It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kuhela nafasku. Kusapu pandanganku ke setiap penjuru ruang kamar. Sementara kutegakkan punggung dan bersandar pada dinding. Kuluruskan kakiku yang rasanya remuk redam ini. Sebenarnya lelah sekali sekujur tubuh ini, tapi ada rasa lega yang membuat rasa lelah itu seolah terbang. Pergi meninggalkanku, yang sedang duduk sendirian di dalam kamar yang sudah kutinggalkan selama beberapa tahun.
Rasa lega itu hanya hinggap selama beberapa detik. Dan perlahan timbul nyeri yang menjalar dari dalam dadaku.
Kupejamkan kedua mataku. Sayup-sayup kudengar suara tawa. Kugigit bibir bawahku yang mendadak saja bergetar. Kupukul dada kiriku yang terasa sesak karena suara tawa itu telah menghilang saat kedua mataku kembali terbuka.
Aku bangkit berdiri, kuraih tas yang tergeletak diatas kasur. Tanganku mencari-cari sesuatu didalamnya. Dan kutarik keluar bersama dengan secarik kertas sialan itu.
"Hah?! Positif? Elu gak salah?! Ulang lagi tes-nya!!" bentakku kearah Rivaz.
"Tapi ini udah empat kali kita melakukan tes, Bar. Dan hasilnya tetap sama" jawabnya dengan tenang, lalu menjulurkan tangannya mencoba meraih tanganku yang duduk diseberangnya.
"Gak mungkin, Vaz! Elu pasti bohong!" kucoba menepis tangan Rivaz, tapi kemudian kedua tangannya melingkar dan memelukku erat.
Kuremas kertas sialan itu, dan kulempar entah kemana.
Kenapa jadi kayak gini?!, tanyaku lagi dalam hati. Aku terus bertanya sendiri. Pertanyaan yang sama yang tidak mampu kujawab. Tidak pula kutemukan jawabannya dari siapapun.
Kurogoh lagi isi tasku. Kutarik keluar benda itu. Kubuka tutupnya. Sambil mataku mencari botol air mineral yang ternyata tergeletak disebelah travel bag-ku.
Setelah menenggak pil pemberian Rivaz dengan air mineral, kurebahkan tubuhku di kasur.
"Elu harus minum ini sebelum tidur. Gak boleh enggak" Rivaz memberi penjelasan setelah melihatku tenang. Entah berapa lama dia memeluk dan membiarkanku menangis sepuasku. "Kenapa harus sebelum tidur? Karena satu atau dua minggu, elu bakal ngerasain halusinasi dari efek samping obat ini Bar"
Kuraih guling yang tergeletak disampingku. Kupeluk erat.
Kepalaku perlahan-lahan merasakan nyeri. Seluruh tubuhku mulai terasa berat. Seolah ada benda keras dan besar menindih tubuhku. Tubuhku yang memang sudah letih, makin terasa semakin tidak karuan.
"Inget Bar! Elu harus minum ini tiap hari! Jam berapa pun itu, asalkan sebelum tidur" pesan Rivaz. "Dan gue minta, elu jangan sampe kecapean. Nih liat! Sistem imunitas dibadan lu cuma segini! Cuma tiga puluh persen!!"
Bangsat!!!
Bahkan satu kata itu pun tak sanggup terlontar dari mulutku.
Halusinasi yang dibilang Rivaz itu pun datang. Lagi.
Rasanya sekarang tubuhku sedang terombang ambing diatas air. Guling yang kupeluk tadi, sudah berubah menjadi sebongkah kayu. Saat kucoba membuka kedua mataku, dunia disekelilingku terasa berputar-putar.
Sial!!! Sakit di kepalaku semakin menjadi, dan terus menjalar ke tengkuk, pundak, punggung, bahkan perutku terasa mual. Rasa sakit ini bahkan sampai menembus ke dalam daging disekujur tubuhku. Bukan tak mungkin, hingga ke tulang sum-sum.
Aku mencoba berteriak. Meminta pertolongan. Tapi siapakah yang akan menolongku?
Apakah Rivaz? Dia sudah kutinggalkan. Aku pergi tanpa pamitan padanya.
Saat ini, untuk menangis pun aku tak mampu melakukannya.
Siapakah yang mampu menolongku? Apakah Tuhan mau menolongku? Aku sudah meninggalkan-Nya sejak lama.
Kini aku sendiri.
Itu yang ku mau.
