BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CONQ : the first ever gay web series in Indonesia (UPDATE episode 4)

191012141540

Comments

  • @greensun2 @bombo belum valid sih, dari temen.
  • :P Bener kan info dr aku mas @adamx

    btw, w nepsong sama rizal iwan :-*

    tipe cowok idaman. #plak *lg error*
  • lebih suka liat sunny soon di video pengakuan a cun sama emit <3
  • nih gue copas dari touchmagz.com

    Senin, 21 April 2014
    Indo Gay Webseries : CONQ Episode 2 & 3 - The
    Perfect Profile
    Akhirnya keluar juga episode baru Conq Web
    series setelah ditunggu-tunggu. Dan karena orang
    pada udah ga sabar, akhirnya di keluarin dua
    episode sekaligus, yang sebenarnya adalah
    keputusan yang sangat tepat mengingat ke dua
    episode ini memiliki nuansa cerita yang agak
    berbeda.
    Episode 2 sih masih memiliki nuansa yang agak
    mirip dengan episode pertama sih. Masih dengan
    sentuhan humor mengangkat realita komunitas
    gay di Indonesia dengan aplikasi Grindr (dan
    sejenisnya). Emang bener kok sebagian besar dari
    kita pernah di posisi seperti itu. Mungkin dengan
    penggambaran yang tidak sedramatis video
    karena sebagian besar dari kita memiliki
    penampilan yang lebih biasa, tingkah laku yang
    lebih biasa. Tetapi emang benar sih berbagai
    cara dilakukan oleh orang orang dalam usahanya
    menarik perhatian cowok lain di Grindr. Dan bener
    banget sih banyak banget yang make foto palsu
    dengan asumsi pada saat ketemu karena dah
    sama sama horny, selama dia ga jelek jelek
    banget toh dia akan tetep diajak ML. Toh
    syahwat udah memuncak sampai ke ubun ubun
    kepala dan berdenyut dalam setiap langkah di
    dalam celana. Jadi sekalipun ga punya sixpack
    seperti buntelan roti, tapi asal ga ancur ancur
    amat yah udah lah embat aja. Toh abis keluar
    tinggal pura pura ada urusan dan kabur, hapus
    nomor hp dan tunggu jadwal horny berikut untuk
    berburu lagi. Kasarnya semakin horny, kadar
    toleransi terhadap potongan di foto grindr dan
    kenyataan yang berbeda menjadi semakin tinggi
    juga.
    Ketika selesai menonton episode 2, mulai berasa
    kebayang seperti apa episode episode
    selanjutnya. Tiap episode akan mengangkat satu
    hal dari kehidupan dunia gay di Indonesia, dan
    dibikin skenario lucunya yang kebenarannya
    membuat kita semua bisa senyum senyum sendiri
    karena memang bener banget. Cuma kita terlalu
    malu saja untuk mengakuinya. Tapi mulai agak
    merasa "dimana yah letak ceritanya? Yah
    sepertinya ini cuma video lucu lucuan berkualitas
    tinggi yang dibuat dengan bantuan Ford
    Foundation dan Nia Dinata" Yah ada sedikit
    umpan lanjutan cerita di akhir episode dua, tetapi
    percakapan mereka mulai dikhawatirkan akan
    terjebak menjadi agak seperti novel karya penulis
    Indonesia yang memiliki judul absurd dan isi
    novel dengan latar eropa timur atau puisi rusia
    yang sama sekali tidak relevan dengan kehidupan
    di Indonesia yang sebenarnya. Dalam hati
    berpikir, "Waduh, epidode berikutnya bakal
    "pretentious" banget nih untuk memperlihatkan
    betapa sophisticatednya para karakternya dengan
    reference sastranya.
    Tetapi ternyata episode 3 jauh banget dari
    perkiraan. Suasana humor yang agak sarkastik
    bitchy digantikan dengan adegan make out yang
    cukup berani dan percakapan serta akting yang
    natural. Belum lagi kekaguman karena mereka
    sudah memasukkan karakter yang HIV + dalam
    cerita yang masih terhitung dini. Jalan cerita yang
    memaksa kita membuka mata dengan realita
    yang sudah terpampang di depan mata kita.
    Sekalipun agak aneh nantang push up di tengah
    tengah kencan. Dan sebenarnya agak kurang
    setuju karena karakter HIV+ baru memberitahukan
    statusnya ketika mereka sudah setengah
    nanggung. Bahkan kalau Lukas ga terlebih dahulu
    berhenti untuk memberitahukan bahwa dia ga
    atletis, si Aghi sepertinya tidak akan
    memberitahukan mengenai statusnya dia. Dan
    banyak orang yang karena udah kepalang horny,
    udah setengah telanjang dan ga bisa mikir
    dengan bener dalam posisi seperti itu. Pada di
    saat diberitahu mengenai situasi partnernya,
    mereka tidak bisa berpikir lurus. Akal sehat kalah
    dengan isi celana yang sudah terlalu mendesak.
    Banyak yang mungkin berpikir "Yah udahlah, yang
    penting kayaknya aman" tanpa tahu bagaimana
    caranya secara tepat melakukan dengan aman.
    Seharusnya informasi seperti itu diberitahu
    sebelumnya pada saat semua orang masih bisa
    menganalisa informasi dengan benar dan
    memutuskan bagaimana mereka akan
    melanjutkan hubungannya. Bukan berarti
    diskriminasi terhadap HIV+, tetapi setiap orang
    juga memiliki hak untuk bagaimana mereka
    menyikapinya. Mungkin ada yang mau tetap
    melanjutkan sampai ke hubungan romance seperti
    di Queer As Folk atau serial ini. Tetapi tidak salah
    juga kalau ada yang memutuskan untuk tidak
    melanjutkan ke hubungan seksual dan tetap
    melanjutkan hubungan sebagai teman. Yang
    salah kalau ada yang malah menjauhi orang itu
    serta merta begitu tau mengenai status HIVnya.
    Tetapi kalau misalnya diberitahu sebelumnya, dan
    partnernya masih tertarik untuk melanjutkan ke
    hubungan seksual, mereka bisa sama sama
    mencari tahu cara melakukan dengan aman.
    Terutama untuk pihak yang masih negatif karena
    biasanya mereka tidak punya pengetahuan
    mengenai hal tersebut sebanyak mereka yang
    positif. Kalau sudah sama sama tahu caranya,
    kan bisa sama sama tenang melakukannya
    Tetapi anyhow suka sih endingnya setelah mereka
    adu push up (???), dan serial itu di tutup dengan
    Lukas yang membelai muka si Aghi. Nice ending.
    Kita tunggu deh kelanjutannya kalau gini yah. Toh
    katanya udah selesai suting ampe selesai juga,
    jadi kalau ada protes protes juga udah ga bisa
    diubah:D
  • "Toh syahwat udah memuncak sampai ke ubun ubun kepala dan berdenyut dalam setiap langkah di dalam celana"

