BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

TEBING TERJAL

1676870727387

Comments

  • Selamat menempuh blan puasa jg ya rusli n bg turney.
  • ciyeee yg udah balikaaan *peluk rusli dan fikri
  • semoga d'hub k-2 niantra fikri sama rusli #ehmenurtq
    bs lbh baik lg trs pak ridwan kpn sie km tahu umur..bang@turney keep writing n'semangaaattt teyusss
  • edited June 2015



    Dan bertemu lagi kita ya Bro semua ! Apa kabar sore dan malam ini ?
    Pada part terakhir diketahui bahwa Rusli sudah kembali menata hidup dan hatinya. Beberapa kegiatan amal, didedikasikannya untuk masyarakat secara luas serta perhatiannya yang pasti untuk Fikri sang beruntung dalam hidup.

    Empat hari berlalu, Rusli masih terlibat kegiatan Perguruan Pd Panjang yang tentunya tidak bisa detil diceritakan, setelah dia bertemu lagi dengan Fikri membahas tentang pendirian usaha di Limau Manih, Rusli berjanji akan bercerita kembali pada kita semua. Tepatnya beberapa hari menjelang bulan Ramadhan yang sudah di depan mata ini.

    Kita kasih kesempatan pada Ulzam untuk menceritakan perkembangan apa kejadian di Jakarta sebelum dia pulang lagi di Pd Panjang menjemput mama dan adik-adiknya untuk kembali hidup di Jakarta.
    Silahkan Ulzam,
    kalau ini kamu anggap akan bisa menggenggam kembali hati Rusli, kamu salah.
    Sesungguhnya hati dan cinta tidak seperti yang ada dalam fikiranmu.



    P O V dari Ulzam

    Ketemu lagi,
    sungguh kurang nyaman perasaan gue sekilas membaca kalimat Rusli terakhir di Boyzstories. Rusli kembali menghampiri si Fikri sekedar menyatakan bahwa si Fikri salah jika harus mundur karena mulut gue. Kenapa sih Rus harus dekat-dekat dia lagi ?
    Terasa di awang-awang, gue ga tahu apa yang gue cari di atas dunia ini ! Dekat dengan Rusli, gue mau merasakan yang lain. Rusli meninggalkan gue, badan gue lunglai ya Allah.
    Sudah kali ke-dua perasaan ini menyerang ! harusnya gue lebih kuat dan tidak terima gelap-pekat seperti ini. Ke-tiga kali nanti saat di Padang, Rusli menolak kehadiran gue, maka bisa dipastikan gue akan mati berdiri. Saat-saat seperti ini baru terasa bahwa gue butuh Allah.

    Ada telpon dari bokap, ga gue angkat

    Ada short-message dari kawan-kawan, gue baca selayang

    Kapan gue bisa tahu nomor Rusli yang baru ?

    Masuk juga short-message dari nyokap, dengan kalimat seperti ini :

    "Kok nomor Rusli tak aktif ya ? di SMS juga tak dibalas. Adikmu dah mau berangkat ke Jakarta nih" kalimat nyokap

    Lama gue baca kalimat ini.
    Gue ga tahu jawabnya harus bagaimana.
    Kalau gue tahu nomor itu, maka guelah orang yang pertama menelpon Rusli. Sekedar berkata, Rus harus kuat ya, hidup ini memang ada pasang dan surut.

    Gue sedikit balas pertanyaan nyokap

    "Dia lagi libur ma, kalau sudah janji dia akan menepati" kalimat gue

    huuuufssssss, rumah sudah bersih, sudah rapi. Halaman juga sudah bersih, memang sudah waktunya gue balik menjemput nyokap dan adik-adik. Beberapa famili bokap yang keturunan pedagang Minang yang cukup banyak di Rawamangun ini ikut membantu gue. Beberapa famili ada yang berjualan di ruko-ruko bilangan terminal bahkan ada juga yang bermodal besar di Tn Abang sana termasuk bokap. Dari diskusi yang berkembang, ga ada untungnya gue bertahan di Padang. Pindah dari jurusan akuntansi universitas besar di Padang ke Jakarta sini tidak begitu sulit karena banyak sekali univ swasta yang pimpinannya atau yang punyanya adalah orang Minang.
    Apa yang harus gue lakukan oh Tuhan yang maha besar.


