It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Apa yang aku lakukan!? Seruku dalam hati. Lembaran kertas kuesioner semakin kupeluk erat. Wajahku tertunduk karena rasa malu.
"Maaf.. itu.. anu.." Gumamku.
Pria tampan itu, yang juga tampak terkejut atas tindakanku. Namun raut terkejut itu cepat hilang dan tergantikan dengan tawa yang terdengar ramah.
"Tenang. Kau tak perlu gugup seperti itu. Aku hanya ingin mengambalikan kertas ini. Kau tampaknya tidak sadar saat kertas ini terjatuh ketika kau merapikan lembaran kertas kuesionermu dia meja sana."
Tangannya terulur menyerahkan kertas kuesionerku. Aku meraih kertas itu. Aku mendongak untuk menatap mata tajam milik pria tampan yang ada di depanku saat ini.
Wajahnya yang rupawan. Kulit putihnya. Serta rambut hitam legam dan lurusnya tertata rapi. Jelas sosok pria ini bukan orang biasa.
"Terima kasih." Kataku. Kuselipkan lembar kertas itu pada kumpulan kuesionerku.
"Hei, bisa kita bicara sebentar? Kau memiliki sesuatu yang sangat menarik perhatianku. Bagaimana?" Ajak pria tampan itu. Yang sekarang aku yakini ia adalah seorang pebisnis muda dari cara berpakaian dan aksesoris mahal yang ia kenakan.
Aku menatap sosok itu ragu. Tubuh dan pikiranku mulai waspada. Andai pun aku benar bahwa pria tampan ini adalah seorang eksmud -eksekutif muda- yang sukses tapi bukan berarti ia tidak memiliki niat jahatkan?
Tawa renyah sosok itu kembali terdengar. Tampaknya ia menyadari bahwa aku mencurigainya.
"Tenang saja. Aku tidak memiliki niat jahat. Aku hanya ingin membahas lembaran kertas yang kau peluk itu. Bagaimana?" Tawar sosok Jo itu sekali lagi.
Ragu. Aku menatap lembaran kertasku dan Jo bolak - balik berulang kali. Apa mungkin ini kesempatanku?Tanyaku dalam hati.
"... Baiklah." Sanggupku pada tawarannya.
"Bagus! Bagaimana kalu sekalian kita makan siang? Ini sudah waktunya. Aku yang traktir." Ajaknya sambil erangkul bahuku menuju keluar gedung. Ke area parkiran dimana sebuah sporty car mahal dan seorang petugas valet sudah menanti kami.
Aku sekali lagi terperangah. Siapa sebenarnya sosok tampan yang mengaku bernama Jo ini!?
Terima kasih sudah mampir. Ditunggu kritik dan saran masukannya.
Kegelisahan kembali melandaku. Apa keputusanku untuk menerima ajakan eksmud ini benar? Atau jangan-jangan alasan bahwa ia tertarik pada kuesionerku itu hanya tipuan?
Bagaimana kalau penampilan rapi dan mewahnya itu juga hanya tipuan? Astaga, berbagai pikiran buruk semakin menghantuiku.
"Hei, kenapa sejak tadi kau terdiam? Kau bahkan belum menyebutkan namamu walaupun aku sejak awal sudah memperkenalkan diri." Untuk pertama kalinya Jo memecahkan kesunyian diantara kami.
Aku yang sejak tadi terduduk kaku melirik pelan Jo sebelum kembali bergerak gelisah.
"Jadi, namamu?" Tanya Jo sekali lagi. Sepertinya ia tidak akan berhenti bertanya sebelum aku memberitahu namaku.
"Satrya. Satrya Anggara."
Jo menoleh sebentar ke arahku. Senyum menawan terukir diwajahnya. Ia tampak puas karena akhirnya mengetahui namaku. Orang aneh. Apa ia begitu penasaran?
Kembali perjalanan kami larut dalam keheningan hingga akhirnya mobil mewah Jo memasuki pelataran parkir sebuah restoran. Tampaknya Jo memang tidak bergurau mengatakan akan mentraktirku karena bila ia memperhatikan penampilanku yang seadanya ini tentu ia sadar bahwa aku tidak akan sanggup untuk makan siang di tempat semewah ini.
"Ayo. Cacing-cacing diperutku sudah di ambang batas kesabaran mereka." Guraunya sambil kembali merangkulku untuk memasuki restoran ketika kami sudah keluar dari mobil.
Aku benar-benar merasa kikuk dan salah tempat dengan duduk di restoran ini. Bagaiman tidak? Sejauh pandanganku, semua yang duduk dan makan di tempat ini adalah sosok-sosok pria berjas dan kemeja mahal dan para wanita yang tampak anggun dengan penampilan elegan mereka.
Aku perhatikan Jo yang sedang menyampaikan pesanan makanannya pada seorang pelayan yang dengan cekatan menyalin pesanan Jo pada notes yang dipegangnya. Pelayan itu mengulang kembali pesanan yang di ucapkan Jo.
"Ya, saya pesan itu saja. Kau bagaimana Satrya? Apa yang kau pesan?" Tanya Jo ketika pelayan telah selesai ngulang pesanan Jo.
Satu lagi masalah yang saat ini aku hadapi. Seluruh daftar makanan yang tertulis di buku menu ini sama sekali tidak ada yang kuketahui jadi bagaimana bisa aku pesan.
Seolah mengerti kesulitanku, Jo menyampaikan bahwa pesannanku sama dengan yang ia pesan pada si pelayan.
