It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
I knew it, it's so yesterday. Tapi yah gimana lagi, baru sempet nonton weekend kemarin. I don't want to be an arsehole, tapi film ini adalah film Nolan paling inferior bahkan dibandingkan dengan TDKR. Hanya karena filmnya membawa-bawa teori relativitas umum, bukan berarti filmnya menjadi rumit dan mindblowing seperti film Nolan lainnya. Bagi yang memahami konsep dasar TRU, saya yakin dapat mengikuti film ini tanpa kesulitan.
Oke, Interstellar is, after all, a film, not an advanced physics course at MIT. Saya tidak akan mengomentari sisi keilmiahan film ini lagi, ada banyak review di luar sana yang memuji dan mengkritik keakuratan sekaligus ketidakakuratan ilmiah di film ini (saya sarankan buku "The Science of Interstellar"-nya Kip Thorne jd referensi yg cukup baiks elain artikel-artikel diskusi di portal2 berita sains).
Tapi ada beberapa momen yang mengganggu. Anne Hathaway. I laughed to tears melihat dia berperan sbg seorang astrofisikawan/astronot. Tampang “bingung”-nya sama sekali gak meyakinkan kita kalau dia ngerti fisika (bahkan teori dasar mekanika klasik Newton), haha. Coba bandingkan dg sosok cerdas Jodie Foster sebagai seorang astrofisikawan di film “Contact” yang sorot mata cerdasnya sudah bikin kita yakin kalo pemilihan karakternya gak miscasting. Audio film yang meledak-ledak juga sangat mengganggu karena ada beberapa dialog yang kesalip tak terdengar.
Di film ini (dan hampir di semua filmnya sih, sorry buat Nolan and his fanboys), Nolan seolah ingin memperumit hal-hal yang sebenernya bisa disampaikan dengan cara lebih lugas, singkat, dan lebih to the point. Tapi untuk ukuran blockbuster, it’s still enjoyable, lah. 2/5
Histoires d'Amérique (1989)
Ketika Chantal Ackerman membuat film “Jeanne Dielman, 23 Quai du Commerce, 1080 Bruxelles”, dia sudah menciptakan standar baru bagaimana sebuah film mestinya harus dibuat. Artinya, film tsb menjadi berkah karena melejitkan namanya ke puncak daftar sutradara-sutradara terbaik sepanjang masa, sekaligus menjadi kutukan, karena film-film dia berikutnya akan selalu dibanding-bandingkan dengan film ini. Seperti JK Rowling akan terus dihantui karir kepenulisannya dengan “Harry Potter”-nya.
Dan memang, saya menjadi terbayang-bayang film “Jeanne Dielman” ketika menonton film ini, sehingga menciptaka rasa ketidakpuasan besar saat menonton “Histoires d'Amérique”, baik karena durasinya yang jauh lebih singkat (90 vs 200 menit), juga film ini sedikit spesifik menyorot drama keluarga keturunan yahudi di amerika yang bagi kebanyakan orang, tidak ada bedanya dengan keluarga amerika lainnya.
Bukan berarti film ini buruk, bagus malah. Hanya saja, berdiri di bawah baying-bayang “Jeanne Dielman”, film ini tidak bisa menggugah saya sekuat dan sedalam “Jeanne Dielman”. Tapi, setiap film Ackerman adalah sebuah keajaiban. Check it out sometime. If you can settle into its odd little rhythms and nearly plotless structure and strange throwaway moments, you'll have a good time. 3.5/5
Dan tentu saja, "Sátántangó", "“Jeanne Dielman, 23 Quai du Commerce, 1080 Bruxelles” dan "Mother and Son"-nya Aleksandr Sokurov akan masuk dalam 10 besar jika saya membuat list serupa.
Kirain bakal bagus ternyata datar datar saja, bahkan aku tidak nemu klimaks nya dimana. Alhasil ku percepat. 2 film thai terakhir mengecewakan, timeline dan ini. Mungkin untuk berikut nya menghindari film thai dulu.
Princess mononoke. Dari ghibli studio. film yang bagus, pelan tapi pasti membangun emosi penonton. Seperti film lain dari studio ghibli, tema atau pesannya sederhana tapi mengena.
Dracula untold, pantas jika di cekal di turki. Tapi bukan itu sih masalah nya. Film ini sudah biasa, mau di eksplorasi bagaimana lagi film bertema "vampire" ?? Film yang bagus dengan tema vampir aku kira, (lupa judul) yang memburu manusia untuk di ternak di ambil darahnya.
Film yang sy tunggu2 sejak rilis yg Catching Fire. Rela ke bioskop lagi setelah lebih dr 5 tahun ngga ke sana.
Alur ceritanya oke, meskipun beberapa scene beda dgn buku tapi feel nya dapet. Scene2 tambahan diluar Katniss POV juga oke.
Cuma sy kira bakal ditunjukin juga gimana Peeta dan Joana di siksa di capitolnya. Mgkn terlalu sadis, atau mgkn nnti di jelasin di Part II. Sayang Joana cuma muncul dikit banget di sini. Mudah2an di Part II Joana bakal bs mucul lebih banyak.
But, the best of all is, saya nonton ngga sendirian... Hehehe...
@levicorpus
John Ford adalah alasan saya kenapa saya masih tetap menyukai film-film bertema western (koboy) selain Sergio Leone (Once Upon a Time in the West, The Good the Bad and the Ugly). Dan ini juga mungkin yang jadi alasan, kenapa film-film western seolah mengalami kelesuan di zaman sekarang. Penonton akan terus menjadikan film Ford seperti The Searchers atau The Shootist sebagai standar film-film western setelahnya. John Ford adalah anugerah sekaligus kutukan bagia dunia sinema western. Dan siapa yang bisa membuat sesuatu yang lebih hebat dari film-film sempurna ini?
The Man Who Shot Liberty Valance is excellent in casts- James Stewart, Vera Miles, John Wayne, Edmund O'Brien, Andy Devine, John Carradine and a bevy of other fine actors populate this epic told mainly in flashbacks. As usual, Ford achieves the miraculous by creating popular, iconic american cinema while remaining subversive. This be one of his best films, i think.
I should revisit it, someday.
5/5
The secret world of arriety, nyeritain manusia liliput yang hidup bersama manusia. Bagus, pesan nya sederhana, tapi kena. Arriety gadis liliput suatu ketika di lihat oleh manusia, hal yang seharusnya dia hindari. Bocah bernama sho, berupaya membuat pertemanan yang justru membahayakan keluarga arriety. Aku suka dialog, ketika sho merasa sangat lemah, karena bahkan dia tidak bisa melindungi manusia liliput seperti arriety. suka pokok nya.
Selanjutnya howl's moving castle. nyeritain tentang gadis yang di kutuk oleh penyihir wanita, dan jatuh hati dengan penyihir pria. Jalan nya cerita bagus, berbeda dengan genre kutukan-penyihir yang lain.
selanjutnya the cats return, nyeritain seorang gadis yang menyelamatkan kucing, yang ternyata adalah pangeran kerajaan kucing. Sehingga membawa gadis itu berpetualang di dunia kerajaan kucing. Kayak alice in wonderland tapi versi ghibli studio.
Serial, nyoba liat teen wolf dan dan episode ketiga Udah bosen. Kayaknya terlalu "remaja"buat aku. Lol mungkin mirip kali ya dengan GGS, (walau aku gak pernah nonton GGS)
Masih nerusin revenge.