It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@3ll0 sabar lg dapet 6 halaman. lg mls ngetik nih
@alfa_centaury :-D
@kris109 ok. :-D
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@Tsunami
@Lulu_75
@Wita
@Indrawan506
@Alfa_centaury
@DafaZartin
@Arifinselalusial
@Haha5
@Half_blood
@Cute_inuyasha
@trio_shfly17
@Xian_Lee
@hyujin
@kris109
Thank You, dan maaf kalau aku betotnya terlalu keras sampai mau putus,
Selamat Membaca
***
SEJATINYA
By: Black_Skies
#Aziz POV
***
Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi...
Berkumandang suara adzan...
Mengayun memecah sunyi...
Selang seling sahutan ayam...
Tapi insan kalaupun ada hanya...
Mata yang celik dipejam lagi...
Hatinya penuh benci berdengkurlah kembali...
Begitulah peristiwa di subuh hari...
Suara insan di alam mimpi...
Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi...
Berkumandang suara adzan...
Mengayun memecah sunyi...
Selang seling sahutan ayam...
Ayuh bangunlah tunaikan perintah allah...
Bersujud mengharapkan ampunan-nya...
Bersyukurlah bangkitlah segera...
Moga mendapat keridhoan-nya...
Begitulah peristiwa di subuh hari...
Setiap pagi setiap hari...
Sayup-sayup aku mendengar suara Bang Fadly dan Neng Natasha menyanyi dari televisi tak mau kalah dengan kokokan ayam yang saling bersahutan. Duh…kok lagunya ngepas banget sama aku, nyindir lagi. Rajin bener tuh orang bangunin orang buat sholat subuh, moga dapet amal ya Bang, Neng heheheh.
Seketika itu juga perlahan-lahan aku buka mataku yang masih terasa berat dan menguap lebar. Aku mengeliat sambil menunggu semua nyawaku berkumpul. Suara gemeretak tulang-tulangku membuatku nyaman, seolah-olah tulang-tulangnya sudah pada kembali di tempat asalnya. Aku belum beranjak dari tempat tidurku. Aku duduk ditepi ranjangku.
Sekarang hari apa ya? Oh iya hari selasa. Dan kemarin aku mengantar jambul ke terminal. Hemmmm, melihat wajah jambul kemarin jadi pingin ketawa lagi deh. Muka yang biasanya ceria, gokil, dan jelek menjadi kusut, muram dan makin jelek, bahkan kayak orang mau nangis hahahahah. Tapi kasihan juga sih, seorang jambul berhasil aku kerjain dengan berakting marah. Enggak nyangka ilmu dan sifatnya jambul turun dengan mulus di kepribadianku. Tapi tidak mengapa, asalkan aku masih dapat mengendalikanya, tentu bukan masalah, bukan? Makanya jangan ngremehin Aziz dong. Diam-diam menghanyutkan.
Yah, kemarin sesudah busnya menghilang ditelan bangunan dan jarak aku langsung tersenyum bahkan menahan tawa. Kejam? Mungkin iya, karena dihari perpisahan malah marahaan kan gak seru. Ok deh, mungkin aku harus ngejelasin semuanya, kalau aku kemarin hanya berakting untuk ngejahilin dia saja. Sekali-kali ngejahilin dia dong, masa aku mulu yang dikerjain. Padahal mah dia mau cium aku kek, mau peluk aku kek, emang gua pikirin. Apalagi dia sudah memberi bingkisan. Tapi sial dan anehnya dalam kantung plastik terdapat catatan kecil.
“PERHATIAN jangan dibuka sebelum waktunya”. Begitu tulisan dalam catatan kecil tersebut. Ini ikhlas tidak ngasih hadiahnya?, pikirku. Tapi karena aku sangat penasaran aku sobek bungkus kadonya, biarpun melanggar perintah jambul, gak papa, mumpung jambulnya gak tahu. Setelah bungkus kadonya terkelupas semua, tampak ada kotak lagi terbuat dari kertas tetapi kuat dan tebal, dilihat dari depan tampaknya isinya buku catatan, tetapi tidak bisa dikeluarkan karena di pinggir kotaknya terdapat gembok, sial dikunci. Kucek lagi kantung plastik kresek tadi dan bungkus kadonya untuk mencari kuncinya, ternyata tidak ada. Menyerah, akhirnya kuletakan benda itu didalam lemari. Aneh-aneh saja nih orang, pikirku.
