It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ibu mengatakan kita akan memainkan sebuah game. Sebuah permainan petak umpet, dan Ayah akan ikut dalam permainan itu. Ibu mengatakan kepada aku untuk menemukan tempat yang benar-benar baik untuk bersembunyi dan jangan mengeluarkan suara sedikitpun. Dia mengatakan bahwa ketika Ayah menemukanku, maka aku harus kembali ketempat Ayah menghitung, dan lari secepat yang aku bisa. Aku benar-benar mahir dalam permainan petak ini, dia pasti tidak akan menemukanku.
Ayah mulai menghitung. Akupun segera bersembunyi ke dalam lemari pakaian orangtuaku. Tapi ada yang aneh dengan lemari ini. Isinya agak kosong, padahal biasanya selalu penuh. Kalau kupikir-pikir lagi, koper yang biasanya ada di bagian atas lemari ini juga tidak ada. Sepertinya tadi kulihat koper itu ada di dekat pintu depan. "Mereka pasti tadi sedang merapikan isi lemari ini" pikirku dalam hati. Lama kutunggu Ayah menemukanku, tapi dia tidak kunjung datang. Aku mulai merasa lapar dan sesak di dalam lemari itu. Akupun memutuskan untuk menyerah dan keluar dari lemari itu. Saat aku kembali ke tempat Ayah menghitung, dia tidak ada di sana. "Ayaaah..." aku berteriak memanggilnya. Tidak ada jawaban. Ayah dan Ibu pasti bersembunyi. Mereka memang suka iseng.
"Aku takut, ibu ! Mereka bersembunyi di bawah tempat tidurku !"
Sang ibu berjongkok di samping anaknya, yang meringkuk di tempat tidurnya, dan menarik selimut erat ke wajahnya, matanya yang ketakutan mengintip dari balik kain berwarna biru.
"Sayang, kita harus bisa melalui malam ini. Selalu ada sesuatu dari kisah lain yang bersembunyi di bawah tempat tidurmu, atau bersembunyi di lemari, atau bersembunyi di kotak mainan kamu. Tidak ada yang perlu ditakutkan."
"Aku tidak takut pada mereka, ibu. Aku takut karena mereka bersembunyi."
Charlie kecil selalu ingin memancing bersama teman-temannya di Danau Hennepin. Namun ibunya tak pernah mengizinkan. Terlalu jauh katanya, dan Charlie juga masih terlalu kecil.
Akhirnya ketika Charlie berumur 9 tahun, ibunya akhirnya mengizinkannya dengan dua syarat. Syarat pertama, ibunya akan ikut dengannya, dan syarat kedua: jangan pernah mendekati pondok tua milik Nenek Endora, seorang wanita tua aneh yang tinggal di hutan dekat danau itu.
Sudah tiga kali Charlie pergi memancing ke sana setiap liburan sekolah. Ia selalu menikmatinya dan mematuhi perintah ibunya. Namun tahun ini ia sangat kesal karena ibunya mengajak Belle, adik kecilnya yang sangat menyebalkan. Charlie sangat marah sebab Belle selalu merengek dan membuat perjalanannya menjadi tak menyenangkan. Ibunya juga selalu memihak Belle tiap kali mereka bertengkar.
Oleh karena itu, Charlie berusaha membalas dendam dengan sengaja tak mematuhi ibunya. Sore ini ia akan mengunjungi nenek tua Endora seperti yang selalu dilarang ibunya.
Sore itu sehabis memancing, ia tak langsung pulang ke pondok yang disewa ibunya, melainkan menyusuri hutan untuk mencari rumah nenek Endora. Akhirnya ia menemukannya. Sebuah rumah tua yang sudah peyot di tengah hutan.
Nenek itu ternyata tak seburuk dugaannya. Ia nenek yang ramah,
menyenangkan, bahkan gemar melucu. Ia bahkan menyuguhkan segelas susu dan semangkuk sup yang lezat untuk Charlie. Ia sangat baik, pikir Charlie. Mengapa ibu tak mengizinkanku mengunjunginya, tanya Charlie dalam hati saat ia berjalan pulang.
Di pondok, saat ibunya sedang menyiapkan makan malam, Charlie bertanya,
“Ibu, kenapa ibu melarangku bergaul dengan nenek Endora. Ia kelihatannya baik dan tidak menyeramkan seperti yang dikatakan orang.”
“Hush, jangan membantah ibu! Pokoknya ibu tidak mau kamu pergi ke rumah orang tua itu!”
“Tapi kenapa Bu?”
“Anak kecil sepertimu tak perlu tahu! Ceritanya tak pantas didengar anak kecil!”
