It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
coba aja ki @ricky89
The Night of the Hunter (Terry Sanders, Robert Mitchum, Charles Laughton, 1955, USA)
Mitchum clearly having a grand old time. Atmosfer kelamnya terbangun dengan sangat baik. Dan ini mungkin satu-satunya film yang disutradarai oleh Laughton yang bisa dibilang bagus, meski karirnya sebagai aktor tidak perlu diragukan lagi.
4/5
Film biopic-nya Stephen Hawking, dan mas Eddie sukses memerankan tokoh jenius yang menemukan teori lubang hitam tersebut, menurut ane sih film ini typical film british sebelumnya kayak philomena, king's speech, formulanya sederhana cukup perpaduan kombinasi antara fascinating british accent, enchanting musical score, teal and orange color gradient and melodramatic screenplay.
Kadang suka depresi sendiri kalo nonton film2 buatan british, karena banyak adegan yang menguras emosi seperti scene si pak hawking struggling with his crippled body, ya pokoknya film iki apik wes, sayang bgt kalah dari Boyhood yang menurut ane overrated as hell di 72nd Golden Globe Awards untuk kategori best motion picture drama.
Film ini, membuat saya berpikir ulang, bagaimana saya harus mendefinisikan sebuah film komedi berkategori satir.
Biasanya, saya menjadwalkan hari Rabu untuk menonton film nasional di bioskop, tetapi untuk film ini, saya memilih hari Selasa karena terlalu penasaran setelah membaca review-review fiilmnya di blog/forum/grup discussion. Terlepas dari adegan iklan-iklan yang bertebaran (tapi gak sebanyak di iklan Habibie Ainun sih), film ini memenuhi ekspektasi dengan memberikan kepuasan maksimal terhadap selera humor saya.
Selain What We Do in the Shadows (Jemaine Clement, 2014), saya hampir lupa, film apa saja yang membuat saya tertawa lebih banyak selain film Garuda dalam setahun terakhir ini. Garuda memberikan elemen mengejutkan secara bertubi-tubi berupa komedi gelap, sindiran menyentil, ironi dibalik tragedi, dan terutama; satir yang menghibur.
Terlalu banyak adegan satir untuk dituliskan, yang bisa membuat saya tergelak-gelak di bangku bioskop kemarin malam (syukurlah, hanya ada belasan orang di dalam bioskop). Bayangkan saja, ada adegan ustad Mansyur-atau-siapalah-itu yang berperan sebagai menteri agama dan memberikan ceramah di TV nasional tentang keihklasan saat sebuah asteroid diperkirakan akan menghancurkan planet bumi. Adegan ini (dan ratusan adegan lain di tiap detiknya) benar-benar sebuah satir cemerlang. Saya rasa, tak akan banyak penulis naskah film nasional yang bisa menuliskan adegan komedi satir sehebat ini, kan? Kudos untuk penulis naskah dan pak sutradara.
Di dunia ini, ada banyak film yang sengaja dibuat busuk hancur dengan tujuan untuk satir dan sindiran, katakanlah seperti film-film sejenis Borat, Onion Movie, Tucker & Dale vs Evil, atau film-filmnya Robert Rodriguez. Dan saya rasa, film Garuda ini, berada dalam lingkup kejeniusan yang sama.
Ketika keluar dari bioskop, saya mengalami sakit perut karena terlalu banyak tergelak-gelak sehingga harus melewatkan makan malam.
Score: ~ / 5
Baru sada ternyata Richard Linklater itu sutradara yang menggarap my all time favorite trilogy ever "Before Trilogy" pantesan aja doi berkolaborasi lagi dengan Ethan Hawkes di Boyhood, bulan lalu, pas nonton Boyhood di menit2 awal sempet berasumsi kalo ini film spin off-nya Before Trilogy dan timeline-nya diselipkan antara Before Sunrise dengan Before Sunset, dikala Jesse berkeluarga, eeeeh ternyata perkiraan ane meleset. xD
In a bigger picture sih sepakat kalo Boyhood lebih ikonik dibandingkan film2 lainnya di tahun kemarin, karena Boyhood memiliki konsep yang berbeda ya, mengandalkan plot linear dengan waktu produksi merentang selama kurang lebih satu dekade, yah bisa dibilang Boyhood ini one of the most groundbreaking film of 2010s decade deh, tapi ya itu tadi, kenapa ane bilang overratedbagi ane, film ini bagi ane bagaikan Roasting turkey, masakan yang kelezatannya tidak sepadan dengan waktu pembuatannya.
Jadi ya dr dulu instead of hyping the film that has big contender to win the awards, i'd rather being mesmerized by a film with exceptional acting perfomance from its own actor/actress makanya dulu ane menjagokan The Curious Case of Benjamin Button over Slumdog Millionaire, Black Swan over The King's Speech, Nebraska over 12 Years a Slave.
*biar terkesan diskusi santai*
Justru saya merasa tertarik dengan Boyhood karena ceritanya yang amat simpel dan bersehaja. Sangat realistis. Jarang banget peristiwa dramatis terjadi pada kebanyakan orang. Menonton Boyhood adalah menonton kehidupan kita sendiri juga, dengan versi yang diringkas. The story is simple, life itself.
Saya sih demen film-film setipe beginian, hehe. Kita gak merasa diceramahi, dibohongi, atau dipaksakan ide-ide dari sutradara. I like simple things.
yah beda selera lah ya, tapi (tetap memaksakan argumen) Boyhood itu lebih cocok di masukin kotak film dokumenter dgn tema social experimental, kalo berbicara simple dan realistis, kayaknya kamu suka film amour ya? i despise it, especially, the ending, ugh
@wing
hehehe
Tokyo Family (Yôji Yamada, 2013, Japan)
Film ini adalah remake dari salah satu film terbaik yang pernah lahir dalam sejarah dunia sinema, Tokyo Story (Yasujiro Ozu), hanya saja settingannya di-update ke zaman modern sekarang. Sanggupkah film ini keluar dari bayang-bayang masterpiece tsb?
Untuk sebuah film yang se-berani ini, saya harus mengakui bahwa saya dikejutkan (dg cara yang menyenangkan) bahwa ternyata filmnya tampil cukup baik. Hanya saja, entahlah, estetika simetri Ozu yang legendaris dengan ketenangan narasinya yang membius, tidak bisa saya temukan di film ini.
Apa karena di zaman modern sekarang, dengan segala pesona instan dan cepatnya membuat narasi 'sabar' ala Ozu tidak lagi cocok? Atau karena saya sudah menemukan sosok Ozu modern lain bernama Hirokazu Koreeda yang film-filmnya tak pernah gagal untuk memukau saya?
3/5