    Habis magrib gue call balik bokap,

    "Maaf pa, lagi membenahi halaman tadi ! ga berHP" kata gue

    "Yo lah rapi halaman tu?" tanya bokap

    "Alhamdulillah, dibantu dunsanak papa tadi" kata gue

    "Syukurlah, yo tiket ang ka Padang dan tiket rombongan ke Jakarta lah papa urus. Di tunggu di Pd Panjang" kata bokap

    "ya" jawabku gue singkat

    Habis tu call dihentikan bokap.

    Saat gue lagi makan habis magrib itu, masuk lagi call yang lain. Gue ga perhatian siapa yang ada di Hp, langsung aja gue jawab meski mulut lagi mengunyah daging rendang. Lumayan habis waktu juga menelpon dia ini.

    "halo" sapa gue

    "sori jangan matiin Hpnya" kata sebuah suara

    "oh elu ! gue lagi makan nih" kata gue,
    mhhh lagi-lagi yang nelpon si Wiji

    "ya tau ! eh gue butuh bantuan nih" kata dia

    "grek grek" gue ga tertarik hanya bunyi gigi gue yang nyaring saat mengunyah dan mengunyah

    "si Ridwan lagi belagu !, diaaam aja kerjaannya" kata dia ,
    oh shock....... maka langsung gue bertanya begini:

    "elu lagi dimana ni ? jangan bilang lagi di Jakarta" tanya gue

    "emang lagi di Jakarta di rumah si Ridwan" kata dia

    "kagak ada sopannya elu, si Ridwan si Ridwan diulang-ulang, dia itu orang tua ! tolong hormat ga pantas kata si" kata gue ketus

    "kapan elu ngerti sopan-santun. serah gue dong" balas dia

    "dia di Jakarta ? sudah sembuh dia ? kirain masih sakit di Jambi" tanya gue

    "lumayan masih pucet juga. dia mau membereskan bisnisnya jelang bulan puasa" kata dia

    "terus ?" tanya gue lagi

    "tolong dong" kata dia

    "gue ga janji" jawab gue

    "makasih yah".... hehehe si wiji tolol

    "makasih apa ?" ... tanya gue

    dia ga jawab, lau

    "boleh ga gue bawa teman ? dimana elu tunggu ?" kata gue

    "haha gitu dunk ! bolehlah, dan ciieeee dah ada yang baru ?" kepo si wiji lalu dia menyebutkan alamat yang dekat Serpong Boulevard.

    "iyalah, selalu baru. Gue akan kesana, jangan mangkir elu" balas gue

    Selanjutnya gue kembali fokus ke makanan gue. Tetapi mengapa selera makangue jadi hilang. Sebenarnya pasangan itu seperti apa sih ? apa ini cerminan dari nasib gue. Kemanapun si wiji mencari mangsa dia akan kembali ke samping pak Ridwan.
    Tapi gue ga ragu bahwa cinta pak Ridwan pada si Wiji adalah tulus. Si Wiji saja ga bisa bersyukur.
    Terus apa lagi ? kalau si Rusli yang dijadikan batu sandungan, si Rusli sudah jauh-jauh menghindar sejak setahun yang lalu, yaaa apa lagi ?
    Gue akan lebih hati-hati, jangan lagi akibat ulah gue, maka si Rusli juga yang disalahkan.

    Gue coba telpon seseorang,
    seseorang yang selalu ada di pihak Rusli, kalau ini masih jahat dianggap oleh pembaca yang pro Rusli, gue tidak akan membela diri namun tidak juga menyalahkan diri.