Tapi karena Charlie terus merengek, akhirnya ibunya menyerah dan bercerita.
“Nenek Endora itu gila. Banyak orang di sekitar sini mengatakan ia suka menculik gadis kecil lalu memasaknya menjadi sup. Sudah ada beberapa anak yang hilang di sini. Sekarang kamu tahu kan? Nah, sekarang cari adikmu Belle! Dari tadi ibu belum melihatnya.”
Seperti biasa subuh aku sudah bangun, tapi hari ini aku bangun sedikit telat. dengan cepat aku segera mandi dan bersiap, aku ga mw kalo sampai ketinggalan kereta. Rumahku memang lumayan cukup jauh dari stasiun kereta jadi harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Aahh... sial di luar hujan lebat sekali bisa2 aku kebasahan. aku berdiri di pinggir jalan sambil menunggu angkot yg lewat. kalo hujan gini sih angkot jarang yg lewat. Tiba2 mati lampu lengkap sudah sendiri di pingir jalan, mati lampu, hujan pula. Aku mulai meraba2 tas ku mencari HP, yah lumayan ada cahaya sedikit.
Tak lama dari ujung terlihat sorot lampu mobil mendekat. akhirnya datang jga angkot nya. Suasana di dalam angkot ini sedikit aneh, sang supir menyalakan music yg sangat mengganggu telinga. di tambah lampu aneh yg terus menyala. tampak dua orang penumpang lain sedang sibuk dengan alat2 yg aneh. aku berusaha cuek. Tapi kok sepertinya aku salah naik angkot deh. aku berusaha memberitahu aku akan turun, gapi badanku ku kok lemas banget ya... Apa gara2 masih ngantuk,? aaah sudah lah sepertinya aku gak bakal sampai di stasiun...
Kejadian hari ini hampir saja membuat diriku terbunuh. Bagaimana tidak, berhadapan dengan truk kontainer seorang diri ditengah hutan saat tengah malam sungguh pengalaman yang mengerikan.
Untungnya saja ada seorang pria berjaket hitam yang mendorongku kepinggir jalan. Kulihat motorku hancur dilindas oleh truk tsb. Aku sangat bersyukur, diriku masih bisa selamat. Aku berterima kasih kepada org tsb, namun ia hanya diam saja.
Ia pun menggandeng tangan ku dan membawa ku entah kemana. Aku sangat lelah, mungkin dia ingin membawaku ke kantor polisi. Huh.. Setidaknya aku bisa brristirahat dengan tenang disana.
Seorang wanita Jepang sedang berlibur di Amerika dan memutuskan untuk menginap di sebuah hotel murah untuk menghemat uangnya.
Saat ia tiba di kamarnya, ia menyadari bahwa ia berada di kamar 66 di lantai ke-6. Secara teknis, kamarnya bernomor 666. Ia bergidik ngeri. Namun ia berpikir, ini semua pasti kebetulan. Ia pun tak terlalu memikirkannya dan pergi mandi.
Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia keluar dari kamar mandinya dan mengenakan jubah mandi putih bertudung yang sudah disiapkan di hotel tersebut bagi tamunya. Ia membuka kamarnya, namun tak ada seorangpun di luar kamarnya.
Ia pun menutup kembali kamarnya dan berganti pakaian. Kembali terdengar ketukan di pintu kamarnya. Ia membuka kamarnya dan melihat seorang gadis kecil memakai jubah mandi bertudung yang sama persis seperti yang tadi ia pakai. Hanya saja warnanya merah.
“Ada yang bisa saya bantu? Dimana orang tuamu?”
Ia melihat bahwa gadis kecil bertudung merah itu tampak habis menangis.
“Saya terkunci di luar kamar. Anda bisa membantu saya?”
Wanita itu memutuskan untuk membawa gadis itu ke resepsionis.
"Kasihan", pikirnya.
Gadis itu tampak kebingungan. Dalam perjalanan ke resepsionis, ia bercakap-cakap dengan gadis itu.
“Siapa namamu?” Gadis itu tak menjawab.
Mungkin gadis ini sudah diajari oleh orang tuanya untuk tidak bercakap-cakap dengan orang asing, pikir wanita itu. Ia bertanya lagi.
“Dimana orang tuamu?”
“Tidak tahu.”
“Apa kamarmu di lantai ini juga?”, Gadis itu mengangguk.
Akhirnya mereka sampai di depan meja resepsionis.
“Bisa anda bantu gadis kecil ini? Ia terkunci di luar kamarnya.”
Resepsionis itu melongok, “Gadis yang mana?”
“Gadis berjubah merah ini ...”
Namun ketika wanita itu menoleh, tak ada seorang pun di sana.
