It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
‘Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?’ tanya usahawan itu.
‘Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini,’ jawab nelayan.
‘Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?’ tanya usahawan.
‘Untuk apa?’ nelayan balas bertanya.
‘Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak,’ jawabnya. ‘Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal … bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku.’
‘Selanjutnya aku mesti berbuat apa?’ tanya si nelayan.
‘Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup,’ kata si usahawan.
‘Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?’ kata si nelayan puas.
Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.
Saya akan berusaha untuk melakukan lebih banyak kesalahan. Saya tidak akan berusaha untuk menjadi sempurna.
Saya akan lebih rileks. Saya akan menjadi lebih bodoh daripada sebelumnya.
Dalam kenyataannya, saya hanya akan menanggapi beberapa hal dengan serius.
Saya akan menjadi kurang higienis. Saya akan mengambil lebih banyak risiko. Mengambil liburan lebih banyak. Manatap tenggelamnya matahari lebih sering lagi. Mendaki lebih banyak gunung, merenangi lebih banyak sungai.
Saya akan mengunjungi lebih banyak tempat yang belum saya kunjungi. Saya akan lebih banyak makan es krim dan lebih sedikit buncis. Saya ingin mendapatkan lebih banyak masalah nyata dan sedikit masalah khayalan.
Saya merupakan salah satu dari orang-orang yang hidup layak. Dan sangat produktif dalam setiap menit kehidupannya; Tentu saja saya mempunyai momen-momen kebahagiaan.
Jika saya bisa kembali saya akan berusaha hanya untuk mendapatkan momen-momen yang baik. Karena apa bila tidak tahu sebelumnya, bahwa hidup ini menghasilkan: Hanya dari momen-momen; tidak kehilangan yang sekarang.
Saya merupakan salah satu dari mereka yang tidak pernah pergi ke mana pun tanpa sebuah termometer. Satu botol air hangat, sebuah payung, dan sebuah parasut.
Jika saya bisa hidup sekali lagi, saya akan berpergian lebih ringkas.
Jika saya hidup sekali lagi, Saya akan memulai untuk berjalan dengan kaki telanjang dari awal musim semi. Dan saya akan berjalan terus dengan kaki telanjang sampai musim gugur berakhir.
Saya akan lebih sering menaiki gerobak, merenungi fajar lebih sering lagi, dan bermain dengan lebih banyak anak-anak kecil, jika saya mendapatkan kehidupan yang lain di depan saya.
Tapi kalian sudah lihat, umur saya sudah 85 tahun,
Dan saya tahu bahwa saya sudah hampir mati.
Jorge Luis Borges [24 August 1899 – 14 June 1986]
William pun menjadi jutawan setelah idenya dikembangkan menjadi sikat gigi berbulu nilon dan diproduksi oleh perusahaan Amerika bernama ‘Du Pont’ pada tahun 1938.
Tahukah Anda, bahwa saat William Addis menemukan konsep sikat gigi, ia sedang mendekam di penjara? Tubuhnya di penjara, tapi pikirannya tidak terpenjara. Sementara banyak orang yang tidak di penjara, tetapi seringkali memenjarakan pikirannya sendiri.Penjara itu berupa kata-kata:
“Tidak mungkin”,
“Tidak bisa”,
“Tidak mau”,
“Tidak berani”, dan tidak tidak lainnya, yang kerap menjadi penghalang kita untuk berkembang.
Sang Pencipta memberikan kita potensi untuk dikembangkan, secara positif dan semaksimal mungkin. Jadi, jangan mengizinkan keadaan apapun memenjarakan pikiran kita.
Mulailah memikirkan sebuah kemenangan daripada sebuah kekalahan.
Pada usia 17 tahun, ia hanya bisa makan dari jatah pemerintah. Ia nyaris menjadi gelandangan. Tidur beratap langit, beralaskan tanah. Untuk bertahan hidup, dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih supermarket. “Hidup begitu pahit”, Koum membatin.
Hidupnya kian terjal saat ibunya didiagnosa kanker. Mereka bertahan hidup hanya dgn tunjangan kesehatan seadanya. Koum lalu kuliah di San Jose University. Tapi kemudian ia memilih drop out, karena lebih suka belajar programming secara autodidak.
