It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
good job lah buat kak @SenyawaDiorama
next update aku dimention ya TS
good job lah buat kak @SenyawaDiorama
next update aku dimention ya TS
Aku senang sekaligus takut. Pelajaran keluarga agak lumayan jelas nancap di otakku. Cowok itu sukanya sama cewek. Lah ini? Apa yang aku rasain ini? Aku suka Mika? Iya aku suka dia. Sama halnya kayak dulu aku suka Ratih waktu awal-awal PDKT. Atau dengan mantan-mantaku yang lain. Tapi waktu sama mereka ga “tegang” tuh. Biasa aja. Kebanyakan rasa senangnya justru karena seru aja diliatin orang dan aku bisa nunjukin kalau ini lho pacar aku...cantik kan. Itu sih yang sering aku rasain ketika jalan sama mereka. Kali ini......aku takut kalau benar-benar harus jujur mengakui. Ada faktor....biologis...ah udahlah......kalian semua juga udah paham urusan beginian dari zaman seumuran kan....gak usah sok-sok polos deh. Selain rasa suka dan rasa-rasa lain yang pernah aku rasain ketika aku jalan sama cewek, aku juga ngerasa horny ketika jalan sama Mika.
Hal ini terjadi berulang kali sejak aku ketemu dia....dan puncaknya pagi ini.
Aku bangun tidur...badan keringetan. Napasku ngos-ngosan gak kayak waktu bangun tidur pada hari-hari lainnya. Aku ngerasa hari masih gelap. Alarm belum nyala. Kuintip sedikit jam gede yang mejeng di dinding kamarku.....pukul 4 pagi. Tapi perasaan tidak nyaman begitu mendominasi. Reflek aku memegang celana pendek yang aku pakai. OMG!.......BASAH.......!!!!!!!!! Dan hal terakhir yang aku ingat adalah aku mimpi tentang Mika!
Jadilah sepanjang perjalanan ke sekolah itu aku bengong. Aku tahu fakta bahwa di luar sana ada cowok yang sukanya sama cowok....yang aku tidak paham adalah....apakah aku salah satunya.
Langkahku terhenti. Di tengah jalan besar itu aku geleng-gelengkan kepalaku bak orang gila. Kutampar pipiku berkali-kali tak peduli ada beberapa orang ibu yang melihatku dengan tampang ketakutan. Mungkin mereka takut aku anak gila yang pura pura pakai seragam sekolah.
“Heiiiii!” sejenak aku merasa seseorang berteriak memanggilku dari belakang. Deg!...jantungku berdebar kencang.
“Hhh.....hh...! Ah ...kamu...hhhh...hhh... cepet banget sih jalannya...hhh.. aku panggil-panggil dari tadi tau!” Mika tiba-tiba berada di sampingku. Dia terengah-engah...seperti habis berlari menyusulku.
Ingin rasanya aku menangis....menangis karena aku bingung harus berekspresi seperti apa. Aku senang bukan kepalang...tapi juga takut tak terkira.
“Yuk!” Mika menggandeng tanganku, mengajakku kembali berjalan menuju sekolah.
Deg!!! Perasaan itu muncul lagi!
Reflek kutepis tangannya keras. Kulihat Mika terhuyung sedikit. Dia berhenti berjalan dan membalikkan badan memandangku. Tampak muka bingungnya.
Sedikit air mulai jatuh dari mataku yang sejak tadi berkaca-kaca. Sebelum air itu jatuh seluruhnya ke pipiku, kuputuskan untuk berbalik dan lari dari situ.
“Dimas!!” aku masih mendengarnya berteriak memanggilku. Namun aku tak peduli. Aku terus berlari menjauh.
Jadilah hari itu aku bolos sekolah.
Mama bingung waktu melihatku tiba-tiba balik ke rumah pagi itu. Tanpa sempet nanya macam-macam aku segera berlari menaiki tangga ke kamarku. Kututup agak keras pintunya membuat mama tergopoh-gopoh menyusul ke kamarku.
“Dimas....kamu kenapa?” tanya mama. Dia tahu kalau ada hal seperti ini terjadi tiba-tiba padaku, pasti aku sedang mengalami sesuatu yang belum bisa aku jelaskan. Mama cukup paham untuk tidak langsung memaksa masuk ke kamarku dan memberondongku dengan pertanyaan...apalagi kemarahan. Mama hanya berdiri di depan pintu kamarku sambil menunggu respon dariku.
“Sayang....” pangil Mama lagi.
