It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
jadi penasaran gw bang gimana kisah cinta abang di smp. apakah ketemu lagi di smp? gw tunggu lanjutannya bang
Kabar irfan gmana skarang????
I'll be wait the next your story
Terima kasih sudah bantu menghitung nilai rata² NEM saya, hehe.. masih 9 juga, geregetan sama ibu saya jadinya..
@solous
@callme_DIAZ
@masbadudd
@permana21
@ramadhani_rizky
@jony94
@hananta
@trisastra
@mustaja84465148
@haha5
@masbaddud
@angelsndemonds
@waisamru
@enykim
@caetsith
@angga_rafael2
@nakashima
@aries18
@san1204
@abrakadabra
@Farrosmuh
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@fends
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@beepe
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@Beepe
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@blackshappire
@Agova
@agung_dlover
@greysakura
@bi_men
@asik69
@mahardhyka
@just_Pj
@SanChan
@sickk86
@Monic
@yeltz
@ularuskasurius
@danielsastrawidjaya
@chibibmahu
@angga_Rafael
@AwanSiwon
@Dhika_smg
@arieat
@joenior68
@treezz
@Rivaldo_Nugroho
@an_d1ka
@Djohnzon1980
@darkrealm
@boljugg
@siapacoba
@kevin_ok26
@excargotenak
@Edmun_shreek
@The_jack19
@adhiyasa
@dundileo
@WYATB
@juki_cakep
@nes16
@tazbodhy
@woonma
@dua_ribu
@Daramdhan_3OH3
@anakmami
@blackorchid
@andyVanity
@mpranata013
@Brands
@tigerGAYa
@OlliE
@ananda1
@noveri_saja
@tjah_ja
@gyme_sant
@nest16
@anan_jaya
@trace_tri
@bonanza
@Zazu_faghag
@4ndh0
@yo_sap89
@nand4s1m4
@d_cetya
@Ray_Ryo
@icha_fujo
@elul
@Zhar12
@Anju_V
@hehe_adadeh
@aicasukakonde
@amira_fujoshi
@anohito
@admmx01
@adam25
@touch
@meong_meong
@YSutrisno
@ardi_cukup
@angelsndemons
@admmx01
@joenior68
@Yudist
@langmuscle
@Kenwood
@adhilla
@yunjaedaughter
@odik07
@Monster26
@Cowoq_Calm
@21botty
@TULEP_ORIGIN
@iamalone89
@toby001
@raqucha
@BudiPamRah
@eswetod
@radio_dept
@Splusr
@line
@kikyo
@Bintang96
@haha5
@hiruma
@Soni_Saja
@kikyo
@san1204
@andre_patiatama
@Dhika_smg
@rez_1
@rasya_s
@dafaZartin
@MikeAurellio
@dimasalf
@Akukamukita
@Lenoil
@FransLeonardy_FL
@reenoreno
@zeva_21
@TigerGirlz
@alfa_centaury
@Imednasty
@doel7
@eizanki
@Fruitacinno
@ncholaees
@alvaredza
@ardi_cukup
@9gags
@Adityashidqi
@hananta
@Gabriel_Valiant
@abiDoANk
@Zhar12
@d_cetya
@sasadara
@boy_filippo
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@eizanki
@Fikh_r
@tarry
@4ndh0
@Just_PJ
@adamy
@GeryYaoibot95
@Fuumareicchi
@haha5
@doel7
@kikyo
@Ananda_Ades
@AkhmadZo
@Yohan_Pratama
@Dityadrew2
@diditwahyudicom1
@eka_januartan
@tarry
@EllaWiffe10
Bogor, Juli 1998
Kulangkahkan kakiku memasuki gerbang sekolah baruku yang terletak di Jalan Kartini No.16. Aku sedikit terkejut melihat suasana sekolah yang sangat ramai. Banyak anak sekolah yang diantar jemput dengan menggunakan mobil mewah. Kata Umi Ating, aku jangan kaget kalau melihat situasi di sekolah baruku itu. Kebanyakan yang bersekolah di sini adalah anak-anak artis, anak pengusaha, anak PNS, dan anak pejabat. Penyanyi Betharia Sonatha dan Harry Mukti saja alumni sekolahku ini. Passing grade sekolahku saat mendaftar kemarin NEM terendahnya 39,85. Aku sangat bersyukur memiliki NEM yang lebih tinggi dari itu. Sebenarnya dengan NEM yang kupunya aku juga bisa masuk ke SLTP Negeri 1, sekolah negeri terfavorit di kotaku. Namun sesuai kesepakatan antara mama dan Umi Ating, aku didaftarkan ke SLTP Negeri 4 ini. Betapa puasnya mama melihatku diterima di sekolah yang dulu pernah mama dambakan.