Enggak!! Aku enggak mau sendiri!!
Aku sampai datang kembali kemari, karena...
Apa yang kumau?
Apa yang ku cari?
Bayu...
Apakah aku kembali kemari karena mencari Bayu? Meski pun hanya bayangannya saja?
Tapi Bayu sudah sejak lama meninggalkanku! Dia meninggalkanku sendiri seperti ini. Dia sudah pergi, setelah aku menyerahkan semuanya.
SEMUANYA!!!
•••~~~•••~~~•••~~~•••
For you I was the flame
Love is a losing game
Five story fire as you came
Love is losing game
One I wished, I never played
Oh, what a mess we made
And now the final frame
Love is a losing game
Played out by the band
Love is a losing hand
More than I could stand
Love is a losing hand
Self-professed profound
Till the chips were down
Know you're a gambling man
Love is a losing hand
Though I battled blind
Love is a fate resigned
Memories mar my mind
Love is a fate resigned
Over futile odds
And laughed at by the Gods
And now the final frame
Love is a losing game
[Love Is A Losing Game - Amy Winehouse]
•••~~~•••~~~•••~~~•••
"Bar... Akbar!!!"
Kurasakan tubuhku diguncang-guncang oleh seseorang. Mataku rasanya berat sekali untuk kubuka.
"Kamu kenapa, Bar? Bangun Bar..."
Ah... Rupanya Ibu Kos.
Aku coba untuk tersenyum kearahnya. Tapi tubuhku masih terasa berat. Bahkan untuk bangkit duduk saja, aku harus dibantu seseorang. Pastinya bukan ibu Kos karena sekarang beliau duduk disamping kananku. Membantuku minum teh hangat.
"Kamu sakit?" tangannya ditempelkan didahi dan dipipiku. "Dari tadi kamu mengigau. Liat nih, baju kamu sampai basah berkeringat begini" ujarnya dengan nada cemas.
Aku menggeleng pelan. "Gak kok Bu. Cuma... Jet lag..." jawabku lemah.
"Hid... Ibu keluar dulu. Tolong bantu Akbar ganti baju ya" ujar Ibu Kos pada seseorang disamping kiriku. Sedari tadi dia yang membantu menahan tubuhku yang lemas ini agar bisa duduk.
Sebelum menutup pintu, aku mencoba membalas senyum ibu Kos, lalu menoleh ke sebelah kiriku. Rupanya seorang remaja tanggung yang dipanggil 'Hid' oleh ibu Kos yang membantuku.
"Thanks... Maap... Jadi ngerepotin..." aku tersenyum pada pemuda itu.
"Gak masalah..." jawabnya sambil membuka kancing kemejaku satu persatu, hingga terbuka semua.
"Hmmm... Gak papa biar gue aja..." tolakku halus. "Bisa tolong ambilin baju di dalem travel bag gue aja?" aku tersenyum kearahnya sambil menepuk pelan pahanya yang berbulu halus.
Dengan gesit si Hid yang mengenakan kaus basket dan celana pendek itu, melompat turun dari kasur, meraih travel bag yang tergeletak di dekat pintu kamar. Meletakkannya didekat kakiku, dan membuka resletingnya hingga terbuka.
Saat aku mencoba bangkit berdiri, tubuhku oleng. Dan akhirnya aku jatuh terjerembab. Dan wajahku jatuh tepat diperut si Hid.
"Mmmmhhhh... Sor....ry..." aku mencoba ikut bangun mengikuti Hid. Tanganku menggapai pinggangnya, tapi aku malah merosot jatuh lagi.
Ini pasti karena efek samping obat yang kuminum semalam. Tubuhku selalu terasa berat tiap kali bangun keesokan harinya. Tidak kusangka malah jadinya merepotkan orang seperti ini.
Separuh sadar aku menatap pemandangan dihadapanku. Rupanya tanpa sadar aku menarik turun celana pendek si Hid. Dan parahnya dia tidak sedang mengenakan celana dalam.
Wew!! Pagi-pagi sudah dapat rejeki, pikirku.
Aku menengadah menatap wajah Hid, yang kini tampak merona merah.
"Ah... Maa...mmmpphhh...!!"
"Ah! Ah! Maap Kak! Maap!" pekik Hid panik.
Kejadian barusan itu sebenarnya cepat sekali. Hanya beberapa detik. Tapi kalau aku boleh me-rewind dan ku play dengan adegan slow motion, tadi itu benar-benar luar biasa.
