It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Wajah & Sikap tidak hrs jadi nmr 1, HATI yg nmr 1
Saya melihat itu ada pd dika.
^^^^tdk salah saya dulu di DAYAHATER
Kawan baik semua, pembaca di boyzstories, mungkin sebagian sudah kenal dengan aku, sebagian lain belum kenal pastinya.
Namaku Dika Primordian
pernah jadi ketua kelas tiga periode
kehadiranku untuk menaungi anak-anak sekelas termasuk Jala dan Daya pernah menghabiskan hari-hari bersamaku dalam satu kelas.
Aku adalah anak tunggal dari keluarga yang terkenal disiplin, keluargaku tidak terlalu kaya, bisa kubilang cukuplah dan uang bagi kami bukanlah segalanya.
Saat ini aku sudah dua kali kehilangan Jala, seseorang yang kupuja dan seseorang yang ku ikhlas kan untuk berdekatan dengan Daya.
Namun dua kali sudah Daya menyia-nyiakan kesempatan itu.
Aku setuju, bukan Daya yang berkeinginan melepas Jala. Daya banyak apes nya, situasi sulit selih berganti mengitari Daya. Pertama seorang cewek stress yang cinta mati pada Daya, dan yang terakhir ini adalah seorang papa yang berharap banyak pada anak tunggalnya, menyuruh Jala agar menyingkir dari kehidupan Daya.
Jakarta, 14 Agustus 2013 jam 06 pagi
Ini kisahnya untuk kawan semua,
Tadi malam orang tuaku ingin tahu sekali di universitas mana Jala sekarang keterima, makanya satu-satu jalan adalah dengan menelpon om Ferry yang berhubungan dengan pengembangan SMA Jala di surabaya sana.
Jala kami hubungi tidak pernah aktif nomornya, mungkin jala sudah berganti nomor
Dari sanalah aku tahu bahwa Jala bekerja di kota kecil dekat surabaya aku ga tahu dimana itu si kota. Jala tidak melanjutkan pendidikannya dengan alasan bahwa sekarang dialah yang menolong menghidupi keluarga.
Aku tidak percaya dengan alasan Daya, pasti ada sesuatu yang lain
Semalaman aku tidak bisa tidur ! Banyak sekali pertanyaan dalam benakku: dimana kota itu ? apa pekerjaan Jala disana ? kalau Jala sakit siapa yang merawat jala ? mengapa ga bekerja di surabaya saja ada mama yang bisa merawat kan ? Pasti sudah terjadi sesutu hal hal tidak boleh aku ketahui
Terpancar kekecewaan dan rasa tidak percaya di mata orang tuaku. Jala adalah idola mereka, berhubungan dengan musik mereka selalu membicarakan Jala.
Lama sekali mereka berbantah-bantahan dengan om Ferry teman SMP mereka dulu, om Ferrylah yang diharapkan orang tuaku mampu mengarahkan Jala.
"Sebelum terlambat, kita harus bertindak" kesepakatan orang tuaku menyemangati om Ferry
"Pa, dimana Bangil itu ?" tanya mama
"apa itu Bangil ?" papa bengong
"Ih papa, itu kota diamana Jala bekerja" kekesalan mama
"ga tahu ah ! tanyalah sama si Ferry lembek itu" kepasrahan papa
"uh sama saja ! telponlah pak Imam !" perintah mama
"ga diangkat ! sudah beberapa papa coba !" penjelasan papa
mereka masih kesel, aku masuk saja ke kamar. Separoh semangatku hilang dibawa oleh masalah yang mengitari jalan hidup Jala.
Badanku lemes jadinya saat bangun tidur itu .... oh tuhan.....
Duuuhhh...... mana hari ini, aku sudah akan memulai masa ospek kuliah lagi ! oh.... Dalam mimpiku sekarang Jala sudah berada di Jakarta bersama Daya kuliah di depok, ternyata oh tenyata....
kenapa hidup ini tidak pernah seindah mimpi ??????
Padahal dua minggu yang lalu aku bangga sekali melihat Daya mampu masuk taknik mesin UI. Dulunya Aku, Daya, dan Jala sepakat untuk masuk jurusan bersama-sama. Minimal mimpi Daya dan Jala yang terwujud.