Setelah cukup lama aku mengingat-ingat kejadian kemarin di kamar tidurku, aku langsung beraktifitas di pagi hari ini, aku bergegas mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Kemudian kulakukan aktifitas seperti biasanya ketika akan berangkat sekolah.
***
Teettt...teettt...teettt...
Kudengar bel masuk sekolah berbunyi, sudah jam 7 teng ternyata. Kulihat beberapa siswa berlari tergesa-gesa dari arah gerbang sekolah, ada juga yang baru turun dari angkot tetapi keburu lari belum bayar dipanggil oleh kernet angkotnya, alhasil balik lagi untuk membayar, aku hanya ketawa aja. Ada juga yang kulihat mukanya muka kamar tidur alias muka masih ngantuk dengan pakaian yang kusut, lecek, mata kendur, berjalan juga tergesa-gesa, di jalan menguap mulu kerjaanya, capek dech. Lain halnya denganku, dandananku rapi, tertib, tetapi aku berjalan dengan gontai dan malas-malasan dari parkiran menuju kekelas. Entahlah, hari ini aku sengaja berangkat agak siangan. Kurasa teman-teman sekelas sudah pada masuk ke ruang kelas semua. Sampai dikelas aku bersalaman dengan teman-temanku. Kemudian duduk dibangku ku, yep sekarang aku duduk di temani oleh Mr. Kosong atau ada Mr. Jin , tau deh. Aku duduk di bangku nomor dua dari depan dekat pintu. Didepanku adit dengan eko, sedangkan di belakang ada wawan dan deni. Yah cuma aku yang tidak ada pasanganya dikelas. Mbul, ini semua gara-gara kamu pindah, aku jadi sendirian tau, pokoknya tanggung jawab kamu.
Ketua kelasku, Anita memberi aba-aba untuk segera berdoa. Setelah berdoa dan tadarus sekitar dua ruku’. kupandangi kursi disampingku, aku jadi teringat masa-masa sebangku dengan makhluk Tuhan yang paling jahil, siapa lagi kalau bukan Trisna Kurniawan alias Jambul si cerewet. Ketika kami satu kelas sedang mengerjakan soal-soal, entah itu soal latihan atau soal ulangan, jambul pasti menyenggol lengan kiriku untuk bertanya, padahal baru saja soal dihadapanku kulihat sekilas, baru kupegang atau belum ku sentuh dan kulihat sama sekali. Menjengkelkan? Tentu iya. Karena keseringan jambul bertanya, kadang aku bersikap super cuek, sukses membuat dia jengkel. Ketika ia jengkel pasti menghujamkan ti*itnya eh telunjuknya maksudku, ke arah pinggangku, hingga membuatku kaget dan tak tahan geli. Kadang aku membalasnya dengan menyenggol tangan kanannya yang sedang asyik menulis. Coretan berbentuk garis panjang tertoreh dilembar kerjanya dan aku akan tersenyum puas, setelah itu kami akan saling jahil-menjahili hingga kukeluarkan jurus pamungkas yang dapat menghentikan serangan mematikannya itu. Jurus itu yang di turunkan oleh guruku, Wiro Sableng bin sinto gendeng , yakni jurus membetot bibir. Bahkan si Wiro Sableng hendak menurunkan jurus yang lain, yakni jurus membetot ti*it, tetapi aku menolaknya, karena kalau di betot nanti ti*itnya tidak bisa tumbuh mengembang lagi. Iyakan?
