BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CLBK(Cinta Lama Belum Kelar) "TAMAT"

1151618202133

Comments

  • lanjut lanjut
  • edited February 2015
    Aaaaaa..Akhirnya bisa nyelesaiin part ini dari target aku 1 minggu..hihi kmren tuh sempet bingung memulainya gmn di 3 part trakhir ini.. Hehe

    Maaf aku mention ya..

    @raden_sujay @harya_key @Different @ragahwijayah_ @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @JNong @Unprince @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @SteveAnggara @Cyclone
    @Adityaa_okk @Tsu_no_YanYan @arGos @RenoF @arifinselalusial @Adhika_vevo @Widy_WNata92



    Karakter cerita @3ll0 @Tsunami @cute_inuyasha @MarioBros @balaka



    Part 7
    #Reino

    Tidak lama lagi kami akan menanggalkan seragam putih abu-abu ini. Sudah dua bulan ini aku dan Vinchen sama-sama sibuk dengan berbagai macam persiapan untuk menghadapi UAN. Bahkan di sekolah kami berdua jarang bertemu selama dua bulan ini.

    Sudah satu setengah tahun aku dan Vinchen melewati masa pacaran di SMA tercinta ini. Aku hanya mengenal satu kata saat bersamanya 'Bahagia'. Dia memperlakukan aku seperti seorang perempuan. Tapi aku menyukainya. Setiap hari dia mengantar jemputku ke sekolah. Dia melarang ku untuk sarapan di rumah, karena dia setiap pagi membuatkan ku bekal untuk sarapan. Aku gak tahu dia belajar dari mana soal itu.Hehe Dia juga selalu memberikan mawar merah setiap kali kami pergi berkencan. Awalnya aku marah dia memberiku bunga seperti aku ini anak perempuan. Tetapi kelamaan aku akan marah kalau dia lupa membawakan aku mawar merah saat kami berdua berkencan. Sekarang memberikan mawar merah menjadi hal yang wajib untuk syarat kami berkencan.

    Saat ulang tahunku yang ke 17, Vinchen datang kerumahku tengah malam.Tepat jam 12 malam dia menelponku untuk membuka jendela. Aku melihat Vinchen disana membawa puluhan balon yang di ikat di belakang motornya, dan dia membawa banyak sekali mawar merah di tangannya. Tidak lama dari itu, pintu kamarku terbuka. Teman-temanku, Kak Raya, kak Ibin bahkan bang Mario masuk ke dalam kamar membawa kue ulang tahun.

    Kemudian jantungku nyaris copot, saat Vinchen masuk membawa bunga mawar yang banyak itu, dia mengucapkan selamat ulang tahun dan mencium keningku. Deg, hening seketika sampai kak Raya menghampiri dan mencubit-cubit Vinchen dengan gemas. Kak Raya berfikir Vinchen iseng bersikap begitu kepadaku. Lalu mereka semua tertawa menanggapi kegilaan mahkluk beleguk satu itu!

    Vinchen membawaku dengan balon yang masih terikat di motornya. Aku berfikir dia akan mengajakku ke tempat yang romantis. Gak tahunya dia ngajak aku ke sekolahan! Ternyata balon itu untuk menghias kelasku, untuk memberikan kejutan padaku! Beleguk ya nih orang, masa mau ngasih kejutan, yang di kasih kejutan di suruh bantuin dekorasi.

    "Biar cepat selesai Rein.." Jawabnya santai waktu aku ngomel-ngomel sama dia. Dan jadilah sampai jam 3 subuh kami berdua di bantu kak Ibin dan Rifan menghias kelas. Ini gak akan jadi kejutan lagi untukku. (-_-)

    Paginya aku kesekolah dengan mengantuk dan lemas aku masuk ke dalam kelas. Sepi... Pada kemana ya? Aku mengitari ruangan kelas yang sudah kami dekorasi semalam. Aku tersenyum sendiri, geli plus bahagia. Tapi sudah hampir jam masuk pelajaran, belum ada satupun temanku yang masuk kelas. Belum selesai pertanyaanku tentang kemana perginya anak-anak di kelasku. Satu-satu anak di kelasku masuk dan setiap orang memberikan satu tangkai mawar merah untukku dan memberi selamat. Aku masih berfikir 'mau di apain semua bunga mawar ini?' lalu teman sekelasku yang terakhir memberikan mawar merah, menyuruhku melihat ke luar jendela. Aku pun langsung melihat ke luar jendela yang memang berada di samping bangku ku.