“Aneh, ia tadi di sini. Katanya ia menginap di lantai 6, sama seperti saya.”
“Lantai 6?” resepsionis itu tampak heran,
“Namun hanya anda tamu yang menginap di lantai 6.”
“Tapi tadi ada gadis yang memakai jubah mandi bertudung warna merah...”
Resepsionis itu menghela napas, “Anda sudah bertemu
‘dia’ rupanya.”
“Dia siapa?”
“Dahulu pernah terjadi sebuah tragedi di hotel ini. Kami tak suka membicarakannya, namun karena anda sudah melihat ‘dia’, apa boleh buat. Dahulu ada sepasang suami istri menginap di lantai 6 bersama anak perempuannya. Mereka menginap di kamar 66, sama seperti anda. Namun mereka berdua bertengkar dan sang suami menembak istrinya. Ia lalu membunuh anaknya sendiri. Saat itu, anak itu memakai jubah mandi putih yang langsung berwarna merah karena terkena darahnya. Tapi pria itu tetap tidak puas. Ia mengisi senjatanya dan mulai menembaki semua orang di hotel ini, karyawan dan para tamunya.” Napas wanita itu terasa terhenti karena ketakutan.
Namun cerita sang resepsionis ternyata belumlah selesai. Resepsionis itu lalu berbalik dan menunjukkan lubang merah dipunggungnya.
“Lihat, di sini ia menembakku.”
Pada saat berdiri di halte busway aku melihat seorang anak yang terus memperhatikanku, tapi aku tidak terlalu mempedulikannya,, akhirnya dia naik bus bersama ibunya,, beberapa hari kemudian dia datang lagi bersama ibunya,, lagi2 dia memperhatikan aku terus,, dia tidak pernah kulihat berbicara dengan ibunya hanya memperhatikanku dan sesekali melihat keselilingnya,,,hanya satu hal yang terpikir olehku,,, dia anak indigo
tadi siang aku bersama temanku mendatangi rumah kosong di ujung kampung. yang aku dengar, penghuni rumah ini pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. bahkan beberapa perabotan masih ada di dalam rumah walaupun kondisinya sudah berdebu dan banyak sarang laba² di mana².
aku dan temanku mengambil beberapa foto rumah kosong tsb dengan kamera digitalku. sampai di rumah, ku lihat² lagi foto² yg kami ambil di rumah kosong itu di komputerku. salah satunya adalah foto temanku yg berdiri membelakangi sebuah cermin yg cukup besar di sebuah ruangan. di foto itu temanku tersenyum memandang ke arahku, begitu juga bayangannya di cermin itu juga tersenyum memandang ke arahku. "tidak ada yang aneh", pikirku.
Suatu saat ada yg aneh di bawah tempat tidurku. Aku memanggil ibuku 2x setiap hari. Aku diganggu dan aku memanggil ibu 2x. Pada saat aku jalan di sore hari aku bertemu seorang nenek di jalan. "Sebaiknya km pindah nak atau ada musibah malapetaka yg akan km ketahui" kata beliau. Tiba2 angin besar pun datang membawa nenek itu. Kupikir hanya ilusinasi. Aku bercerita kepada ibuku tapi beliau bilang hanya ilusinasiku saja. Malam pun tiba. Aku tidur, namun seperti ada yg aneh di bawah ranjangku ini. Aku pun takut. Ketika aku liat kebawah aku pun langsung teriak tapi tidak bisa. Aku berbicara padanga, tapi dia tidak mau mendengarkanku. Pada saat itu juga aku pun pingsan. Aku terbangun dan tiba2 berada di sebuah lemari. aku melihat diriku tertidur dan ada ibuku. Aku melihat diriku disitu tersenyum melihatku dilemari
temanku ini sangat suka tersenyum, sejak kami pertama kenal sampai sekarang, dia suka sekali tersenyum. kami bertemu ketika orangtuanya baru saja meninggal. Ketika itu diantetap tersenyum. Ku rasa itu pesan dari kedua orangtuanya untuk selalu tersenyum. Dalam keadaan susah pun dia tetap tersenyum. tapi saat terakhir kali kulihat senyumnya, aku baru sadar bahwa semua pikiranku tentang dia selama ini salah.
Sepasang suami istri sedang naik gunung ketika mereka menyadari mereka tersesat. Hari mulai malam dan mereka belum menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. Tiba-tiba mereka melihat sebuah rumah tua ditengah hutan. Merasa beruntung, merekapun mencoba memasuki rumah tersebut.
Sepertinya rumah itu telah lama tak dihuni. Anehnya, semua perabotan di rumah kosong itu masih lengkap, hanya kondisinya mulai rusak dan berdebu. Aneh, pikir mereka. Jika pemiliknya pindah, mengapa ia tak membawa serta semua barang2nya dan membiarkannya terbengkalai seperti ini.