"Uuh, Teguh mana ya?" Aku celingak-celinguk mencari sosok sahabatku itu.
Kebanyakan pelajar SD yang diterima bersekolah di SLTPN 4 ini berasal dari SDN Pengadilan (I-V), SDN Polisi (I-V), dan SDN Panaragan. Aku jadi minder sendiri melihat siswa-siswi yang berasal dari sekolah-sekolah ternama di kotaku itu. Jumlah mereka bergerombol sangat banyak seolah satu SD saja pindah ke SLTPN 4. Dari SDN Bubulak hanya aku seorang yang mendaftar masuk ke SLTP bonafide ini. Saat upacara peresmian pembukaan MOS dimulai, anak-anak yang berasal dari satu sekolah yang sama berbaris berderet membuat koloninya masing-masing tiga hingga lima banjar. Wew!
"Kira-kira Ary bersekolah di mana ya?" Lagi-lagi pikiranku tertuju pada Ary.
Kudengar dari Anton, katanya ayah Ary kembali ditarik berdinas ke Los Banos, Filipina. Maka Ary sekeluarga hijrah ke negara beribukota karton itu (baca : MANILA). Seingatku, dulu Ary pernah bercerita satu-satunya sekolah tempat anak-anak Indonesia bersekolah di kota pusat penelitian padi itu bernama CIS (Christianity International School). Mungkin sekarangpun Ary bersekolah di situ lagi, pikirku.
Matahari pagi bersinar sangat terik. Pidato pembukaan yang disampaikan oleh bapak kepala sekolah sangat panjang kali lebar sehingga menghasilkan luas persegi panjang.
"Duileh, ini pidato apa mau curhat sih? Dari tadi yang diomongin kok soal pengalaman dia ngajar di SMP-SMP se-Bogor ya?" Celetuk seorang anak yang berdiri tidak jauh di depanku.
"Tahu tuh! Mau bikin lapangan sepakbola kali!" Sahut anak yang berdiri di sebelahnya.
"Lho?" Anak yang nyeletuk tadi melongo.
"Kan dia pidatonya panjang kali lebar!" Tukas anak yang menimpalinya barusan.
Dalam hati aku terkikik. Benar juga apa yang disampaikan oleh anak itu. Sampai banyak anak yang melepas topi berkipas-kipas karena kegerahan.
"Jadi, anak-anakku tercinta, karena jumlah kalian mencapai 400 siswa, maka Bapak akan membagi kalian ke dalam 9 kelas. Yaitu mulai dari kelas 1-A sampai kelas 1-I. Untuk mempersingkat waktu Bapak akan mempersilakan Bapak Wakil Kepala Sekolah untuk membacakan formasi kelas kalian. Kepada Bapak Ramedy, setelah pidato saya usai, saya persilakan untuk membacakan pengumuman hasil pembagian kelasnya! Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pidato yang telah saya sampaikan. Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh," Tutup Bapak Kepala Sekolah mengakhiri pidatonya.