    Vinchen berdiri disana di tengah lapangan membawa gerombolan balon dengan kertas besar yang di ikat di bawah balon yang bertuliskan 'Happy Birthday my love, Reino Gunawan'. Lalu balon itu di terbangkannya, dan aku yakin banget satu sekolah bisa melihat tulisan itu! Aku langsung keluar kelas dan marah-marah sama dia(pura-pura). Aku gak mau anak-anak satu sekolah curiga! Jadi biar mereka menganggap ini hanya kejahilan Vinchen. Padahal mah aku bahagia banget tak terhingga. Mawar merah itu berterbaran di ranjangku, menjadi saksi malam pertama kami berdua.

    Aku juga masih ingat bagaimana aku menghindari Vinchen selama dua hari setelah firstkiss kami, aku gak berani bertemu dia karena masih malu dengan kejadian yang gak di sengaja itu. Hari kedua aku menghindarinya, Vinchen menunggu di depan kelasku saat bel pulang sekolah. Tanpa ba bi bu, Vinchen menarikku memaksa aku ikut bersamanya.

    "Kenapa Rein menghindar dari Vinvin? Rein nyesel ciuman sama Vinvin?" Tanya Vinchen saat dia berhasil membawaku ke rumahnya. Ada nada kekecewaan dari kata-katanya saat itu. Aku masih menunduk menyembunyikan rona merah di pipiku.

    "Rein gak nyesel.. Rein cuma malu.." Jelasku dengan masih Menudukan kepala. Aku gak mau Vinchen salah paham, tetapi aku masih belum berani melihat wajahnya. Setelah itu, entah bagaimana tahu-tahu Vinchen sudah melumat bibirku dengan lembut dan perlahan.

    "Mulai sekarang kita sering-sering ciuman ya, biar terbiasa dan gak malu lagi." Vinchen berbisik pelan sambil tersenyum mesum. Lalu dia menciumku lagi dengan lebih ganas dan buas, melumat habis bibirku, memainkan lidahnya, sampai aku kesulitan untuk bernafas, dan aku fikir aku tidak perlu bernafas saat itu.

    Dan setelah hari itu, aku begitu sangat ketagihan dengan ciumannya. Tak jarang aku menarik Vinchen ke toilet hanya untuk berciuman. Tetapi namanya juga beleguk, Vinchen tuh gak pernah peka sama kode-kode yang aku kasih ke dia. Seperti saat itu dimana akhirnya kami berdua mengaku kepada Rifan tentang hubungan kami setelah dia memergoki kami berciuman. Ya, walaupun Rifan tidak terkejut lagi dengan pengakuan kami itu.

    Waktu itu aku mengirimi pesan pada Vinchen untuk menemuiku di toilet saat istirahat. Tetapi sampai 10 menit aku menunggunya di sana, dia tidak juga terlihat batang hidungnya. Dengan kesal aku ke kelasnya. Ternyata si beleguk itu lagi asik bercandaan dengan Rifan dan teman-temannya yang lain.

    "Hey Rein!" Sapa Dion salah satu teman Vinchen, saat aku menghampiri mereka.

    "Hey, asik banget kayaknya ya.." Sindirku sambil melirik Vinchen.

    "Rein, dah makan? kok gak ke kantin?" Si beleguk Vinvin bertanya tanpa dosa.

    "Hp kamu mana? aku pinjam!" Tanyaku yang curiga 'dia pasti gak baca pesan dari ku'.

    Vinchen pun merogoh kantong celananya, dan memberikan Hp nya padaku. Dan ternyata benar, pesanku belum di baca sama dia! Gondok dah!

    "Jauh banget pinjam Hp harus ke sini?" Rifan menggodaku. Aku tahu Rifan sangat jengkel kepada kami yang belum bisa membuka mulut padanya tentang hubungan kami.

    "Kemarin malam kak Ibin jalan sama cowok ganteng banget.. Siapa ya?" Aku balik menggoda Rifan.

    "Kemarin malam kan lu yang jalan sama kak Ibin Rif?" Vinchen menyambung omonganku.

    "Kak Ibin sepupu lu yang sering jemput lu les Rif?" Tanya Tio teman sekelas Vinchen juga.

    "Oh, Jadi kak Ibin sepupu kamu Rif?" Tambah ku menggodanya.