Aku sungguh merasa malu saat ini. Apa rencana Jo dengan mengajakku kemari? Jika memang hanya untuk membahas ketertarikannya pada kuesionerku, maka ia tidak perlu mengajakku ke tempat makan mewah ini kan? Atau jangan-jangan sosok eksmud ini hanya ingin mempermainkan dan mempermalukan ku? Tapi untuk apa? Bukankah kami baru berkenalan beberapa menit yang lalu?
Segala pertanyaan dan prasangka buruk itu semakin liar dipikiranku dan entah kenapa seketika aku menjadi tidak menyukai sosok Jo yang kini mengumbar senyum manisnya kepadaku.
Lanjut^^)/
Walau aku menyadari kadang Jo menatapku sejenak sebelum kembali menikmati makanannya. Jo tampak terbiasa menikmati makanan prancis yang sedang terhidang ini. Berbeda denganku. Aku sama sekali tidak bisa menikmatinya. Rasanya terlalu aneh. Walau penampilannya sangat menarik.
"Kau tidak menyukai makanannya?" Akhirnya Jo bertanya setelah melihat betapa enggan aku menyentuh makananku.
"Aku tidak pernah menyantap makanan seperti ini sebelumnya." Sahutku. Garpu yang ku pegang dengan enggan ku tusukkan pada udang dengan saus berwarna oranye yang ada dipiringku. Lama aku mencoba mengunyahnya. Udangnya enak, lembut, hanya saja saosnya terasa aneh.
Jo tersenyum ketika aku sedikit mengernyit saat menguyah makananku. "Kalau kau tidak begitu suka, lebih baik tidak usah dimakan. Biarkan saja. Kita pergi ketempat lain yang menyediakan makanan kesukaanmu." Ujar Jo sambil membersihkan sudut bibirnya dari sisa makanan dan sudah siap memanggil pelayan untuk pembayaran.
"Dan kemudian menyia-nyiakan makanan mahal yang sudah terpesan ini? Maaf tuan Jo, saya bukan orang kaya yang bisa dengan mudah membuang makanan seperti ini. Makanan ini akan saya habiskan." Kataku ketus pada pria yang kini tampak terkejut. Mungkin ia tidak menyangka aku yang sejak tadi tampak gugup didepannya kini bisa berbicara dengan ketus.
"Baiklah. Aku akan menunggumu selesai makan. Pelan-pelan saja dan coba menikmati rasanya."
Jo tersenyum memperhatikanku mencoba menghabiskan makanan pada piring terakhirku. Sesekali gelas wine yang ada ditangannya ia sesap.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Seperti yang ku katakan tadi saat kita bertemu di lobi gedung, aku tertarik dengan isi kuesionermu. Sudah lama aku ingin melakukan penilaian pada kinerja karyawan dan efektifitas sistem kerja yang saat ini berjalan di perusahaan tempatku bekerja. Dan aku rasa isi kuesionermu sangat cocok untuk itu. Jadi bagaimana? Kau setuju jika kuesioner itu disebar di tempat kerjaku?" Tawar Jo. Saat ini kami sudah selesai makan -akhirnya aku berhasil menghabiskan makanan prancis pertamaku- dan Jo sudah mengatakan tujuan sebenarnya.
"Kalau saya boleh tau, anda bekerja dimana Tuan Jo?"
"Hei, jangan formal begitu. Panggil saja aku Jo, aku baru menginjak usia 28 dan panggilan tuan sangat tua untukku. Kurasa beda usia kita tidak terlalu jauhkan? Berapa usiamu?"
"Maaf. Aku bulan lalu sudah memasuki usia 23."
"Beda 5 tahun. Tidak terlalu jauh. Ah ya, aku bekerja di sini."
Jo menyerahkan sebuah kartu nama padaku. Resort A -dibaca Ae- . Bukankah ini resort yang sangat terkenal? Aku menatap Jo terkejut dan tidak percaya. Apa ini benar?
"Ya, aku bekerja disana. Hanya pekerja biasa."
"Tapi ini adalah resort ternama. Apa tidak masalah aku menyebar kuesionerku disini? Karena nantinya hasil kuesioner ini akan kucantumkan pada skripsiku. Apa kau yakin?" Aku merasa gugup saat ini. Ini adalah peluang yang baik bila Jo memang yakin dengan keputusannya tapi aku tidak ingin harapanku pupus untuk kedua kalinya.
"Ya aku yakin. Dan aku tidak mempermasalahkan bila hasilnya kau cantumkan pada skripsimu. Itu malah akan menunjukkan bahwa penilaian ini berlangsung transparan. Dan lagi aku percaya bahwa kinerja karyawanku tidaklah terlalu buruk." Tawa renyah Jo kembali terdengar.
Senyum lebarku kali ini terukir diwajahku. Akhirnya aku bisa menyebarkan kuesionerku! Bahkan aku mendapat kesempatan menyebarkan disebuah perusahaan besar!
"Terima kasih atas kesempatannya Tuan!" Seruku sambil menundukkan kepala sebagai tanda terima kasih.
"Hei, kau tidak perlu seperti itu. Dan lagi bukankah sudah kubilang panggil aku Jo."
Senyum manis Jo kini dapat kubalas dengan senyuman juga. "Terima kasih Jo."
Ka @d_cetya
Bang @balaka
Mas @4ndho
Ka @lulu_75
@Wita
@Unprince
Ini bukannya makan siang ya? Atau aku yang gak fokus?
seperti biasaa. save dulu