It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@kiki_h_n : hehehehe maap, btw makasih ya dah di baca ngebut n ninggalin jejak
hahahaha
@monster26 ada-ada aja..
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @yeltz @Different
Burried The Heart 15
Beberapa minggu sudah lewat, tak terasa jika Shane sudah hampir tiga bulan bersama-sama dengan keluarga Hendra. Hendra selalu ada untuk Shane, meskipun ia tahu jika kakak sepupunya itu tidak begitu suka dengan teman baiknya, Ferdy, tapi ia tahu jika kakak sepupunya itu membebaskan dirinya untuk bergaul dengan siapapun atas dalam batas wajar.
Keberadaan Maya di tengah-tengah mereka, sebenarnya cukup dirasakan mengganggu bagi Shane, karena menurutnya, Maya seringkali berusaha mendekati Hendra dengan berbagai macam hal, membuat ia tak dapat bersama-sama dengan kakak sepupunya. Perusak suasana menurut Shane, tapi mau tak mau ia harus menerima kenyataannya seperti itu.
Seperti biasanya, malam itu Hendra mendatangi Shane di paviliun. Karena melihat Shane tak ada di ruangan sekitar, Hendra pun masuk ke dalam kamar tidur adik sepupunya itu. Dilihatnya Shane sedang bersandar pada kepala ranjang dengan buku di tangannya,
“Shane” panggil Hendra pelan,
Menyadari bahwa ada yang datang, Shane pun melongokkan kepalanya untuk melihat, dilihatnya Hendra berjalan mendekat ke arahnya, kemudian pria itu tampak mengambil posisi di samping dirinya,
“hai..sedang sibuk?”
Shane menggeleng, “hanya membaca-baca buku saja”
“oh” Hendra mengangguk-anggukkan kepala.
Keduanya terdiam, Shane merasa, ada sesuatu yang sepertinya Hendra ingin bicarakan, namun, ia lebih memilih diam dan menantikan Hendra yang membicarakan padanya,
“bagaimana kuliah kamu?” tanya Hendra, Shane menatapi sejenak wajah kakak sepupunya itu, merasakan ada sedikit keanehan,
“baik, ada apa?” Shane balik bertanya,
“tidak ada apa-apa, hanya bertanya dan memastikan saja”
“oh”
Keduanya kembali terdiam,
“em... Shane”
“ya?”
“besok, aku akan berangkat ke singapura”
Shane menatapi wajah Hendra lekat-lekat, mulutnya serasa terkunci,
“ada hal apa?”
“study banding, pihak kampus mengutusku dan beberapa orang mahasiswa untuk study banding kesana” jelas Hendra,
“berapa lama?”
Hendra mengangkat kedua bahunya, kemudian meluruskannya kembali, “entahlah” jawab Hendra, “mungkin sekitar satu bulanan” sambungnya,
Shane terdiam, ia berusaha mengalihkan pandangannya pada buku yang dibacanya,
“Shane”
“ya?”
“aku ingin kau ikut” tukas Hendra, Shane tertawa kecil,
“kau ini ada-ada saja, yang study banding itu kan dirimu, bukan aku, buat apa aku ikut, lagipula pihak kampus tidak menanggung biaya perjalananku”
“aku masih mampu untuk menanggung seluruh akomodasimu” sergah Hendra dengan cepat, “aku ingin kau ikut, aku takut...”
Shane tertegun sejenak, “takut apa?”
“takut... terlalu merindukan kamu” Hendra menyelesaikan kata-katanya,
Jujur saja, jika saja pada saat itu Shane berani, Shane sudah memeluk Hendra ketika pemuda tampan tersebut menyelesaikan kata-katanya, tapi ia tak mau berbuat seperti itu, ia pun berusaha menghibur kakak sepupunya itu meskipun ia juga merasakan perasaan yang sama seperti Hendra,
“masih ada Skype yang membuat kita tetap menjaga komunikasi”
“iya sih” Hendra ikut menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, “tapi itu hanya di dalam media, tidak dapat menyentuh”
“maksudnya?”
“tidak ada apa-apa” Hendra tampak tersenyum lebar.
