It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tp kyknya bnr nih. author korban cuci otak kyknya.. d rumah d paksa ikut nonton sinetron.. Aaaahhh.. tidaaaakkk.. #PLaakk.
Eehh tp ciyus aku jarang nonton tv.. agak mirip alfi malah. #Jiiaahh
Cocok tuh sama aku
*tendang si Rei
yang bawa-bawa kutu duluan siapa hayoo? =="
@dafaZartin lanjut kmn kita.. hahay..
@YogaDwiAnggara kata Rei: tangkep kaki si Yoga, selengkat, jorokin.. hwahahaha.. #ReiVersiNaughty :P
@TigerGirlz hehehe.. ho,oh sapa sih tuh yg duluan bawa-bawa kutu.. #SalahinRei.. xixixi.. >_<
*culik si alfi :>
Aduhhh, kaya cari harta karun aja pakai peta segala
@YogaDwiAnggara aw aw aw.. cup cup cup.. #pukpuk..:p
@dafaZartin untuk kamu ku kasih jalan pintas deh ke harta karunku.. huhuhu.. >_<
@tarry yg banyak yah tarr.. biar rameee.. hehee..
Mulai saat ini kebanyakan kisah akan ditilik dari Rei PoV. Karena kedepannya akan banyak menceritakan lika liku Rei setelah mulai bisa dekat dengan Alfi. Author Cuma akan muncul sesekali (hiks hiks). Jadi author akan kurang nge-hits dibanding Rei. Akan ada Alvi PoV juga nanti. Kalo Alfi biarpun banyak diam udah punya fans setia sendiri, #LuckyHim.. (Author meringkuk dipojokan ajah.. #GloomyModeOn hiks hiks)..
-0-
REI POV
Aku sama sekali tidak menyangka. Hidupku yang kurasa biasa-biasa saja akan lebih berwarna dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini tentu saja dan memang akan selalu ada hubungannya dengan orang itu. Alfi tentunya. Entah bagaimana, Alfi dengan kediaman tingkat akutnya mampu menarik orang-orang untuk memperhatikannya, mengidolakannya sampai menginginkannya. CATAT. STABILO kalo perlu kata mengidolakan dan menginginkan.
Para fans Alfi mungkin tidak terlalu menunjukkannya didepan Alfi. Tapi mereka selalu menunjukkan, dengan terang dan jelas padaku. Tatapan-tatapan liar, mencemooh, tidak suka ditunjukkan dengan baik dan jelas padaku. Iya. Aku.
Tidak mengherankan sebetulnya mereka melakukan itu. karena tingkat kepopuleran Alfi sulit terbantahkan. Dan siapapun yang dekat-dekat dengannya harus siap menjadi pusat perhatian juga. Termasuk aku tentu saja.
Aku sampai tidak bisa berkata-kata ketika namaku mendadak melonjak menjadi trending topic di sekolah. Mendadak terkenal hanya karena kedekatanku dengan Alfi. Apakah aku senang? Tidak. Bukan apa-apa, tapi aku ingin dikenal karena prestasi bukan menebeng pamor seseorang. Lagipula bagaimana aku bisa senang jika kita terkenal sekaligus dibenci? Dibenci karena hal yang remeh temeh, seperti terlalu dekat dengan Alfi. Fiiuuuhhh..
Suara-suara tidak suka mereka akan keberadaanku didekat Alfi mencapai tingkat mengkhawatirkan. Hampir kronis malah. Surat-surat bernada penuh kebencian dilayangkan dalam loker siswaku. Lokerku sampai penuh sesak dengan semua itu.
“KNOW YOUR PLACE, TRASH!!!”
“SeJaK KaPaN BaTu KaLi cOCoK sAMa BeRLiAN..?!!”
“Lo MINGGIR dari Alfi atO KITA yang paksa!! Ngerti ga Lo kulon a.k.a Kutu Loncat?!!”
