It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@jokerz : hahahaha maap bro, soalnya pake ketik jadinya salah nulis nick deh hehehehe
@arifinselalusial : waduh... beneran happy ending yak hehehehehe
@nakashima : santai bro, saia cuma b'canda aja kok tau kalo situ cwo hehehehe maap yak, iya di usahain ya bwt nya happy ending, tergantung alurnya kayak gimana nantinya hehehe karna gak semua hidup org itu kan harus di bwt happy ending, hehehe makasih bwt sarannya yg mendukung bgt
@arieat : tq lho bwt sarannya yg tentang elegi itu, cuma saia nih orngnya gampang lupaan, jdi kalo pas lagi kepikiran bisa buat sampe beberapa part, takutnya kalo elegi, gak menarik jadinya, hehehehe... sad ending ato happy ending, itu bisa di atur benernya, trgantung dari alur cerita aja, takut nya kalo di ujung2nya dah sad n di bikin happy, kan kesannya maksa banget hehehehe
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different
Burried The Heart 16
Shane selalu tampak termenung pasca Hendra tidak berada di Indonesia. Sesekali, ia mengunjungi Farida, menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan wanita tua tersebut. Farida dapat merasakan apa yang Shane rasakan.
Bagi Farida sendiri, kedekatan Hendra dan juga Shane, bagaikan perangko yang menempel pada amplop, tak dapat terpisahkan. Karena Hendra juga lah, Shane dapat perlahan-lahan melupakan kesedihannya atas kehilangan kedua orang tuanya.
Farida yang memiliki banyak waktu senggang, sesekali juga mengunjungi Shane di paviliun, jika pemuda kecil itu sedang berada di rumah. Terkadang, Shane mengajak neneknya itu untuk mengitari taman, hanya sekedar untuk melihati bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya, serta sekaligus pembunuh rasa rindu nya akan Hendra.
“Shane” panggil Farida,
“iya nek”
“apa kau rindu pada Hendra?”
Shane tampak salah tingkah mendengar Farida bertanya seperti itu padanya, Shane pun menganggukkan kepalanya perlahan,
“nenek juga merindukannya nak”
Farida menghela nafas sejenak, “tapi nenek harus bersikap profesional, nenek harus mendukungnya, karena kepergiannya, sebagai utusan universitas” ujar Farida, “kita harus mendukungnya” lanjut wanita tua tersebut sambil menepuk-nepuk punggung tangan cucunya yang pada saat itu sedang menggandeng dirinya,
“iya nek, Shane selalu mendukung Hendra”
Farida tersenyum kecil, kemudian melanjutkan pembicaraanya,
“nenek lihat, kau jarang berkomunikasi dengan Maya” sergah Farida, “apa kalian ada masalah?” lanjut Farida, bertanya.
Shane menggelengkan kepala dengan cepat, “tidak ada nek, hanya saja...”
“apa itu nak?”
“perempuan dan laki-laki harus saling menjaga jarak, dan menghormati, apalagi, perempuan itu bukanlah pasangan kita”
“kata-kata yang bagus, nenek suka itu”
Lelah berjalan mengelilingi taman, Shane pun mengajak Farida untuk beristirahat di bawah sebuah pohon yang berada di tengah-tengah taman paviliun. Dari jauh, tampak Bi Inah berjalan tergopoh-gopoh mendatangi keduanya. Ditangannya terdapat sebuah nampan berisikan ceret yang terbuat dari keramik porselin dan gelas yang juga terbuat dari bahan yang sama.
Perlahan-lahan, Bi Inah menuangkan teh untuk majikan kecil dan nyonya besarnya itu, setelah mempersilahkan keduanya untuk menikmati hangatnya teh, Bi Inah pun berlalu melanjutkan pekerjaannya di dalam paviliun.
“sudah lama ya, Bi Inah bekerja dengan orang tuamu” tukas Farida yang melihati wanita paruh baya yang lama-lama berjalan menghilang dibalik pintu,
“iya nek”
“nenek masih ingat, waktu ibumu keluar dari rumah ini, Bi Inah menwarkan diri untuk mengabdi padanya”
Shane terdiam mendengarkan Farida bercerita mengenai Bi inah yang amat sangat setia itu serta penyayang.
Farida tampak menatap langit luas dengan tatap menerawang, pikirannya terbayang pada masa dua puluh dua tahun silam.
“non... bibi ikut ya non” rengek Bi Inah pada Lily,
“Bibi disini saja, aku sudah ada Johan yang menjaga”
“tidak mau non, bibi mau ikut non saja, sejak kecil, bibi yang menjaga non, kalau non tidak ada di rumah ini, bibi merasa kehilangan”
Lily tampak berdiri tertegun menatapi wanita jawa itu, kedua sorot matanya benar-benar menggambarkan tak mau kehilangan sosok Lily. Akhirnya Lily pun mengiyakan pada wanita paruh baya tersebut, untuk ikut dengannya.
