It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@tamagokil mention aku juga ya kalo up...aku suka cerita...
@tamagokil mention aku juga ya kalo up...aku suka cerita...
@tamagokil..minta summon me dunk, thank's
Mantap parah...
Kalo up jangan lupa senggol ya...
Dah kadung warna pelangi menguasai nafasku.. Hallah
Tapi Kaka & A'im emang udah lamaaa bgt berlalu. Jadi aku bisa enjoy nyeritain kisah mereka.
Sekarang balik lagi kenapa aku jarang update.
Pertama, aku sibuk dengan kerjaanku. Jam kerjanya seharian penuh. Aku susah konsen buat bikin alur cerita. Ditambah, aku ngetik dengan handphone. Kalo gak sd card rusak, trakhir hp ku rusak juga. Sampe stress!!! Sampe gak ada semangat buat nulis.
Ditambah, tahun lalu Donna yang ada didunia nyata, meninggal bbrp bulan lalu. Aku masih sedih. Masih belum bisa nerima kenyataan.
Lucu aja sih. Waktu ditinggal mati pacar, aku butuh beberapa tahun buat bisa move on. Tapi kalo denger sahabat yang udah kayak kakak sendiri mendadak pergi tanpa sempet pamitan, rasanya semuanya mendadak hancur lebur.
*sigh*
Yahhh... Sementara itu dulu penjelasanku.
Makasih & mohon maaf karena aku belum bisa update dalam waktu dekat.
1 sisi gak stabil, semuanya limbung
Kutarik selimut yang menutupi dibagian bawah pusarku hingga sebatas dada. Sudah sejak beberapa bulan terakhir ini, udara malam di Bali terasa dingin.
Dinginnya sangat menusuk. Hingga membuatku harus mengenakan sweater ditambah selimut. AC di kamar ini pun sampai tidak pernah terpakai sejak udara malam di Bali berubah dingin.
Semakin terasa dingin, kala kusadari... aku sudah cukup lama hidup menyendiri.
Sepertinya baru kemarin aku selalu bersamanya. Melihatnya tersenyum menyambutku. Merasakan hangat kasihnya memelukku erat. Membuaiku dalam mimpi indah tak berkesudahan di dalam dekapannya.
Dan seolah baru kemarin, dia pergi meninggalkanku dalam kesendirian ini. Membuatku tersadar, bahwa tanpa dirinya aku merasa sepi. Dan tanpa dirinya, kesendirianku ini membuatku merasa kedinginan.
Aku kesepian.
Sayup-sayup bisa kudengar gelak tawa dari luar kamarku. Suara itu berasal dari ruang tv.
Sebenarnya tubuhku terasa berat untuk bangkit berdiri. Dan entah bagaimana caranya, beberapa saat kemudian, aku sudah berdiri dan menarik gagang pintu kamar hingga sedikit terbuka.
BLETAK!!!
Awalnya kukira itu suara benturan sebuah benda yang terjatuh. Setelah mengerjapkan mataku sejenak, barulah aku sadar kalau itu suara tangan yang beradu dengan kepala.
Kuhela nafasku sejenak, kemudian tersenyum melihat mereka.
"Bego lu! Kalo ngakak sadar waktu napa!! Tuh! Bang Zaki jadi bangun!"
Awalnya kukira itu Taka, tapi setelah melihat dengan teliti, itu suara Tiki yang menjitak kepala Zulfikar sampai bunyi sekeras itu.
Senyumku semakin merekah, dilanjut menggelengkan kepalaku pelan beberapa kali. Tiki memang selalu saja bertingkah kasar, tapi menurutku, tidak cuma Tiki yang bagiku bertingkah konyol. Tapi mereka bertiga. Tiki dan saudara kembarnya Taka, juga si Zulfikar yang selalu saja dengan tabah menerima bully dua bersaudara kembar itu.
Secara fisik, sebenarnya Zulfikar itu tinggi tegap. Tapi entah kenapa duo kembar ini malah tumbuh menjadi duo kembar yang jauh lebih tinggi besar melampaui Zulfikar. Kalau duo kembar itu berdiri sejajar denganku, mungkin jarak tidak sampai setahun, aku sudah kalah tinggi dari mereka. Bisa aku maklumi. Mungkin karena mereka punya gen Eropa yang rata-rata tubuh para orang sana memang lebih besar dariku --- yang murni orang Asia.
Tapi tidak semua orang Asia kalah besar dengan orang Eropa. Buktinya ada rekan kerjaku yang juga berdarah Eropa, secara fisik dia memiliki tubuh yang jauh lebih kecil dariku.
"Kalian belum ngantuk?" tanyaku setelah berdeham beberapa kali agar suaraku bisa terdengar jelas.
Sesaat, tanganku menyentuh siku Tiki, yang kini sedang bersandar disofa. Tapi segera kutarik lagi tanganku. Kusilangkan didepan dadaku. "Kenapa Ki?" tanyaku heran, melihatnya mengerutkan alisnya.
