak bisa bilang saat ini. Tapi percayalah suatu saat kalian akan mengetahuinya.” Jawabku datar.
Moc-Rul berjalan mendekatiku dan berbisik pelan. “Hershire...dia....”
“Ya...dia tahu...dia tidak setuju tapi dia tahu.” Jawabku sambil berbisik pula. “Dan aku yang akan ke sana untuk mematikan mesin itu. Hanya aku yang mengerti detailnya.”
Jenderal Moc-Rul tertawa keras. “Kamu sudah tidak muda lagi Rey!”
Aku mengambil perangkat elektronik milikku dan memandang berkeliling. “Mungkin tidak, Jenderal....tapi aku masih Rey yang sama.”
Jenderal Moc-Rul begitu berisik berteriak melalui alat komunikasi yang kupakai di telingaku. Kami berjalan mengendap perlahan. Di luar sangat gelap. Sudah lewat dini hari. Kilatan laser terlihat begitu mengerikan. Belum lagi ledakan demi ledakan yang mengiringi tiap langkah kami. Ada 15 orang prajurit yang mengawalku. Semua sangat terlatih dan telah menjadi pasukan kepercayaan Jenderal Moc-Rul selama bertahun-tahun.
Sebuah kilatan menyambar nyaris mengenaiku. Diikuti oleh kilatan lain yang menghujam tepat didepan mataku. Aku terseret sebuah gelombang dahsyat sebelum sebuah ledakan besar menghancurkan gedung di hadapan kami. Nyaris mengakhiri nyawaku dan seluruh pasukan.
Aku melihat beberapa droid menyerbu kami, namun pasukan pengawalku mampu mengecoh dan membawaku ke tempat yang aman. Jalan kami menuju pintu masuk mesin itu sungguh sulit. Aku mulai terbiasa dengan kata nyaris pada akhirnya. Nyaris mati, nyaris kehilangan tangan, nyaris...macam-macam lah. Tapi akhirnya kami sampai di depan pintu itu.
Aku memasuki sebuah lorong gelap berliku. Terasa sangat lembab dan udaranya menusuk paru-paruku. Lorong itu terasa sangat panjang. Beruntung tim sebelumnya telah membersihkan area jadi relatif aman bagi kami melewatinya.
Akhirnya aku melihat sebuah ruangan besar di ujung lorong. Beberapa orang pasukan bersiaga mengamankan ruangan itu. Aku bergegas masuk dan mulai berhadapan dengan sistem rumit yang kuciptakan sendiri.
Keringatku mengucur deras. Butuh waktu lama untuk mengurai program keamanannya. Waktu terasa telah berjalan berjam-jam. Aku mulai kelelahan. Aku menyadari tubuhku memang sudah tidak sekuat dulu lagi.
Setelah hampir lima jam berkeringat, akhirnya aku memecahkan kode keamanan mesin itu. Kurasakan gerakan mekanik yang terasa kasar dari mesin raksasa itu. Seketika suasana berubah hening. Detik berikutnya kudengar teriakan kemenangan dari perangkat komunikasiku. Kupingku terasa penuh. Semua orang berteriak termasuk pasukan yang mengawalku.
Kami berjalan keluar dari lorong itu dengan penuh kelegaan. Di luar sana sudah mulai terang. Iloo dan Olii perlahan terbit. Menyinari ratusan pesawat yang berjatuhan tak beraturan, droid yang roboh tak berdaya. Pasukan Pusat Aemestry menyerah. Mereka yang tersisa mengangkat tangannya tanda tak berdaya.
Jenderal Moc-Rul melalukan tugas terakhirnya. Ia melucuti sisa pasukan yang ada dan menangkap anggota dewan pertahanan serta mengamankan wilayah pusat Aemestry.
“Jangan bilang kamu bernafsu menjadi Hershire.” Kataku pada Jenderal Moc-Rul beberapa hari kemudian setelah ia menyelesaikan sisa tugasnya.
“Aku? Orang tua ini? Hahaha tidak, kawan.....biar Aemestry yang memilih sendiri Hershirenya.” Jawab Jenderal Moc-Rul sambil tertawa.
“Baguslah.....aku juga tidak akan memilihmu.” Candaku. Kami saling tertawa. “Setelah ini...apa yang akan kamu lakukan?”
Jenderal Moc-Rul Menghela napas panjang. “Minum burwir sambil memancing tampaknya menyenangkan.”
Kami berpelukan sejenak. Semua terasa melegakan. Malam itu kuputuskan pergi menengok bekas rumahku. Aku berjalan perlahan menyusuri jalan yang masih penuh dengan bekas reruntuhan perang. Pasukan aliansi yang kini telah bergabung dengan pasukan pusat Aemestry memang telah membersihkan sebagian besar reruntuhan, namun tetap saja kehancuran kota pusat ini begitu masif. Perlu waktu agak lama untuk membangun dan menatanya kembali.