“sampai sekarang, Bi Inah masih saja merawat Shane, itu artinya, Bi Inah benar-benar sayang pada ibumu, ayahmu dan juga kamu” ujar Farida sembari mengangkat gelas, dan perlahan-lahan meminum teh hangat buatan Bi Inah,
Shane tersenyum kecil,
“Shane juga sayang dengan Bi Inah, dan juga pak Adi”
“ya, mereka adalah orang-orang setia” timpal Farida,
***
Shane terduduk di jendela kamarnya, matanya menatapi jendela kamar Hendra, dimana terkadang ia juga sering melakukan hal tersebut. Di balik jendela itu, tak di temukan orang yang setiap hari mengisi hari-harinya. Meskipun masih di dalam kawasan asia tenggara, Singapore juga boleh di katakan cukup jauh.
Pemuda kecil itu melangkah keluar kamar, memasuki rumah utama, dan beranjak masuk ke dalam kamar Hendra. Kamar Hendra sangat luas, dilengkapi dengan furniture modern dan simpel, serta beberapa fasilitas canggih di dalamnya. Kamar Hendra sangat rapi dan wangi, seperti pemiliknya.
Shane melangkahkan kaki ke dalam ruangan, menyusuri sebuah buffet yang berisikan pigura-pigura foto berbagai macam ukuran. Di dalam pigura, banyak terekam wajah sempurna Hendra dalam berbagai macam moment. Mulai dari kebersamaannya bersama dengan teman-teman SMP, SMA, bahkan beberapa teman yang sering ia lihat berkumpul bersama ketika di dalam kantin.
Foto keluarga, foto Hendra bersama dengan Farida, dan lain-lain. Dari semua foto yang Shane amati, ada satu foto yang mencuri perhatiannya. Sebuah foto usang, di dalamnya terdapat dua orang anak kecil, yang satu tampak lebih dewasa, sedangkan yang kecil, ia berada di atas gendongan pundak.
Shane mengenali betul siapa bocah kecil yang berada di atas gendongan pundak itu. Tak lain dirinya sendiri.
Shane mengambil dan mengangkat pigura tersebut, memandanginya lekat-lekat. Meskipun ia sudah lupa pada sebagian kisah masa kecilnya, setidaknya, kedekatak Hendra dan juga dirinya itu, sudah terpupuk di saat mereka masih anak-anak.
Shane meletakkan kembali pigura itu di tempat asalnya. Kemudian Shane beranjak pada benda utama di dalam kamar, yaitu ranjang. Shane berdiri di sisi ranjang dan menatapinya cukup lama, sebelum pada akhirnya ia mendudukkan dirinya disana dan merebahkan dirinya.
Aroma wangi hangat dari parfum yang Hendra kenakan sehari-hari dengan segera menyergap indera penciuman Shane, membuat pemuda itu semakin merindukan sosok kakak sepupunya itu.
Sambil terbaring di atas ranjang milik Hendra, mata Shane menatapi langit-langit kamar. Memikirkan Hendra yang berada jauh disana.
***
“halo”
“halo” jawab Shane yang dengan segera mengenali suara penelpon,
“sedang apa?”
“menerima telepon”
Terdengar suara tertawa yang khas yang ia rindukan beberapa hari ini,
“selain menerima telepon?”
“tidak ada, hanya duduk saja di sisi jendela”
“menatapi jendela kamarku ya?”
Shane tampak terdiam, ia malu, karena memang benar, pada saat itu ia sedang menatapi jendela kamar Hendra, Shane pun mengalihkan pembicaraan,
“tidak”
“yang benar?” goda Hendra,
“iya”
Keduanya jeda,
“bagaimana kabarmu disana?” tanya Shane mengawali
pembicaraan di tengah jeda,
“baik-baik saja”
Shane mengangguk-anggukkan kepala,
“kau sendiri bagaimana?” tanya Hendra, “sudah kemana saja dengan Ferdy” sambungnya,
“bicara apa kau ini” Shane gusar, tapi penelepon di seberang hanya mengeluarkan suara tawa yang terdengar tawar di telinga,
“jangan dimasukkan kedalam hati, aku hanya bercanda”
Keduanya kembali menjeda pembicaraan,
“aku..” Hendra terbata, “ aku sangat rindu sekali padamu Shane”sambungnya,
Shane terdiam,
“halo” panggil Hendra,
“ya”
“apa kau mendengarkan ucapanku?”