    :)) :)))
  • masuk Koran Lokal berbahasa inggris, Jakarta Globe.

    Menu
    ‘CONQ’ Aims to Shatter Cliches
    By Katrin Figge on 01:56 pm Apr 17, 2014
    Category Featured , Life & Style , Movies & Music ,
    Movies & Music
    Tags: Indonesia LGBT community issues,
    Indonesian cinema, Indonesian film , LGBTIQ
    The latest creation from up-and-coming,
    internationally acclaimed director Lucky
    Kuswandi, the new web series ‘CONQ,’ which is
    available on YouTube, aims to break down cliches
    and stereotypes of the Indonesian LGBT
    community. (Photo courtesy of Lucky Kuswandi)
    Filmmaker Lucky Kuswandi is regarded as one of
    Indonesia’s most talented and exciting directors.
    Featured at several international film festivals, his
    work has hailed “original and uncharted” by the
    Wall Street Journal.
    Lucky has worked as an editor for, among others,
    the award-winning short film “Payung Merah,”
    and also counts two shorts, one documentary and
    feature length film “Madame X” to his expanding
    resume as director.
    He is also the co-founder of CONQ, a blog
    established two years ago to form a platform for
    LGBT writers to speak their mind various topics,
    from politics, health and fashion, to sex and
    relationships.
    “I felt that the LGBT media we currently have
    mostly veer towards grass-root activism, and the
    portrayal of LGBT as ‘victims’ of intolerance and
    discrimination can be exhausting and alienating
    to the general public,” Lucky said. “CONQ aims to
    give a positive, fun, light and colorful take on the
    LGBT community while still discussing serious
    issues. We can speak out about the election as
    much as about hooking up on Grindr [a social
    networking application geared towards gay,
    bisexual, and bi-curious men].”
    CONQ does indeed cover a wide range of topics,
    with the blog featuring several categories like
    Entertainment, Lifestyle, Travel & Nightlife, and
    Hot on the G-Spot.
    “But when the LGBT community is attacked by
    mainstream media, we also post in-depth
    rebuttals aimed at the writer,” he added, referring
    to an article printed in a local newspaper that
    criticized the lifestyle of gay men and caused a
    stir among the community.
    After achieving moderate success — according to
    Lucky, it receives more than 1,000 clicks per day
    — it was time to take the blog to the next level.
    “I decided to create a web series based on the
    articles,” Lucky explained. “Since I work in the
    film industry, short films is only a natural
    extension to the blog.”
    With the support received from both the Kalyana
    Shira Foundation and the Ford Foundation, Lucky
    and his friends created a 12-episode Web series
    capturing the complexity of LGBT urban life, the
    first episode of which was uploaded to CONQ’s
    YouTube channel. Titled “Unstereotype Me,” the
    debut showcases two contrasting gay characters,
    Timo and Lukas, living in Jakarta. While one
    happily engages in the lifestyle that has become
    the stereotype of gay men, the other wants
    nothing more than to break free from these
    cliches.
    For Lucky, it was the perfect topic to kick off the
    web series.
    “It starts from the very basic concept of gay,
    which is the meaning of the word ‘gay’ in the
    dictionary,” he said. “There’s this misconception
    that gay people have to constantly be merry,
    happy, colorful, loud; people who party and have
    sex all the time. It’s a stereotypical image of
    gays. And I don’t deny that stereotypes are only
    an exaggeration of the truth. But there’s also
    other kinds of gays that don’t fit into the
    definition of the dictionary. They are regular
    people who just happen to be gay; they don’t go
    to parties, they don’t work in the entertainment
    business, they don’t have to be fashionable.”
    “I thought it’s a good place to start — the