Aku pura-pura terkejut karena menatap rudal gundul mulus si Hid yang gondal gandul tepat dihadapanku. Kemudian aku berpegangan pada pahanya. Dengan gerakan super kilat, tanganku pura-pura melepas celananya yang turun sebatas lutut, dan disaat itu pula kuhempaskan tubuhku kebelakang. Sementara tanganku menggenggam erat lututnya.
Hid terhuyung-huyung jatuh kedepan. Tepatnya kearahku. Disaat kubuka mulutku untuk berpura-pura minta maaf padanya pun, sudah kuperhitungkan agar rudal milik Hid bisa kulahap.
Setelah itu, Hid menaikan lagi celananya, kemudian dengan wajah merah karena malu, dia berlari keluar. Meninggalkanku sendirian.
Aku tersenyum kecut.
Kalau saja bukan karena pengaruh obat pemberian Riaz, aku pasti berani berbuat lebih. Walaupun bukan tipeku, paling tidak, Hid bisa menjadi pelampiasanku.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Namanya Wahid. Dia anak bontot Ibu Kos ku. Masih kelas 2 SMU. Selama ini dia dibesarkan di Pondok Pesantren di Jember, dan dititipkan pada kerabat Ibu Kos yang ada di dekat Pondok Pesantren itu. Pantas saja wajahnya asing. Aku sama sekali tidak pernah melihatnya waktu dulu kos disini. Kukira dia itu salah satu anak kos disini. Untung saja kejadian di kamar tadi tidak berlanjut jauh. Kalau tidak, bisa tidak enak hati dengan Ibu Kos.
Hubunganku dengan Ibu Kos memang bisa dibilang baik. Walaupun beberapa tahun lalu aku menetap di Australia kemudian pindah ke Singapura, aku masih sering menyempatkan diriku menghubungi Ibu Kos ku ini. Kalau tidak begitu, mana bisa aku mendapatkan kamar kos ku lagi, yang sudah kutinggalkan selama beberapa tahun.
"Bagaimana kondisimu Bar? Sudah mendingan?" tanya Ibu Kos ku saat melintas di depanku.
Aku sedang duduk diteras, sambil memberi makan ikan-ikan koi milik Ibu Kos dengan sisa roti tawar yang tadi diberikan Ibu Kos.
"Lumayan Bu. Makasih ya roti dan susunya" aku menyahut sambil mengangkat gelas kosong dan meletakannya di nampan yang dibawa Ibu Kos.
"Oh iya... Tadi kamu bilang mau sewa motor, kan?"
"Iya Bu. Ada?"
"Pakai aja motor Wahid. Tadi Ibu udah bilang ke dia. Dia juga setuju" lanjut beliau sambil menunjuk motor Vixion berwarna putih biru yang terparkir manis tidak jauh dariku sekarang.
"Wah... Motor keren begitu Bu? Enggak ah Bu..."
"Gak usah sungkan, Bar. Lagian kalo kamu yang naikin pasti itu motor jadi makin keren. Endhak kayak si Wahid. Badan kurus bengkring begitu kok yo minta motor gede begitu. Gak pantes blas!" nyinyiran Ibu Kos ku membuatku mau tak mau terbahak-bahak.
Tapi tawaku tidak berlangsung lama karena melihat Wahid berdiri tidak jauh dari kami dengan wajah masam. Bisa jadi dia kesal sudah dipermalukan ucapan Ibunya yang jujur itu.
Setelah berdeham beberapa kali, agar tawaku berhenti, aku menatap ke Ibu Kos ku. "Karena saya masih jet lag, bagaimana kalau Wahid menemani saya, Bu? Boleh?" tanyaku meminta persetujuan. "Wahid mau kan?" tanyaku langsung pada Wahid. Sekejap saja, sikapnya berubah menjadi salah tingkah.
"Ter...terserah Kak Akbar aja..." Wahid menyahut dengan suara bergetar. Sepintas aku melihat raut muka heran di wajah Ibu Kos.
"Okelah... Kalau gitu saya siap-siap dulu ya Bu..." aku segera bangkit berdiri, dan melangkahkan kaki menuju kamarku yang terletak di lantai dua.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Dari kosanku di Denpasar, aku meminta Wahid yang memegang kendali menyetir motor menuju Kuta. Aku penasaran ingin tau cara dia membawa motor yang lebih besar dari tubuh kurusnya. Dan aku berdecak kagum setiap kali Wahid melakukan manuver keren saat beberapa kali menyalip setiap kendaraan yang ada didepan kami. Aku sampai berseru padanya untuk tidak terlalu ngebut. Bukan karena aku takut. Lantaran aku tidak mau kami kena tilang Polisi.