Terdengar di loudspeaker Bapak Ramedy membacakan nama-nama siswa sesuai dengan kelas yang ditunjuknya. Kutunggu-tunggu giliranku untuk dipanggil, namun tak kunjung terdengar namaku disebutkan. Mana suhu udara sangat panas, rasanya aku sudah tidak tahan berdiri di lapangan. Di saat sedang kesal-kesalnya menanti giliran, tiba-tiba pandangan mataku tertumbuk pada seorang anak yang berdiri persis di sebelah kananku. OMG! Ganteng buanget! Tubuhnya tinggi ramping sepertiku, kulitnya kuning langsat juga sepertiku. Rambutnya hitam-legam, lebat, disisir belah dua. Dari tadi aku berdiri di sebelahnya tapi sama sekali tidak sadar, kalau parasnya di atas rata-rata. Kalau ada yang tahu Zidan Junior Master Chef Indonesia, gigi anak lelaki yang sedang berdiri di sampingku ini sangat mirip dengan giginya Zidan. Apakah dia ini vampir? Ew...
"Oh, TIDAK! Jangan hapuskan nama Ary dari hatiku, Tuhan! Aku masih mencintainya!" Pekikku dalam hati.
Namun hati kecilku juga berkata, "Kumohon Tuhan, jadikanlah cowok ganteng di sebelahku ini satu kelas denganku!"
Kuperhatikan gaya bicaranya sangat mirip dengan gaya bicara Teguh. Di tengah cuaca panas seperti ini kok dia kelihatan tenang dan santai sekali ya? Dia malah tertawa-tawa bercanda dengan teman-temannya. Kuperhatikan bet lokasi pada seragamnya : SDN Semplak 2. Wow, sekolah itu kan agak jauh di batas kota sebelah utara. Tapi ramai sekali rombongannya ya? Tidak kalah dengan rombongan sekolah-sekolah yang telah kusebutkan sebelumnya.
"Aduh! Kenapa aku jadi deg-degan gini ya?" Aku bingung sendiri.
Ingin rasanya aku berkenalan tapi grogi. Aku mencoba untuk bersabar, dalam hati aku terus berkomat-kamit 'semoga aku satu kelas dengan anak laki-laki di sebelahku!'. Menit demi menit terus berlalu, sampai akhirnya aku benar-benar girang. Apa sebab? Di lapangan hanya tersisa tinggal sekitar 40-an murid. Tinggal satu kelas yang belum dibacakan nama-nama penghuninya yaitu kelas 1-I. Dan si anak laki-laki ganteng itu masih ada di sebelahku. Itu artinya kami bakal ditempatkan satu kelas.
"Eh, kita ternyata satu kelas!" Kata anak itu seraya tersenyum ramah padaku.
Kuperhatikan sekelilingku. Aku pikir dia bicara pada seseorang lain di sebelah kiri atau di belakangku. Ternyata sudah tidak ada siapa-siapa. Jadi, anak itu memang berbicara padaku! What a surprise! Aku senang banget. Hatiku meleleh dibuatnya. Apa jangan-jangan dia bisa membaca pikiranku ya?
Terdengar suara Pak Ramedy menyebutkan nama ADITYA D.P.
"Eh, aku duluan ya!" Katanya lagi berpamitan padaku.
Oow... Dia ramah banget sih! Belum kenalan saja sudah bikin aku salah tingkah kaya gini.
Nasib-nasib, punya nama dari huruf S, menunggu panggilan sesuai urutan absen lama banget sih? Namaku tercantum di absen sekitar nomor 30-an ke atas. Coba waktu lahir mama tetap menamaiku Arga, aku pasti dipanggil tidak jauh setelah anak tadi. Huft!
Akhirnya tiba giliranku dipanggil oleh Pak Ramedy, "SUGIH-SDN Bubulak!" Serunya.
Buru-buru aku masuk ke dalam kelas yang telah ditunjuk oleh beliau. Tiga orang kakak kelas pendamping MOS turut membantu mengarahkan.