Itu hanya beberapa dari puluhan bahkan ratusan surat yang dijejalkan kedalam lokerku. Agak lucu sebenarnya. Tapi belum ada ancaman berarti. Baru gertakan sambal saja. dipikir aku bisa mundur semudah itu dengan semua hal konyol itu..
Aku sudah lama menginginkan seorang sahabat dekat yg ‘Klik’ denganku. Dan Alfi datang dengan segala pesona misteriusnya. Na-ah.. tidak semudah itu..
“INI PERINGATAN!! INGET KUTU KUPRET!! DALAM WAKTU 3X24JAM LO GA JAUH-JAUH DARI ALFI. LO TANGGUNG AKIBATNYA!! YEAH KUTU,, INI WARNING BUAT LO! NGERTI LO?!!”
Itu juga salah satu surat yang masuk kelokerku. Waduh, kok lama-lama ada acara ancem-mengancam gitu ya...? Agak ngeri juga. Tapi sudahlah.. kalo memang mereka serius harusnya datang langsung kehadapanku kan? Tidak bergerilya seperti ini. Sangat kekanak-kanakan..
“UCAPKAN SELAMAT DATANG PADA KESIALANMU KUTU BERAS..!!”
Nah kan.. Lagi-lagi.. tapi tunggu.. tunggu.. ini apaan yah.. dari tadi kuta kutu kuta kutu.. memangnya tampang imut innocent kayak aku ini mirip kutu apa.. ckck.. (Halah.. dia Narsis.. pikir Author.. ih ih ih.. Author hush hush.. ini kan lagi bagian aku ugh.. inget atuh Author ini kan Rei pov.. hwahahaha.. #devilSmile). Pokoknya orang-orang itu_Haters-wannabe itu ga banget aahh ngatainnya. Ga elite gitu. Masa kutu sih..
Surat-surat itu kumasukkan kembai keloker. Besok saja membereskannya. Besok aku berniat membawa plastik sampah yang besar dan langsung kubuang tanpa membaca. Agak malas meladeni orang-orang berpikiran sempit semacam itu. Semangat Rei. Semangat!!
Itu benar. Aku harus semangat. Lagi pula Alfi terlihat sudah tidak begitu dingin dan tidak terlihat menolakku. Hanya itu yang penting. Yang lain anggap saja gangguan jin atau setan yang tidak suka melihat orang berteman dengan damai.^_^
Lagipula, ada yang harus kuprioritaskan. Yaitu permintaan Farel sang kapten basket sekolah untuk mengajakku dan Alfi masuk klub basket. Aku bingung bagaimana berbicara dengan Alfi tentang hal ini. Walau dia sudah sedikit (sangat sedikit) melunak, tapi aku masih sungkan didepannya. Tatapan matanya.. langsung membuatku gugup dan lidahku kelu seketika. Aku harus siap mental untuk dapat berbicara dengannya.
Mungkin sebaiknya aku datang sendiri besok ke hall basket besok. Ya, begitu saja sebaiknya. Aku akan bilang kalau aku belum bisa bicara pada Alfi. Mudah-mudahan Farel bisa menerima. Lagipula aku sangsi Alfi akan mau repot-repot ikut klub yang melelahkan begitu. Yup, sudah kuputuskan. Besok aku akan datang sendiri ke klub basket menghadap Farel.
-o-
Jreenng.. Jreenng.. Tiing..
Alfi terlihat mengerutkan kening mendengar Symphoni no.9 yang kumainkan. Yang jujur saja, agak sedikit (oke. Memang) kurang fokus hari ini. Alfi menyuruhku mengulanginya.
“ulangi” hanya itu katanya.
Tetap saja. permainan kedua ini agak lose focus. Aku tertunduk lesu. Langkah Alfi terdengar menghampiriku dan kemudian mengambil tempat dikursi samping kananku.
“Cerita. Ada apa?” selidik Alfi langsung kesasaran.
“Huh? Apa? Kenapa?” Aku malah bingung dan bertanya-tanya. Agak tidak menyangka sebenarnya. Alfi seakan bisa membaca pikiran dan suasana hatiku.