Dan pada akhirnya, Shane menutup buku yang ia pun tak fokus untuk membacanya. Malam menuju pagi, hanya tinggal beberapa belas jam saja, ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Hendra.
Hendra baru menyadari jika hari sudah larut, awalnya Hendra berpamit untuk kembali ke kamarnya, sebenarnya Shane tak merelakan, ingin sekali ia meminta Hendra untuk menginap di kamarnya malam itu, tapi ternyata, Hendra sudah mengutarakannya terlebih dahulu,
“bolehkah aku menginap disini malam ini?” tanya Hendra,
“boleh...”
Shane pun menggeser tubuhnya, membiarkan kakak sepupunya itu membaringkan tubuhnya di sampingnya. Sebelum membaringkan tubuh, Hendra mematikan lampu terlebih dahulu dan mengunci pintu, kemudian ia baru membaringkan tubuhnya di samping Shane.
“Shane”
“hmm?”
“bisakah kau tidur dengan wajah menghadapku?”
Shane terdiam, kemudian ia membalikkan tubuhnya sesuai permintaan Hendra,
“sudah” ujar Shane,
“aku ingin melihati wajahmu dari dekat”
Shane terdiam, membiarkan kakak sepupunya itu menelanjangi wajahnya dengan pandangan. Kemudian dirasakan oleh Shane, jemari Hendra mengelus lembut rambutnya, kemudian pipinya,
“wajahmu sangat halus”
Shane hanya tersenyum kecil,
“boleh aku bertanya padamu?” tanya Hendra,
“apa?”
“jika ada dua pilihan dan kau diharuskan untuk memilih salah satu, antar aku dengan Ferdy, siapa yang akan kau pilih?”
Shane terdiam, “apa maksudmu bertanya seperti ini?”
“jawablah, aku hanya ingin tahu saja, antara aku dan juga Ferdy, siapa yang akan kau pilih”
Shane tampak berpikir, sebelum ia menjawab, Hendra terlebih dahulu memotong,
“dan sebutkan alasannya” pinta Hendra,
Semakin sulit bagi Shane untuk mejelaskan alasannya, tapi kalau dipikir lebih jauh, selama ini baik Hendra maupun dirinya, sama-sama tidak malu untuk mengutarakan apa yang dirasa, jadi hanya sebuah alasan memilih, mengapa harus malu untuk di utarakan,
“aku lebih memilih dirimu”
“alasannya?”
“aku..” Shane terbata, “ aku.. sayang”
“Sayang siapa?”
“kamu” Shane menarik selimut dan menutupi wajahnya sebatas hidung, Hendra menarik selimut itu, membiarkan pandangannya masih menatapi wajah Shane,
“apa itu benar?”
Shane mengangguk. Hendra tampak memajukan tubuhnya hingga tubuh keduanya menempel dan masing-masing merasa hangatnya tubuh masing-masing. Wajah hendra benar-benar dekat dengan Shane,
“aku tahu, kedekatakan kita lebih dari sekedar kakak adik” tukas Hendra lirih, “aku sudah berulang kali mengatakan pada diriku sendiri bahwa kau adalah adik sepupuku” sambungnya,
Shane terdiam, merasakan setiap deru nafas Hendra,
“tapi, aku kalah dalam menaklukan perasaanku sendiri” ujar Hendra,
Shane masih saja terdiam, matanya menatapi Hendra lekat,
“aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini, aku merasa tidak normal sebagai seorang laki-laki”
Jantung Shane terasa berdegup dengan kencang,
“biarpun kadang kita bertengkar, kadang berbaikan lagi layaknya anak-anak kecil, tapi... aku benar-benar tidak dapat membohongi diriku sendiri”
Shane masih tetap terdiam, terbius oleh kata-kata Hendra,
“itulah kenapa beberapa waktu lalu aku sampai marah besar terhadapmu, jujur saja, aku terlalu cemburu, jika kau terlalu dekat dengan Ferdy, aku tak ingin kau berdekatan dengannya, karena.. aku sudah beranggapan, bahwa kau adalah milikku, tidak ada yang boleh merebutnya dariku”
Shane pasrah, ia sudah tak dapat berkata-kata lagi,
“aku tak dapat mengatakan bahwa aku mencintaimu, menurutku itu tidak mungkin, karena kita berada pada jenis kelamin yang sama”
Shane terpaku,
“tapi entah kata-kata apa yang pantas mewakilkan perasaanku ini terhadapmu, serta perlakuanku terhadapmu ini yang melebihi batas wajar seorang kakak laki-laki terhadap adik laki-lakinya, sejujurnya jika kau dapat merasakannya, perlakuanku terhadapmu, tak ada bedanya dengan perlakuan seorang pria terhadap kekasihnya”
Shane mengakui dalam hatinya, bahwa apa yang diucapkan Hendra itu memang benar seperti itu adanya, dan ia juga tak dapat memungkirinya,
“sebenarnya, aku juga dapat merasakan hal ini di dalam dirimu”
“hal apa?”