Kami mampir sebentar di Central Parkir Kuta. Suasana disini tidak banyak berubah, pikirku. Seolah waktu berjalan lamban. Tidak banyak perubahan. Kecuali semakin banyaknya warung makan dan tempat jajan di dekat pertigaan Dewi Sri dengan Central Parkir.
Aku mentraktir Wahid membeli dua lusin kue cubit dan minum es jus.
"Makan yang banyak Hid. Gak usah sungkan" kataku sambil menyodorkan selusin kue cubit padanya. Reaksi Wahid cuma terkejut dengan mengangkat kedua alisnya.
Selama menikmati hidangan kue cubit, aku terus bertanya pada Wahid tentang lokasi wisata yang sedang Hit di Bali saat ini. Wahid bilang, kami bisa ke pantai Pandawa di Nusa Dua. Atau ke Tanjung Benoa untuk sekedar menikmati Pantai nya yang memang jernih. Aku pernah kesana sekali. Dulu sekali. Bersama dengan teman-temanku semasa kuliah.
Setelah menghabiskan sebatang rokok, aku meminta ijin pada Wahid agar diperbolehkan menyetir.
"Bukan saya gak kasi ijin Kak. Tapi bukannya Kakak masih jet lag?" tanyanya memastikan.
"Tenang aja. Kan sekarang perut gue udah penuh. Lagian..." aku menyalakan mesin motor, dan menyuruh Wahid untuk duduk manis dibelakangku, "kalo jatoh kan bisa bangun lagi, Hid. Pegangan yang kenceng!" aku berseru dan memacu Vixion milik Wahid dengan kecepatan tinggi menuju Nusa Dua. Tingkahku ini membuatnya refleks memeluk pinggangku.
Sudut bibirku menyunggingkan senyum senang. Ternyata, meskipun Wahid mempunyai banyak manuver hebat saat menyetir, dia belum bisa menandingi keahlianku menyetir motor yang jauh lebih layak disebut Babi Kesetanan. Tapi aku bisa menjamin everything under control. Semuanya akan baik-baik saja selama Wahid mempercayakannya padaku.
Tidak seperti dia. Bayu!
Setelah kematian Mas Toya, dia memintaku untuk mengizinkannya menikah. Alasannya, karena itu wasiat Mas Toya untuk segera menikah. Kalau bisa segera mempunyai cucu untuk kedua orang tua mereka.
Tapi yang tidak bisa kuterima, kenapa dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami?!
Padahal aku sudah merelakannya menikahi wanita sialan itu! Aku bisa memaklumi semua kesibukannya, sampai membuat kami sangat jarang bisa bertemu. Mulai dari seminggu sekali. Dua minggu sekali. Dua bulan sekali... Kemudian di pertemuan terakhir, dia meninggalkanku tanpa kabar berita selama enam bulan.
Sampai pada akhirnya, Bayu memintaku tidak menghubunginya lagi melalui e-mail.
Dia sengaja tidak mau menemuiku. Karena katanya keputusan itu sangat berat dia ambil.
Bayu sialan!
Bayu brengsek!
Esoknya aku langsung mendatanginya ke Jakarta. Dan dia tetap tidak mau menemuiku. Bahkan Bayu sampai memerintahkan Security di rumahnya untuk melarangku masuk.
Selama beberapa minggu, aku masih tidak bisa menerima keputusan sepihak dari Bayu. Segala daya upaya kulakukan untuk menemuinya. Tapi dia selalu berhasil menghalauku masuk ke garis batas untuk dapat menemuinya. Dia menutup semua celah dengan segala kuasanya.
Sampai aku pun menyerah.
Dengan berat hati... Hati yang mana? Hati yang sudah Bayu hancurkan berkeping-keping, hingga tersisa butiran debu?
Dengan segala keterpaksaan, akhirnya aku meninggalkan Bali. Aku pergi dari Indonesia. Aku pindah ke Sidney.
Niatku kesana untuk melanjutkan pendidikanku. Tapi apa daya, aku masih tidak bisa berkonsentrasi. Aku terpaksa drop out.