    definition of the word ‘gay’ itself, its impact on
    the social image and construction of gay people,”
    he added.
    The second episode, released on Tuesday and
    titled “The Perfect Profile,” tackles the unspoken
    rules of online dating — from the question asking
    if one should use a fake profile picture in order to
    attract more potential hook ups, or a real photo
    to find true love, to the actual first encounter,
    which can in turn be either steamy or as awkward
    albeit exciting as any first date.
    “Other upcoming episodes will discuss various
    matters, such as friendship, money issues, gay
    bashing and bullying, HIV/AIDS and more — but
    packaged in a funny and twisted way,” Lucky
    said.
    In addition to these videos, which are recorded in
    Indonesian but come with English subtitles, Lucky
    also decided to add two other categories to the
    YouTube channel: namely the CONQ Inspiration
    section and CONQ Shorts.
    “In the CONQ Inspiration section, you can find
    short films about inspiring LGBT figures who have
    made a change, whereas CONQ Shorts are short
    films submitted by our viewers and other LGBT
    filmmakers,” he explained.
    The criteria for CONQ is quite simple; Lucky has
    to find the people who are featured here inspiring
    in what they do.
    “I prefer regular people rather than celebrities or
    well-known public figures,” Lucky said. “The less
    stereotypical they are, the better. For example,
    Dalih Sembiring is inspiring because conducts
    urban farming in his community. And by being out
    with his boyfriend in public, and not making it an
    issue, he is indirectly fighting for acceptance.”
    The blog and the videos on YouTube all follow the
    same goal: to portray LGBT life in Indonesia,
    specifically in Jakarta, in a truthful way, as well
    as to create a platform for LGBT to express their
    voice, be it through writings for the blog or
    producing films for the YouTube channel.
    Although LGBT often times remains a sensitive
    issue in Indonesia, Lucky said it wasn’t hard to
    convince his friends to step in front of the camera
    and become actors for his latest project.
    “They knew what they were doing is positive
    work,” he said. “There’s nothing wrong with it, so
    there’s nothing to be afraid about.”
    Although the web series has only been launched
    one month ago, responses have been
    overwhelmingly positive so far.
    “Of course there are polarizing opinions, but
    within the community itself we have received
    many accolades,” Lucky said. “After only a
    month, we received 9000 views for the web series
    alone.”
    When asked if Indonesia has made progress in
    recent years in terms of accepting and embracing
    LGBT, Lucky said it was not an easy question to
    answer.
    “I am surrounded with people who fully accept
    LGBT,” he explained. “But now that everyone has
    a voice through social media, homophobia
    becomes more visible. If you read comments at
    certain forums or discussion boards, it’s baffling
    to see there’s still that many educated
    ‘Jakartans’ who are very discriminative towards
    LGBT; even ‘socialites’ and best-selling authors
    are irresponsibly spreading out hate in their
    articles.”
    www.conq.mewww.youtube.com/user/
    CONQwebseries
    Share This:
    Share on facebook
    Share on twitter
    Share on google
    Share on email
  • videonya menarik. tp bener sih masih terlalu dini membuka isu hiv+ di episode awal, soalnya udh dibuka dengan adegan2 humoris. tp mereka berani bgt ya.. *salut :"D
  • rizal iwan mirip jflow, ya? ex-personil saykoji.
  • mas TS. nanti kalau update episode 4,tolong kasih tau di judul thread ya. thank you.
  • sama waktu aku pertama baca buku indonesia tentang LGBT dulu.. (lupa judulnya tapi ada cong congnya juga)
    dalam hati cekikikan, "sinting bener juga neh"
    hahaha