Tidak apa bagiku yang hanya kuliah di sebuah univesitas swasta terkenal di Jakarta terutama fakultas ekonominya. Sekarang Felix dan Prass adalah seniorku. Di perjalanan, aku merasa tidak ada kemampuan bersaing memperebutkan tempat.
Pagi ini ku jalankan motorku dengan tidak bersemangat, dimana kota itu ? namanya aja aneh ada ngil... ngill gitu. Karena sudah janji saja dengan Felix untuk berangkat bareng ke kampus makanya aku pagi-pagi itu menuju rumah Felix. Dia tercatat sebagai panitia ospek. weeekkkk penuh dengan birokrasi.
Sampai di depan gerbang rumah Felix, aku disambut oleh koko yang siap-siap berangkat menuju tokonya.
Aku langsung sapa kokonya Felix
"selamat pagi ko" kataku
"Pagi Dika, mau ketemu Felix ya ? waahh dia dah meluncur dengan mobil si Prass" kata koko
"ye elaahhhh padahal dah janji" kataku
"kamu ke dalam dulu tuh, samperin Daya, dia kok ga mau berangkat kuliah sih, heran" kata koko
"ada Daya ?" keherananku
"kok kaget ? dah hampir satu bulan kaleee dia nginap disini" kata koko lagi
"dah hampir satu bulan ? pantesan sering banget bersama Felix, kok Felix ga cerita ko padaku" tanyaku
"kamu tanya aja pada Felix ! mungkin Daya yang ga ingin diberitahu siapa-siapa" jawab koko
lumayan masuk akal
aku segera masuk ke rumah dan menuju kamar Felix
ada Daya yang meringkuk, badannya kurusan sekarang, dan dia sedang menangis
"apa kabar Daya ?" sapa dengan pelan dan penuh persahabatan agar Daya tidak kaget
"kurang begitu baik Dika, kabar mu bagaimana ? kata felix kamu masuk univ yang sama dengan dia ya?" tanya Daya
"Iya Daya, kamu kok ga berangkat ke depok ? ospek dah mulaikan ?" tanyaku
"sudah dika, aku ikut dua hari berturut sekarang sedang sakit" jawab Daya sekenanya
"kok ga semangat ! kan kita sudah janji beriga" aku menyemangati Daya
"Jala ga ada di depok Daya, kemana Jala ya Dik ?" lirihnya suara Daya
"yang sabar, semua ada cara, kenapa aku ga lulus UI, itulah kemampuanku, mungkin ada sesuatu pada Jala sehingga dia tidak bisa kuliah di jakarta" kataku
"maksudmu ?" tanya Daya
"maksudku..........................." aku jadi sadar ! ini Daya lagi lemah begini .......... apa nanti tambah sakit atau ?
"bicaralah Dika..... informasi apa yang kamu ketahui ?" kata Daya
"bukan kamu itu pacar nya ? kabar pacar saja tidak tahu" kataku
"aku hanya bisa beri penderitaan untuk Jala, aku tidak bisa membelanya Dika" kata Daya
"Ya kamu kan emang begitu ! aku ga mau ngungkit kisah lama ! tapi kalau dulu kamu izinkan aku bersama Jala, ceritanya akan jadi lain" jawabku diplomatis
"Dika, bagaimana dengan Jala, ayo lah jawaaabbbbb" pinta Daya memelas
"siap dengan jawaban ku" kataku menenangkan Daya
"siap Dika, kalau itu berhubungan dengan salahku, aku akan tanggung" jawab Daya
"Daya..... sekarang Jala bekerja di kota kecil dekat surabaya, dia tidak melanjutkan pendidikan" informasi dariku
"Dika, Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkk, itu tidak benar kan Dika ?" tubuh Daya bergetar siap-siap dia untuk meraung.