Dari seorang kenalanku di Sidney, akhirnya aku terjerumus semakin dalam ke dalam kubangan lumpur kenistaan. Kulampiaskan kesedihanku dengan menjajakan diriku ke semua pria hidung belang disana. Bukan kepuasan yang kucari. Tapi peralihan rasa pedih di dalam relung hatiku.
Sampai pada akhirnya, menjelang masa berlaku Visa pelajarku, aku kembali ke Jakarta. Dari seorang kenalan Tanteku, akhirnya aku bisa bekerja di Singapura.
Disana, secara tidak sengaja, aku berkenalan dengan seorang dokter muda asal Indonesia yang usianya hanya terpaut setahun diatasku. Dengan Rivaz, aku selalu menceritakan keputus asaanku setiap kali aku mengundangnya ke apartement-ku.
Rivaz selalu menjadi pendengar yang baik. Dia selalu memberiku masukan agar aku bisa move on dari Bayu. Sampai beberapa bulan kemudian dia mengutarakan perasaannya padaku, yang langsung kutolak tanpa kupikir lebih jauh.
Satu hal yang membuatku salut, dia tidak pernah menyerah. Dia selalu mensupportku dengan berbagai cara. Selalu setia menemani kesendirianku sepulang kerja. Selalu ada untukku, kapanpun aku mau. Rivaz selalu menuruti semua egoku. Dan dari situ, meskipun aku tetap menolaknya, kutemukan kenyamanan setiap kali kami bersama.
Tidak pernah sekalipun dia memintaku untuk melakukan kontak fisik selain tidur dalam pelukannya, atau sekedar saling bertukar kecupan dipipi ataupun dikening sesaat sebelum aku terlelap dalam dekapannya.
Well... Sebenarnya aku pernah memberinya blow job setelah peristiwa di ruang praktiknya. Sepulang dari kabar mengejutkan yang dia berikan padaku. Bahwa aku mengidap HIV!! Itu pun kulakukan setelah bertanya padanya apakah aman melakukan hal itu.
Karena aku tidak mempunyai luka di dalam mulutku, dan juga selama ini aku selalu tau, dia selalu ereksi tiap kali kami tidur berpelukan. Akhirnya, aku bisa memberinya rasa terima kasihku padanya. Untuk pertama dan terakhir kalinya. Karena seminggu kemudian, aku terbang ke Bali tanpa sepengetahuannya.
Selama seminggu itu pula, aku menghubungi Ibu Kos ku. Memaksa beliau untuk memberikan kamar kos yang dulu kutinggalkan dan sudah diberikan pada penyewa lain. Entah alasan apa yang beliau katakan, hingga akhirnya penghuni di kamar kos itupun hengkang.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Akhirnya kami sampai juga di Pantai Pandawa. Wahid menemaniku mengabadikan segala keindahan di Pantai indah ini dari atas tebing dengan kamera ponselku.
Lalu kami berjalan turun, hingga tepi pantai. Kami bermain air dengan kaki kami, dibawah teriknya matahari.
Puas bermain air, aku mengajak Wahid untuk meninggalkan Pantai ini.
"Kapan-kapan, temenin gue lagi kemari ya Hid?"
"Oke" sahutnya mengacungkan jempolnya yang langsing.
"Elu tau gak tempat makan yang enak di daerah sini?" tanyaku meminta pendapat.
"Udah laper lagi Kak?" Wahid balik bertanya dengan raut muka heran.
"Pantesan aja elu cungkring begini. Masa baru kemasukan kue selusin masih kenyang" kugelitik pinggang langsingnya. Membuatnya tertawa dan berseru minta ampun.
Sejenak aku mengerlingkan mataku kearah segerombolan cewek ABG yang memperhatikan tingkahku dengan Wahid. Dan cewek-cewek itu ada yang sampai menjerit histeris. Salah satunya ada yang mengarahkan kamera ponselnya padaku.
Dan selama beberapa menit, aku melayani permintaan cewek-cewek itu untuk berselfie ria. Wahid tidak ikut. Aku menebak, dia tipikal cowok pemalu. Ya sudahlah. Bukan salahku dia kutinggalkan sendirian. Lagi pula tidak lama kemudian, kuminta dia yang menyetir dan mengantar ke rumah makan yang tadi sempat dia sarankan.
Ooohh rupanya Wahid mengajakku ke Warung Makan Bu Oky. Hmmmm... Kebetulan sekali, sudah lama aku tidak menikmati hidangan ayam dan bebeknya yang terkenal gurih dan super pedas itu.