Aku melihat rumah lamaku di pusat Aemestry telah rata dengan tanah. Banyak puing berserakan. Persidangan dewan pertahanan dan rapat senat akan dilaksanakan esok pagi. Aku punya waktu beberapa saat untuk sendiri. Kukira ada baiknya aku berdiam diri sebentar di sini, mengumpulkan semua kenangan itu lagi. Aku duduk di antara reruntuhan puing rumah. Tak sengaja aku melihat sebuah buku tebal tergeletak di sana tertindih bekas kursi kayu lamaku. Buku itu masih relatif utuh....hanya sedikit bagian pinggirnya yang terbakar. Ensiklopedia antariksa. Aku tertawa....sedikit air mata menetes membasahi kulit wajah tuaku ini. Kubuka buku tebal itu, tepat pada bagian yang terdapat tanda di tengahnya. Bab gugusan bintang.
“Aku ingin ke sana kalau sudah besar nanti.” Samar masih bisa kudengar suara kecil itu.
“Suatu saat nanti, Mika....” aku teringat mengatakan itu pada malaikat kecilku sambil mengusap kepala mungilnya lembut.
Aku memandang tanganku yang kini banyak keriput itu. Kenangan belaian tangan ini....Mika...apakah kamu masih hidup? Mustahil....
Aku rindu suara kecilnya. Aku rindu rasa ingin tahunya....aku rindu dia meledakkan sesuatu. aku rindu kehangatan tubuhnya di pelukanku. Aku rindu padanya.
Mendadak aku merasa kesepian. Aku menengadah....langit malam begitu cerahnya. Aku dapat melihat taburan bintang dan gugusan benda langit tampak jelas berkelip di sana. Aku lupa betapa indahnya langit malam Aemestry.
Kesendirianku terusik suara itu. Suara bip yang berbunyi berulang kali. Jantung tuaku berdebar kencang. Mungkinkah? Mustahil.....sudah hampir tiga puluh tahun berlalu....
Aku teresa-gesa mengeruk reruntuhan puing, berusaha mengikuti dari mana asal suara itu. Sebuah kekuatan mendorongku. Membangkitkan kembali semangatku. Sedikit kemungkinan...kecil...tapi cukup untuk membuatku kembali berharap.
Aku menemukannya. Sebuah jam tangan yang terlihat usang, kotor, dan setengah hangus mengeluarkan pendar merah terang. VIA!
Jam tangan itu berbunyi kencang. Aku mengusap layarnya dengan gerakan tertentu...dan munculah kode rahasia itu. Aku tahu cara mengaktifkannya. Aku yang membuatnya untuk Mika. Dan dia mengenakan jam seperti ini saat meninggalkan Aemestry.
Aku memasukkan kode rahasia pada jam tangan itu dan munculah sebuah proyeksi tiga dimensi terpancar di depan mataku. Sebuah koordinat dan tanda vital seseorang......Mika! dia masih hidup!
Reflek aku berdiri.....tanganku menghantam udara kuat-kuat. Seluruh energi tubuhku kembali, menyelimutiku dengan semua kebahagiaan yang telah lama hilang.
“YEAAHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya. Diikuti dengan tawa kerasku yang memecah kesunyian malam di Aemestry.
“Demi Olii dan Iloo! Kamu tahu jam berapa ini, Rey!” Jenderal Moc-Rul terlihat kesal melalui proyeksi alat komunikasi kecil yang terpasang di atas kepalaku. Aku menghubunginya dengan segera sambil berlari secepat mungkin menuju Istana Hershire.
“Mika!....Mika!..hhhh....hh...dia masih hidup!” kataku terengah engah masih mencoba berlari secepat mungkin. Istana tidak terlalu jauh...dan semenjak perang usai tak ada harapan adanya angkutan publik di sekitar sini.
“Ha?” Jenderal Moc-Rul terlihat bingung. Proyeksi tubuhnya tampak bergoyang-goyang imbas tubuhku yang berlari tak stabil.
“Lihat ini!” teriakku sambil menunjukkan Jam tangan VIA yang menyala terang...menampilkan tanda vital dan koordinat Mika.
Jenderal Moc-Rul tercengang. “Mustahil! Sebuah keajaiban! Aku tunggu di ruang utama istana!”
“Menurutmu aku berlari kemana?” aku tertawa sambil terengah. Tak peduli lagi dengan usia tuaku, aku terus berlari semampunya saking senangnya. “Bisa kamu...hh..hh... kumpulkan semua anggota senat, filsuf dan staff elitmu juga di sana?”
“Wow...wow...wow...pelan-pelan, orang tua! Ada apa ini?” tanya dia penasaran.
“Aku ingin mengatakan sesuatu. akan kuberitahu detailnya di sana.” Jawabku. Jenderal Moc-Rul mengangguk dan mematikan komunikasi. Kini fokusku adalah sesegera mungkin menyelamatkan Mika. Semoga dia baik-baik saja di sana.
Aku tiba di ruang utama tepat dini hari. Keringatku mengucur deras. Asisten Jenderal Moc-Rul terburu-buru menyodorkan handuk kecil dan air minum padaku.