“Cepat cerita” desaknya.
Aku menghela nafas sebentar. Mengambil ancang-ancang. Pasang senyum kepalsuan “Ga ada apa-apa kok Fi. Cuma sedikit laper nih. Belum sarapan” Elakku.
Alfi hanya terlihat mengangkat satu alisnya. Kemudian bangkit menuju kearah pintu. Balik badan. Tolehkan kepala. Kemudian berkata “Ayo. Kekantin”. Dan langsung beranjak pergi.
Aku buru-buru menyusulnya. Alfi selalu begitu. Sudah hampir sebulan aku mengenalnya. Sikapnya seolah tidak peduli. Namun sesungguhnya dia benar—benar memperhatikan setiap kata dan setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sekecil apapun. Tapi lihatlah. Ketika aku bilang lapar. Dia tanpa banyak kata mengajak kekantin.
Tindakan-tindakannya yang seperti ini yang membuatku kagum padanya. Dia Peduli ditengah ketidakpeduliannya. Tipe yang langsung Aksi daripada basa basi. Aku suka Alfi yang seperti ini. Membuat berdebar-debar. Dag dig dug yang dulu pun masih ada. Masih sangat jelas terasa. Walau kadarnya sudah ku kondisikan dengan suasana. Akhirnya aku bisa mensejajari Alfi yang sudah lebih dahulu didepanku.
Sepanjang perjalanan ke kantin semua mata melihat kearahnya dengan penuh binar bahagia. Dan memandangku dengan pandangan mematikan menusuk. Mengiris. Menyayat. Sebutah satu-satu. Itulah pandangan yang kuterima. Ngeri? Jangan ditanya. Serasa ada hawa iblis yag mengelilingi. Tapi sudahlah. Hawa itu tidak berani mendekat selama aku disamping Alfi. Hawa itu akan pergi menjauh oleh Atmosfer dingin disekeliling Alfi.
Kenapa arah kantin terasa lamaaaaaaa sekaliiiiiiii... pandangan itu masih ada. Masih sama. Beda kasta. Untukku dan Alfi. Hangat untuk Alfi dan mematikan untukku. Dan kemudian Alfi terlihat menyapu pandangan-pandangan iblis yang ditujukan padaku. Dan sorot mata mereka berubah. Sebagian besar mengalihkan pandangannya. Tidak ada yang berani menerima tatapan Alfi. Yes, Rasain tuh batinku. Akhirnya.. sampai juga.. Kantin oh kantin..
Padahal aku tidak benar-benar lapar. Tadi hanya alasan saja. Masih terasa sulit untukku berbicara dengan Alfi secara langsung. Aku tidak ingin kemajuan yang kulakukan untuk mendekatinya hilang tak tersisa dengan tindakan bodohku. Alfi pasti tidak suka masuk klub. Buktinya tidak ada satupun klub yang dimasukinya.
Walau hal itu sedikit membuatku heran. Padahal para siswa disekolah ini wajib mengikuti minimal satu klub yang ada.WAJIB. Entahlah kenapa sekolah membiarkannya tidak memilih satu pun. Aku sendiri ikut kedalam klub Musik.
Kami makan dalam diam. Alfi kadang menatapku penuh selidik lalu detik berikutnya seolah tidak peduli. Setelah selesai jam istirahat kami kembali kekelas. Sampai jam pelajaran berakhir kami masih dalam mode Silent. Aku beberapa kali menghela nafas. Walau tak lupa kupasang senyum terkembangku.
Jam pulang pun tiba. Aku pamit pada Alfi pulang sendiri dengan alasan klasik ada urusan keluarga. Karena Sudah sejak 3 hari yag lalu kami pulang bersama. Jadi, aku sengaja pamit padanya tidak bisa pulang bareng dengannya.
Secepat kilat aku beranjak dari ruang kelas. Bersembunyi sebentar keruang musik. Menunggu murid-murid meninggalkan sekolah. Sebelum nanti menuju hall basket sekolah.