    episode 1. kalau ktmu sama tmen2 cong. (apalagi yg ngondek). entah kenapa semangat cong gw juga keluar. walau ga harus ngondek yah.. (cuman cantik dikit wkwkwk)
    dan itu menyenangkan dan terasa bebas

    trus kl masalah settingnya high class dan socialite.it's okay lah..karena seneng juga kan liatnya.
    kaya setting film arisan yg high class bgt.justru itu jadi daya tarik juga
    yg penting ga mati-matian jadi social climber bgt haha

    episode 2. wkwkwkwk aku ngakak bgt liatnya.karena it's so true! dan ga cuman grindr.facebook ajah kaya gitu! status di timeline account gay biasanya kebagi dua, antara cari kenti sambil mengumbar aurat sama berharap nemuin pasangan hidup bahagia selamanya amin. dan kl postingannya udah nafsuin lengkap sambil nulis "gw kost di..." pake foto profile palsu juga tetep ja commentnya banyak. :P

    episode 3. speechless
    we always dream of finding the right one.
    and life sucks.
    hahaha
    aku suka penggambarannya.suka banget sama karakter aghi.menurut gw timing dia buat open status ga salah juga
    ada yang bilang lukas omdo karena ujung2nya berniat ml juga di first date.menurut aku it's natural dan ada unsur sweetnya juga
    dengan ending lukas ngelus kepala aghi?
    oh my.. i love it


    anyway thats my opinion.
    cmiiw or just share yours

    cheers and keep safe =]
  • aku pengen next episode describe about gay life yg kalangan ekonomi menwngah, klo ke atas, kesannya gay itu lebih sering di kakangan high class
  • keren, ceritanya .
  • kayaknya minggu depan ngomongin tentang bully2an nih.. *prediksi*
Sign In or Register to comment.