"itulah yang terjadi Daya, lalu kita harus bagaimana sekarang ?" airmataku yang duluan menetes
"Itu bukan keinginan Jala Dik..... itu keinginan papa yang salah paham oleh asutan pak tamam!" kata Daya yang sekarang benaran meraung
"apa ? si supir keparat itu ngapain Daya, yang jelas donk !" desak Dika
"Dika..... Dia melaporkan kedekatanku dengan Jala" Daya tercekal menahan amarah dalam tangisan
"papamu ga harus bertindak seperti itu, itu masa depan orang loh Daya ! Papamu telah mengubur masa depan Jala" kata Dika
"dia lebih percaya sama si supir itu Dika, aku ga akan sudi memaafkan dia ! sampai kapanpun ! sekarang aku di bantu mama dan bi Astuti Dika. Kami ngontrak rumah di Depok" kata Daya masih terbata-bata
"kok kamu nginep disini kata koko ?" keterkejutanku
"kalau bibi lagi bisnis di Palembang, aku nginep di rumah Felix ini" Jawab Daya
"sabar ya Daya....... urusan kamu ok lah, nasib Jala yang kita fikir sekarang" aku berhasil membuat Daya tenang dan berfikir
"telpon mama Jala Dik, mudah-mudahan kalau kamu yang nelpon akan di jawab. kalau aku dan keluargaku rasanya mereka sudah menutup pintu" kata Daya
"iya Daya, malam nanti pas santai-santai, mama akan senang hati mengetahui kabar Jala" kataku
"makasih ya Dika, aku tahu bahwa kamu akan selalu mau menolong Jala" ucapan terima kasih dari Daya
"Daya..... di kota itu Jala kerja apa ya ?" kepalaku jadi berkunang-kunang
"aku ga tau Dika, kerja apa Dika untuk anak baru tamat SMA ?" tanpa kepalsuan Daya mencurahkan air matanya
"Jala juga ga kuat-kuat amat badanya, kalau Jala sampai sakit, maka aku yang akan membunuh supir itu !!!!!" aku mengepal tangan
"Ini dika alamat si supir ! minta tolong sama Felix dan koko ! masalah orang-orang pasar yang biasa di bayar koko akan bisa menghentikan tingkah si supir itu" Daya memberikan secarik kertas dengan tangan yang bergetar
"sabar ya daya .... akan ada pembalasan yang setimpal untuk dia. Kamu sih orang mulut crocos itu dilawan ! ya dibiarinkan saja sampai mana maunya, toh mau kos di depok juga kan rencananya !" aku kembali menenangkan Daya
"mungkin sudah nasibku ya Dika tidak akan pernah bersatu dengan Jala" suara Daya makin melemah.... rasa beban dosa yang besar lebih menghimpit dada nya
dan Daya tertidur dalam damai, matanya basah dengan bulir air panas, Daya kembali pingsan.
Kalau teman baikku ini berumur pendek, maka aku yang akan menggorok leher supir itu dan menjotos mulut sangar papa nya si Daya .......................................................
mataku juga tidak kalah penuh dengan butiran hangat dan hati penuh dendam
aku panggil ambulan ..............................................................
Daya harus mendapat perawatan rumah sakit, bertambah parah dia nanti kalau hanya berdiam diri di rumah felix yang kosong melompong ini.
Ini kawan yang aku tulis dulu :
Waktu itu (tahun 2012) aku tidak tahu sedikitpun tentang suka pasangan sejenis. Setelah tahun 2013, ketika tamat SMA baru aku mengerti oleh kemajuan informasi dan pengalaman beberapa teman kuliah.
Sayang Jala tidak seberuntung kami, Jala yang malang harus berjuang menghidupi mama dan adiknya.
Kalau Jala bisa mendengar saat ini, aku akan meraung JALA KEMBALILAH PADA KAMI
Kawan, sementara aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar tidak ada semangat datang ospek hari ini.
Setelah memastikan Daya dapat perawatan yang baik di RS itu, aku SMS bibinya yang sedang di Palembang.
Haram najis aku menghubungi pak tua arogan itu !!!!!!! maksudnya melindungi anaknya, tapi dia tega mengorbankan masa depan Jala
Jala................................ sabarlah dulu untuk sementara waktu
kalau tidak mengingat persahabatanku dengan daya, tadi sudah ku cekek lehernya,
seandainya dulu aku dibiarkan bersama jala, maka Jala akan mampu membimbingku belajar dengan baik maka nilaiku ga akan jeblok kemampuanku akan meningkat seperti ketika dia mengajari kami bimbel fisika dulu.
Daya maruk !!!! Daya egois !!!!!! tapi tidak tahu strategi dan bersikap untuk mempertahan Jala di sisinya. Hiks Hiks Hiks ...........
Begitulah kawanku di Boyzstories....., aku butuh waktu untuk menghiangkan tangis ini..........
dan aku akan kembali menuturkan perkembangan kisah kami bertiga
Makasih ya kawan semua, untuk waktunya
Bersambung ........................