“kalau kau juga menyukaiku, seperti aku yang sekarang ini menyukaimu”
Shane terdiam,
“menyukai bukan dalam hal kakak adik, melainkan ke arah suatu hubungan terlarang yang seharusnya tidak terjadi diantar dua orang laki-laki, terlebih lebih masih ada hubungan darah” ujar Hendra,
Shane masih terdiam, mencoba mencerna setiap kata-kata yang diucapkan Hendra,
“mengapa kau menyukaiku?” tanya Shane,
“hal yang sama yang ku tanyakan padamu, mengapa kau dapat menyukaiku?” balas Hendra yang membuat Shane kembali terdiam,
“entahlah, aku tak tahu” jawab Shane,
“aku juga tidak tahu tentang mengapa aku dapat menyukaimu, sedangkan aku tahu, jika kau adalah adik sepupuku, dan kau juga seorang laki-laki” tukas Hendra,
“tapi... aku benar-benar tak dapat memungkiri perasaan jika aku benar-benar menyukaimu” sambung Hendra,
“aku tak mau kehilangan dirimu, study banding yang memakan kurang lebih satu bulan ini saja, sudah cukup aku rasakan menyiksaku, karena selama itu, aku tidak dapat bertatap muka langsung denganmu” Hendra melanjutkan ucapannya,
“satu bulan akan terasa singkat jika kau tak selalu memikirkannya” Shane menimpali,
“dalam posisi sekarang, apa kau dapat tak memikirkanku? Mengingat hari-hari kita selalu bersama” sergah Hendra,
Shane bungkam,
“apa aku layak dikatakan sebagai laki-laki normal?”
“kenapa tidak layak?”
“karena aku sudah menyukai seorang laki-laki”
Lagi-lagi Shane terdiam,
“dan apa aku layak dikatakan sebagai seorang kakak yang baik”
“kau sangat baik terhadapku” ujar Shane,
“tapi mengapa kebaikanku terhadapmu, malah berbalik menjadi alasanku untuk menyukaimu yang berperan sebagai adikku” Hendra tampak bingung dengan ucapannya sendiri,
“mengapa aku harus bertemu denganmu” sambungnya,
“aku juga tak tahu” balas Shane,
“mengapa kita digariskan sebagai kakak adik”
Shane terdiam,
“garis hidup tidak pernah salah dalam menggores kehidupan setiap manusia, hanya saja, jalan hidup yang terkadang membuat setiap orang menyalahkan garis kehidupan” jelas Shane,
Kali ini Hendra terdiam mendengar kata-kata Shane, apa yang dikatakan Shane memang benar. Sedaritadi ia berbicara, ia seolah-olah menyalahkan garis kehidupannya, tapi ia tak menyadari, bahwa apa yang ia rasakan terhadap adik sepupunya itu, bukanlah mengacu pada garis kehidupan yang sudah tergaris dalam hidupnya, melainkan perasaannya sendiri yang membawanya memasuki jalan terlarang hingga titik ini.