Kulangkahkan kaki dengan pasti. Walau ragu masih meraja dihati. Walau baru bertemu dengan sosok seorang Farel yang notabene kapten basket sekolah, walaupun tidak tampak berbahaya tapi aku bisa menilai kalau sosok Farel adalah sosok yang tidak suka menerima kata tidak dari orang lain.
Akhirnya disinilah aku berada. Hall basket sekolah. Dan yang mengagetkan adalah.. Ternyata bukan hanya Farel yang menunggu disana. Tapi seluruh tim inti basket sudah berkumpul semua. Mungkinkah mereka semua mengharapkan kehadiranku? RaLaT. Kehadiranku dan Alfi?
“Rei.. Welcome to the basket hall. And guys this is Rei. Rei.. ini Tim inti basket sekolah. Nanti gue kenalin satu-satu. Setelah Alfi datang tentu.. Dia jadi datang kan Rei..?” Farel Speech menyambutku.
“Aa.. hmm.. itu.. Maaf kak. Aku.. aku belom bilang ke Alfi tentang usulan kakak kemarin.. anu.. ituu..” ucapanku terhenti melihat Farel mengangkat satu tangannya menyuruhku diam.
“I’ve told you yesterday, have i? Lo dateng harus ngajak Alfi. Kalo ga, ga usah dateng. Gue sengaja udah ngumpulin anak-anak basket disini buat nyambut Alfi. Lo ngerti? Kemaren udeh gue jelasin kan pentingnya kontribusi Alfi buat tim basket sekolah kita? C’mon Rei.. at least lo coba bicara dulu lah ke Alfi.” Terang Farel tenang tanpa bisa menutupi wajah kecewa dan geramnya.
“Hmm.. aku.. aku masih rada sungkan kak untuk ngomong ke Alfi” jelasku
“Tapi lo berdua deket kan Rei. Orang-orang di sekolah juga udah pada aware sama Alfi yang mulai terbuka. Buktinya dia nerima lo dideketnya. At least try dong Rei. Jangan patah sebelom mencoba gitu. Itu cemen namanya. You should try first, key?”
“Guys sorry.. kayaknya meeting ini kita cancel dulu” kata Farel kepada rekan satu timnya.
“Rei, gue kasih lo tenggat 3 hari. Karena pertandingan basket antar sekolah udah deket. Karena gue baru diangkat jadi kapten, Gue butuh orang-orang yang bener-bener bisa ngangkat pamor sekolah kita lagi. Dan Alfi salah satunya.” Farel menyudahi ‘orasinya’.
“Gue pikir ada apa an kita disuruh kumpul disini. Ternyata cuma ngabahas hal ga penting gini toh Rel. Kenape sih lo terobsesi banget pengen si Autis itu masuk tim? Lo pikir dia bisa teamwork gitu ke kita? Udeh lah lo batalin aja niat lo..” ujar salah seorang senior kelas XI yang aku tak tahu namanya.
“Jaga bacot lo Rob. Gue belom kasih ijin lo buat ngomong. Dan asal lo tau, keputusan gue ngajak Alfi udah atas persetujuan Coach Timmy. Jadi Tutup bacot lo yang bau itu, ngerti?” Geram Farel.
“Ooh mentang-mentang lo udah jadi ketua sekarang lo berani sama gue? Lo pikir lo sapa? Lo belom lupa kan sapa gue?”
“Robert Hartawan a.k.a Robby. Anak konglomerat keluarga Hartawan yang terkenal. Salah satu dari pemilik saham disekolah ini. Mana bisa gue lupa kalo Elo selalu gembar gemborin asal usul lo. Tapi gue kasih tau sama Lo. Harap lo cerna dengan otak lo yang gue yakin ukurannya udah ciut sebesar kacang tanah. GUE GA PEDULI. Kalo gue denger lo bikin ulah lagi yang ngebikin nama baik tim basket kita tercemar. LO CATET. Gue keluarin lo dari tim. Gue ga peduli kalo bokap lo sampe ikut campur!! Lo ngerti kan?! Sekarang bubar semua” Hardik Farel.
