It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
The Hobbit: The Battle of the Five Armies
I was looking for some entertainment today, and went to see The Hobbit 3. And, I must say, I am very impressed. I'm a bit of a die-hard Tolkein fan, and I can't see anything to complain about. The additions, the references to the original trilogy, it's all fantastic. I am utterly astounded by it.
Kematian Smaug yang terlalu cepat, mungkin disesalkan banyak orang karena menjadi semacam antiklimaks bagi perjalanan Bilbo cs di dua film sebelumnya yang panjang dan melelahkan. Tapi, dengan banyaknya tambahan material yang dimasukkan Jackson ke film ini lebih dari materi novel aslinya (sebagian mengambil referensi buku Tolkien sendiri, tapi lebih banyak lagi yang ditambahkan Jackson sendiri ) kematian Smaug memang harus dipercepat.
Sedikit kekecewaan saya adalah paling pas perang besar The Battle of Five Armies. Tadinya saya mengharapkan akan seepik dan sememorable 'The Battle of Pelennor Fields' yang menjadi perang terepik di semua film fantasi, atau pertempuran di Helm's Deep saat pasukan Rohrrim melawan pasukan Saruman. The Battle of Five Armies terasa sekali dibabat dan dipotong durasinya, biar gak kepanjangan saat diputar di bioskop. Pada saat extended version-nya keluar, sudah pasti saya akan menonton ulang lagi.
I dug it. As with the previous films, just kick back and enjoy.
And oh, I always say this for 3 years, Tauriel is the best female character in all of the Middle Earth-films.
3.5/5
Film pendek (hitam putih) dari sutradara kondang Ridley Scott. Sebagai film pertamanya (dan dia hiatus lebih dari 10 tahun sebelum membuat film panjang pertamanya), 'Boy and Bicycle' terasa sangat bersahaja (tentu saja jika dibandingkan dg film2 Scott berikutnya spt Blade Runner, Alien, Prometheus, dll yg rumit secara teknis dan visual).
Namun, tetap saja jejak style penyutradaraan Scott sangat terasa sekali di film ini, bahkan mungkin film ini menjadi inspirasi bagi karya2 Scott berikutnya. Di film ini, kita akan melihat, lanskap dengan latar dari pabrik-pabrik kecil di daerah suburban yang terisolir. Scene spt ini, sering sekali muncul di film-film Scott berikutnya.
Film ini, seperti perpaduan antara Kes-nya Ken Loach dan The Kid with a Bike-nya Dardenne brothers. Tapi, mungkin karena durasinya yang singkat, tidak seintens kedua film yang sangat saya puja itu.
3/5
Baru selesai (lagi) menonton film ini, salah satu film yang saya sukai. Memang sinematografi difilm ini yang membuat saya jatuh cinta, namun cerita difilm ini tentunya juga tak kalah bagus. Satu hal, gambar-gambar yang disajikan di film ini indah dan menakjubkan. Dan dibeberapa adegan difilm mengingatkan saya akan lukisan surealis Salvador Dali. Selalu, berimajinasi setelah menonton film ini.
1 Vote akan mndapat 1 like.. Trima Kasih...
konsepnya mirip Hormones gt campur ada cerita drama st8, lesbian, gay. Plotnya drama kuliahan yg tinggal di condominium nomor 401-410.
Pokoknya penggemar Thai film harus nontoooooon
Nicole kidman, film yang bagus sih. Membuat penonton terus menebak nebak sampai menit menit terakhir. Nyeritain Christine yang amnesia parah, dimana ingatan nya hilang setelah tidur. Ternyata dia adalah korban penganiayaan yang sangat parah. Pertanyaan utama nya adalah siapa? Dan kenapa?
The naked kitchen, Korea.
bingung juga sih. Intinya si istri tiba tiba selingkuh, dan muncul berbagai masalah.
Trus Insomnia (2002), tentang detektif hebat yang aslinya baik tapi sampe mau curang buat menegakkan kebenaran haha, yang akhirnya kejebak sama kasusnya sendiri dan jadi gak bisa tidur. film ini pace nya lambat trus ngebosenin di awal awal soalnya kayak kasusnya belum terlalu menarik, baru pas ditengah tengah mulai seru pas udah ketemu sama penjahatnya, menurutku konfliknya lebih ke konflik hati jadi harus bisa ngrasain perasaannya si detektif dormer, endingnya satisfying si tapi. aku suka aktingnya si robin williams di sini, sama posisinya si detektif Burr (hillary swank) berasa kayak posisinya si Deputy Molly Solverson di Fargo TV series.
kyyyyaa...ni film gore + seks+ horor dalam satu paket tapi gak krlihatan murahan...aktor aktor yang dipakai juga aktor papan atas and serasa nonton film bioskop...ceritanya bagus bgt !
Siapapun yang terlibat dalam pembuatan film ini, entah itu aktris atau sekedar tukang pengantar susu untuk para kru film, semuanya, saya doakan supaya masuk surga.
Ini kedua kalinya saya menonton film ini (gara-gara diskusi di forum sebelah), dan sedikit menyesal karena seharusnya saya menontonnya puluhan kali lagi sejak dulu. Marketa Lazarová bersama film My Winnipeg (Guy Maddin), adalah film dengan latar salju terindah yang pernah dibuat sepanjang sejarah.
Mengikuti kisah pilu seorang perempuan yang dijadikan budak karena diculik kesatria di era abad pertengahan, sebenarnya Marketa Lazarová bukanlah sekedar film tentang kehidupan gadis biasa. Ada sesuatu yang lebih menggelisahkan, sesuatu yang lebih ganas ketimbang badai salju, yang bahkan lebih panas ketimbang api yang tak bisa dipadamkan oleh dinginnya es.
Marketa Lazarová, dibalik keindahannya yang rapuh, menghadirkan isu yang menghentak: pertentangan karena konflik keagamaan di abad pertengahan. Bagaimana penduduk desa yang awalnya menganut agama pagan, dijanjikan dengan janji kasih dan surga Kristen. deklarasi agama kasih ini, kadang berkelindan dg motif-motif kekuasaan dan ketamakan, sehingga asimilasi agama kadang diwarnai dengan darah yang merona.
Meminjam frasa dari penyair Inggris favorit saya, Lord Alfred Tennyson, "nature red in tooth and claw", atau dalam kasus Marketa Lazarová, salju memerah karena darah dan pedang. Dan dengan caranya yang aneh, dalam film ini kengerian tsb menjadi sangat indah...
Film ini sebenarnya memiliki tema yang serupa dg film dashyat lainnya Andrei Rublev (Andrei Tarkovsky) , namun Marketa Lazarová menceritakan panasnya konflik agama ini dengan cara yang lebih rapuh. Dan lebih indah.
5/5
The best vampire film in the past decade, right up there with Let The Right One In (2008). Period.
5/5