“mungkin, aku yang terlalu menghayati kebersamaan kita ini” ucap Hendra lirih, “ aku yang terlalu terbawa suasana, hingga aku melupakan diriku yang juga seorang laki-laki” lanjut Hendra,
“apa kau menyesalinya?” tanya Shane,
Hendra jeda sejenak, kemudian ia menggelengkan kepalanya,
“aku tak pernah menyesali setiap langkah yang ku jalani, aku hanya akan menyesali jika apa yang ku pertahankan harus hilang begitu saja”
“apa kau terpikir jika selain dirimu, masih ada petinggi di rumah ini? Dan jika terpikirkan mereka, apa kau masih mau mempertahankan keyakinanmu?” lanjut Shane bertanya,
Hendra terdiam. Di rumahnya ini, masih ada Farida, Dinda, dan juga ayahnya, ia tak bisa membayangkan jika ketiga orang terpenting dalam rumah ini jika mengetahui penyimpangan seksualitasnya, terlebih-lebih jika mereka mengetahui lawannya penyimpangan seksualitasnya adalah seorang Shane, yang mana masih menjabat sebagai keponakan ayahnya, yang terbilang saudara dekat.
Hendra merasakan kengerian yang teramat jika membayangkan hal itu, hal dimana mereka mengetahui penyimpangan seksual yang terjadi atas dirinya.
Ia juga tak dapat membayangkan apa yang terjadi nantinya.
“aku belum terpikir ke arah sana, perkataanmu, membuatku mejadi terpikir akan hal tersebut” tukas Hendra, “ lantas, bagaimana dengan dirimu?” Hendra bertanya,
“aku tak dapat membayangkan bagaimana reaksi mereka nantinya terhadapku” jelas Shane, “mungkin aku akan di usir dari sini”
“aku tak akan membiarkan hal itu terjadi” sergah Hendra dengan cepat, “kau tak bersalah, aku yang menarikmu berjalan di jalur ini, kalaupun kau di usir, aku juga rela di usir dari rumah ini, meninggalkan semua yang ku punya, hanya untuk bersamamu”
“ucapan adalah doa, jangan berkata seperti itu, karena kau sendiri belum matang memikirkannya”
“aku serius dengan ucapanku”
Keduanya terdiam, terpikirkan hal-hal yang menyeramkan tersebut jika di pikir. Keduanya berada didalam lamunan masing-masing. Hingga keduanya merasakan kantuk yang mulai menyerang dan terlelap dalam posisi berhadapan.
***
Shane tak lagi mendapati Hendra di sampingnya, dilihatnya jarum jam menunjukkan pukul 10:15 pagi. Shane termenung masih di atas tempat tidur, menatapi langit-langit kamarnya, Hendra pasti sudah berangkat, pikirnya dalam hati. Shane membalikkan tubuuhnya, menghadap bantal tempat Hendra merebahkan kepalanya malam tadi, ia masih dapat menghirup aroma wangi rambut Hendra, aroma tubuh Hendra yang masih menempel disana, seakan-akan pria itu masih disana bersamanya seperti malam tadi.
Shane meraba bantal yang digunakan Hendra, ia menyesali mengapa ia tak bangun lebih awal, agar dapat mengucapkan salam perpisahan pada Hendra. Shane mencaci maki dirinya sendiri. Satu bulan, waktu yang sangat panjang untuk menantikan dan melihat kembali sosok Hendra.
“waktu t’lah tiba aku kan meninggalkan
Tinggalkanmu tuk sementara
Kau dekap aku kau ciumi pipiku
Kau bilang janganlah ku pergi
Aku hanya pergi tuk sementara
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali”
( Aku Pasti Kembali By Ratu )
***
Kepincut Maya? kagaaaaa!! >,< aku masih doyan cowoookkk..
Eh, dah update yaa.. Ehem baca dulu deehh
jangan lama2 Hendra nanti Shane ke pincut Ferdy beneran lo..atau aku mungkin
@elul : waduh, kalo kepincut sama situ, tar ceritanya jadi gimana yaak... xixixixi kidding, makasih ya dah di baca n ninggalin jejak
Nah gitu dong lagu2nye indonesia, kan banyak juga lagu2 indon Ўğ bisa ngewakilin rasa di cerita ini
eeiihh.. Napa pake acara shock plus kaget? Wajar donk aku doyan cowok, secara aku tuh cewek str8..