Aku meringkuk di tempat tidurku masih memakai seragam lengkap dengan sepatunya yang belum kulepas. Nafasku terhalang isak tangis perlahanku.
“Ga...Gak papa Ma. Aku gak enak badan..” jawabku menahan isak tangis.
“Lho...kamu sakit? Mau ke dokter?” mama masih di balik pintu.
“Enggak usah Ma.” Jawabku singkat.
“Bener?” tanya mama lagi, masih dari balik pintu.
“Iya.....” jawabku singkat.
“Ya udah......Mama buatin susu hangat ya....nanti kalau udah bisa bangun...kamu ambil sendiri di bawah ya.” Kata mamaku lagi. Aku tidak menjawab. Kudengar langkah kaki perlahan mama yang berjalan menuruni tangga.
Aku hanya berdiam diri di kamarku seharian itu. Mama berkali kali mengetuk pintu tapi aku hanya diam. Tak menjawabnya. Papa sedang di luar kota, jadilah tingal mamaku yang pasti kebingungan dengan tingkahku ini. Tapi mama membiarkanku sendiri.
Sore itu handphoneku bergetar berkali kali. Kulihat nomor yang ditampilkan di layar Hpku. Aku kenal nomor itu. Itu rumah Mika. Mika tidak punya HP jadi dia pasti menghubungiku dari nomor rumahnya. Kubiarkan saja Hpku bergetar berkali-kali. Tak satupun panggilannya yang kujawab.
Pukul tujuh malam. Aku mendengar dering telepon dari lantai bawah.
“Oh....iya........Dimas? hmm...Dimas ada di kamarnya...tapi....iya pagi tadi pulang...mungkin lagi tidak enak badan....Oh...iya..dari mana ini? Oh kamu teman sekelasnya ya? Sebentar coba tante panggil dulu.” Aku mendengar suara mama berbicara dengan seseorang di telepon.
“Dimas....! Ada telepon dari Mika buat kamu!” teriak mama. Aku diam tidak menjawab.
“Dimas.....sayang!” teriak mama lagi. “Maaf Mika....sepertinya Dimas masih tidur...oh iya nanti tante sampaikan. Selamat malam juga Mika.” mama menutup telepon.
Perlahan kudengar langkah kaki mama berjalan di tangga menuju kamarku. Pintu kamarku diketuk. Aku sedikit mencium bau masakan...hmm...soto ayam...
“Dimas.....buka pintunya sayang.” Kata mama membujukku.
Aku ragu......
“Mama tidak tahu kamu lagi kena apa.....tapi makan dulu lah paling enggak.”
Aku bangkit dari kasurku. Kubuka pintu kamarku dan kulihat mama tersenyum di antara kebingungannya. Mama terlihat membawa semangkuk soto ayam favoritku.
Mama duduk di sampingku bersandar pada tempat tidurku.
“Kenapa? Berantem?” tanya mama.
Aku menggeleng. Mukaku masih kusut.
“Terus?” tanya mama lagi penasaran. Aku tidak menjawabnya. Masih diam. Mama paham ada hal yang sepertinya cukup rumit bagiku. Butuh waktu sampai nantinya aku akan bicara sendiri pada mama.
“Ya udah....kalau ada masalah sama temen kamu.....siapa namanya...oh Mika ya...buruan diselesein.” Mama membelai kepalaku. “Makan dulu...nanti sakit kamu.”
Aku kembali tidak masuk sekolah dua hari berikutnya. Mama mulai khawatir. Sudah tak terhitung dering telepon kudengar. Semua tak kuacuhkan. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku duduk di meja belajarku....memandang jauh keluar jendela.
Aku sedang melamun sambil memainkan pensil di atas meja belajarku, ketika mama mengetuk pintu kamarku. Hari sudah agak gelap saat itu.
“Dimas...coba kamu turun ke bawah...Mika datang nemuin kamu.” Kata mama. Mendadak perutku terasa mulas. Aku senang dia datang. Tapi....tapi...
“Kamu gak bilang kalau si Mika itu sweet banget....Mama juga naksir sama dia.” Kata mama tersenyum sambil mengusap rambutku. Sesaat kemudian berlalu turun kembali ke lantai satu meninggalkanku sendiri mematung di depan pintu kamarku.
“....juga naksir dia..?” gumamku berpikir. Deg...! jantungku berdebar...apakah mama tahu....
***
haah..."mama jg naksir dia"....
Apa mamanya menyadari penyebab kegalauan Dimas ya????...