Hanya sepersekian detik, Tiki bangkit dan telapak tangannya yang dingin menyentuh dahiku. Kemudian menyentuh leherku.
"Abang sakit?" tanyanya cemas.
Aku terperangah dan bergerak mundur.
Tingkah Tiki satu ini selalu saja membuatku terkejut bukan main.
Dia dan Taka memang beda darah dari Ayah. Tapi tetap saja sedarah dengan Ibu kandung... Toya. Dan cara ia menatapku. Juga tingkahnya itu, terlalu mirip dengan Kakak tirinya yang sampai detik ini... sangat kucintai.
"Sorry... Udah bikin Abang kaget?
" refleks Tiki meminta maaf. Dengan mudah dia melompati sandaran sofa dan mendekatiku. "Suwek! Ambilin Paracetamol di kotak P3K. Ki! Elo ambilin air di baskom! Malah pada bengong..."
BRAK!
Kaki Tiki menendang sandaran sofa.
"Cepetan!" perintahnya gemas.
Tanpa perlu dikomando sekali lagi, Zulfikar dan Taka langsung bangkit dan lari pontang panting menjalankan perintah Tiki.
"Sorry Bang... Tadi si Suwek udah bikin Abang kebangun... Sekarang lebih baek Abang balik ke kamar. Rebahan aja dikasur" Tiki berujar seraya memapahku ---lebih tepat kalau disebut menyeretku paksa--- hingga kedalam kamarku.
Dengan telaten dia membantuku kembali berbaring di atas ranjang.
Demam?
Kenapa aku tidak sadar?
Jadi itu sebabnya sedari siang kepalaku terasa sakit? Pandangan mataku memang agak berkunang-kunang sejak siang. Tapi aku tidak terlalu mempedulikan. Kupikir aku sedang kelelahan. Karena memang seminggu ini aku sangat sibuk mengurus kerjaan.
"Hiiss!! Ini dua bocah pada kemana? Lama amat! Badan doang yang digedein tapi pada lelet semua" gerutu Tiki sambil berlalu keluar kamar setengah berlari.
Aku sempat mendengar omelan Tiki entah pada siapa. Bisa ditebak, pasti Tiki sedang memarahi adik kembarnya, juga kepada Zulfikar.
Beberapa saat kemudian Tiki sudah kembali kedalam kamar membawa sebaskom air, dan segelas air.
"Abang minum obat ini dulu. Biar panasnya turun" katanya setelah meletakkan baskom air diatas lantai.
Tiki juga membantuku duduk sejenak agar aku bisa dengan mudah meminum tablet yang ia sodorkan padaku. Kemudian ia kembali memintaku berbaring.
Sejenak aku mendengar gemericik air. Tak lama sebuah kain basah yang terasa dingin diletakkan Tiki dikeningku.
Dari sudut mataku, bisa kulihat Taka dan Zulfikar berdiri diambang pintu.
Tiki menoleh dan membalikkan tubuhnya mengikuti arah pandangan mataku. Bangkit berdiri dan mengusir dua orang diambang pintu, kemudian menutup pintu. Sempat kudengar juga suara pintu yang dikunci.
Setelah itu, dia menyalakan lampu baca, yang terletah diatas meja samping ranjangku. Kemudian mematikan lampu kamar. Membuat suasana temaram didalam kamarku.
"Makasih Ki..." ujarku akhirnya setelah sedari tadi hanya diam dan memperhatikan tingkah Tiki yang tangkas dan gesit melakukan semuanya dalam hitungan detik. "Ngomong-ngomong, kenapa dulu kamu enggak jadi masuk ke kedokteran aja Ki? Padahal kamu sangat pantas jadi seorang dokter" kataku dengan diiringi pujian.
Tiki duduk ditepi ranjang disamping kakiku. Mendesah pelan, kemudian dalam keremangan aku bisa melihatnya tersenyum. Bukan senyum senang karena sudah kupuji. Tapi dia menunjukan senyum pahit. Matanya nanar memandangku.
"Enggak Bang... Tiki gak sanggup jadi dokter..." katanya setelah nampak termenung cukup lama.
Tiap kali kami hanya berdua, Tiki selalu saja menyebut namanya sebagai pengganti kata 'Gue' atau 'Aku' dibandingkan saat sedang beramai-ramai dengan Zulfikar atau Taka dan lainnya.
"Kenapa?" tanyaku lagi, heran.
Tiki menggeleng, "Ya gak kenapa-napa. Cuma gak pengen aja". Tiki kini menarik selimut hingga menutupi dadaku.
"Kamu gak dingin cuma pakai kaus tanpa lengan begitu?" tanyaku heran. Padahal udara malam ini kan memang terasa dingin.