Entah sudah berapa kali aku sering menarik bibirnya, setiap hari minimal satu kali dan maksimal rata-rata enam kali serta setiap tarikan, bibirnya akan bertambah sekitar satu sentimeter. Kuambil bolpoint dan buku Matematika, karena sekarang pelajaran Matematika, tetapi Pak Naryo belum ‘nonggol’. Ok kembali lagi ke soal bibir jambul tadi. Sekarang aku akan menghitung panjang bibir jambul saat ini. Mmmm, Coba Kita ambil banyaknya tarikan ditengah-tengahnya, mmm, kuambil tiga tarikan setiap hari. Kubuka buku Matematika pada bagian belakang dan kutulis 3 dikalikan satu tahun selama aku kenal dengan jambul kemudian dikalikan lagi pertambahan bibirnya 1 cm untuk satu betotan. 3 x 365 hari x 1 cm = 1095 cm atau 10,95 m atau dibuatkan 11 m. Waw, panjang bener mbul bibirmu sekarang, melebihi belalai gajah sumatra ataupun gajah afrika sekalipun. Mungkin sekarang bibirnya lagi di gulung. Duh sorry ya mbul, bibir kamu jadi panjang bener gitu. Maaf ya mbul hihihihihihihihi.... Badanku terguncang karena menahan tawaku.
“Kamu kenapa ziz? Kok ketawa sendiri” tiba-tiba wawan duduk di tempat kursinya jambul dengan memandangku sambil senyam-senyum heran. Sontak aku langsung memandangnya dan menarik nafas panjang agar tawa yang kutahan hilang.
“gak papa kok, hehehe” jawabku sambil cengengesan. Dia tersenyum.
“gimana jiz kemarin. Kamu anter trisna ke terminal?” tanyanya sambil merebut buku Matematikaku dan memandang coret dengan dahi berkerut.
“yep, aku mengantarnya. Malah aku kerjain, wan.” kataku pendek.
“kau kerjain? Kok bisa?” tanyanya lagi dangan mendekatkan diri kepadaku.
“iya, waktu itu dia pamitan samaku, lalu dia tiba-tiba mencium pipiku tanpa izin ketika dia minta foto bareng.” aku berhenti berbisik didekat telinganya sejenak untuk mengambil botol minuman karena mulutku kering.
“waw, kejadianya keulang lagi tuh?” bisik wawan sambil mengerling matanya menggoda, aku memanyunkan bibirku sambil membuka tutup botol minuman di genggamanku.
“terus kamu kerjain gimana?” tanyanya dengan berbisik waktu aku menegak minuman ku.
“iya, emang somplak bin dodol tuh otak. Jadi aku kerjain dengan pura-pura marah setelah dicium oleh bebek. Eh, tau gak reaksi muka jambul bagaimana, wan. hihihihihi.” kataku berbisik sambil cekikian.
“tega kamu ziz, temanku kau kerjain seperti itu, kamukan jago akting, bakal jadi kayak apa tuh muka trisna.” wawan malah ngebelain jambul dengan muka sok khawatir, aku pasang muka ‘yaelah bro’. Ya aku tahu sih dia kan temen akrabnya jambul. Untung dia tidak seperti jambul kelakuanya, jadi tidak ada alasan untuk menarik bibirnya.
“mukanya ancur, kusut, lecek dan tambah jelek tentunya, apalagi saat busnya mau berangkat, kulihat dia menatapku dari jendela hampir menangis, hahahahahaha.” aku tertawa puas mengingat kejadian kemarin. Si wawan malah pasang muka meringis.
“ih, tega kamu, ziz. Kasihan tau.” kata wawan prihatin. Ih, kayaknya aku sama wawan enggak sehati deh, belain trisna mulu dianya.
“biarin, sekali-kali giliran aku yang menjahilinya, sekali akting langsung keok,hahahahaha.” tawaku lagi.
“dia bakalan galau banget tau, hancur dah hatinya.” kata wawan segitunya.
“kok galau? kok hancur hatinya?” tanyaku penasaran dengan perkataan wawan tadi. Kupasang wajah serius dan menatapnya lekat-lekat.
“oh, itu? Enggak kok.” kulihat wawan menggeleng salah tingkah. Lupakan saja. “eh ziz, udah tanya kabar trisna belum?” tanyanya kikuk dengan mata tidak menatapku, aku bisa merasakan kalau wawan sedang mengalihkan pembicaraan tadi. Ya sudahlah, toh ada benernya juga kata wawan, aku belum mengetahui kabarnya.
“belum wan. eh wan, antar aku ke toilet yuk.” ajakku pada wawan
“mau ngapain ziz?” tanyanya begok. Kalau di kamar mandi biasanya ngapain sih teman-teman? Kurasa udah tahu semua jawabanya.