Karena keahliannya sebagai programmer, Jan Koum diterima bekerja sebagai engineer di Yahoo!. Ia bekerja di sana selama 10 tahun. Di tempat itu pula, ia berteman akrab dengan Brian Acton.
Keduanya membuat aplikasi WhatsApp tahun 2009, setelah resign dari Yahoo!. Keduanya sempat melamar ke Facebook yang tengah menanjak popularitasnya saat itu, namun diitolak. Facebook mungkin kini sangat menyesal pernah menolak lamaran mereka.
Setelah WhatsApp resmi dibeli Facebook dengan harga 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 224 triliun) beberapa hari lalu, Jan Koum melakukan ritual yang mengharukan. Ia datang ke tempat dimana ia dulu, saat umur 17 tahun, setiap pagi antre untuk mendapatkan jatah makanan dari pemerintah. Ia menyandarkan kepalanya ke dinding tempat ia dulu antre. Mengenang saat-saat sulit, dimana bahkan untuk makan saja ia tidak punya uang.. Pelan2, air matanya meleleh. Ia tidak pernah menyangka perusahaannya dibeli dengan nilai setinggi itu.
Ia lalu mengenang ibunya yg sudah meninggal karena kanker. Ibunya yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat. “Tak ada uang, Nak…”. Jan Koum tercenung. Ia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita bahagia ini kepada ibunya.
Rezeki datang dari arah dan bentuk yang tidak terduga. Remaja miskin yg dulu dapat jatah makan itu kini jadi Triliuner
Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”
Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah.
Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.”
Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu.. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya.
Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”
Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.
Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..
Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri.
Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..
Mari, kita sama-sama belajar untuk tidak marah (atau setidaknya mampu meredakan marah) terhadap situasi buruk yang mungkin kita alami.
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani usahnya itu. Namun tidak ada perubahan yang berarti; usahanya tetap begitu2 saja.
Suatu hari, datang seorang pria membawa mobil mewah, lalu berhenti di depan gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, “Ada gorengan buntut singkong, Pak?”
Si tukang gorengan lantas menjawab, “Nggak ada, Mas.”
“Saya kangen sama buntut singkongnya, Pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman saya mengejek saya karena tidak bisa beli jajanan. Tapi waktu itu, Bapak selalu memberi buntut singkong goreng kepada saya, setiap kali saya main di dekat gerobak bapak,” ujar pria muda itu.
Tukang gorengan terperangah. “Yang saya berikan dulu kan cuma buntut singkong.. Kenapa kamu masih ingat saya?”
“Bapak tidak sekadar memberi buntut singkong, tapi juga sudah memberikan kebahagiaan dan harapan buat saya. Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin memberangkatkan Bapak ke Tanah Suci. Semoga Bapak bahagia,” lanjut pria itu.
Si tukang singkong goreng hampir tidak percaya. Hanya sebuah kebaikan/sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar!
Selalu bersyukur & berbuat baik. Sekecil apa pun, asal ikhlas dan tulus, pasti akan membuahkan kebahagiaan dan keberkahan.
Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”
“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”
Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
“Pemenang kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.
‘Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan ayah.’ Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.
Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Isterinya bertanya, ‘Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak-anak paling tidak suka ama kepala ayam.’ Suaminya menjawab, ‘Itulah sebabnya karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kepala ayam supaya isteriku dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak.’
Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak. ‘Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangmu.’ ucap sang isteri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir didalam dirinya.
Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil yang dilakukan oleh sosok ayah kita, namun memiliki makna yang begitu besar, di dalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab.
Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”
Waktu berlalu…
Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Hanya seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan! Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan “sampah” sebagai “pupuk” atau “bahan bakar” untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita.
Dia kemudian menarik gabus penyumbat botol dan menemukan bahwa kertas tersebut ternyata sebuah peta harta karun. Tetapi pria itu tidak percaya, sehingga ia memasukkan peta harta karun itu kembali dalam botol, menyumbat botol, dan melemparkan botol itu ke laut.
