It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
OK bro Balaka, makasih ya dan big thanks selalu meyuporku untuk merangkai tautan kejadian yang dijalani Rusli
InsyaAllah ada Rusli bro, sejak lama dia berencana untuk melindungi pak Ridwan
OK bro haha , bro hyujin, dan bro Lulu, moga berkenan ya lanjutan mengenai kondisi Wiji
Iya Bro Yadi, ada sedikit kelanjutan yang asik
asyik nih dah mulai ada bumbu penyedap nya
iya bnr tuh, papa ridwan udah nyadar blm sih ttg rusli yg belok?
sama2 om abaang. gw suka kok sama ceritanya
keep mention bro..
wiji instal grindr gak?
*ngecek grindr
wiji instal grindr gak?
*ngecek grindr
"ada apa Rus ? " suara mas Wiji serak dan matanya belum sempurna terbuka
"ayo bangun" ajakku
kemudian dia melirik HP nya dan tercetak tulisan jam 3 lewat 38 menit
"hehehh kamu selalu pinter buat aku panik, tapi aku masih ngantuk ini" kata mas Wiji yang kembali merebahkan badan. Lumayan sigap dia dan hafal bahwa rombongan itu akan balik sekitar jam 5 sore.
Sekejab mas Wiji kembali tertidur
Lima menit waktu berlalu tidak terasa dan kudengar HP mas Wiji berbunyi
tulaliiittt tulaliiittt kira-kira begitu bunyinya yang semoga mampu membuat mas Wiji bangun hahaha
"wuaasshhhh" jari tangannya meng on kan loadspeaker HP nya dan
"halo ... aku lagi tidur nih siapa seh?" semprot dia
"hehhh ini aku mas" kata sebuah suara yaitu Nana, lagi apa ya rombongan nenek dan uwo ?
"iya cah Mbeling ! wonten punapa ? " kata mas Wiji .....uh ngomong apa mereka ini
"wkwkwk wonten punapa, ga pantes kamu ngomong Krama Inggil tapi logatnya sumatra? Nana seperti merasa lucu tapi jujur aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan
"wis toh ? ayo ngomong" mas Wiji kembali menutup matanya
"sepertinya telat nih mas kami balik, ada temanku dah janjian datang jam 5 seperempat"
"ha?? kepriye iki ?" mas Wiji terkejut
"loh kaget ? biyasa wae mas !" kata Nana
Tiba-tiba mas Wiji bangkit dari tidurnya dan bicara lebih serius dengan sepupunya itu
"saiki dheweke diendi ? " tanya mas Wiji
"lagi jalan ke rumah " jawab Nana
"sialan" umpat mas Wiji dan mematikan HP lalu dia berjalan ke ke arah ruang tamu
aku masih bertahan di kursi meja belajar mas Wiji karena tidak mengerti apa urusan mas Wiji dan sepupunya itu
Setelah itu
"Rus tolong ini" mas Wiji berteriak
aku fokus berfikir, kira-kira kenapa mas Wiji berteriak ?
"ada apa mas ?" tanyaku dan kualihkan juga pandanganku di depan pintu pagar. Ada orang yang sedang menuju rumah ini.
"itu teman si Nana noh ! kok tipe teman si Nana selalu seperti itu? " gerutu mas Wiji
hmmm emang ada apa dengan teman Nana
cerah ceria penampilan orang itu, hihihi
"tuh orang tipe-tipe kamu ! makanya si nana juga teman sama dia" kata mas Wiji, kenapa ya kali ini terasa nyesak ke hati perkataan mas Wiji. Aku ga seperti itu dan aku ga pernah membeda-bedakan manusia.
"Nuwun Sewu .... yuhuuuuuuu" gegap-gempita membahana chuaanntik
"ohh...." kata mas Wiji dan lari masuk ke ruang saung sholat itu
"meneh... nuwun sewu" kata dia lagi
aku ga sampai hati dan berjalan pelan ke arah orang itu. Seumuran dengan aku, pakai celana SMA baju blink-blink pinky manik-manik kilau. Ada lipstik dibibirnya yang ada kumis halus lebih banyak dari kumis halus yang kupunya. Tidak ada di Jambi kutemui cowok SMA seperti ini berani dengan tampilan beda.