    "Loh memang Rein gak tahu? Bukannya Kak Ibin temannya kak Raya?" Sambung Vinchen lagi dengan memasang wajah serius.

    Rifan hanya gelagapan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Wajahnya udah merah seperti kepiting rebus.

    "Tapi Rein tadi bilang yang jalan sama kak Ibin kan cowok ganteng banget. Kalau gitu bukan lu Rif cowok itu." Aku juga bingung padahal Tio dan Dion gak tahu apa-apa, tapi mereka kok bisa kompak banget kalau masalah ngebully si Rifan. Tampang Rifan dah cengo mendengar pernyataan Dion. Sumpah mukanya kelihatan bego banget.Haha

    "Emang siapa Rein yang lu lihat jalan sama kak Ibin? Beneran ganteng orangnya? Lebih ganteng dari gw?" Rifan dengan PD-nya bertanya dengan polosnya(baca:begonya).

    Kami semua serempak tertawa sampai sakit perut menanggapi Rifan.

    "Kok pada ketawa sih, gw serius nih, gantengan anak yang lu lihat apa gantengan gw?" Rifan masih saja terus bertanya dengan penasaran. Kami terus tertawa membiarkan Rifan yang semakin penasaran!

    Merasa kami mengerjainya, Rifan langsung membalas kami dengan mengeluarkan senjatanya. "Waktu pulang sekolah kemarin lu ngapain lama banget di toilet Vin? gw tungguin lama banget lu, terus gw nyusul aja ke toilet, eh gw ngeliat Rein sa..." Kata-kata Rifan terputus oleh bungkaman tangan Vinchen.

    "Diem lu!" Vinchen langsung menyeret paksa Rifan keluar kelas dengan tetap membungkam mulut Rifan yang terus meronta berguman gak jelas. Oh God! Kepala ku langsung cenat cenut mendengar itu.

    "Ada apa sih?" Tanya Dion penasaran.

    "Kemarin Rifan liat apa?" Tio gak kalah penasaran.

    "Hallo iya Ndes? Oh okay.. Hmm.. Ya aku kesana sekarang!" Aku berpura-pura mengangkat telpon dari Andes. "Sorry Andes nyariin aku nih.. Bye!" Aku langsung berlari secepat kilat menghindari pertanyaan mereka.

    Aku pun menyusul Vinchen dan Rifan ke belakang gedung sekolah. Ternyata Rifan melihat aku dan Vinchen ciuman di toilet saat pulang sekolah. Kalau saja Vinchen bisa sedikit peka, tentang kode yang aku kasih. Kami akan sedikit menghemat waktu dan Rifan gak akan sampai mergokin kami berdua!

    Saat itu aku melihat Vinchen berjalan ke toilet, dan melihat ada kesempatan ini, aku langsung menyusulnya.

    "Rein mau pipis juga?" Tanya Vinchen lugu saat melihatku sambil menutup seleting celananya.

    "Ehem.." Aku menjawabnya dengan deheman dan langsung mepet ke dia.

    "Rein mau di tungguin pipisnya? Masa siang-siang gini takut?" Entah dia menggoda aku atau serius, tapi ekspresinya waktu itu benar-benar serius!

    "EHEM!" Aku semakin berdehem dengan keras. Oke kalian pasti berfikir kenapa aku, gak langsung menciumnya duluan? Ya sifat pemalu aku, masih bersisa belum tuntas benar! Jadi aku gak bisa memulai duluan untuk melakukannya.

    "Rein kenapa sih? sakit tenggorokan?" Ampun greget banget dah sama si beleguk satu ini!

    Aku pun gemas, dan langsung memajukan bibirku dengan kesal.

    "Kenapa bibirnya, Rein sariawan?" Oh Gosh! Mungkin rasa kesal sudah menutupi rasa malu ku. Aku langsung mendorongnya, menyenderkannya ke tembok.

    "Rein mau ngapain?"

    Aku tidak menjawabnya. Ku majukan wajahku mendekati wajahnya.

    Dia nyengir! "Oh Rein mau ciuman?Hehe" Sial! Kalau aku sekarang lagi gak ke pengen banget banget, sudah aku tendang selangkangannya itu!

    Vinchen dengan segera membalik keadaan, dia memutar tubuhku dan kemudian dia yang menyenderkan aku ke tembok dan memepet tubuhku. "Bilang dari tadi kalau mau ini.." Baru aku ingin membentaknya, bibirnya sudah melumat bibirku.