"Hey! Kamu di sini saja!" Panggil anak laki-laki ganteng yang ramah tadi.
Dia menunjuk satu bangku kosong tepat di belakangnya. Segera aku menempati bangku kosong yang telah ditunjuknya.
"Tadinya bangku di sebelahku ini buat kamu, tapi keburu diisi sama temanku! Oh ya, Namaku Aditya, panggil saja Adit! Namamu siapa?" Anak laki-laki ganteng itu menyodorkan tangannya padaku.
"Sugih! Kamu boleh memanggilku Ugie!" Sahutku membalas senyuman yang dilemparkannya.
"Oya, ini temanku yang selalu juara kelas, namanya Hasan!" Adit memperkenalkan teman di sebelahnya.
"Hasan," anak laki-laki berparas keturunan Arab mengulurkan tangannya. Kubalas uluran tangannya disertai senyuman hangat dan mengulang namaku.
Adit ramah sekali, dia tak henti-hentinya tersenyum padaku.
"Terima kasih Tuhan, Engkau senantiasa mendengar doaku!" Kupanjatkan rasa syukur dalam hati.
"Maaf, aku boleh duduk di sini?" Tanya seseorang menghampiriku.
"Silakan!" Kataku menggeser bangku untuknya.
"Kenalkan namaku Andang!" Anak itu merebahkan pantatnya di kursi.
Lalu kujabat tangannya hangat bersahaja. Adit dan Hasan pun turut memperkenalkan diri.
"Ngomong-ngomong, kamu dari SD mana Ndang?" Tanyaku mengakrabkan diri.
"Dari SD Cibatok!" Jawabnya singkat.
"Lho, Cibatok kan Leuwiliang!" Seruku spontan.
"Iya, aku memang tinggal di sana," sahut Andang kalem.
"Dulu aku pernah sekolah TK di sana," kataku bercerita.
"Oya? TK mana?" Tanyanya antusias.
"TK Aisiyah!" Jawabku lagi.
"Lho, itu kan TK-ku juga!" Seru Andang.
"Eh, serius?" Aku tak percaya. "Tapi kok aku nggak kenal kamu ya?" Aku memicingkan mataku.
"Aku juga nggak kenal kamu!" Balas Andang.
"Guru TK yang kamu ingat siapa aja?" Tanyaku lagi memastikan.
"Bu Eem..." Jawab Andang.
"Itu sih guru favoritku! Satu lagi Bu Kokom kan?" Aku semakin antusias mengobrol dengannya.
"Iya benar banget! Nggak nyangka ya, kita sekarang satu sekolah lagi!" Tukas Andang.
"Aku kira anak-anak Leuwiliang sekolahnya enggak ke Bogor kota!" Ucapku agak heran.
"Enak aja! Banyak lagi orang kampung yang sekolah di kota. Teman TK kita yang sekolah di sini ada Astia, Siska, Uus, dan Fahad!" Tutur Andang keki.
"Wah, itu sih teman-teman akrabku semua!" Mataku berbinar.
Hatiku merasa senang sekali, meskipun aku tidak memiliki teman satu SD yang bersekolah sama denganku di SMP, tetapi aku masih memiliki teman satu TK yang kembali bertemu denganku. Benar kata Erfan dulu, meskipun saat ini kita berpisah, namun bila kita berjodoh, kelak suatu saat kita pasti akan bertemu kembali.
"Guh, elu di kelas mana?" Kuhampiri Teguh yang sedang membeli pempek di kantin saat jam istirahat.
"Eh, elu Gih! Gua di kelas 1-D. Elu?" Teguh menyerahkan uang pembayaran pada pedagang pempek.
"1-I!" Kataku singkat.
"Gila, jauh bener!" Responnya melahap pempek ke dalam mulutnya.
Keramaian di kantin sangat padat berjejalan. Sebagian besar pembeli didominasi oleh para siswa baru yang masih berseragam merah putih. Para kakak kelas benar-benar sabar dan mengalah kepada para adik kelas barunya.