Beberapa saat kemudian, pria dewasa lain sedang berjalan di pantai dan melihat botol itu. Dia juga mengambil botol, membukanya, dan menemukan peta harta karun. Orang ini cukup penasaran dengan harta karun tersebut. Ia mencoba berjalan menuju tempat yang ditunjukkan peta tersebut, yaitu sekitar 30 meter ke tengah laut.
Tetapi ketika tinggi air laut mencapai paha, ia memutuskan untuk berhenti. Ini cuma jebakan katanya. Jadi, ia bergegas kembali ke tepi pantai dan membuang botol itu kembali ke laut.
Beberapa saat kemudian pria dewasa ketiga berjalan di tepi pantai dan melihat botol kaca itu terapung di air. Ia mengambil, membukanya, dan menemukan peta. Ia pun bertanya-tanya sebanyak apakah harta karun yang disebutkan di peta itu. “Hmm, peta ini cukup menjanjikan.” katanya. Aku akan berusaha mencari harta karun ini! Ia lalu menyewa perahu dan menuju ke tempat yang ditunjukkan peta tersebut.
Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan peta, dia melihat bahwa tampak ada sesuatu di bawah air yang menyerupai peti harta karun. Ia lalu menceburkan dirinya ke laut dan menyelam menuju benda bersinar itu. Tetapi ternyata lokasi peti harta karun itu jauh lebih dalam dari perkiraannya. Ia hampir kehabisan nafas. Ia lalu bergegas kembali ke perahu dan menyerah. Lantas botol berisi peta itu diambilnya, ditutup, lalu dilemparkannya kembali ke laut.
Setelah itu, ada satu pria dewasa lagi berjalan-jalan di tepi pantai. Seperti pria sebelumnya, ia juga melihat botol itu, membukanya, dan menemukan peta harta karun. Ia sangat bersemangat untuk menemukan harta karun tersebut. Ia melihat ada perahu di tepi pantai dan ia lalu menggunakan perahu tersebut untuk menuju ke tempat yang ditunjukkan peta.
Setelah sampai di tempat yang dimaksud, ia lalu menceburkan diri ke laut dan menyelam menuju ke peti harta karun. Tetapi ternyata lokasi peti itu sangat dalam dan nafasnya tidak mungkin bisa menjangkaunya. Maka ia memutuskan kembali ke perahu. Ia lalu kembali ke pantai dan menyewa perlengkapan selam. Kemudian ia mendayung perahunya kembali ke tempat harta karun.
Dengan perlengkapan selam lengkap ia kembali menyelam menuju ke peti harta karun dan membawanya ke perahu. Matanya berbinar-binar ketika melihat peti harta karun itu penuh berisi emas dan berlian.
Kisah ini mengingatkan kepada kita untuk jangan cepat menyerah, apalagi sebelum mencapai garis akhir. Mungkin kita pernah gagal di masa lalu, tapi bukan berarti kita ditakdirkan untuk gagal. Dengan pantang menyerah, keberhasilan pasti kita raih.
Ketika lonceng jam usai kerja berdering, tanpa diperintah segera kita berkemas.
Menyimpan kertas dan pensil dalam laci, lalu meninggalkannya jauh-jauh. Seolah semua persoalan telah terpecahkan untuk hari itu. Padahal masalah tetap terjaga selagi kita pejamkan mata.
Namun, esok hari, ketika lonceng jam mulai kerja berdentang,semua tumpukan masalah kita aduk, seolah ia terlampau banyak tidur semalam.
Perselisihan pun bolehlah dilanjutkan kembali. Ah, betapa hebatnya waktu menghibur kita. Betapa bergairahnya waktu membangunkan kita.
Saat kita mengatur waktu, sesungguhnya kita pun mengatur pikiran, emosi, dan perasaan kita. Karena waktu adalah lingkaran dimana kehidupan kita berjalan, kita atur waktu untuk mengatur kehidupan.
Kita rayakan sesuatu karena kita ciptakan hari besar. Kita heningkan diri karena kita tegakkan kesyahduan. Dan, semua itu kita rangkai dalam jalinan waktu.
Maka, hanya mereka yang tak kenal akan waktulah yang terjerat dalam persoalan tiada berujung.