    Kami berciuman sangat lama, Vinchen tidak melepaskan lidahku dari mulutnya, begitu pun aku tidak berniat mengeluarkan lidahku dari mulutnya, sampai..

    "Gedubrak!" Terdengar suara seperti ada yang terjatuh dari luar toilet.

    Kami berdua diam saling pandang, ada rasa takut yang muncul. Bagaimana kalau ada yang melihat kami berciuman?!

    "Meoong.." Huuft aku menarik nafas lega, ternyata kucing.

    "Kucing Rein.." Vinchen tersenyum mesum.

    "Kita lanjutin!" Aku langsung menarik kepalanya mendekati wajahku, dan sekarang aku yang mengontrolnya!


    "Jadi suara kucing itu lu Rif?" Vinchen melotot.

    "Hahaha gw nyesel, seharusnya gw dobrak aja pintunya. Biar gw bisa liat tampang bego kalian!" Rifan tertawa ngakak!

    "Anjiir lu! Sini lu! Gw bejek-bejek gw jadiin perkedel lu!" Vinchen berteriak mengejar Rifan yang lari kencang sambil tertawa-tawa. Aku hanya memegangi kepalaku yang sudah berdenyut-denyut menahan sakit!

    Semenjak saat itu kami saling terbuka. Rifan juga mengakui kalau dia sudah pacaran dengan kak Ibin. Kami sering melakukan double date. Kak Ibin juga merahasiakan hubungan kami berdua dari bang Mario dan kak Raya. Sampai dua bulan lalu..

    Ya, selama dua bulan ini yang membuat aku dan Vinchen menjauh bukan hanya karena kesibukan mempersiapkan UAN, tetapi juga karena bang Mario dan kak Raya.

    "Bang Mario, dia suka sama kak Raya dan mau jadiin kak Raya pacarnya.." Jelas Vinchen tanpa memandangku. Saat itu kami sedang duduk di taman tempat dia menyatakan cintanya padaku.

    "Baguslah, Rein setuju aja sih. Bang Mario cowok yang baik, Rein fikir bang Mario bisa menjaga kak Raya dengan baik." Kata ku jujur. Ya aku menyukai kalau memang bang Mario pacaran dengan kak Raya.

    "Bang Mario bukan cuma suka, tapi Bang Mario sudah jatuh cinta sama kak Raya. Vinvin bisa melihat itu dari mata bang Mario setiap ngomongin kak Raya." Lanjutnya menjelaskan tanpa masih memandangku.

    "Ya itu lebih bagus. Vinvin kenapa sih? Vinvin gak suka sama kak Raya?" Tanyaku sedikit tersinggung.

    Vinchen melihat ke arahku. "Vinvin suka banget sama kak Raya.." Dia menghela nafas sebelum melanjutkan kata-katanya. "Coba Rein fikir, kalau mereka tahu kita pacaran. Apa Rein fikir bang Mario dan kak Raya akan bisa melanjutkan hubungan mereka?"

    "......." Aku hanya diam mencerna kata-katanya.

    "Waktu SMA bang Mario pernah kehilangan cinta pertamanya. Namanya kak Marisa, mereka berdua kelihatan mesra banget. Bang Mario kelihatan bahagia banget bersama kak Marisa.. Tapi karena kecelakaan, bang Mario kehilangan kak Marisa. Bang Mario merasa bersalah atas meninggalnya kak Marisa. Bang Mario berubah menjadi pemarah, dan bang Mario gak terlihat bahagia lagi semenjak kejadian itu."

    Aku tercekat mendengarkan Vinchen bercerita tentang bang Mario. Aku sepertinya sudah mengerti tentang arah dari pembicaraan ini.

    "Rein.." Vinchen menggenggang tanganku. "Bang Mario sudah menemukan kebahagiaannya lagi semenjak mengenal kak Raya. Vinvin gak mau menghancurkan kebahagiaan bang Mario. Rein juga mau kak Raya bahagia kan?" Vinchen lebih erat memegang tanganku.

    "Terus gimana sama kita?" Tanyaku lirih berusaha menahan air mataku

    "Kita jaga jarak dulu sementara, sampai kita menemukan jalan yang terbaik untuk kita." Mata Vinchen berkaca-kaca.

    "Kamu mau kita putus?!" Aku sedikit berteriak dan melepaskan tanganku dari genggamannya.