    "selamat malam bang, lagi dimana bang?" kata gue
    Iya, yang gue telpon adalah bang Eton @Turney

    "masih betah di kantor ini Zam" kata dia

    "heheh si abang, masih betah aje kerja di Tabloit" kata gue

    "habisnya gue kerja dimana lagi Zam" kata dia

    "apaan tuh ngedit-ngedit layout dan disain cover doang, sesekali nulis berita dong" canda gue

    "gue jobnya disain grafis Zam bukan author" kata dia

    "heheh bang, misal ada Pak Ridwan, abang mau berkenalan dengan dia ?" tawaran dari gue

    "mau Zam, mau sekali. Pengen tahu sekali seperti apa orangnya" kata dia

    "siip gue jemput ya bang. alamat kantor abang dimana ?" tanya gue

    "dekat Cempaka Mas" kata dia

    Gue pacu Avanza putih milik bokap gue yang lebih sering terparkir di rumah Rawamangun ini menuju Cempaka Mas.
    Terlihatlah bang Eton di depan kantor Tabloid itu yang semakin terseok-seok zaman sekarang yang harus bersaing dengan berita online.

    "Duuh Zam, aku masih berkeringat nih. Harusnya kamu jangan dadakan gini" kalimat bang Eton

    "ini juga ga ada angin dan hujan bang, tiba-tiba saja kegiatan harus menemui pak Ridwan" kata gue

    "ini ga ada yang serius kan Zam" tanya dia

    "ga ada bang, setidaknya Rusli berada di tempat yang aman" kata gue

    "Iya, Rusli di tempat yang baik untuk masa depannya" kata dia

    "Ayo berangkat bang" ajak gue

    Gue melanjutkan peluncuran roda mobil ini menuju daerah target sambil membuka pembicaraan lagi dengan bang Eton.

    "Gimana bang penampilan gue?" kata gue yang seperti biasa super pede

    "makin ganteng !" kata dia

    "abang juga ganteng, kalau bisa operasi mata pasti lebih ganteng" kata gue wkwkwk

    "yeaah kamu, emang mata aku sipit mau diapain lagi. Orang Palembang emang sipit-sipit" kata dia

    "lah siapa yang ngomong sipit, abang ndiri yang mbongkar diri" kata gue

    "hehehe yang gini-gini nih Rusli ga jadi suka sama kamu" kata dia

    owwwwwww kok tajam gitu sindiran bang Eton

    "sebelum dia tidak suka, gue dulu yang menolak dia bang" gue masih pede

    "betul itu, kalau sekali ga suka, jangan pernah minta balikan" sindiran ke-dua dari dia

    "abang ga suka sama gue" gue agak tercekal, masih saja gue ini dianggap ga berharga

    "bukan sama diri kamu, bukan Zam ! abang hanya ga suka sama cara kamu memandang persoalan" saran dari dia

    "itulah dunia bang, indah dalam perbedaan" kalimat gue

    dia terdiam, dan memandang lurus. Gue ga bisa menebak apa yang difikirnya.

    "kita berkumpul rame-rame hari ini, sementara anaknya dibuang dan sendiri mengatasi beban hidupnya di Padang sana. Rusli itu sesungguhnya masih kecil baru saja tamat SMA dalam keterbatasan kaki" kalimat dia

    gue sekarang yang terdiam

    "berdosa orang itu Zam yang bergosip di kampus kamu, apa yang dapat dibela Rusli sendiri begitu" kalimat dia selanjutnya

    "gue bukanlah orang itu bang, kalau abang beranggapan itu gue sih santai saja" kata gue

    mata bang Eton awas menilai kata-kataku dan dia terdiam

    "abang paham sekarang, itu bukan gue yang bergosip" kata gue

    "bukan sekarang, tapi waktu yang akan menjawab" kata dia selanjutnya

    Tepat di halaman rumah yang teramat bagus ada mobil Fortuner kebanggaan pak Ridwan yang pernah aku lihat di bawanya ke Padang dari Jambi. Di dekat pagar samping rumah, berjejer emat mobil box untuk keperluan bisnis keluarga si Rusli di Jakarta ini.

    Lagi-lagi gue melihat orang berdiri menunggu gue, tapi sekarang giliran si Wiji
    makin cakep orang ini, sudah agak lama juga gue ga lihat wajah dia ini. Agak kurusan, tetapi Tinggi tentunya stabil dong mana ada pula orang tiba-tiba jadi pendek. Tinggi kami yang semuran juga hampir sama, namun kulit gue lebih putih dibandingin dia ini.
    Waktu di Padang gue dua kali ketemu pak Ridwan aku hafal wajahnya. Kalau kami berdiri berempat sekarang makan bang Eton yang paling pendek hahahahah. Ya Pak Ridwan juga tinggi dan berkulit putih, cocoklah orang keturunan kaya-raya dari Jambi sana.
    Kami di sapa oleh si Wiji, kali ini dia mengenakan stelan kemeja semi formal yang sejuk di kulit dan mata. Kumis tipis menghiasi bibirnya.