Oookkkayy.. ada apa ini.. Aku masih bingung. Kenapa satu tim ini pada kagak kompak ya. Kok bisa ya dengan tim ini kabarnya mereka bisa masuk final kejuaran basket antar sekolah tahun kemaren.
Trus itu tadi si Robert siapapun dia a.k.a Robby itu, apa dia yang dulu nantang Alfi maen basket yang diceritain kak Farel kemarin ya? Waahh.. bisa kacau ini kalo Alfi juga sampai masuk tim ini. Kok aku malah nyium aroma perselisihan tingkat akut ya.. Haaahhh.. aku harus gimana iniiiii..??
Anggota tim basket pun bubar dengan tertib. Kecuali si Robby tadi yang dengan pandangan buasnya melihat tidak suka ke arah Farel dan aku, WHAATT?? Salahku apa lagi nih? Ya Allah.. kok baru beberapa mengecap sekolah ini. Udah banyak ajah orang yang ga suka.. hiks hiks.. pasang senyum Rei.. pasang senyum..
“Rei.. ga usah peduli in si Robby itu. dia emang gitu. Sebenernya Coach Timmy ga suka sama kelakuannya. Tapi karena yah.. ‘kekuasaannya’ itu.. Jadi begitulah dia..”
“...” aku bingung harus ngerespon apa.
“Tapi Rei tolong usahain ya. Tentang Alfi maksud gue. Karena gue udah punya rencana ini sejak gue liat pertandingan dia sama Robby dulu. Karena Alfi itu...” iyaa.. apa kak.. Alfi itu apa kak.. kok gantung..
“Aah udahlah. Pokoknya yang penting lo coba ngomong dulu ya sama Alfi. Inget Rei. 3 hari. Keputusan harus udah ada pas 3 hari. Karena dengan itu gue baru bisa nyusun strategi dengan atau tanpa Alfi. Ngerti Rei?” Alih Farel.
“iya kak. Aku usahain”
“Oke gue cabut dulu ya. Lo mau bareng ga?” ajaknya
“ga pa pa kak. Aku sendiri aja.”
“yakin?” aku mengangguk. “Oke. Sampai ketemu 3 hari lagi ya Rei. Lebih cepat lebih baik. Ciao” pamitnya sambil menepuk bahuku.
Setelah Farel melangkah keluar hall basket, aku malah diserang pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran dikepalaku. Robby yang pernah ‘berselisih dengan Alfi. Farel yang begitu menginginkan Alfi masuk di tim basketnya. Semuanya selalu tentang Alfi. Sehebat itukah dia? Sehingga batas iri dan suka sangat jelas sekali. Sejelas selisih antara Robby dan Farel yang memperdebatkannya, sampai harus membawa-bawa silsilah keluarga. Siapa mereka? Siapa Alfi?
Kepalaku penuh. Surat-surat itu. Kak Robby. Kak Farel. Alfi. Dan kenapa aku bisa terseret ditengah-tengah itu semua? Kenapa aku?
-o-
Dengan pikiran penuh aku tinggalkan Hall basket. Ketika sampai dikoridor aku nyaris terjerembab. Ada seseorang yang menaruh kakinya dengan sengaja bermaksud menyelengkatku. Kutengokkan kepala.
“Elo temennya si autis itu? Lo mending ga usah bawa dia masuk ke tim basket. Itu juga kalo lo masih mau sekolah disini. Lo anak kampung miskin tujuh turunan yang masuk karena beasiswa kan? Lo pikir-pikir lagi anak manis” ternyata Robby. Berkata seperti itu sambil menampar-nampar pipiku. Pelan. Tapi terasa geram tamparannya.
Apa-apaan nih orang. Bener kata kak Farel, lagak sengaknya selangit. Mentang-mentang dari keluarga mentereng, dikira bisa seenak-enaknya. Dipikir aku takut apa? Sedikit sih. Tapi yang ada ngeliat tingkahnya malah bikin aku muak.
