It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ih kepo kamu deh
Untuk pertama kalinya, saya tak punya keinginan untuk membaca buku di sebuah gunung.
Sebegitu besarnya rasa marah, kecewa, dan sedih membuat saya memutuskan bahwa tak ada yang bisa mengalihkan perasaan campur aduk yang meledak-ledak dalam pikiran saya saat itu.
Menyaksikan langsung alun-alun Suryakencana yang legendaris hancur punah oleh kebakaran karena perbuatan TOLOL pendaki yang membuat api unggun di atas lahan bergambut akumulasi humus yang menumpuk selama berabad-abad, benar-benar nyaris menghancurkan kewarasan dan kesantunan saya. Bawaannya, ingin maki-maki orang terus.
Bersama relawan yang mengantar, saya dan tim menyaksikan dampak parah kebakaran yang menghancurkan salah satu surga terakhir di Tanah Jawa ini. Yang saya saksikan adalah sebuah horor yang menyesakkan. Apa yang telah diperjuangkan bisa bertahan selama berabad-abad, hancur dalam semalam oleh kebodohan.
Angin di Suryakencana meski masih dingin, tetapi tak membawa kesegaran sama sekali. Malah membuat sesak karena hanya membawa abu, bau arang gosong, dan sisa-sisa kematian. Lebih mirip sebuah lanskap setting Divine Comedy-nya Dante ketimbang sebuah gunung. Kesunyiannya membuat saya merinding. Tak ada lenguhan celepuk, bisik-bisikan semak belukar, atau cericitan serangga. Hanya ada tubir kebisuan dan kepasrahan. Sebuah kekalahan total.
Apa yang saya kenang dari tempat ini saat terakhir kali mengunjunginya, semuanya sirna dengan jejak yang carut marut seperti Erabor yang dibakar habis oleh naga Smaug. Ingatan tentang edelweissnya (salah satu padang edelweiss jawa terbesar di Indonesia--sebelum kebakaran hebat) yang saya lihat beberapa bulan lalu terasa menyakitkan. Dan kepedihan tsb makin mendalam saat menyadari bahwa padang edelweiss terbaik lainnya yakni Tegalalun di Papandayan, juga musnah dilalap api, karena kebodohan pendakian tolol lainnya.
Kebakaran Suryakencana semakin meneguhkan keyakinan saya bahwa bukan keserakahan, bukan kesombongan, atau dosa-dosa besar lainnya yang diancam dalam agama-agama yang akan membawa kehancuran dunia. Tapi kebodohan! Kebodohan! Kebodohan!
Dalam murka yang menggelegak, Saya memutar musik The Ruins of Athens, salah satu karya Beethoven yang terakhir. Karya ini saya pikir sangat pas saat diputar di Suryakencana. Sebuah aransemen penuh kemarahan, kebingungan, dan kegetiran yang menusuk; mengapa tempat favorit para dewa-dewa dibiarkan hancur oleh kebodohan manusia? Mengapa para dewa diam saja, tak menurunkan tulah, atau sekedar kuasa untuk mencegah?
cc : @giovan
Tapi ini bukan melulu mengenai bagaimana edelweiss bisa dibangkitkan. Edelweiss adalah marka dan saksi sang kala. Julukannya sebagai bunga abadi karena umurnya dapat mencapai usia ratusan tahun, adalah pengingat bahwa alam bisa mempertahankan keanggunannya selama berabad-abad bisa disirnakan dalam semalam oleh kebodohan manusia. Cantik dan rapuh, dan tak mentolerasi kebodohan sama sekali.
Apalagi kalau mengingat fakta bahwa padang edelweiss juga telah membentuk sebuah ekosistem tersendiri, misal edelweiss yang rimbun telah menjadi sarang burung tiong-batu. Kepunahan edelweiss, dengan sendirinya mengancam kelestarian burung-burung atau serangga-serangga langka dan endemik yang hanya bisa ditemukan di lokasi gunung-gunung tertentu.
Dan tragedi kebakaran Tegalalun dan Suryakencana, bisa terus terjadi di masa depan, selama banyak pendaki-pendaki tanpa edukasi tetap melakukan kecerobohan.
dulu sering bersama mantan ke bromo, lihat dari jauh
bromonya. ga sampai naik ke bromo.
...
salah satu cita2 saya adalah, membeli beberapa hektar
sawah/sisa hutan di perdesaan untuk pribadi dan
dibiarkan beberapa tahun. 1 - 10 tahun tidak terasa loh.
dan akan tumbuh beberapa pohon lainnya.
berandai2 akan keluar mata airnya
berandai2 akan menjadi daerah hijau
berandai2 akan ada binatang2 aneh disana
jika padang arafah bisa menghijau, mengapa tanah
indonesia tidak bisa?
1 rantai tanah di subang daerah perdesaan hanya 25 juta.
seharga moge atau 25x menggunakan jasa kucing. why nut?
Orang-orang terlalu sibuk mencari pertanda gaib untuk menunggu kedatangan nubuat keilahian tentang kiamat, padahal meledaknya populasi ganggang, memutihnya karang-karang, lebah-lebah yang menghilang, dekut burung yang semakin senyap, hutan-hutan yang terbakar, langit yang semakin pekat kotor, ini seharusnya membuat orang-orang lebih risau dan cemas.
Tadi malam, saya mendapat kabar bahwa kebakaran di Papandayan sudah sampai 475ha--tak ada edelweiss yang selamat. Ah.
Selalu, kematian seperti ini mestinya bisa dihindari, tragedi semacam ini bisa dicegah. Kepada para pendaki, please, jangan pernah bikin api unggun jika gak tau metode memadamkannya dg benar. Dan oh, menyiramnya dengan air atau mengubur dg tanah bukan metode terbaik.
Btw @wing boleh dishare infonya tentang cara yang benar memadamkan api unggun. Terimakasih