It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
gw takutnya salah aja kan gw jadi malu. abang juga pasti tau kaan? abang kan pinter
Berharap gak Sad Ending aja nih cerita [-O<
@balaka mentionnya
Yoi @balaka semoga gk lama. Bantu doa juga yak wkwk ... tar klo dah klar ditag deh. Makasih semangatnya.
Hahaha silahkan ente pikirkan sendiri D_cetya
Namanya juga cerita 3ll0 bisa berujung bahagia ato sedih. Silahkan disimak lebih dalam lg nnti
9
Okedh. Mkasih @Tsunami dah simak. Keep staytune yak.
Ane buat konsep horror roman niatnya.
Matahari terbenam di ufuk barat bumi ini untuk beristirahat. Kegelapan pun datang. Suasana menjadi lebih dingin dan mencekam. Namun semua itu sirna ketika kelap-kelip lampu kota mulai bersorak menghiasi gelapnya malam. Bahkan bintang diatas langit pun tak tampak karena kalahnya cahaya jika dilihat dari dalam kota, apalagi dari cahanya terang yang terpancara dari pacarku sendiri, Ario. Dia adalah bintang bumi di hatiku.
“Kita sudah sampai, Ocky”, jawab Ario
Aku melihat suasana sekeliling, seperti aku mengenal tempat ini. Aku masih mencoba mengingat-ingat kembali, tapi tiada hasil.
“Dimana ini iio? Tempatnya sangat familiar”, tanyaku.
“Aku punya kejutan untukmu. Kamu jalan lurus ke pintu sana, sekitar 20 meter. Kamu akan langsung mengingat dimana kamu berada. Aku akan menaruh motor ini terlebih dahulu, kau tunggu saja disana”, jawab Ario.
Aku pun mengikuti apa yang Ario beritahu kepada ku. Sambil berjalan, aku terus berusaha mengingat tempat tersebut dan melihat-lihat area sekitar dari kiri ke kanan, atas kebawah dan segala arah. Sebuah bangunan setinggi 10 lantai dari permukaan tanah yang dari luar terlihat seperti cerobong asap yang diatasnya terdapat lingkaran besar memutar, entah apa yang ada diatas lingkaran tersebut. bangunan ini mirip seperti topi pesulap yang tempatkan dalam keadaan terbalik. Aku terus berjalan kedepan menuju Lobby, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku hampir sampai ke pintu masuk, namun aku sedang sibuk merogoh handphone yang berbunyi di kantong celanaku yang cukup sempit. Sesampainya di depan pintu, tangan kananku mengambil hape, melihat ke arah kantong dan tangan kiriku membuka pintu dan masuk kedalamnya lalu…
“Ouch”, teriakku menabrak seseorang dan handpohne pun berhasil terambil dari kantong namun terjatuh.
“Ooh maafkan aku. Aku sedang sibuk mengurus dokumen-dokumenku”, katanya dia sambil mengambil handphone dan memberikan kepadaku.
“Tidak apa, aku yang salah karena tadi aku tak lihat kedepan. Handphone ku berdering di kantong celana yang lumayan sempit ini. Dan terima kasih telah mengambilkan handphoneku”, jawabku.
Entah mengapa aku merasa aneh. Kejadian ini pernah aku rasakan tapi kapan dimana. Wajah orang yang ku tabrak tadi juga sangat amat familiar namun siapa dia. Aku sungguh bertanya-tanya namun aku malu untuk menanyakan.
“hello, hello. Ada yang bisa aku bantu lagi?”, Tanya dia sambil memegangi handphoneku yang ia berikan namun belum ku ambil. Tangan kirinya pun menggerak-gerkakan tepat di depan wajahku seolah aku sedang melamun.
“Ah, iya. Maaf. Aku hanya berfikir sesuatu yang mungkin aku pernah rasakan”, jawabku “maksudku seperti Dejavu”, aku menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman.
“Ah Dejavu, hal itu biasa. Sering sekali terjadi. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya. Sampai berjumpa lagi”, jawab ia sambil melambaikan tangan pergi meninggalkanku.