"cari siapa ?" sapaku ramah
"cari mas Wiji sepupu nana !, waw... Ciamik iki omah" seru dia lagi menatap sekeliling rumah ini
"maaf aku tidak ngerti bahasa Jawa" kataku dengan jujur
"oh maaf, kamu siapa ?" tanya dia
"Namaku Rusli teman Nana teman mas Wiji juga" kata
"aku Estrada teman Nana" jawab dia
"oh iya" balasku
"mana mas Wiji" tanya dia lagi
"ada di kamar dia" keteranganku
"dia tidak mau bertemu sama aku mungkin dia perlu dikasih lagu" kata dia
"lagu ? hihihi lagu apa ?" terdengar menggelitik info dari dia
"lagu ....pulangkan saja ku pada orang tuaku..." jawab dia lah... lagu itu lagi
"hmm gini kali bro iramanya : aku takmau pabila aku dimadu, pulangkan saja ku pada orang tuaku" aku mainkan sedikit not nya dan iramanya kutata dengan rapi hihihi
"Bagus ! suaramu merdu" kata dia dengan suara datar hilang lah yang super ceria itu. Nah kalau gini mas Wiji ga perlu sumputan segala.
"kamu latihan nyanyi dimana ?" tanya dia serius
"aku tidak latihan, masih sibuk dengan urusan sekolah" kataku
"dimana sekolahmu?" tanya dia lagi
"di Jambi" jawabku
"oh ini teman SMA si Nana dan mas Wiji itu !" komen mulutnya
"iya aku" ....
"hebat sekali ya bisa berkunjung ke sini" kata dia
"asal ada kemauan, btw kamu sekolah dengan dandanan begini ? tidak marah gurunya?"tanyaku
"ya marah, aku biasanya pake celana, ya pakaian cowok deh ! ketika pulang aku tambah asesoris nya" jawab dia
"iya, aku panggikan mas Wiji sebentar" tawaranku
"makasih" jawab dia
orang ini menarik, tidak sejelek yang diperkirakan mas Wiji
Saat menyusul mas Wiji di kamarnya, aku mendengar suara mobil masuk halaman rumah. Apakah itu mobil yang dijalankan oleh papa Ridwan ?.
bagaimana pula ini, berbeda info dari Nana.
Kalau begini, lumayan tepat waktu namanya ! ga telat-telat amat.
"mas Wiji, ada mobil masuk halaman dan oh ya si Estrada nunggu tuh" kalimatku untuk mas Wiji
dia membuka tirai jendela kamarnya
"bukan papa Rus, itu teman si Estrada" kata mas Wiji
terlihat cewek langsing dan tinggi
"oh cantik nian ya Rus ? ckckck" racau mas Wiji
"iya, makanya ayo cepetan keluar, ga boleh milih-milih teman" saranku
"kenapa hidupku selalu dikelilingi oleh orang-orang setipe dengan mu?" canda dari mas Wiji tetapi dia tidak tahu itu adalah penghinaan
"setipe bagaimana ? apa aku pernah pakai baju yang seperti itu ? apa aku bisa berkata-kata dengan bahasa gaul mereka ? tidak lah mas" kalimatku
"banci, bilang saja ga usah ditahan-tahan. Meski kamu tidak berdandan seperti itu tapi kamu lembut seperti mereka" kata mas Wiji, kalau dilawan makin menjadilah dia, terpaksa dengan mengurut dada aku iyakan saja.
"iya sudah aku Banci, tapi mas yang lebih parah. Mas Wiji itu penyuka banci hahaha " kalimatku dengan nada canda-damai dan kudapati wajah dia terusik.
"loh kok guyon dan sewot ?" kata dia
"siapa yang sewot ! mas yang sewot, suka membeda-bedakan manusia, beberapa bulan yang lalu mas juga sewot dengan banci alun-alun. Ayo kenapa mas bercerita sama aku ? Artinya mas perhatian sama kehidupan Banci" alasan dari mulutku
mas Wiji tidak menghiraukan, dia senyum-senyum dan keluar kamar menyambut cewek cantik teman Nana itu, oh mas Wiji
siapa tahu itu cewek Nana, selama ini aku lihat Nana tidak suka secara nafsu dengan cowok. Sahabat Nana hanya cewek dan ada juga cowok baik, namun sedikit. Mereka bukan cowok hot yang berapi-api jika berdekatan dengan cewek, atau cowok yang menceritakan dengan nafsu sambil cengar-cengir tentang kemolekan tubuh cewek.