Kita simak sisa penggalan kisah di Jakarta ya kawan
@ReyhanZa , @dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @AlexanderAiman , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @kuroy , @congcong , @Tsunami , @Akbar Syailendra , @rone
kasian daya selalu kehilangan jala disaat baru bahagia
Kawan semua, Terimakasih ya telah membaca dan bersedia menulis masukan.
Menurutku, ini karena sudah waktunya Jala dkk mengakhiri masa SMA. Bukan terkesan maksain
Konflik di masa kuliah ini lebih deras dan lebih menarik sepertinya.
Begitu kawan semua
Tetapi sahabat kita Jala mungkin agak sulit ditemukan, karena Jala tidak ada di seputar perkuliahan tsb, maka kehadiran Jala akan dituturkan oleh Daya dan Dika ya kawan, mohon tidak diskip.
Daya masih belum sadarkan diri hingga siang ini, tapi kata perawatnya bahwa kondisi Daya sudah stabil, sekarang masuk dalam fase tidur. Begitu banyak energi yang dibuangnya selam ini maka dia butuh fase untuk recovery. Sudah sesiang ini, mana papa nya ? mana 2 orang pembantu yang sayang padanya ? mereka tega membiarkan Daya seperti ini.
sementara hanya ada aku, dan bisa dijadikan alasan yang kuat jika Felix bertanya mengapa tidak masuk ospek hari ini.
Satu jam lagi waktu berjalan......... setelah itu.......
masih sepi
kuputuskan untu menelpon Felix dari pada membuat Felix gelisah, agar dia juga bisa kesini aku juga butuh tidur sejenak untuk melupakan kesakitan ini.
"Felix, tadi aku jemput kamu tapi malah aku bertemu dengan Daya yang sakit" alasanku sekenanya
"waduh, maaf Dika, aku tidak berniat berahasia dengan mu, maaf ya sekali lagi" kata Felix
"ga apa sih Fel, untung saja aku datang kalo ga, ayo siapa yang akan menolong Daya sendirian di rumahmu" kataku
"sekarang kamu masih di rumahku ?" tanya Felix
"aku bawa Daya ke rumah sakit. Felix, aku merasa ga enak ga datang ospek hari pertama lagi" kataku
"ga apa Dika, mahasiswa ratusan orang begini, ga ketauan amat, lagian kamu sedang menolong orang. Tenang aku dan Prass ada di barisan panita penyambutan" kata Felix
"Ya terima kasih Felix, kamu kesini dong, aku mau pulang dulu, lumayan capek" kataku
"OK, aku dan Prass langsung menuju kesana" kata Fellix
Dalam menunggu Fellix datang aku sempat tertidur dengan menekurkan kepala ke kasur dimana Daya dirawat.
Kira-kira 40 menit aku tertidur
aku terkejut oleh tepukan pada bahuku
Felix telah datang dan..... saatnya pulang nih, sekarang Felix yang menunggui Daya
"mungkin sebentar lagi keluarga Daya datang" kataku
"jangan berharap mereka akan datang ! dah lebih dari sebulan Daya dicuekin sama mereka" informasi dari Felix
"tapi kamu kok ga certa sam aku ?" aku sedikit bertanya
"lebih baik kamu tahu sendiri dari Daya kan ? informasi tentang sahabat ga boleh tahu dari orang lain" kata Felix
"iya benar, aku ga sempat nanya ini bukannya cuex, tapi kami sama-sama lagi sibuk ngadapin UAN dan ujian masuk universitas" kataku
"iya aku juga maklum" balas Felix
Masih banyak yang ingin aku ketahui dari Felix tentang apa yang telah terjadi pada Daya, namun ada Prass disana jadi aku diam dulu untuk sementara waktu. Selanjutnya aku segera memacu motorku pulang setelah berpamitan dengan Prass.
Prass lebih banyak mendengar di awal-awal pertemanan ini, dia belum begitu mengerti dengan urusan dan masalah Daya, meskipun secara tidak lansung mereka sering ketemu di rumah Felix.
Keluar dari RS daerah pondok indah ini aku baru tersadar bahwa perutku belum terisi oleh apapun sejak jam 06 pagi tadi. Aku berhenti di sebuah mall yang besar dengan parkir yang lumayan mudah yaitu tepat disampingnya ada area parkir yang luas untuk mobil dan motor jadi tidak harus ke basement atau ke lantai atas.