Aku hanya terdiam. Aku sangat amat mengenalnya, tapi siapa dia. Sangat tidak asing. Aku sering sekali bertemu dengannya, tapi dimana. Dan kapan. Hatiku terus bertanya-tanya, otakku terus berfikir dan kakiku terus berjalan menyusuri tiap-tiap sudut di dalam bangunan tersebut.
Tak lama aku melihat banyak orang berlari menuju satu tempat di depanku. Aku pun ikut berlari menuju tempat tersebut karena saking penasarannya. Aku masuk ke dalam ruangan tersebut. banyak para kaum muda yang sedang merayakan sesuatu disana, sepertinya perayaan ulang tahun tapi aku tak yakin. Handphoneku kembali berdering. Ternyata hanya missed call dari Ario. Dan ada Message darinya juga yang bertuliskan “ada permasalahan di parkiran motor. Aku akan segera kesana. Aku akan menghubungimu kembali Ocky”.
“Aheem Aheem”, seseorang berbadan besar di depanku menegurku.
“Iya, ada yang bisa aku bantu?”, tanyaku.
“Apa kau tidak bisa baca, announcement disana. Semua yang hadir dalam acara ini, di ruangan ini tidak boleh ada yang menyalakan handphone, dan kau terpergok sedang berinteraksi dengannya. Boleh ku minta handphonemu?”, Tanya ia
“Ah, maaf. Aku tidak melihat peraturan disana. Kau tidak boleh mengambil handphone ini, aku sangat butuh untuk komunikasi dengan orang lain saat ini. Lagipula sepertinya aku masuk ke ruangan yang salah, aku tidak tahu ini ruangan apa dan sedang dalam acara apa”, aku menjelaskan dengan emosi ke orang tersebut.
“Kau melanggar aturan, dan sekarang berusaha untuk menutupi pelanggaranmu”, jawab orang tersebut sambil merampas handphoneku lalu meninggalkanku. “Hey MC, aku memergokki seseorang yang sedang bermain handphone dalam acara kita. Sepertinya orang ini menganggap acara kita tidak seru” teriak orang itu sambil menunjuk kearahku.
Lampu-lampu yang menyala menyorot ke diriku dan semua orang berteriak kepadaku “hukum dia, buat dia merasakan serunya acara kami”.
Aku benar-benar terjebak di ruang dan pesta orang-orang gila ini. Tapi entah kenapa, aku merasa pernah merasakan ini semua. Aku pun dapat menebak kejadian selanjutnya yang akan terjadi kepadaku, yaitu seorang MC turun dari panggung dan mengajakku untuk naik kepanggung. Dan dugaanku tepat sekali benar. Seorang MC turun dan menghampiriku lalu memintaku naik ke atas panggung. Aku pun menuruti permintaan si MC. Ini adalah hukuman yang ditujukan kepadaku atas kesalahan yang tidak sengaja ku lakukan. Aku mencoba mengingat kembali apa yang akan terjadi, namun aku tidak ingat.
Seorang MC kemudian memintaku untuk mengambil sebuah kertas yang berada dalam toples kaca yang terdiri dari kumpulan banyak kertas. Aku mengambil salah satunya. MC tersebut memintaku untuk membuka kertas itu. Perlahan aku membuka kertas itu dan aku membaca sesuatu. Di dalam kertas itu tertulis “Kewl Graduated Party” dan juga nomor yang menurutku adalah nomor induk mahasiswa. MC tersebut memintaku untuk menyebutkan nomor tersebut.
“1-8-2-2-1-0-4-0-0-9”, ucapku dengan suara yang sangat kecil karena sangat malu.
“Coba katakan kembali, aku tidak mendengarnya”, teriak sang MC menggunakan Mic.
“wuuhuuuu … lagi, lagi, lagi”, seru para mahasiswa yang menggila disana.
Dalam nomor itu terdapat tanggal ulang tahunku yaitu 22 Oktober. Nomor yang sangat cantik, seandainya nomor mahasiswaku dulu seperti ini.
“1-8-2-2-1-4-0-0-9”, ucapku dengan nada yang lebih keras dari yang sebelumnya.
“Okay, untuk mahasiswa bernomor yang telah disebutkan silahkan naik ke atas panggung”, suruh sang MC memanggil dengan Mic.