Ah ini kan rumah mas Wiji dan ini juga kota leluhur mas Wiji, aku nurut saja dan santai saja.
Bagus sekali mengetahui aslinya mas Wiji yang secara tidak langsung dia tunjukkan padaku sebelum aku diapa-apakannya, dan sebelum aku menyesal.
"oh mana adik sampeyan" tanya si Estrada
"masih di Pekalongan" jawabku
"suwe yo!" seru dia
si cewek cantik senyum biasa saja, mas Wiji masih senyum-senyum memandang dia
"eh Panjenengan ! kenalkan jenengku Wiji, masnya si Nana" kalimat mas Wiji gerrrrr tambah ga tahu mereka ngomong apa
"wis ngerti aku mas ! lebay" kata si cewek datar saja hihihihi tuh mas Wiji
"mas Wiji, suara Rusli ciamik yo" kata si Estrada
"iyo" jawab mas Wiji
"oh sampeyan Rusli teman Nana waktu di jambi?" tanya si cewek cantik
"iya aku Rusli" jawabku
Mas Wiji berdiri dari kursi tamu dia melangkah ke dalam kamarnya, sepertinya dia ada suatu ide. Mau apa sajalah mas Wiji
"eh sebentar lagi uan loh, Nana jangan diajak main terus, bagus kalau bisa belajar bersama" saranku dan mereka diam sambil senyum-senyum
"Nana anak IPA perlu belajar, kamikan IPS, chucok" kata si Estrada
"chocok pastinya" balas si cewek cantik, mereka serempak tertawa
"di Jambi si Nana belajar IPA sama anak pintar, di Semarang si Nana belajar gaul" keterangan dari Estrada
"aku tidak ngerti maksud kalian" kataku
"membosankan tentunya temanan sama cowok pinter dan secakep sampeyan" kata si cantik
Munculah mas Wiji di tangannya ada gitar
"lumayan membosankan, tapi kita dengar suaranya yang tidak pernah membosankan" kata mas Wiji
berdentinglah cord lagu abadi hati mas Wiji "Damai Bersamamu"
aku alunkan dengan makna yang dalam bait lagu itu
jangan biarkan damai ini pergi
jangan biarkan semuanya berlalu
hanya padaMu Tuhan
Tempat ku bersujud
dari semua kepalsuan dunia
mata dua orang teman Nana membulat dan duduknya jadi gelisah
mereka tidak damai mendengar lagu ini, karena kulihat tidak ada damai di dalam hati mereka.
"suara sampeyan begitu mengiris, tapi aku tidak suka lagu itu" kata si cantik
"terima kasih, aku hanya bisa lagu itu" keteranganku
mas Wiji masih terpaku setelah aku alunkan bagian reff dari lagu favoritnya
"ayo lagu yang lain dong" ajak si cewek
berdenting irama campur sari dan ............
setelah itu datang dua buah mobil yang lain masuk juga di halaman rumah. Dua mobil ? mobil siapa ya satu ?
berarti ada 3 mobil dengan mobil teman cewek Nana. Benaran luas halaman rumah ini.
Salah satu mobil itu benaran rombongan papa Ridwan
"assalamualaikum" kata nenek ketika memasuki rumah mas Wiji
"alaikum salam dan selamat sore nek" sambut mas Wiji dan teman Nana
datanglah Nana
"oh kalian ! " seru Nana dan kesempatan berikutnya mas Wiji bersuara
"ketemu dimana Na sama sikunyuk ini?" tanya mas Wiji
"di gerbang depan mas" kata Nana dan teman yang dipanggil kunyuk itu tersenyum pada mas Wiji dan padaku. Pake kaca mata membuat wajahnya terlihat lebih putih dari wajah anak Jambi.
Dia teman angkatan mas Wiji dan tadi pagi aku sudah kenalan dengan dia di kantin kampus mas Wiji.