    "selamat malam, oh ini sekarang yang baru ? maaf gue ga bisa bahasa Mandarin" kata si wiji

    "hehehe aku Eton, orang Palembang bukan Mandarin" kata bang Eton

    "gue Wiji" kata dia, sentaaaaakkkkkkkk
    bang eton menarik tangannya ketika bersalaman dengan si wiji, dada bang Eton bergemuruh yang tercermin dari nafasnya

    "oh ado Ulzam, masuk Ulzam" kata seseorang ynag mengenakan stelan yang jauh lebih bagus dari yang dikenakan si Wiji

    "teman gue ga om ajak masuk" kata gue

    antara ogah dan entah apa yang dirasa bang Eton

    Saat ini gue hanya bermaksud menghadirkan bahwa inilah realita hidup dan perasaan sebuah hati, yang jangan terus menyudutkan wiji, gue, dan pak Ridwan.

    "Kapan balik ke Padang Zam ?" tanya pak Ridwan

    "Besok pagi om" kata gue

    "loh kok besok pagi ? elu emang ga pernah jujur sama gue" kata si wiji

    bang eton memandang wajah mereka berdua, mungkin tidak bisa saja mulut berkata bahwa mereka ini berhati hewan ! yang tua ga tahu umur yang muda ga tahu diri, namun gue tahu bang Eton masih akan mengunci mulutnya rapat-rapat.

    Setelah ngalor ngidul ngobrol tentang rencana pak Ridwan yang akan menghabiskan liburannya selama bulan puasa di Jambi, kami bergerak menuju De' Tones maaf ya nyebut merek karena letaknya yang ga jauh dari rumah pak Ridwan.
    Gue seneng aja sih emang dah dari dulu pengen ke sini, katanya lebih canggih dari pusat karaoke lainnya karena dilengkapi dengan touch screen.

    Dari tadi bang Eton berfikir keras apa langkah terbaik yang akan dibuatnya.
    Pasangan ini tidak tahu sedikitpun tentang bang Eton, jadi mereka masih santai. Kalau bang Eton bertindak, gue malah senang amat sesuai rencana gue.

    Kami pilih ruangan yang agak luas dan mewah benaran mewah.
    Wiji memesankan apa saja makanan dan minuman.
    Dengan demikian, si wiji juga merasa berhasil dengan rencananya membuat pak Ridwan tidak lagi diam, sekarang pak Ridwan sudah mulai bersuara dengan agak fals. Kata wiji pak Ridwan ini mahirnya main gitar bukan nyanyi. Jauhlah grade nya dibandingin kualitas suara Rusli.
    Tanpa malu gue ambil kesempatan gue untuk sumbang suara, lagu yang gue pilih Separuh Aku. Saat ini gue lagi suka lagu itu. Masuk bait pertama, pak Ridwan tak lekang memandang mata si Wiji, tanpa berkata namun hatinya ga bisa berbohong :

    Dan terjadi lagi
    Kisah lama yang terulang kembali
    Kau terluka lagi
    Dari cinta rumit yang kau jalani

    Aku ingin kau merasa
    Kamu mengerti aku mengerti kamu
    Aku ingin kau sadari
    Cintamu bukanlah dia

    Dengar laraku
    Suara hati ini memanggil namamu
    Karena separuh aku
    Dirimu

    Ku ada disini
    Pahamilah kau tak pernah sendiri
    Karena aku selalu
    Di dekatmu saat engkau terjatuh

    Aku ingin kau merasa
    Kamu mengerti aku mengerti kamu
    Aku ingin kau pahami
    Cintamu bukanlah dia

    Dengar laraku...
    Suara hati ini memanggil namamu
    Karena separuh aku
    Menyentuh laramu
    Semua lukamu telah menjadi milikku
    Karena separuh aku
    Dirimu