    Vinchen menggelengkan kepalanya "Kita gak putus, kita hanya break sementara. Kita butuh waktu untuk menemukan solusi. Kita juga udah kelas tiga, kita gunain waktu break ini untuk mempersiapkan menghadapi UAN." Vinchen mengusap air mataku. yang sudah mengalir.

    Aku gak bisa menerima keputusan sepihak itu, tapi aku hanya bisa diam. Tidak ada kata-kata lagi yang keluar dari mulutku. Mulutku terkunci.

    "Rein gak mau kita putus, break atau semacamnya!" Aku memeluk Vinchen dari belakang di motornya, saat dia mengantarku pulang.

    "Udah sampai Rein." Vinchen menggenggang tanganku yang memeluk pinggangnya. Tubuh ini, aku akan merindukannya..

    Aku menggelengkan kepalaku di punggungnya. Ku eratkan pelukanku di pinggangnya. Dia hanya menepuk-nepuk tangannku untuk menenangkan aku.

    Cukup lama kami seperti itu, cukup lama aku menangis di punggungnya. Aku gak perduli apakah ada orang yang melihat kami! Tapi aku tersadar, dalam diamnya, Vinchen sudah bulat memutuskan keputusan ini. Aku jadi teringat seminggu terakhir Vinchen terlihat berbeda dan sering melamun. Jadi mungkin saat itu dia memikirkan masalah ini sendirian.

    Ku lepaskan pelukanku dari pinggangnya. Aku turun dari motornya, dan tanpa mengatakan apapun lagi, aku langsung masuk kedalam rumah tanpa menoleh ke arahnya. Dia juga tidak memanggilku. Tapi aku tahu dia masih belum beranjak dari sana.

    Ku buka tirai jendela kamarku. Selama satu jam lebih aku berdiri di sana melihat Vinchen yang masih belum beranjak pergi. Sampai hujan membuatnya pergi membawa motornya dari rumahku, tetapi hujan tidak membuatku beranjak dari jendela kamarku. Dalam tangisku, aku berharap Vinchen kembali datang dan tersenyum duduk di motornya di depan pagar rumahku.
  • Galauuuuuu.... Huhuhuuuu
  • Kyaaaaa apa maksudnya dari "Malam Pertama" itu Rika?

    Senyum² sendiri dibuat gemes diawal eh diakhir malah galau. :(
  • @arifinselalusial hehe cup cup cup :)

    @3ll0 maunya 'malam pertama' itu apa? :> Hoho jujur aku mandek alias mogok ide bnget untuk mulai nulisnya, tpi emang udah ada bayangan untuk bwt galau di akhir..hehe :)
  • @Rika1006 same qouestion, malam pertama? Mereka udah 'ncus-ncus' yak? *eh* :D
  • malam pertama? brarti udah gituan?

    scene yg dikelas sama toilet kocak abis. ternyata vinchen lola juga yee. hahaha
    tp di akhir dibuat galau.
    hwaa. pinter bgt alur emosinya lo buat rika
  • @ragahwijayah_ hoho reino gak bilang sama aku katanya malam pertamannya itu ngapain aja dan gimana, jdi tebak sendiri ya..hehe

    @balaka Vinchen gak lola tapi cuma gak krang peka#sama aja gak?
  • Naik turun kadar bahagianya xD
  • gak kurang peka ya peka dong jadinya. gimana sih kamu rika
  • kasihan mereka hrs berkorban demi Mario dan Raya
  • @Unprince haha ya bgtulah namanya juga perjalanan hidup#apasih?

    @balaka haha mksudnya kurang peka begono :D
  • Jadi jadi Reino udah buka segel??? Oh my gay,,,, sayang banget tulisannya singkat sesingkat singkatnya "malam pertama".
  • @Rika1006 huuuhh, baiklah. Aku rasa Vinchen push up diatas tubuh Reino malam itu -_-?
  • edited February 2015
    @Widy_WNata92 huhu iya tuh, padahal lagi cinta cntanya

    kak @cute_inuyasha Jadi jadi kakak mw aku buat berapa halaman di word, ini udah 6halaman dr yg bbiasanya aku cuma 4 halaman.. Jadi jadi kakak mw aku Jabarin mlm prtmnya? gak sekrg dong..wkwkwk

    Uda buka segel apa atau blm coba tanya pemerannya#lirik @3ll0
Sign In or Register to comment.