"Hei Drew, kamu jadi pendamping MOS kelas mana?" Terdengar seorang kakak kelas perempuan sedang menegur kakak kelas pendamping MOS di kelasku, namanya Kak Andrew.
"Kelas 1-I!" Sahut Kak Andrew pendek.
"Keren tuh, tadi kulihat anak-anak kelas 1-I banyak cowok cakepnya. Yang cewek juga cantik-cantik. Enggak kaya di kelasku, ngebosenin! Anaknya pada pendiem semua. Disuruh nyanyi juga pada loyo!" Kakak kelas perempuan itu terus menyerocos tanpa jeda.
"Emangnya kamu tugas mendampingi kelas mana?" Kak Andrew tak begitu antusias merespon lawan bicaranya.
"Aku di kelas 1-B!" Kata kakak kelas perempuan itu.
"Wah, pantesan! B itu banyak arti negatifnya. Nih ya : Bego, Bodoh, Beloon, Bebal, Bandel, Bolot, Badung, Bengal, Buruk, Butek!" Sosor Kak Andrew.
Teman Kak Andrew langsung merengut, "Wew! Lengkap sekalee..."
"Aku juga iri sama anak-anak kelas 1-I ini, berdasarkan hasil rapat kepsek dengan dewan guru, katanya guru yang akan menjadi wali kelas mereka ini adalah ibu Ati!" Urai Kak Andrew sedikit lesu.
"Bu Ati guru baru adiknya Bu Apit itu?" Teman Kak Andrew memastikan.
Kak Andrew mengangguk.
"Aah, aku juga iri! Bu Ati itu kan cantik banget, baik, lemah lembut, dan sangat perhatian! Coba beliau jadi wali kelas kita aja ya, Drew?" Ungkap teman Kak Andrew.
"Wah Gih, gue bisa nggak ya minta pindah ke kelas elu? Kayanya asyik tuh!" Komentar Teguh setelah menguping pembicaraan Kak Andrew dengan temannya.
"Cewek di kelas lu jelek-jelek ya?" Gurauku padanya.
"Nggak juga sih, cuma kata kakak kelas yang jadi pendamping MOS di kelas gue, wali kelas kami itu guru Bahasa Inggris, orangnya gemuk namanya Bu Sugeng. Belum ngeliat sih, kaya apa orangnya. Tapi kayanya enakan di kelas elu, deh!" Teguh merangkul pundakku mengajakku berkeliling-keliling melihat lingkungan sekolah baru kami.
Sekolahku ini gedungnya adalah bekas bangunan Belanda. Pintu-pintu dan jendelanya sangat tinggi sekali. Halaman parkirnya luas, lapangan upacara menyatu dengan lapangan basket. Sebagian gedung lainnya adalah gedung baru dengan arsitektur gaya modern dan bertingkat. Warna cat temboknya krem, salah satu warna kesukaanku. Di balik kemegahan itu semua, amat disayangkan di toilet yang terletak di depan mesjid sekolah, banyak coretan bertuliskan VERSUS 416. Konon menurut cerita para kakak kelas, VERSUS adalah nama genk cewek-cewek bandel di sekolah kami. 416 merupakan singkatan untuk SLTP Negeri 4 Jalan Kartini No.16. Wah, parah! Di sekolah dengan mutu pendidikan sebagus nomor dua di kotaku, terdapat genk cewek yang sangat parah? Hadeuh-hadeuh...
Setelah MOS berlangsung selama 4 hari, maka tiba giliran untuk pengenalan ekstrakurikuler yang paling banyak diminati di sekolahku. Di antaranya PRAMUKA, PMR, BKC (Bandung Karate Club), Basket, dan Taekwondo. Sebenarnya masih banyak organisasi lainnya di sekolahku, namun aku memilih untuk mengikuti PRAMUKA saja.