Datanglah seseorang tersebut ke atas panggung, dan ternyata orang tersebut adalah orang yang ku tabrak di pintu lobby tadi, dimana aku sempat melamun karena memikirkan wajahnya yang tidak asing selagi dia memberikanku sebuah handphone. Aku sangat malu sekali, rasanya aku ingin cepat turun ke bawah panggung dan keluar dari ruangan gila ini.
“Halo, selamat malam semuanya. Ternyata aku termasuk orang yang beruntung karena dapat terpilih maju kesini. Aku percaya nomorku itu akan terpanggil, karena nomorku itu terhubung dengan tanggal kelahiranku yaitu 10 April”, dia menjelaskan. Semua orang di ruangan terkecuali aku, bersorak ria.
Aku kaget mendengarnya, karena secara kebetulan dalam nomor itu juga terdapat tanggal lahirku. Dan yang lebih gila lagi, tanggal lahirnya sama persis seperti tanggal lahir pacarku.
Aku langsung meminta Mic dari sang MC dan berbicara “Okay, hukumanku sudah selesai. Aku bisa minta handphoneku kembali dan keluar dari ruangan ini. Aku bukan orang dalam undangan”, ucapku kesal.
MC-nya pun langsung mengambil mic-nya kembali dan berkata “kamu belum selesai nak. Hukumanmu ada pada jarum pada putaran lingkaran disana. Kamu berharap saja agar jarum jam menunjuk pada tulisan gift, agar orang dengan nomor yang kau panggil mendapatkan hadiahnya”, jawab sang MC.
“Aku yakin, bahwa nomorku ini membawa keberuntungan. Dari ketiga pilihan yang ada di putaran lingkaran tersebut, aku akan mendapatkan Gift. Tidak mungkin mendapatkan Truth atau Dare”. Jawab mahasiswa itu dengan sombong.
“Apa kau yakin nomormu beruntung? Baiklah jika seperti itu, kau putar dulu lingkaran itu dan kita lihat putarannya akan berhenti di posisi mana”, kata sang MC
Mahasiswa itu pun langsung menuju tempat tersebut dan memutar dengan kencang. Kami pun menunggu hasilnya. Aku berharap sekali tidak akan terjadi sesuatu yang buruk kepadaku karena aku dijadikan tumbal seperti ini. Putaran dari lingkaran tersebut pun semakin pelan dan berhenti. “Oh tidaaak, apa yang akan terjadi”, hatiku berkata dengan cemas.
“Hmmm … mungkin keberuntunganmu terdapat pada sisi lain”, jawab sang MC.
Mahasiswa itu pun hanya terdiam melihat jarum yang menunjuk ke posisi “Dare”. Sekarang ia harus menuju ke dalam satu toples kaca yang bertuliskan “dare” dan berisi banyak kertas didalamnya. Ia mengaduk-aduk kumpulan kertas tersebut dan mengambil salah satunya. Ia pun membuka kertas itu dengan perlahan. Seketika ia diam dan berkata “Boleh aku mengambil kesempatan yang lagi pada toples ini?”.
“tentu saja tidak boleh. Itu pilihanmu, disanalah jalanmu”, jawab sang MC sambil berjalan menuju mahasiswa itu dan mengambil kertas tersebut lalu membacakannya. “dalam kertas ini bertuliskan, keberanian yang harus dilakukan adalah Cium. Sekarang aku meminta kau untuk menghukumnya dengan menciumnya”, katanya sambil menunjukku.
“Apaaaaaaaa? Oh tidak bung, aku harus pergi. Aku tidak ingin masuk dalam permainan ini. Aku bukan tamu undangan, tolong lah. Aku harus pergi”, jawabku dengan kesal.
“Semua pelanggaran harus ada hukuman. Itu yang ditetapkan di kota ini”, jawab sang MC.
“Pelanggaran apa? Itu hanya berlaku terhadap orang-orang yang didalamnya. Maksudku orang-orang yang memang berkewajiban seperti mahasiswa Kewl. Bukan aku”, jawabku
“Kau adalah orang yang masuk di dalamnya, dan berkewajiban untuk memenuhi tuntuttan atas pelanggaranmu”, kata sang MC.