“mau makan pecel, wan. Ya pipis lah.” kataku sambil memegang tengkuknya. Kemudian dia mengangguk dan menggikutiku dari belakang.
Sampai di toilet aku langsung pipis. Setelah selesai aku keluar dari toilet, soalnya kalau kelamaan setannya kesenengan.
Ketika diluar toilet, aku mendengar seorang guru mengumumkan bahwa jam pelajaran pertama dipakai untuk rabat guru. Jadi belajar sendiri dikelas. Kugunakan waktu tersebut untuk menelpon jambul.
“eh wan, nanti saja balik kelasnya. Aku mau nelpon jambul dulu. Mumpung ada waktu lumayan banyak.” kataku pada wawan dibalas dengan mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Kucari kontak bernama cah ganteng aka Jambul si bebek atau si belalai, kemudian ku panggil kontak terebut. Aku duduk di emperan dekat kamar mandi.
Jambul : “hallo?”
Aku : “Hallo!” Dengan nada kubuat pura-pura marah. Wawan melihatku dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, aku hanya tersenyum jahil.
Jambul : “Jiz, kamu masih marah ya sama aku?” nadanya seperti bersalah.
Aku : aku hanya terdiam tanpa menjawab, malah tersenyum, yep aku masih mengerjainya.
Jambul : “jiz, aku benar-benar minta maaf soal kejadian kemarin. Kemarinkan aku cuma bercanda, biasanya kamu tidak marah kok. Dan tau gak jiz, semalem aku gak bisa tidur, perasaan ku tidak tenang, dan tau gak? Tadi malam aku nangis gara-gara kamu . Sedih tau jiz, kalau kamu seperti ini. Masa perpisahan kok malah marahan. Sampai dirumah kemarin ibuku nanyain, kok mukanya kusut, murung, terus aku jawab aja kecapean.” aku mendengarkan dengan menguap bosan. “jiz, maaf aku ya. Apa pun akan kulakukan untuk menebus kesalahanku. Kamu minta apapun akan kulakukan selama aku bisa melakukanya. Ok jiz?”
Aku : “Hooaammmzzz..... Udah dower belum bibirmu.” aku menjawabnya dengan malas sambil memainkan tanganku dilantai dekat kamar mandi. Sumpah aku malas banget mendengar suara bebeknya, tapi ada rindunya juga ding, hehehehe...
Jambul : “ya ampun dirimu, tega banget dirimu sama diriku. Diriku dah capek-capek ngomong minta maaf eh dirimu ngresponnya malah kayak gitu. Apa dirimu marah banget sama diriku hingga dirimu tidak bisa memaafkan diriku?” suaranya memelas dengan bahasa yang menurutku lebay. Seorang trisna yang menurutku cowok banget jadi lembek kaya gitu didepanku? Oh my god, gak cocok kalau jambul jadi manja seperti ini. Tetapi tidak apa-apalah, toh dia manjanya cuma sama aku aja dan tidak seperti peremuan. Tetep cool yang jelas.
Aku : ”hoammzzzzz...Dirimu, diriku, dirimu, diriku.... Kusumpel pake kaos kaki juga mulutmu.” kataku malas dan sewot.
Jambul : “jiz, aku kasih tahu ya, kalau orang tidak memaafkan kesalahan orang yang sudah meminta maaf bakalan dapet dosa loh. Kamu mau dapet dosa gara-gara itu?” sok bijak dianya.
Aku : “dan aku kasih tau ya mbul, aku kemarin seneng banget liat muka kamu yang ancur bin lecek. hahahahahaha” aku tertawa terbahak, aku menoleh kearah wawan yang menggelengkan kepalanya 360 derajat kemudian kembali lagi ke tempat semula. Hehehehe.....
Jambul : “kok kamu ketawa disaat aku sedih sih?. Bener-bener tega kamu jiz.” suaranya kayak dibuat-buat mau nangis. Bener-bener gak seperti jambul yang biasanya deh.