Usai makan, kuperhatikan Wahid makan dengan lahap, aku membelikan sekotak untuk kuberikan pada Ibu Kos sesampainya kami pulang nanti.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
...
Sadness has me at the end of the line
Helpless watched you break this heart of mine
And loneliness only wants you back here with me
Common sense knows that you're not good enough for me
And all you had to do
Was apologize, and mean it
But you didn't say you're sorry
I don't understand
You don't care that you hurt me
And now I'm half the man
That I used to be when it was you and me
You didn't love me enough
My heart may never mend
And you'll never get to love me
I wish like hell I could go back in time
Maybe then I could see how
Forgiveness says that I should give you one more try
But it's too late, it's over now
...
[Never Again - Justin Timberlake]
•••~~~•••~~~•••~~~•••
thx
btw karena namanya pakai spasi, kayaknya susah di mention nih
PS. gak perlu baca ulang, coz ini ganti POV
••• ~~ ••• ~~ ••• ~~ •••
Happy Reading Guys
@Antistante @yuzz @meong_meong @anohito @jeanOo @privatebuset @Gaebarajeunk @autoredoks @adinu @4ndh0 @hakenunbradah @masdabudd @zhedix @d_cetya @DafiAditya @Dhivars @kikyo @Tsu_no_YanYan @Different @rudi_cutejeunk @Beepe @dheeotherside @faisalrayhan @yubdi @ularuskasurius @Gabriel_Valiant @Dio_Phoenix @rone @adamy @babayz @tialawliet @angelofgay @nand4s1m4 @chandischbradah @Ozy_Permana @Sicnus @Dhivarsom @seno @Adam08 @FendyAdjie_ @rezadrians @_newbie @arieat @el_crush @jerukbali @AhmadJegeg @jony94 @iansunda @AdhetPitt @gege_panda17 @raharja @yubdi @Bintang96 @MikeAurellio @the_rainbow @aicasukakonde @Klanting801 @Venussalacca @adamy @greenbubles @Sefares @andre_patiatama @sky_borriello @lian25 @hwankyung69om @tjokro @exxe87bro @egosantoso @agungrahmat@mahardhyka @moemodd @ethandio @zeamays @tjokro @mamomento @obay @Sefares @Fad31 @the_angel_of_hell @Dreamweaver @blackorchid @callme_DIAZ @akina_kenji @SATELIT @Ariel_Akilina @Dhika_smg @TristanSantoso @farizpratama7 @Ren_S1211 @arixanggara @Irfandi_rahman@Yongjin1106 @Byun_Bhyun @r2846 @brownice @mikaelkananta_cakep@Just_PJ @faradika @GeryYaoibot95 @eldurion @balaka @amira_fujoshi @kimsyhenjuren @farizpratama7 @ardi_cukup @Dimz @jeanOo @mikaelkananta_cakep @LittlePigeon @yubdi @YongJin1106 @diditwahyudicom1@steve_hendra @Ndraa @blackshappire @doel7 @TigerGirlz @angelsndemons @3ll0 @tarry @OlliE @prince17cm @balaka @bladex @dafaZartin @Arjuna_Lubis @Duna @mikaelkananta_cakep @kurokuro @d_cetya @Wita @arifinselalusial @bumbellbee @abyh @idiottediott @JulianWisnu2 @rancak248 @abiDoANk @Tristandust @raharja @marul @add_it @rone @SteveAnggara @PeterWilll @Purnama_79 @lulu_75 @arGos @alvin21 @hendra_bastian @Bun @jeanOo @gege_panda17 @joenior68 @centraltio @adilar_yasha @new92 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars @adilar_yasha
@GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL
@Lovelyozan @eka_januartan
@tianswift26 @abyyriza
@privatebuset @Bun @sujofin
×××°•••°°•••°×××
@tianswift26
wahid jangan di goda ye bar! jangan di jerumuskan
wahid jangan di goda ye bar! jangan di jerumuskan
wahid jangan di goda ye bar! jangan di jerumuskan
wahid jangan di goda ye bar! jangan di jerumuskan
Lama ga update sekali update ada kabar duka lagi...
Mga ja Akbar ga di koitkan jga...
sepertinya akbar bakal nularin virus hiv nya ke orang lain -_-
@tamagokill kamu author pencabut nyawa ya? kan kasian akbarnya, udah di campakkan, dapet hiv lagi ckckck -_-