Dulu waktu kelas 4 SD, aku gemar sekali mengikuti kegiatan PRAMUKA. Bibi Laela dan teman-temannya dari SMA PGRI 8 yang melatih kami. Tetapi setelah Bibi Laela lulus sekolah, akhirnya tidak ada lagi yang berkenan melatih kami gerakan kepanduan di sekolah. Padahal kegiatan PRAMUKA itu seru dan menantang. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan PRAMUKA setelah masuk SMP ini. Lebih dari 50% teman-teman di sekolahku memilih Gerakan PRAMUKA sebagai ekskul pilihan mereka.
Begitu selesai pendaftaran, para kakak pelatih ekskul PRAMUKA langsung mengumumkan hasil pembagian regu yang telah mereka tentukan. Entah faktor keberuntungan apa, aku berhasil dikelompokkan satu regu dengan Adit, dan Teguh. Ciung! Aku dan Teguh langsung jingkrak-jingkrak berpegangan tangan saking senangnya.
Setelah satu minggu berlalu, kegiatan belajar-mengajar pun dimulai. Kelas resmiku ternyata berada di lantai atas bersebelahan dengan kelas 1-H. Di lantai atas ini hanya terdapat dua kelas saja. Kelasku terletak di paling pojok. Bila akan menuju kelasku, pasti melewati kelas 1-H terlebih dahulu. Di kelas inilah aku bertemu bidadari cantik keturunan Arab bernama Yasmine. OMG! Mataku selalu terkesima setiap kali beradu pandang dengannya. Andai Yasmine satu kelas denganku, aku pasti akan terus memandanginya di kejauhan.
Sebenarnya gadis-gadis di kelasku cantik-cantik. Sebut saja Kardina, Selvy, Karina, Riska, dan masih banyak yang lainnya. Aku sendiri suka sekali memperhatikan Kardina setiap ia menyendiri di kelas. Bulu matanya lentik, dan bibirnya mungil. Aku baru menyadari kalau ternyata Kardina adalah bintang iklan di televisi. Kadang-kadang ia juga menjadi model produk pakaian di majalah anak-anak. Wah, benar kata Umi Ating. Tidak hanya orang tuanya saja yang artis dan dulu bersekolah di sini, tapi termasuk murid-muridnya pun banyak juga yang berprofesi sebagai artis.
"Selamat pagi semuanya!" Sapa seorang wanita muda memasuki kelas kami. Parasnya sedikit mirip aktris Honami Suzuki yang memerankan tokoh Rika Akana dalam serial drama Tokyo Love Story.
"Pagi Bu!" Sahut kami serentak.
"Perkenalkan nama Ibu, Darmawati! Kalian boleh memanggil Ibu, cukup dengan Ibu Ati saja! Di sini Ibu mengajar pelajaran Biologi dan Fisika. Dan kebetulan Bapak Kepala Sekolah bilang katanya Ibu ditugaskan untuk menjadi wali kelas kalian," tutur wanita itu penuh kelembutan dengan senyuman menawan yang selalu diperlihatkannya.
"Horeee...." Suasana kelas mendadak gaduh seketika.
"Terima kasih ya Allah, kami diberi wali kelas yang cantik dan baik!" Seru para anak lelaki di kelasku.
"Oya, bagaimana kalau sekarang kita perkenalan dulu saja? Ibu ingin mengenal kalian satu-persatu!" Tutur Bu Ati mengamati kami dari ujung ke ujung.
"Apakah struktur organisasi kelas ini sudah dibuat?" Tanya beliau kemudian.
"Sudah Bu," jawab kami kompak.
"Siapa yang menjadi ketua murid di sini?"
"Adit Bu."
"Wakilnya?"
"Meta Bu."
"Baik, kepada Adit dan Meta coba tolong kalian maju ke depan, Ibu ingin kalian memperkenalkan diri dan bercerita mengenai keseharian kalian!"