Aku : “ya iyalah aku ketawa. Orang aku malah seneng liat muka kamu itu, ancur-ancur gimana gitu, hihihihihihi....” aku ketawa cekikikan, kutoleh wawan lagi, dia menggelengkan kepalanya 180 derajat dengan kecepatan 108km/jam selama 5 menit. Karena kelamaan geleng-geleng kepala, aku membuang muka dari hadapanya. Kubiarkan kepalanya copot dan menggelinding di lantai.
Jambul : “maksudmu apa jiz? Kamu nggak marah sama aku?” tanya jambul belum ngerti kalau aku mengerjainnya waktu itu. Hihihihihi
Aku : “hihihihi, aku ngerjain kamu mbul, asik tau. hihihihi” sambil cekikikan aku toleh kearah wawan, ajaib, kepalanya masih ada ternyata.
Jambul : krik...krik...krikk... Sepertinya jambul terdiam dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Aku : “hello? Ada orang.”
Jambul : “hiks..hiks...hiks..” kudengar jambul tertawa (baca : nangis), aku langsung mengerutkan kening.
Aku : “napa mbul? Kok malah nangis? terharu ya aku bisa ngerjain kamu?” aku keheranan.
Jambul : “kamu nggak ngerti perasaanku jiz, aku nganggepnya serius tau, kelakuanmu kemarin. Kamu itu temanku yang paling berarti buatku jiz. Jadi bisa dibayangin gimana perasaanku, kalau dimarahin orang yang penting bagiku. Kamu bener-bener tega jiz. Apa aku pernah sejahat itu jiz?” suara jambul menusuk qolbuku. Seorang jambul sampai segitunya kah aku baginya, duh jadi geer nih. Tapi sedih juga, apalagi kalau aku sekarang lihat wajah jambul, huh...
Ajiz : “iya deh, aku minta maaf. Bener-bener minta maaf yang sedalam-dalamnya. Lagian itu hanya bercanda kok mbul, hanya akting saja. Jadi, mulai sekarang kamu enggak usah dipikir lagi ya. Oke?” kataku seperti orang menasehati anak kecil, dengan sok bijaksana dan berwibawa.
Jambul : “hanya akting aja kamu sudah bikin aku seperti ini, coba kalau beneran? Mungkin aku akan ‘Numb’ jiz. Makasih ya jiz. Sekarang aku lega selega-leganya. Kalo kita ketemu lagi nanti gantian aku kerjain kamu, ya?” kudengar dia sudah ceria lagi, syukurlah.
Aku : “mau ngerjain aku ya? Boleh-boleh aja, kalau mampu kamunya. Hehehehehehe.”
Jambul : “aku pasti bisa, semangat!!!!!” katanya dengan semangat 75 eh 45 maksudnya.
Aku : “giliran ngerjain aku, kamu semangat, tapi kalo ngerjain tugas loyo, lembek dan lecek.” aku menghinanya dengan gurauan, enggak beneran kok. Jadi fans Jambul jangan tersinggung dan lemparin aku dengan lemari pakaian kalian ya, tapi kalau aku dilemparin senyum kalian sih sah-sah aja. Peace.
Jambul : “harus dong. Asik tau. Hehehehehe”
Aku : “iya deh. Eh, Mbul boleh minta sesuatu ndak?”
Jambul : “apaan? Cipokan?membetot bibirku? Atau kamu mau aku buatkan puding ketela lagi?” suaranya kayak bebek kembali lagi, senengnya kayaknya dia.
Aku : ”dasar sedeng! Aku cuma minta kunci hadiah mu doang kok, jadi enggak usah ngarep lebih deh. Masa ngasih hadiah enggak ada kuncinya. Kamu ikhlas nggak ngasih hadiahnya?” aku agak sewot.
Jambul : “woooo kamu udah mbuka ya jiz?. Dasar gak amanah.”
Aku : kubalas dengan cengengesan.
Jambul : “eh jiz, aku pengen ngomong ama wawan dong. Eh kamu nelponya kok jam pelajaran sih, gurunya kemana?” sepertinya jambul mengalihkan topik pembicaraanku.
Aku : “wawannya ada kok. Nih aku lagi di belakang sekolahan di depan toilet. Sekarang gurunya lagi rapat.” kemudian aku berteriak memanggil wawan dan memeberikanya hp ku kepadanya, dia menjauh dariku. Aku kemudian masuk toilet lagi buat basuh muka dan membasahi rambutku. Setelah cukup dower aku menunggu wawan ngobrol serius, akhirnya selesai juga obrolanya. Kemudian dia mengembalikan hp ku, ternyata jambul masih dalam telepon.