Aku segera mencari food connternya dan memilih menu nasi dengan lauk apalah dah lapar begini.
Selagi makan ada call dari mama yang masuk ke HP ku
"lagi dimana kamu ?" tanya mamaku
"lagi makan, ini mau pulang" kataku
"jemput mama di rmah pak imam" suruh mamaku
"pak imam ? ngapai mama kesana ?" selidikku
"dia tadi datang ke kantor katanya mau minta tolong sesuatu yang serius, tapi tidak bisa dibicarakan di kantor" kata mama
"aneh dah minta tolong pakai syarat lagi" kataku
"ya gitu deh" jawaban mama
"terus sekarang mama dah selesai bicaranya ?" tanyaku
"boro-boro ! batang hidungnya saja belum kelihatan" jawab mama
"kebangetan ! anaknya tadi aku yang ngantar ke RS ma, pingsan" kataku
"Daya pingsan lagi ? kecapean ospek ?" selidik mama
"capek ospek iya, capek hati iya !" jawabku
"terus sekarang siapa yang menjaganya di sana?" tanya mama lagi
"ada Felix, ma coba mama telpon mama Jala, jadi ada bahan yang bisa mama diskusikan dengan papa Daya" hanya berupa saran dariku
"ya akan mama telpon, cepatlah kesini !" jawab mama
Mumpung Felix masih santai-santai noh jaga Daya, aku coba call lagi, dan call ini tentunya ga didengar Prass, itu kalau ga diloudspeaker kan hahah
"Felix, tadi aku segan didengar Prass" kataku
"iya, ada pa?" sergah Felix
"Tadi Daya mengasih alamat pak tamam si supir dan minta tolong teman-teman pasar toko koko" kataku
"iya sudah sejak lama koko dan aku ngasih ide itu, wah baru hari ini dia setuju. Ada apa gerangan dia berubah fikiran" tanya Felix
"Tadi aku cerita, sekarang Jala bekerja di kota kecil dekat surabaya" kataku
"apa...... ? Jala bekerja ? kerja apa tamat sma ? dia tidak melanjutkan pendidikan ?" keterkejutan Felix
"aduuuuuhhhh, sakit telingaku wooii teriak-teriak, malu sama Prass" aku menenangkan Felix
"ya sudah nanti kita bicara kembali, nih aku kirimkan nomor orang itu, namanya Aryo" kata Felix
Sejurus kemudian, aku berkomunikasi dengan orang yang kami maksud
Baru kali ini rasanya berurusan dengan manusia sangar, seperti apa ya suaranya dari HP hahah
"Halo mas Aryo, aku temannya Felix dan Daya" sapaku
"Ya gw sering ngobrol-ngobrol dengan mereka di toko Felix" kata dia sungguh sangar, kalau secara langsung pasti mulutnya bau alkohol
untung ada teknologi HP jadi ga usah berdekatan sekalipun
"Kita ketemuan di depan tokonya Felix ya ! ada job nih dari Felix dan Daya" informasi dariku
"Iya, barusan Felix kirim SMS" jawabnya
"OK aku menuju kesana" persetujuanku
Setibanya di depan toko si kokonya Felix, aku telah melihat ada sebuah motor RX dan seseorang berbadan tegap sangar berbincang dengan koko, wiihhh sangar itu bukan typeku. Type koko mungkin yang sangar-sangar, heheh
"Ada bb dari Felix nih ! Kamu kok baru cerita masalah Jala ! aku pernah 20 hari bersamanya bisa aku katakan Jala sangat baik dan cerdas, dia berhak sedikit bahagia di masa depan, masa menderita terus?" protes koko
"iya ko, maaf, aku tahunya baru tadi malam" kataku
"Aryo, sekarang aku yang benar-benar pengen tahu, apa yang terjadi ! anaknya saja ga diurusnya luntang lantung di rumahku" kata koko
"siapa ?" kata aryo sangar
"Daya" kata koko
"heemmm takut salah gw nih, ini sola si supir itu ?" pemastian dari aryo
"iya......" hardik koko kesal entah pada siapa hahaha
Kemudian aku memacu motor duluan menuju rumah Daya dan Aryo mengikut dari belakang.