Hampir seluruh anggota senat, filsuf dan petinggi utama Aliansi Aemestry telah menunggu di sana. Mereka bergumam dan beberapa terlihat tengah berdiskusi satu sama lain. Kuharap mereka tidak marah diminta hadir tengah malam begini.
“Sekarang katakan padaku apa yang terjadi!” kata Moc-Rul segera setelah ia melihatku.
“Aku menemukan ini di reruntuhan. Kamu masih ingat kan dengan alat ini?” jawabku tergesa-gesa.
“Ya aku masih ingat.......aku turut senang sinyal Mika kita temukan...tapi kita harus menganalisa keadaan...kamu tahu bisa saja dia.....”
“Aku tahu pasti Mika masih hidup! Aku tahu!” potongku.
“Bagaimana kamu bisa memastikan...”
“Karena alat ini terhubung dengan sensor yang tertanam dalam tubuhnya! Kalau Mika hidup....alat ini hidup!” potongku lagi.
“Tertanam di tubuhnya? Bagaimana kamu....”
“Itu yang ingin aku katakan pada kalian! Padamu....pada senat dan perwakilan utama Aemestry!” jawabku.
Jenderal Moc-Rul mengangguk. Ia mempersilakanku menuju mimbar ruangan dan berdiri di belakangku. Seketika seluruh orang yang ada di ruangan terdiam dan mengamatiku. Sesaat, ketika aku hendak membuka mulutku mengatakan sesuatu, terdengar sebuah ledakan besar.
Seluruh yang ada di dalam ruangan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Aku melihat satu dua tiga...lima buah pesawat luar angkasa rahasia yang tersimpan di bawah tanah pusat Aemestry diluncurkan. Panik segera menjalari tubuhku. Alarm kota berbunyi kencang. Jenderal Moc-Rul terlihat berbicara serius dengan bawahannya dan keduanya tampak panik.
“Lima buah XJ berisi puluhan droid generasi terbaru yang gagal dilumpuhkan oleh mesin proteksi itu baru saja diluncurkan! Katakan padaku.....apakah ada yang melihatmu berlari kemari tadi? Apakah ada yang mengikutimu? Cepat katakan padaku!” kata Jenderal Moc-Rul tegas.
“Aku...aku tidak tahu....tapi...tapi tempat itu tadi memang terbuka....sepi...tapi aku tidak tahu ada yang mengikutiku atau tidak.” Jawabku tak kalah panik. Kulihat Jenderal Moc-Rul terdiam menghela napas. Tampak ia berusaha sekuat tenaga menenangkan diri. “Kemana tujuan pesawat itu...apakah terdeteksi?”
Jenderal Moc-Rul mengangguk. “Mereka menuju koordinat yang sama dengan Mika! Ada pihak dewan pertahanan yang berhasil selamat dan memata-matai kita! Sebaiknya kamu bisa jelaskan kenapa mereka mati-matian mengincar Mika!” ia terlihat berbalik menuju mimbar dan menenangkan semua hadirin.
“Maafkan kami Saudara-Saudara sekalian.” teriaknya yang terdengar makin lantang dengan pengeras suara. Seluruh mata tertuju pada Jenderal Moc-Rul. “Terjadi situasi darurat yang tidak kami perkirakan sebelumnya. Kami sedang menganalisa apa yang sebenarnya terjadi...” Jenderal Moc-Rul berhenti berbicara sejenak dan menatapku. “.....namun sebelum itu, rekan kita Ilm (sebutan untuk profesor di Aemestry) Rey Ritterz memiliki sebuah informasi penting yang akan dia sampaikan.” Ia mempersilakanku maju kembali ke atas mimbar.
Aku berjalan perlahan. Diselimuti keraguan. Bila sebelumnya aku merasa mantap, kini keberanianku itu rontok. Aku diliputi rasa takut.
“Selamat malam!” sapaku sambil bergetar. “Saya Rey Ritterz. Saya ingin mengatakan sesuatu...sebuah...sebuah..” aku terdiam. Sejenak aku menatap Jenderal Moc-Rul dan seluruh mata hadirin yang dengan tajamnya melihatku. “....sebuah proyek rahasiaku dan Hershire Jo Orael sebelum meninggal. Saya harap kalian dapat memahami dan menyikapi apapun yang akan saya sampaikan dengan akal sehat.” Aku terdiam lagi. Masih sunyi tak ada suara.
“....saya ingin menyampaikan informasi tentang proyek rahasia terbesar Aemestry. Proyek dengan kode “Penciptaan Tuhan.” Kataku.
Seluruh yang ada di ruangan bergemuruh. Kudengar beberapa hadirin tak sengaja menjatuhkan gelas dan cangkir yang mereka genggam. Jenderal Moc-Rul tercengang dan menatapku dengan pandangan seakan tak percaya.
***
maaf kali ini update agak panjang....mumpung libur jadi hajar part besarnya sekalian n ngerasa klo dibagi jd 2 bagian ga enak sambungannya
Ceritanya semakin seru dan kompleks, semangat terus sam @SenyawaDiorama
wah rey masih hidup ternyata...
wah rey masih hidup ternyata...
wah rey masih hidup ternyata...
wah rey masih hidup ternyata...