Jambul : “hallo jiz?”
Aku : “iya, aku ni.”
Jambul : “jiz, pokoknya aku lega banget sekarang, dan seneng pastinya. Oh ya aku sekarang mau daftar sekolah dulu, jadi udahan ya?”
Aku : “sip, belajar yang rajin ya mbul. Sukses selalu.”
Jambul : “kamu juga jiz. Jaga baik-baik dirimu ya. Jangan jadi pendiam, tapi jangan cerewet kayak aku, ok?”
Aku : “iyalah, mana mungkin aku bisa se-bebek kayak kamu. Walau udah aku bikin dower sekalipun, bibir kamu tetap dan malah semakin kuek-kuek-kuek.” aku sambil menirukan suara bebek.
Jambul : “tapi aku tetap mengasyikan kan? Kamu bakalan kangen deh ama aku, hihihihihi” cengegesan lagi dia.
Aku : “terus, kalau aku kangen, kamu mau apa? hoaaammmzzzz” kataku dengan malas sambil menguap.
Jambul : “cum dong. Muacccchhhh....” ketika dia bilang muacchhh aku langsung menjauhkan wajahku dari hpku, takut bibirnya bisa keluar lewat hp, bisa berabe muka aku.
Aku : “eh udah ya mbul, kelamaan nih ngocehnya. Aku mau nyium wawan dulu ya.” kataku bercanda.
Jambul : “ihhh kok wawan sih. Jangan dong. Aku aja, nanti ada bonus cipokan loh.” protesnya
Aku : “PREIK KENCENG, NAJIS TRALALA. siapa juga yang mau nyium, orang aku cuma bercanda. Lagian mending nyium tembok daripada situ. weekk”
Jambul : “gua cipok, angus lo, hahahahaha..” sial dia malah ketawa, mending nangis aja kamu mbul. Jangan ding hehehehe
Aku : “makanya aku ogah, weeek. Eh katanya mau udahan, katanya mau daftar sekolah lagi. Gimana sih kamu? Dasar Trisna Kurniawan bebek.” kataku menyindir sambil bercanda.
Jambul : “Astagfirullah, aku lupa jiz. Gara-gara keasikan sama kamu nih,, hehehehe.”
Aku : “dasar, udahan ya. Bye.”
Jambul : “oke deh, bye ajiz. Muacchhh,” seperti tadi aku menjauhkan mukaku dari hpku ketika jambul mengucapkan ‘muacchhh’. Dan sesi telepon pun usai.
“yuk wan. Balik ke kelas.” kataku mengajak wawan balik ke kelas. Dia hanya mengangguk dan berjalan mengiringiku sambil mengalungkan tangan kanannya pada leherku.
Sesampai didekat kelas aku mengintip dari kaca jendela, ternyata sudah ada pak naryo, jadi aku telat 5 menit. Untung hanya 5 menit, ini semua gara-gara jambul ngoceh kaya bebek jadi telat deh. Tapi nggak papa buat obat rindu akan suaranya, hehehe.
“hayo, seko ngendi kui? Kok lagek mlebu? Mesti seko kantin yo?” kata pak naryo dengan bahasa jawa. ( “hayo, dari mana itu? Kok, baru masuk? Pasti dari kantin ya?”). Aku dan wawan nyengir serta teman-teman sekelas memperhatikan kami berdua.