Sesampainya di depan pintu gerbang aku disambut oleh Isal
Aku memperkenalkan aryo pada Isal
Menjelang pintu masuk ruang tamu, aku mendengar suara mama sudah agak dengan nada tinggi membantah kata-kata suara bapak-bapak, siapa lagi aklau bukan pak imam terhormat papanya Daya
aku ajak aryo masuk
yes...... lengkap ada si supir itu juga
"harus pikir panjang bapak itu ! kasus ini agak baru, jadi kita harus cari ilmunya, tidak hanya asal tuduh ! itulah si supir kebanyakan nonton sinetron" kata mama menghina
terlihat si supir bolak-balik keluar kamar pribadinya di dekat ruang tamu ini. Itu aku sudah tau sejak sering belajr bersama dengan jala disini dulu. Si supir itu berkata
"itu penyakit masyarakat, perlu diberantas" kata dia
mendidih darahku melihat si kunyuk ini aku serta merta berkata
"aku yang lebih sering berduan dengan Daya, jadi aku HOMOOOOO juga ya dengan Daya ?????" panaassss hatiku...
suasana jadi tegang dan diam, lalu mama manimpali
"Puas bapak ? anakku juga Homo ya dengan Daya. Sudah ah ! Jalanan macet nuju rumah saya, mana dah mau magrib lagi, kami mohon pamit !" kata mama
"Ayo jawab !!!!!! kok kamu diam" aku meluapkan rasa kesalku dengan melemparkan botol minuman green tea yang tinggal 1/2 ke kepala dia. Asikkan ? besok mulutmu yang ku kasih bogem mentah
Ketika sadar kepalanya berdentum dengan lemparan botol, dia bergerak hendak menghajarku
mamaku terpekik
aku saksikan sendiri aryo memang gesit kalau masalah adu jotos begini, seketika dia menghambur dan menghempaskan badannya pada tubuh kerempeng supir itu, dan si supir terdorong ke dinding, gedebhuukkssss.........
"sudah................. rumahku bukan pasar untuk tempat berkelahi" hardik papa Daya
"waduh, anak diusir, Jala yang ga salah terpaksa jadi kuli untuk seumur hidup ! saya ga nyangka kekhilafan bapak terjadi di masa tua ! orang tambah umur tambah arif dan bijaksana pak, tuh anak bapak saya tadi yang membawanya ke rumah sakit dia pingsan lagi" kataku
mendengar apa yang terjadi pada Jala dan Daya saat ini, bi surti jadi histeris. Sepertinya bi surti dipaksa untuk tidak tahu, makanya dia tidak pernah menjenguk Daya
"Kurang ajar kamu ya !!!!!!!! apa sih masalahmu dengan mereka berdua ? kalau supir ya supir saja ! jangan rusak masa depan mereka lah" bi surti mencakar-cakar wajah dan kemeja yang dipakai si supir itu
"sudah bu.... dah magrib, tenang ya" bujuk mama
"aku minta berhenti pak !!!!!!, sebulan ini pak imam hanya percaya laporan kejelekan anak dan den Jala" seru bi surti
Tidak ada yang berani bicara setelah itu .....
"nak Dika antarin bibi jenguk den Daya" ........
Si supir melangkah ke luar dengan santai, dia menuju kursi di teras tempat mobil yang biasa digunakannya
"eh binatang, jangan lari ? apa dasar kamu mengatakan den Daya dan nak Jala Homo ? ada fotonya ?" teriak bi surti
"ngapain ayo, bolak-balik surabaya ?" suara si pak supir bergema dari pintu ruang tamu, dasar ga tahu adat !
"itu yang aku cemaskan bi" kata si bapak itu lagi ?
"terus mereka ngapain pak ? takut bapak Daya akan Hamil ????? bapak fikir Jala sebejat itu ? bisa gitu Daya hamil ?" kata mama full emosi
"sudah ! aku pergi ! suruh tuh si tamam kurang ajar masak makanan kesukaanmu ! sekarang tinggallah kamu berdua di rumah ini ! semoga jadi Homo benaran" kata bi surti
"bingung bapak ? tuh masalah Jala juga harus diselesaikan dengan cepat ! mulut panjang tidak berguna" mama memukul dengan kalimat yang telak sebelum meninggalkan rumah itu
"aryo antar bibi ke RS ya ! terus apa kelanjutannya biar bibi yang mutusin. Aku membonceng mama pulang. ntar malam kita ketemu ya bi" kataku
bi surti dan aryo setuju
kami kemudian melaju dengan arah yang berlawanan
Di perjalanan, mama ga banyak ngomong. Aku perkirakan mama sudah bicara degan mama Jala, makanya mama bisa berargumen dengan informasi terbaru. Mamaku masih syock dengan fakta kekhilafan papa Daya.