"Eeeiiittt mas Wiji ngiringi Estrada nyanyi, asiikk" teriak Nana
mama mas Wiji berjalan ke dalam bersama uwo diikuti papa Ridwan dan nenek
Terdengar lagi seketika campur sarinya dan terlihat kerut kening papa Ridwan menatap kami. Melihat itu mas Wiji tertunduk tetapi tetap memetik gitar.
Untuk menyamankan suasana aku segera menuju papa dan nenek
mereka melangkah ke dalam kamar
sedangkan uwo dan mama mas Wiji bersiap untuk memasak bahan-bahan makanan yang mereka beli di pasar Pekalongan tentunya.
Di dalam kamar,
"oohh bagus nian kota pekalongan itu, menuju kesano juga bagus pemandangannya" informasi dari nenek
"jalannyo lebar dan mulus tidak berlobang seperti jalan muaro Tebo - muaro Tembesi" kata papa
"wah asik pastinyo" timpalku
"yo asik ! kau lah makan ?" tanya nenek
"sudah tadi nek" jawabku
"sore ini kau makan apo ? " tanya papa Ridwan
"tidak makan pa" jawabku
"tidak makan apo ? ajaklah si Wiji beli lumpia basah Semarang" kata papa
"hehe dia tidak ngajak masa pula aku yang ngajak pa" jawabku
"yo sudahlah, sebentar lagi uwo selesai masak, kito makan malam bersama. Besok saja jelang ke Bandara kito makan lumpia basah" saran nenek
"iyo nek" kataku sambil memeluk nenek yang lagi berbaring disamping papa dan lama-kelamaan mata mereka terpejam, aku juga kembali ngantuk setelah tadi terkaget oleh suara azan sholat ashar.
rasanya baru satu menit hihihi dan ...
"Rus, ayo bangun sholat magrib" suara nenek dan aku tersentak
Saat mau berwuduk, aku lihat papa sedang sholat dan ada sajadah nenek yang masih tergeletak di lantai.
Sebelum berwuduk, aku mandi dan gosok gigi dulu.
Setelah itu aku sholat magrib di atas sajadah nenek.
"Wan ayo kita makan, sudah beres semua" ajak uwo pada papa Ridwan yang sedang membuka laptopnya.
aku akhiri cepat-cepat sholat magrib, dan nenek sudah di luar. Mungkin nenek menolong menata piring. Wihihihi biasanya nenek jadi pimpinan, tapi nenek mengerti tatakrama bertamu ke rumah orang.
kami melangkah ke ruang makan
"Mana mas Wiji dan Nana tante ?" tanyaku
"lagi jalan, Nana sama temannya, Wiji juga dengan temannya, biasalah malam minggu Rus" kata mama mas Wiji dan para orang tuaku memikirkan sesuatu
"beginilah kota besar yo ?" sindir uwo
"jauh berbeda dengan teman yang beda pula ! terutama si Nana, mau UAN juga" kata mama mas Wiji
"Nana ikut bimbel kan tante ?" pemastian dariku
"masih Rus, ehhh ayo..... dihabiskan masakan uwo, kok jadi cerita tentang mereka !" kata mama mas Wiji
Yah sudahlah, ini jalan Nana dan mas Wiji sendiri, bukan jalan orang lain.
Lingkungan jugalah yang mendukung mereka melakoni pilihan ini.
Menjelang babak akhir makan bersama itu, datang seorang tante-tante. Wajahnya mirip dengan wajah mama mas Wiji
"Assalamualaikum" kata dia yang sedang mengendong anak yang kulihat digandengan Nana waktu di bandara kemaren.
"oh ini adik saya, " kata mama mas Wiji pada kami semua
"orang tua Nana ya ?" kata papa
"bukan pak, itu sepupu kami" kata dia, orang tua Nanakan suka pergi-pergi keluar kota begitu
Seperti biasa, menurut info dari mama mas Wiji, tante ini menitipkan adik Nana. Tante pekerja di sebuah restoran dan lagi kebagian shift malam. Iya Nanakan sibuk bermain, adik saja orang yang ngurus
"siapa nama mas ?" tanya dia lagsung nemplok dipinggangku
"Rusli nama aku" jawabku
"aku Leon" kata dia
"oh nama yang bagus, Leon" jawabku
"sini sama nenek" kata uwo
"ga mau" jawab dia
Mengingat ini kesempatan terakhir kami di Semarang, mama mas Wiji mau menunjukkan mall-mall yang ada di sini
Mall nya baguuuss,
sebagus Mall-Mall Jakarta, karena referensiku hanya Jakarta, aku belum pernah mengunjungi kota yang lain selain Puncak, itupun bukan kota Bogor.