“tidak pak, kami dari kamar mandi pak. Urusan bisnis” jawabku dengan bahasa indonesia (soalnya saya tidak lancar menggunakan bahasa jawa yang halus, krama inggil) sambil bercanda. Memang pak naryo adalah guru yang yang mengasikan, sering bercanda tetapi tahu tempatnya. Sehingga muridnya kadang juga berani bercanda denganya, tetapi tidak melampaui batas. Dan pak Naryo adalah guru favorit di sekolahanku, bukan karena penampilan tetapi karena sikapnya, Apalagi kalau ada kuisnya yang selalu dinantikan. Kuisnya adalah siapa yang dapat menyelesaikan/mengerjakan soal yang diberikan oleh pak naryo dengan cepat dan tepat. Soalnya kadang lebih sulit sari biasanya. Sudah dipastikan semua murid yang cerdas-cerdas akan kesenangan dan berlomba-lomba. Karena rewardnya ditraktir di kantin atau diberi uang jajan, lumayan walau tidak seberapa. Tetapi bagi orang yang otaknya sedikit seperti JAMBUL akan menyerah duluan (mohon untuk fansnya jambul jangan marah jika saya mengatakan hal tersebut, saya tidak menghina hanya mengepaskanya. Tolong jangan lempari aku dengan sepatu ya, peace. Dan untuk jambul, sorry ya, ganteng wes ..)
“halah, yo wes gek lingguh kono” respon pak naryo akan perkataanku tadi aku hanya mengangguk dan duduk di bangku ditemani angin. (“halah, ya udah duduk sana”).
aku duduk dan memperhatikan pak naryo dengan sunguh-sunguh, tanpa peduli angin yang terus mengajak ngobrol. aku pukul biar berhenti ngobrol, eh malah nglunjak. jadi aku biarin aja deh. biar dia ngobrol sendiri. dasar sedeng bin gemblung...
***
Hari-hari disekolahan semain lama, semakin membosankan jika aku berdiam diri. Kadang aku sering menoleh kebelakang untuk sekedar bercanda dengan wawan daan deni atau adit dan eko yang akan menoleh kebelakang. Hanya itu yang dapat membuat hari disekolah lebih berwarna, meski tak seperti hari sebelum-sebelumnya. Entahlah, aku baru menyadari bahwa tidak ada jambul seperti ada yang kurang. Tetapi aku juga harus memakluminya. Karena sms tetap jalan dan cukup menutupi kebosanan ini dengan banyolan, dan suara bebeknya kadang terdengar di hpku. Memang kami saling bercanda lewat hp, sampai hp aku protes kecapean. huft.
Di rumah? Kadang aku juga sering diajak bermain sepakbola bersama wawan, adit, eko dan deni. Ya walaupun di lapangan hanya jadi tiang, tetapi cukup menghibur kok. Kadang juga jalan-jalan mengelilingi kampung hingga desa. Walau tak seramai hari sebelumnya.
Dan setelah beberapa minggu sejak kepulangan jambul ke tempat asalnya, entah apa yang terjadi dengannya. Ketika negara api datang menghancurkan negara-negara lainyna, tiba-tiba dia menghilang. Padahal hanya ocehanya dan suaa bebeknya yang dapat menghancurkan dan menundukan negara api yang dipimpin oleh Fire Lord Ozai. Dan itu sukses membuat hari-hariku semakin membosankan. Aku sudah sering menanyakan prihal tersebut kepada teman dekatnya, wawan. Tetapi wawan ternyata juga tidak mengetahui alasan jambul hilang ditelan bumi. Sedih? Tentu iya. Tetapi aku mencoba untuk berfikir positif, mungin hpnya kecemplung kali sebelum menghafal nomerku, jadi jambul tidak bisa menghubungiku lagi. Apalagi sekarang kita sama-sama menginjak kelas 9, yang notabenenya sedang giat-giatnya beribadah dan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Aneh ya, masa rajinya cuma mau UN aja, capek dech.
Ok, jambul. Semoga kamu sukses disana, membahagiakan orang tuamu. Berbagi bahagia kepada teman-temanmu di jogja ini. Selalu ingat apa nasehat-nasehat yang telah aku berikan kepadamu selama aku mengenalmu. Kuharap kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan. Dan satu lagi, jangan lupa, kalau kamu berpergian bibir kamu digulung dulu, supaya tidak ‘nglawer’ dijalan. Hahahahaha.
Bersambung....
***
> Maaf ya updatenya sedikit, tapi perasaan sudah panjang deh.
> kalau ada kesalahan dalam ketikan mohon lapor.
> Bagi yang pengen di mention lapor ke pihak yang berwajib.
jumpa next time ya....
“Kebangetan kalau tidak ngasih reward Like, LoL, Keren dan Koment”
dicek lagi ya
lagi donk...
dilanjut lain waktu