“Lo ngerti kan? JAWAB?!!”
“Sorry kak.. tanpa mengurangi rasa hormat saya sama kakak, saya rasa kakak ga berhak ngatur-ngatur hidup orang. Saya yang mutusin nantinya bakal ngajak Alfi masuk tim basket ato ngga. Bukan tuan muda yang sok kaya en belagu ga jelas kayak kakak” jawabku dengan kesal yang masih kutahan.
“BERANI LO SAMPAH?!! CARI MATI LO SAMA GUE?!! Gue bikin lo nyesel udah ngelawan sama gue..” kak Robby mendekatiku kemudian..
BUUKK..
Okeee.. itu sakit. Tonjokannya keras. langsung kearah perut. Ketika dengkul kakinya ingin menghajar kearah mukaku yang tertunduk sakit akibat pukulannya kutahan dengan kedua tanganku. Dan kudorong badannya kedepan dengan seluruh berat tubuhku. Sepertinya dia tidak mengira, dan terjatuh kebelakang.
“Jangan kakak pikir karena kakak kaya, berkuasa, saya takut sama kakak. Saya hormat sama kakak karena kakak senior saya. Tapi kalo kelakuan kakak kayak preman pasar, kakak ga pantes dapet hormat dari saya” Umpatku kesal. Berlalu dari hadapannya.
“TUNGGU. MAU KEMANA LO NJING?!! URUSAN KITA BELOM SELESAI. LO HARUS BAYAR..”
Dibaliknya bahuku dan dilayangkan pukulan kirinya kepadaku. Dengan cepat antisipatif kutangkis pukulannya. Tak kalah cepat dia hadiahkan tendangan kirinya kearah perutku (lagi.. kenapa perut terus sih). Dijambaknya rambutku dan dihantamnya wajahku dengan dengkulnya. Cukup keras. oke. Keras ajah. Mulutku nyeri. Timbul rasa asin logam kurasa. Darah. Benar saja. Hidungku pun berdarah. Aku kalah.
Aku memang tidak pernah pandai berkelahi sejak dulu. Sudahkah kuceritakan jika kerjaku hanya berjibaku dengan buku-buku? Tanpa tau seperti apa itu kungfu. Dan disinilah aku tersungkur menanggung malu. Bukan karena apa, tapi karena tidak terima kalah dari orang dungu seperti seniorku itu.
“Elo. Udah. Salah. Cari. Musuh. Njing” sambil tangan kirinya menjambak rambutku, tangan kanannya menampar pipiku kata per kata. Siaaaaalllll (Maaf Ya Allah aku menyumpah.. sekali ini aja..).
“Dasar Lemah. Udah miskin. Lemah. Hidup lagi. Cuih..” dengan kata-kata itupun dia berajak pergi. Meninggalkan aku yang merutuki ketidakberdayaanku
Siiaaaaaalllll.. Siiiiaaaaallll... Siiiaaaaaaaalllllll...
*
oke. segini dulu ya gays..
sebenernya masih mau lanjut. tapi kok ngantuk lg ya.. td kebangun jam 12 langsung nyalain laptop en cm dapet segitu.. balik tidur lagi aahh..
jangan lupa saran dan kripiknya ya gays..>_<
bisik-bisik.. bangun.. banguuunn.. banguuunn..
@bayumukti
@titit
@tarry
@angelsndemons
@alvaredza
@TigerGirlz
@Zazu_faghag
@arifinselalusial
@FransLeonardy_FL
@haha5
@fadjar
@zeva_21
@YogaDwiAnggara
@inlove
@raka rahadian
@Chy_Mon
@Cruiser79
@san1204
@dafaZartin
@kimsyhenjuren
@3ll0
ada yg ketinggalan ga ya..? klo ada sorry y..
oiya buat SR (silent reader) yg mo di mention jgn lupa tinggalin jejak ya.. nti aku cari jejak kalian yg tercecer #Halah..
okee.. happy reading guys.. ^_^