“tapi…”, pintaku
“Tidak ada tapi. Lakukan sekarang bung, jika kau benar-benar mahasiswa lulusan Kewl”, kata sang MC kepadaku yang kemudian berbicara pada mahasiswa itu.
Semua orang diruangan bersorak ria meminta mahasiswa itu menciumku. Sang MC pun mendorong aku menuju mahasiswa tersebut. ia pun langsung merangkul pundakku dan berkata dengan pelan “Jangan takut, mungkin ini memang jalan kita”.
Dia mulai merapatkan tubuhku ke tubuhnya dengan cara merangkul pundak yang selanjutnya memelukku dan mulai menempelkan bibirnya diatas bibirku. Aku hanya bisa memejamkan mata berharap hal ini takkan terjadi. berawal dari menempelnya bibir ini kemudian masuk lebih dalam lagi. Kedua bibirnya menyentuh bibir atasku. Aku berusaha menjauh dari ciumannya namun leherku tertahan tangannya yang keras sehingga aku tak bisa bergerak. Ia pun melanjutkan aksinya lagi dengan menyentuh bibir bawahku dengan merapatkan kedua belah bibirnya. Otakku berhenti bekerja, seakan apa yang ia lakukan merupakan hal yang cukup menegangkan tapi menyenangkan juga. Dan aku mulai memberikan respon, aku merapatkan bibir ku untuk menyentuh bibirnya di bagian atas hingga terbentuk suatu bunyi orang berciuman. Semua orang terdiam, lalu menggerang dan bersorak.
Perlahan ia langsung melonggarkan rangkulannya, dan disaat itu juga aku langsung menjauh dan cepat turun dari panggung dan segera keluar ruangan. Aku tidak berfikir tentang handphoneku kembali, yang terpenting aku tak ingin masuk ke dalam permainan gila tadi.
Sang MC yang menjengkelkan itu pun memanggil-manggilku namun aku tidak memperdulikannya. Aku pun berhasil keluar dari ruangan gila itu, dan semua yang bisa aku lakukan hanya menunggu dan mencari. Tiba-tiba seseorang mengejarku dan menepuk pundakku. Aku pun berbalik, ternyata seorang mahasiswa tadi.
“huuh huuh”, hela nafasnya yang kelelahan. “Maafkan kejadian tadi. Mereka berfikir kamu salah satu dari aku dan mereka. Maka dari itu, semakin kamu mengeluh mereka akan menganggap kamu menyangkal. Tapi jika kau tak mengeluh, tidak ada pilihan bagimu. Ini handphonemu”, jawabnya dengan nada kelelahan.
“Terima kasih. Maaf juga karena tanganku yang tidak beruntung membuatmu harus terpanggil dalam panggung tersebut. Dan mendapatkan hasil putaran yang kurang baik”, jawabku menepuknya yang sedang kelelahan.
“Ciuman tadi adalah ciuman pertamaku. Kau adalah orang pertama yang dapat menyentuh bibirku. Tapi apakah ini jalan kita? Berawal kita bertabrakan di pintu lobby tadi kemudian …”, kata dia.
lalu aku menyanggah “Entahlah, ada hubungan apa kita atau mungkin memang hanya kebetulan yang sangat sempurna dirancang. Tapi dalam nomormu tadi ada tanggal kelahiranku juga yaitu 22 Oktober”.
“Benarkah? Apakah kau dan aku berjodoh?”, candanya.
“kurasa tidak. Maaf, aku sudah punya pacar yang sangat amat aku sayang”, jawabku.
“benarkah? Aku tidak yakin akan hal itu. Oh iya, sebentar”, katanya sambil menuliskan sesuatu di buku kecil dengan pulpennya. Kemudian ia merobekkan kertas yang ia tuliskan tadi dan berkata “ini nomor handphoneku, kamu keep ya. Pulpen ini ayahku membelikan hanya ada dua, kamu keep juga ya pulpennya, jangan sampai hilang. Kita bisa kenal lebih jauh lagi, tidak harus menjadi pacar. Aku harus pergi, karena masih dalam acara Graduated Party. Aku harap kita bisa bertemu kembali”.
