It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
thanks mentionx ya_emmuuuaaaacchhh
hahahhA
Ini semua gara-gara Tyo, dan tentunya anak kost lainnya yang ngajak nonton DVD bareng di bawah. Padahal kalau gue gak ikutan mungkin tugas gue udah selesai dari tadi. Atau seenggaknya udah beres setengahnya deh.
Tapi mau gimana lagi, nasi udah menjadi bubur. Percuma juga gue sesali, toh gue juga menikmati acara nobar bareng anak-anak tadi. Apalagi nontonnya bareng Tyo hehehe
Berhubung mata gue agak sepet, gue memutuskan untuk membuat secangkir kopi terlebih dahulu sebelum ngelanjutin ngerjain tugas. Kan gue gak mau pas lagi ngerjain tugas ntar, gue malah kebablasan tidur. Bisa disemprot dosen habis-habisan dong ntar.
Keadaan kostan udah mulai sepi dan hening. Ya iyalah, secara udah mulai malem gini, mungkin anak-anak udah pada asyik di dunia mimpinya masing-masing.
Lampu di lantai bawah udah pada di matiin. Gue jadi agak ragu untuk turun ke bawah. Namun karena gue udah terlanjur keluar kamar, ya gue paksain deh buat turun.
Suara kayu berdenyit terdengar saat gue melangkah turun. Agak mengganggu pendengaran sebenarnya. Jadi lebih mencengkam gimana gitu hehehe
Nah, waktu gue mau ke dapur, gue ngelewatin kamar mandi. Sayup-sayup gue ngedenger suara gayung yang beradu dengan air. Suara gemericik air keran juga terdengar, tidak keras memang, namun cukup jelas untuk memastikan kalau ada orang di dalam kamar mandi.
Mendengar ada orang mandi membuat gue lega sekaligus heran. Lega karena gue jadi ngerasa gak sendirian di sini, secara kamar mandinya tepat berada di samping dapur.
Tapi gue juga bertanya-tanya, siapa juga yang mandi jam segini? Apa gak ke pagian buat mandi jam segini? Kalau gue sih ogah, soalnya dingin pisan.
Meskipun sebenernya penasaran, gue sih gak mau ambil pusing mikirin alesan tu orang mandi jam segini, toh bukan urusan gue ini.
Kembali ke tujuan awal gue ke dapur, gue langsung nyalain kompor, kemudian meletakan panci kecil yang sebelumnya udah gue isi air.
Suara cipratan air yang jatuh ke lantai semakin lama semakin keras dan cepat. Gila, itu orang mandi apa ngajak ribut? Rusuh amat mandinya.
Tiba-tiba suara pintu berdenyit terdengar. Gue menoleh ke sumber suara. Ternyata itu pintu kamar depan terbuka, kamarnya Tyo.
Tak lama kemudian munculah sosok Tyo dengan rambut acak-acakkan serta mata yang agak menyipit, mungkin dia masih ngantuk, pikir gue.
"Lagi ngapain, dy? Bikin indomie ya?" tanya Tyo ketika menghampiri gue. Matanya terlihat sangat lelah, namun Ia tetap memaksakan diri untuk membuka matanya secara utuh saat melihat gue.
"Ah, nggak kok, cuman lagi bikin kopi aja," jawab gue.
"Begadang?"
Gue mengangguk, "Iya nih, lagi banyak tugas,"
Tyo manggut-manggut sambil sesekali menguap, menahan kantuk. Duh, bikin gemes aja deh, jadi pengen ngelonin deh hehehe
"Masih ngantuk ya, yo? "
Tyo hanya tersenyum. Yah, tanpa di jawab juga keliatan sih kalau dia masih ngantuk. Kasihan Tyo, hari ini dia pasti capek sekali.
Abis jaga warnet dia langsung kuliah malam. Terus pas pulang kuliah malah di ajak nonton bareng sama anak-anak ampe jam 1an. Padahal bisa aja dia menolak ajakan kita, tapi dia mah orangnya segan nolak permintaan orang lain sih.
Dan jam segini dia masih belum tidur, padahal besok pagi udah harus jaga warnet lagi. Benar-benar pekerja keras dia mah, cocok banget deh buat jadi suami idaman hehehe
Dia kemudian pamit mau ke kamar mandi. Tadinya gue pikir dia mau masuk ke dalam kamar mandi yang kosong, tapi dia lebih memilih kamar mandi yang ada orangnya.
Gue hendak memberi tahu Tyo saat ia sudah memegang grendel pintu. Namun, baru saja gue mau membuka mulut, Tyo langsung membuka pintu kamar mandi itu dengan santainya.