Senyum Tiki semakin lebar setelah mendengar pertanyaanku. "Abang kerasa dingin karena emang lagi gak enak badan. Ini aja Tiki lagi kegerahan banget. Tadi pengennya mandi, tapi gak dibolehin ama si Suwek" katanya menjelaskan.
Tangan Tiki menepuk betisku pelan beberapa kali, "Abang istirahat aja. Biar besok pagi mendingan"
Kupejamkan mataku setelah mendesah pelan.
'Abang istirahat aja. Biar besok pagi mendingan'
Kalimat itu terdengar akrab ditelingaku. Kalimat yang selalu diucapkan Toya, tiap kali usai memijatku. Tanpa aku minta, Toya selalu saja memijat kaki, tangan punggung dan pundakku tiap kali ia melihatku kelelahan sepulang kerja. Bahkan ia selalu menyuapiku diatas ranjang dan melarangku dengan keras agar tetap berada diranjang.
'Abang itu Raja dihati dan dihidupku' katanya merayuku sambil menyuapiku.
Dan usai kuhabiskan semua masakan yang ia sajikan, Toya mengecup pipiku lama. Memelukku erat.
'Jangan sakit ya Bang... Kalau Abang sakit, siapa yang akan melindungiku?' bisiknya dilanjut mengecup leherku ringan.
Kukatupkan kedua tanganku agar menutupi seluruh wajahku. Dalam diam aku terisak. Lirih.
Kalau pun esok pagi aku sehat, siapa lagi yang akan kulindungi, Toya?
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Once in a lifetime. It's just right. We make no mistakes. Not even a land slide or riptide could take it all away
Somehow it feels like nothing has changed. Right now my heart is beating the same out loud someone's calling my name. It sounds like you
When I close my eyes. All The Stars align. And you are by my side. You are by my side
Once in a lifetime. It's just right. We are always safe
Not even the bad guys in the dark night. Could take it all away
Somehow feels like nothing has changed, right now my heart is beating the same
Out loud someone's calling my name. And it sounds like you
When I close my eyes. All the stars align. And you are by my side. You are by my side
Once in a life time you were mine
[ Once In A Lifetime - One Direction ]
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Happy Reading Guys
@Antistante @yuzz @meong_meong @anohito @jeanOo @privatebuset @Gaebarajeunk @autoredoks @adinu @4ndh0 @hakenunbradah @masdabudd @zhedix @d_cetya @DafiAditya @Dhivars @kikyo @Tsu_no_YanYan @Different @rudi_cutejeunk @Beepe @dheeotherside @faisalrayhan @yubdi @ularuskasurius @Gabriel_Valiant @Dio_Phoenix @rone @adamy @babayz @tialawliet @angelofgay @nand4s1m4 @chandischbradah @Ozy_Permana @Sicnus @Dhivarsom @seno @Adam08 @FendyAdjie_ @rezadrians @_newbie @arieat @el_crush @jerukbali @AhmadJegeg @jony94 @iansunda @AdhetPitt @gege_panda17 @raharja @yubdi @Bintang96 @MikeAurellio @the_rainbow @aicasukakonde @Klanting801 @Venussalacca @adamy @greenbubles @Sefares @andre_patiatama @sky_borriello @lian25 @hwankyung69om @tjokro @exxe87bro @egosantoso @agungrahmat@mahardhyka @moemodd @ethandio @zeamays @tjokro @mamomento @obay @Sefares @Fad31 @the_angel_of_hell @Dreamweaver @blackorchid @callme_DIAZ @akina_kenji @SATELIT @Ariel_Akilina @Dhika_smg @TristanSantoso @farizpratama7 @Ren_S1211 @arixanggara @Irfandi_rahman@Yongjin1106 @Byun_Bhyun @r2846 @brownice @mikaelkananta_cakep@Just_PJ @faradika @GeryYaoibot95 @eldurion @balaka @amira_fujoshi @kimsyhenjuren @farizpratama7 @ardi_cukup @Dimz @jeanOo @mikaelkananta_cakep @LittlePigeon @yubdi @YongJin1106 @diditwahyudicom1@steve_hendra @Ndraa @blackshappire @doel7 @TigerGirlz @angelsndemons @3ll0 @tarry @OlliE @prince17cm @balaka @bladex @dafaZartin @Arjuna_Lubis @Duna @mikaelkananta_cakep @kurokuro @d_cetya @Wita @arifinselalusial @bumbellbee @abyh @idiottediott @JulianWisnu2 @rancak248 @abiDoANk @Tristandust @raharja @marul @add_it @rone @SteveAnggara @PeterWilll @Purnama_79 @lulu_75 @arGos @alvin21 @hendra_bastian @Bun @jeanOo @gege_panda17 @joenior68 @centraltio @adilar_yasha @new92
×××°•••°°•••°×××
Update dikit ya ... Cuma isyarat, bahwa The Stars memang belum tamat, dan aku masih akan meneruskan kisah ini sampai selesai.