Mereka menyalakan senter dan tercekat ketika melihat ke dinding. Di dinding yang telah berjamur itu mereka bisa melihat tulisan berwarna merah,
“MATI! MATI! MATI!”
Mereka berdua merasa ketakutan, namun tak ada
jalan lain. Mereka harus menginap di rumah kosong ini selama semalam. Akan lebih berbahaya bagi mereka untuk tidur di luar, sebab terdapat banyak binatang buas di hutan ini. Merekapun menemukan sebuah kamar dan mencoba tidur.
Ketika tertidur, tiba-tiba sang istri mendengar suara dan membangunkan suaminya. Suara itu berasal dari luar, seperti ada seseorang berjalan di luar.
“Siapa itu?” sang pria membuka jendela dan berteriak.
Namun tak jawaban.
Akan tetapi suara itu masih ada. Ada seseorang yang sedang berjalan mengelilingi rumah ini, mereka yakin akan hal itu.
“Siapa itu?” tanya sang suami lagi, namun masih tak ada jawaban.
“Mungkin itu seseorang yang tak bisa bicara.” Bisik sang istri.
“Apa ada seseorang di situ?” kata sang suami yang mendapatkan ide,
“Tepuk tanganmu sekali jika ‘iya’ dan tepuk tanganmu dua kali bila ‘tidak’.”
Tiba-tiba mereka mendengar satu kali tepukan,
“Plok.”
Lelaki itu menoleh pada istrinya, “Kau benar. Ada seseorang di luar sana.”
Lalu ia bertanya lagi, “Apa kamu pemilik rumah ini?"
“Plok plok.” Berarti bukan.
Sang pria kembali bertanya, “Apa kamu laki-laki?”
“Plok plok.”
“Apa kau perempuan?”
“Plok plok.”
Mereka bingung. “A...apa kamu manusia?”
“Plok plok.” Di titik itu, mereka merasa ngeri. Sambil menelan ludah, sang suami kembali bertanya,
“Apa kamu sendirian?”
“Plok plok.”
“Ada berapa jumlah kalian?” seru sang pria, ketakutan,
“Satu tepukan untuk tiap satu orang...”
Dan hutan itu mulai ramai dengan suara tepukan,
“PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK.”
Di suatu malam, seorang pria yang mengidap insomnia mencoba untuk tidur. Beberapa menit berlalu dan dia masih saja terjaga, sedangkan malam semakin larut. Dia membalikan tubuhnya ke samping dan melihat keluar jendelanya. Di kejauhan dia melihat cahaya dari dua buah lampu jalanan. Dia terus menatap lampu itu kemudian akhirnya dia tertidur.
Malam selanjutnya, kelainannya kembali membuatnya terjaga. Teringat akan kejadian malam sebelumnya, dia kemudian membalikan tubuhnya lagi ke arah jendela untuk melihat dua cahaya lampu jalanan itu. Setelah melihatnya, sekali lagi dia tertidur dengan nyenyak.
Malam selanjutnya, penyakit insomnia pria itu kembali lagi. Seperti biasa pria itu kemudian melihat keluar, memandangi lampu jalan yang sama. Dua buah lampu itu berpijar hidup dan mati setiap beberapa detik. Pria itu berpikir mungkin bohlamnya akan segera putus, lambat laun matanya terpejam bersamaan dengan lampu-lampu itu yang akhirnya mati.
Dia terbangun dengan segar bugar keesokannya. Dia beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke jendela lalu melihat keluar ke arah lampu jalanan. Berharap seseorang datang untuk mengganti bohlamnya. Akan tetapi saat dia melihat ke sana, dia mendapati sesuatu yang ane. Tak ada satupun lampu jalanan disana. Dia merapat lebih dekat ke jendela untuk melihat lebih jelas. Tapi tetap saja, dia tak melihat adanya lampu jalan disana.
Kemudian dia melihat kebawah dan mendapati goresan seperti bekas cakar di panel jendela, seakan akan ada sesuatu yang pernah bertengger di situ. Malam malam berikutnya, insomnia pria itu jadi semakin parah.
pernah merasakan kalau dirimu seperti ada yg mengikuti? temanku menyarankan kalau kita memelihara kucing, ia bisa merasakan kehadiran setan. Karena itu aku akhirnya pelihara kucing.
Namanya Mali. dia selalu memandangiku di manapun aku berada. Di dapur, di kamar, di ruang tamu. Hingga suatu saat aku menyadari..ia bukan memandangiku..tetapi sesuatu di belakangku