Kali ini gue yang shock. Seinget gue, perasaan di kamar mandi itu tadi ada yang lagi mandi deh. Tapi kok si Tyo bisa masuk dengan mudahnya ya?
Gue masih terdiam ketika Tyo keluar dari kamar mandi. Gue melongok sedikit ke dalam, memastikan ada orang atau tidak di dalam.
Tapi di dalam sana tak ada orang lain selain Tyo yang baru saja keluar. Itu artinya, sedari tadi kamar mandi itu memang kosong.
Tapi jelas-jelas tadi gue ngedenger ada orang lagi mandi di dalam. Gue yakin gue masih sadar. Ini bukanlah halusinasi karena efek begadang, bukan.
Kalaupun orang itu sudah selesai mandinya, seharusnya ia melewati gue dan Tyo saat keluar dari kamar mandi.
Tapi nyatanya, sedari tadi gue gak melihat seorangpun selain Tyo di sini. Pintu kamar mandi itupun masih tertutup rapat sejak dari awal gue masak air, hingga akhirnya di buka oleh Tyo.
Hawa dingin tiba-tiba seolah mengelilingi gue. Bulu kuduk gue berdiri, merinding. Gue sadar kalau ada yang salah saat ini.
Tapi gue buru-buru menepis semua dugaan gue itu. Gue gak mau terlalu berkhayal yang aneh-aneh, meskipun rasanya sulit untuk tidak menebak-nebak apa yang baru saja gue alami barusan.
"Dy, lo kenapa?"
Suara Tyo menyadarkan lamunan gue. Raut wajahnya terlihat khawatir. Sesekali ia menengok ke arah kamar mandi yang sedari tadi gue perhatikan.
"Ngg-- Nggak apa-apa kok..." jawab gue dengan gugup. Gue memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian ini pada siapapun, termasuk Tyo.
"Yakin? Muka lo kok pucet gitu sih?" Ia kembali bertanya. Ada nada penasaran dalam pertanyaannya.
Gue cuman bisa tersenyum sambil memasang ekspresi wajah biasa saja, meskipun gue gak yakin bisa terlihat biasa saja sementara tangan gue sedikit gemeteran.
Dia lalu diam, meskipun tatapan matanya masih memandang gue dengan tajam, penasaran. Tak ingin terlihat salah tingkah, gue buru-buru meraih panci air yang sudah mendidih untuk sekedar mengalihkan perhatiannya. Namun, karena tangan gue terlalu lemas, gue gak sengaja menumpahkan air panas itu ke tangan gue.
"Akhhh!!!" pekik gue saat panasnya air bersuhu panas itu mengenai tangan gue. Rasanya panas sekali sehingga membuat tangan gue bergetar.
"Ehh, dy, lo gak apa-apa kan?!" seru Tyo yang tiba-tiba saja sudah berada di samping gue. Gue hanya bisa meringis karena perih.
"Gak apa-apa kok..." lirih gue seraya mengibas-ngibaskan tangan, berharap rasa sakitnya akan sedikit berkurang.
Tyo meraih tangan gue yang terluka. Ia terlihat khawatir ketika melihat kulit tangan gue yang memerah karena terbakar.
"Ke puskesmas depan ya?" katanya memberi saran.
"Gak usah ah, cuman gini doang. Di kasih odol juga ntat sembuh kok," jawab gue.
"Jangan. Ntar malah jadi berbekas!" seru Tyo. Ia meraih tangan gue dengan paksa. Agak kasar sih sebenernya.
"Gak apa-apalah, sekarang kan udah banyak salep buat menghilangkan bekas luka bakar," kata gue beralasan.
Tyo hendak protes, kelihatan dari raut wajahnya yang tetap bersikukuh ingin membawa gue puskesmas.
"Yo, gue gak apa-apa..." kata gue pelan berusaha meyakinkannya. Gue kemudian melepaskan tangannya dengan hati-hati. Ia terlihat tidak yakin, namun toh ia tetap melepaskan tangan gue.
"Makasih..."
"Tapi kalau nanti ada apa-apa bilang sama gue ya, ntar gue anter ke puskesmas," kata Tyo, sementara gue membalasnya dengan sebuah senyuman.
Ahh, Tyo, lo emang baek banget sih. Udah cakep, perhatian pula. Beruntung banget siapapun yang bakal jadi pacar lo nanti. Gak salah deh gue suka sama lo.
.
.
.
22 menit y
@ALEXANDERDINATA @adrian290292 @edwinjoej @ramadhani_rizky @POTTERBOY @oneD @lulu_75 @xian_lee @riomantika @adityaa_okk @cute_inuyasha @cibro @geryyaoibot95
Iya dari awal emang ada hantunya kok, tapi ntar juga ilang hehehe