    Dalam sisa nafas habis nyanyi, gue jawab peryataan bang Eton yang mulai membuka suara

    "Gitu lah Zam, kalau tahu orang menyintai jangan belagu" hinaan bang Eton

    Tapi si Wiji yang terpanasi heemm mulailah

    Pak Ridwan jadinya diam kembali

    "Lagu apaan sih !, menusuk borok amat" kata si Wiji

    "Masa dapat orang yang menyintai dengan tulus dikatakan BOROK ?" balas bang Eton

    "Ehh elu baru juga temanan sama si Ulzam, gue kasih tahu noh cewek si Ulzam 100 orang" kata si Wiji lagi gue ketawa dalam hati, mati elu ! gue menang

    "tau aku ! aku dah lama kok temanan sama Ulzam" balas bang Eton

    "kalau gitu ga usah nyindir-nyindir dong" kata si Wiji lagi

    "ya sudah aku ga ngomong lagi tapi berdoa semoga kamu bisa sedikit membuka hati bahwa ada orang yang sayang sama kamu" kata bang Eton

    "hahah kalian ini, saat ini om sudah santai. Kalian sama semua. tidak ada yang istimewa. om sudah sadar semenjak ditinggal sama anak om. cinta tidak bisa dipaksakan" pak Ridwan membuka mulut

    gue aminin aja, namun masih ada keraguan apa iya ?
    saat dia kangen sama si Wiji pasti dia tidak bisa menolak desahan si Wiji setahu gue itulah yang dikatakan cinta. Dan yaaa akhirnya gue berucap :
    Selamat berjuang om, gue juga akan berjuang membalikkan waktu bahwa anak om itu akan baik-baik saja di kampus gue.

  • Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu ......

    bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @j4nji , bro @abyyriza , bro @DItyadrew2 , @Mami100C , bro @raka rahadian , bro @alvin21 , bro @Sho_Lee
  • entahlah sama wiji dan ridwan ini.. kenalan dong sama ridwan,suka yg berumur² gini hihihi :D
  • ayoo bikin pov nya wiji/ridwan terus masukin ke boystories+ suruh ceritain proses genjott ridwannyaaa... :D
  • serius bang @Turney ketemu Wiji sama pak Ridwan, betul bang memang Wiji harus dinasehati ... tapi syukurlah kalo Ulzam udah berubah ...
  • serius bang @Turney ketemu Wiji sama pak Ridwan, betul bang memang Wiji harus dinasehati ... tapi syukurlah kalo Ulzam udah berubah ...
  • haishhhhhhhhhhhhh klo gue ketemu ama si widji udah gue cekek tuh orangggggggggg, apalgi si ridwannnnnnnnnnnnnnnnnnn -__- hufttttttttttt
  • btl yg dikatakn [email protected] ridwan itu hy bs d'buktikan dg wkt berjlan.
    Siwiji kpn y dpt hkm timbal balik dr sikapnya ??hfffft jd esmosi gini..
    Rusli..keep spirit.TS keep writing
  • btl yg dikatakn [email protected] ridwan itu hy bs d'buktikan dg wkt berjlan.
    Siwiji kpn y dpt hkm timbal balik dr sikapnya ??hfffft jd esmosi gini..
    Rusli..keep spirit.TS keep writing
  • Helll nohh.... First time comment gegara udahh gak tahun bangett nih tangannn buattt ngebashhh inii PAK RIDWAN N WIJII oh gudness whatta hell r they doin??? Emng yah sih pak ridwan ituu, tua2 ganjennn.. Gak apa dia dulu hampir disantet ama mantan bininya ehh skrggg gilirann stormnya udah gobe awayyy ehhhh mala keganjengannn.. Dasar TTB (tua2 bitchh)!!!
  • Suka sama part ini, bahasanya manusiawi wkwk. Jadi lebih ngerti. Sumpah ya Wiji ini keterlaluan emang. Pak Ridwan juga tua tua keladi haha
  • Entah apa yang ada di pikiran tokoh bernama Ridwan ini dan entah kenapa tokoh Rusli ini begitu lemah dan payah.
Sign In or Register to comment.