Terkuraslah uang papa dan nenek serta uang mama mas Wiji untuk memanjakan diri dengan barang-barang bagus. Aku hanya bisa menilai dalam hati.
Mengawasi dan becanda dengan Leon lebih menarik dan asik.
Jam sembilan malam kami balik ke rumah mas Wiji. Adik Nana yang bernama Leon ini sudah tertidur disampingku, kasihan sekali,
ini adalah jam tidur bagi anak-anak.
Ada lampu warna-warna menghiasi malam. Aku selalu takjub dengan lampu yang berderang di kota besar, ini juga ada di kota Semarang.
Sampai di rumah, lampu ruang tengah sudah hidup dan terlihat bayangan orang di dalamnya. Aku lihat mas Wiji dan teman kuliahnya sudah menyelesaikan acara malam Minggunya.
Sesayup aku mendengar nyanyian one direction yang lagi hits pada saat itu yaitu story of my life, bagus suara teman mas Wiji dan bahasa Inggrisnya fluent
Written in wallsare the stories that I can't explain,
I leave my heart open butstays right here emptyfordays.
The story of my life I take her home
I drive all night to keep her warm and time ...
Is frozen
The story of my life I give her hope
I spend her love until she's broke inside
The story of my life
is frozeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeennnnnnn
kenapa dia frozen ??? harusnya hangat dong ! ada mas Wiji setiap hari mendampinginya
hihihi ada-ada saja,
aku ikuti maksud nenek dan kurang enak menolak harapan nenek tidak setuju bernyanyi-nyanyi,
ini malah papa ikut-ikut membatu gitar mas Wiji, hihihi asik sekali.
Hal hasil aku ikut nenek saja ke kamar merapikan koper untuk siap-siap kembali ke Jambi besok. Ke Cengkareng dulu dan ganti pesawat dari Cengkareng nuju Sultan Thaha yaitu bandara daerahku.
Keesokan paginya, mama mas Wiji siap untuk mengantar kami dan aku melongok ke kamar mas Wiji, dari bangun dan mandi aku belum dengar suaranya.
Tidak Ada !
"Pa, jam berapa selesai bergitar tadi malam ? " aku ajak senyum papa dengan pertanyaan menyelidik
"jam setengah sebelas Rus, dan Wiji langsung ke rumah temannya" kata papa Ridwan
"makanya aku lebih bahagia kalau kamu kuliah di Jambi ! tidak ikut pergaulan anak kota besar" kata nenek
"iya bu, Wiji selalu aktif, ada saja kegiatan nya malam Minggu" kata mama mas Wiji
Dari kebanyakan curhat anak kuliah fakultas ekonomi seperti, begitu gaul.
Mengingat mama mas Wiji dan Nana mau berenang hari Minggu ini, maka kami secepatnya ke bandara. Lumayan, Nana masih mau membantu kami. Nana seorang sahabat bisa untuk diandalkan. Nana akan sukses selalu ! dia banyak teman dan gaul ! walau terkadang melupakan akademik.
Sempat sih makan Lumpia basah, dan kami segera bersiap menempuh penerbangan. Menjelang naik pesawat aku SMS mas Wiji minta terima kasih atas sambutannya di kota Semarang. 20 menit ku tunggu ga ada balasan SMS hingga naik pesawat dan disuruh meng off kan HP, ya mas Wiji selamat hari Minggu yang bahagia denga si Frozen. Aku selalu tersenyum karena ini sudah kuperkirakan, dia kawan angkatannya, wajar !
Namun masih banyak kawan dia yang lain ! berbuat yang asik-asik dan masuk pada TAMAN yang lain sungguh tidak ada yang akan tahu. Itu sudah beberapa kali aku katakan pada mas Wiji. Pada hakekatnya mas Wiji berhak bahagia.
Bersambung ...
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello
kurang tahu mas. Mungkin iya dia pakai grindr untuk pergaulan gay yang luas
Siip Bro
Rusli akan selalu jadi anak yang baik di mata papanya bro Balaka met hari Minggu ya