Malam harinya ketika memasuki RS, Daya sudah bisa senyum-senyum dengan orang tua yang membesarkannya yaitu bi surti, aku terharu sekali.
Ada Felix dan Prass yang ikut menimpali
Sesuai persetujuan dengan Daya, bi surti memilih tinggal di rumah kontrakkan depok. Untuk bersiap-siap jika Daya sudah boleh pulang, Daya akan diurus dengan baik kemudian bibi astutinya juga sudah selesai berbisnis di palembang, jadi mereka bisa bersatu.
"bi.... kok si supir itu menampar Daya bibi ga pisahkan mereka ?" ada sebuah pertanyaan yang tersisa dari rasa ingin tahuku
"mereka di halaman depan ! bibikan lagi sholat magrib di kamar" kata bibi
"oh gitu," kata ku
"ya udah den, keburu malam ! bibi pulang diantar aryo dulu ya den" kata bi surti
"aryo makasih ya. U banyak tolong ini hari" kata Felix
"aman Bro, asal bayarannya pas" kata aryo tetap aja sangar meski santai begini, hahaha
Prass juga minta izin pulang. Sejauh ini kulihat Prass masih menunjukkan niat serius untuk mendekatiku. Akan akan mempelajarinya lebih jauh, semoga hatiku bisa terbuka. Tapi tidak itu yang utama sekarang, bagaimana caranya aku bertemu dengan Jala jadi tujuanku
"Apa kabar Daya ?" sapaku
"lumayan baik Dik, makasih ya sudah menolongku" kata Daya
"kalian itu dengan jumlah pasukan yang banyak, menolong jala saja tidak becus. Kalian sadar ga bahwa kalian sering ditolong Jala ? setidaknya do'a Jala telah menyelamatkan hari-hari kalian" sindiran dari Felix
"diam..... ? orang diam tanda salah ! katanya kompak ! nih ada yang keterima UI, IPB, UGM sedangkan Jala ? siapa yang memotifasi kalian ?" kata Felix lagi, dia lebih leluasa karena Prass sudah tidak ada
"iya maaf" kata Dika, Daya kembali merenung panjang
"karena kalian masih ospek, jadi aku dan Prass mencoba mencari jejak Jala. Tapi untuk teknisnya kalianlah yang harus menyelesaikan masalahnya" kata felix
"alasan, kalau nolong ya yang tuntas, bilang aja kamu pengen jalan-jalan" kataku
"benaran, hingga pasti rumahnya yang mana, nongkrongnya dimana ? dll pokoknya kalian habis tuh dijamin mudah berkomunikasi dengan Jala" janji Felix
Aku akan berhati-hati sama si Felix ini ! kerena pada dasarnya Jala pernah bersama dia dalam berlatih olah vocal dan aku lihat perhatiannya yang lebih pada Jala. Ga mungkin dia seemosi ini kalau dia tidak ada perasaan apa-apa pada Jala.
Pada kesempatan ini, aku lebih berdo'a agar Jala tidak memikirkan lagi untuk suka pada cowok ! cukuplah Daya cs menghancurkan hati dan masa depan Jala.
Jika sekarang jala bahagia dengan jalan yang dipilihnya, aku harap Felix tidak ikut campur merusak kebahagaiaan Jala.
Terbayang bagiku, Jala akan lebih free menekuni dunia pentas jika bersama Felix, bertaburkan cowok ganteng dari organizer, penonton, dan sponsor. Serba hura-hura ! Aku tahu pasti cinta mati Jala untuk Daya, namun cowok-cowok ganteng super hura-hura yang mengitarinya juga punya cara tertentu untuk memerangkap jala seperti halnya natasya yang menurutkan nafsu untuk memiliki.
Semua itu hanya hura-hura ! Semoga Jala akan mengerti, siapakah orang yang benar-benar siap untuk berjalan bersama dalam suka dan duka, tidak hura-hura, tidak juga hanya siap mencintai tapi tidak siap untuk mempertahankan cintanya. Aku tidak marah pada Daya ataupun Felix, tapi aku sangat waspada salah satu dari mereka tidak akan bisa lagi menyakiti Jala.
Bersambung ............