“Baiklah”, aku memasukkan kertas dan pulpen itu ke dalam kantongku. Kemudian aku mengulurkan tanganku kearahnya, “namaku Rico Biesch. Kau dapat memanggilku Rico”.
“Aku Ario Gautama. Kau bebas memanggil apapun tentangku. Tapi aku akrab dipanggil Ario”, jawabnya.
“Maaf, namamu Ario Gautama? Lahir di tanggal 10 April?”, teriakku.
“Yep, that’s right. Ada yang salah?”, tanyanya.
“Berapa umurmu sekarang?”, tanyaku panic.
“22 tahun”, jawabnya
Wahai Sang Penguasa, apa yang terjadi. Dia adalah pacarku. Aku baru ingat, bahwa semua yang terjadi mulai dari bertabrakkan sampai ke acara pesta kelulusan, hingga berciuman adalah hari pertama dimana aku bertemu dengannya. Hanya saja perbedaan di konsepnya, dimana dalam kenyataannya dulu aku sedang berhubungan dengan temanku, karena janjian tapi disini aku berhubungan dengan Ario yang sudah berumur 30, tahun ini. Semua pembicaraan yang keluar dari mulutku dan mulutnya sama persis. Saat itu umurku 20 tahun. Dan aku berusaha menolaknya dengan berbicara tentang pacar. Jika dulu aku berpura-pura memiliki pacar, namun saat ini aku benar-benar punya pacar sebagai alasan menolak. Kenapa seperti ini? Kenapa Ario yang berumur 30 tahun menyuruhku masuk ke dalam ruang waktu sekitar 8 tahun lalu. Ini sangat aneh. Akupun langsung jatuh pingsan.
Ia menggerak-gerakkan tubuhku sambil berkata “Rico sadarlaah, kamu baik-baik saja kan? Bangun lah, bangun”.
“Bangun lah, bangun”, kata Ario menggerak-gerakkan punggungnya untuk membuat goncangan di kepalaku yang sedang bersandar.
Astaga! Ternyata semua masa awal pertama jumpa dengan Ario dalam bangunan tersebut hanyalah mimpi saja. Sekarang aku masih diatas motor bersamanya menuju sebuah tempat yang ia akan beritahu kepadaku. kondisi jalanan saat ini sedang macet.
“iio, kita belum sampai yah? Maaf yaah aku tertidur. Kamu pasti bosan?”, tanyaku.
“iya belum sampai, Ocky. Kamu pasti lelah hingga tertidur diatas motor seperti ini. Tempatnya tidak jauh sih, tapi sebaiknya kita beristirahat sejenak yah”, jawabnya
“tidak apa iio. Lanjut saja. Aku memang lelah, tapi aku tak sabar menanti tempat itu”, jawabku
“hehehe, baiklah, tapi kita minggir dulu yah ke sisi kiri. Tiba-tiba aku ingin buang air kecil”, kata Ario meminggirkan motor. Ia pun turun dari motornya dan berjalan ke arah semak “tunggu sebentar Ocky, aku sudah tidak tahan. Aku pipis di semak-semak saja”.
“baiklah, hati-hati iio”, jawabku.
Aku melihat di depan dengan jara sekitar 50m ada garis kuning sepertinya bertuliskan “Police Line”. Aku menebak ini karena garis kuning tersebut memang mirip seperti garis polisi yang sedang berinspeksi karena adanya kasus, bukan karena aku dapat membaca tulisannya. Sepertinya garis polisi itu penyebab kemacetan ini, karena jalanan menjadi terbagi dua untuk kendaraan dua arah.
“Kenapa pada jalan ini ada police line? Apakah ada yang kecelakaan atau bagaimana?”, tanyaku dalam hati.
---Masih Berlanjut---
maap gan. di episod ini agak nyepam. ane buat sedikit complicated jalan ceritanya biar gak buru2 abis. silahkan disimak, semoga cerita ane gak bikin bosen yak. tolong dikomentarin setragis mungkin cerita ane, maklum yee masih pemula. silahkan disimak kembali. :-)
@balaka @haha5 @Tsunami @3ll0 @hananta @d_cetya @sinjai
Cerita ini lokasinya di Indonesia ato luar ya?
Misterinya bikin penasaran.