Tanpa malu ataupun canggung Adit dan Meta maju menghampiri Bu Ati ke muka kelas.
"Kawinin! Kawinin!" Koor para anak lelaki ricuh.
"Huuuuu...." Para anak gadis tidak terima kalau Adit dijodohkan dengan Meta.
Baru genap satu minggu menjadi siswa baru di SLTPN 4, Adit langsung melejit diidolakan para siswi di sekolah. Tidak hanya kawan seangkatan, para kakak kelas pun banyak yang keganjenan menemui Adit.
"Nikahin! Nikahin! Nikahin! Nikahin!" Kembali para anak lelaki tak mau kalah recok.
"Shut up you men! What the hell you're dammit!" Teriak Meta ke arah anak-anak lelaki.
Meta memang tomboy, gayanya kebarat-baratan dan gemar mengomeli orang dengan menggunakan Bahasa Inggris. Tutur katanya sangat kasar dan sering berteriak-teriak tidak jelas. Selain itu iapun joroknya minta ampun, ia suka sekali ngupil tanpa mengenal waktu. Lalu upil yang dicungkilnya ia colekkan pada siapa saja yang berada di dekatnya. Kabarnya dia ingin menantang ketua Genk Versus karena Meta tertarik pada Kak Gia yang bernama lengkap Bahagia Sejahtera, kekasih dari sang ketua genk. Waduh, baru jadi anak baru saja sudah belagu.
"Eeh, ada apa sih itu ribut-ribut? Ibu bukan mau nikahin mereka berdua lho! Ibu cuma ingin mereka bercerita kepada kalian mengenai keseharian mereka di rumah. Kita kan mulai sekarang adalah keluarga, jadi kalian semua harus akur dan rukun ya!" Meski memberi nasihat, tutur kata Bu Ati terdengar sangat lembut. Jadi tidak terkesan sedang marah.
"Baik Bu," sahut seisi kelas serempak.
"Eh Gih, kayanya si Fitri suka ngeliatin kamu terus deh!" Bisik Fery teman semejaku.
Mulai hari pertama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) formasi duduk kami berubah tidak sama seperti saat MOS. Adit sekarang duduk bersama Andang yang terus berusaha mendekatinya. Kelihatannya Andang terus mendekati Adit karena ingin mendapatkan popularitas.
Aku mulai cocok berteman dengan Fery karena dia anak keluarga tentara. Ayahnya berdinas di kesatuan militer Gunung Batu, kawasan Bogor Barat. Mungkin karena persamaan background itulah aku dan Fery menjadi cepat akrab. Kami berdua juga satu regu di ekskul PRAMUKA.
"Tuh, benar kan Gih? Si Fitri ngelirikin kamu terus lho!" Desis Fery lagi di telingaku.
"Apaan sih? Apaan sih, Fer?" Tanya Hasan yang duduk di depan kami.
"Sst... Kelihatannya Fitri naksir Sugih!" Tukas Fery mendekat ke arah Hasan.
"Cie... Sugih punya penggemar!" Canda Hasan memain-mainkan matanya ke arahku.
"Bu, saya mau usul!" Tiba-tiba saja Hasan mengangkat tangan.
"Ya, mau usul apa?" Sahut Bu Ati penuh respon.
"Bagaimana kalau setelah Adit dan Meta, perkenalan selanjutnya giliran Fitri dan Sugih, Bu? Mereka kelihatannya pasangan serasi lho, Bu!" Ucap Hasan mantap.
Aku dan Fitri terbeliak mendengar usulan yang diajukan Hasan.
"Wah, boleh juga. Usulan kamu Ibu terima!" Timpal Bu Ati lembut.
"Cie... Kayanya bakal ada pasangan baru yang mau jadian nih!" Seloroh seisi kelas.
"Cie... Cie..." Sahut yang lainnya.
Rasanya malu betul dicandai kawan sekelas.
Maaf nyicil dulu ya. Terima kasih sudah baca dan berkomentar.