“ya, aku dengar, aku merasakan perasaan yang sama denganmu” ungkap Shane, “sepi”
“doakan aku, semoga semua urusan disini cepat selesai, dan aku segera kembali ke Jakarta dan kita akan bertemu kembali”
“pastinya”
“apa yang kau inginkan dari Singapore? Disini banyak barang-barang bagus yang bisa ku belikan untukmu sebagai oleh-oleh” ujar Hendra,
Shane tersenyum kecil, “ aku tak menginginkan apa-apa, aku hanya ingin kau cepat pulang” tukas Shane,
“sabar ya, aku pasti akan cepat kembali”
“iya, aku akan selalu menunggu”
***
Selepas pulang kuliah, Ferdy mengajak Shane untuk bersantai sejenak melepaskan penat karena pelajaran di coffee shop, awalnya Shane menolak, tapi ia kembali berpikir bahwa tak ada yang dapat di kerjakan sekembalinya di rumah, ia pun mengiyakan ajakan Ferdy. Kebetulan, Hendra juga sedang tidak ada.
Motor Ferdy membelah cepat jalanan ibukota yang tampak tak begitu macet hari itu. Tak berapa lama, keduanya pun sampai pada tempat yang di tuju. Keduanya mencari tempat duduk di sudut coffee shop, kemudian Ferdy beranjak menuju mimbar pemesanan, memesan minuman kesukaan Shane, dan kembali dengan dua gelas minuman ditangannya,
“dengar-dengar, Hendra ikut study banding di Singapore ya?” tanya Ferdy membuka pembicaraan,
Shane mengangguk-angguk,
“berapa lama?”lanjut Ferdy,
“mungkin satu bulan lebih” jawab Shane,
Ferdy dan Shane terdiam sejenak,
“apa kau tak merasa kesepian?” tanya Ferdy dengan tatapan yang sengaja ia alihkan pada arah lain, tak menatapi Shane, karena merasa sedikit malu.
Shane tertegun sejenak, di perhatikannya Ferdy sesaat, kemudian menghela nafas, seperti ada beban berat yang mengganjal di hatinya,
“sebenarnya sangat kesepian, tapi...” Shane kembali menghela nafas, “mau bagaimana lagi”
Ferdy tersenyum kecil, sekarang, ia mengalihkan tatapannya ke arah Shane,
“kau tak kesepian, masih ada aku yang bersedia menemanimu kemana saja, asal kau juga mau”
Shane tampak menatapi Ferdy, ia tak menjawan, hanya melemparkan senyuman simpul pada pria di depannya itu,
“kalau ku lihat, kau juga jarang berinteraksi dengan Maya” ucap Ferdy lagi sekedar ingin tahu,
Shane menganggukkan kepalanya,
“kenapa?”
Shane menggeleng, “entahlah, bukannya apa, aku merasa diantara aku dan juga Maya, tidak ada hal penting yang dapat dibicarakan”
“bukankah kalian tinggal satu atap?”
“ya”
“Maya tidak pernah mencarimu?”
“porsinya sangat jarang sekali, ia lebih banyak berinteraksi dengan Hendra di banding aku”
Ferdy tertawa kecil mendengar ucapan Shane,
“kau punya saingan di rumah”
Shane menatap tajam ke arah Ferdy, “maksudmu?” Shane sedikit gusar,
“tidak... tidak... aku hanya bercanda, jangan dimasukkan ke dalam hati”
Shane mencibir.
Keduanya terdiam. Sore itu, suasana di coffee shop tampak lumayan ramai, kebanyakan yang datang adalah pasangan-pasangan muda, ada juga beberapa eksekutif muda yang tampak bersantai di dalam sana bersama rekan kerja mereka, sekedar mengobrol, melepas penat kerja satu hari dan membicarakan masalah bisnis mereka.
Ferdy memain-mainkan sedotan dari gelas minumannya, matanya sesekali mencuri-curi pandang terhadap Shane, kemudian ia tersenyum sendiri. Shane merasa aneh, pemuda kecil itu pun bertanya,
“ada apa?”
Ferdy menggeleng, “tidak ada”
Shane mencibir dan terdiam,
“kau tahu?”
“apa?”
“jika aku perhatikan dengan seksama, wajahmu sangat manis” ungkap Ferdy, “melebihi seorang gadis”
Shane merasa malu di katakan seperti itu, ia menundukkan kepalanya,
“kau ini, bicara sembarangan”
Terdengar suara tawa Ferdy,
“aku tidak sembarangan, aku bicara apa adanya”
Shane masih menundukkan kepalanya,
“itulah kenapa aku menyukaimu hingga saat ini” suara Ferdy terdengar serius kali ini, Shane perlahan-lahan mengangkat kepalanya, menatapi Ferdy. Dilihatnya Ferdy menatapi dirinya dengan tatapan yang serius, mewakili ucapannya.
“ah... kau ini, jangan bercanda” Shane grogi dan menyeruput minumannya,
“apa aku kelihatan sedang bercanda?” tanya Ferdy yang masih dengan wajah serius,
Shane terdiam,
“jujur saja, sejak aku pertama kali melihatmu di kantin, aku tertarik, tapi pada waktu itu, aku hanya tertarik berteman denganmu” ungkap Ferdy,
Shane terdiam mendengarkan,
“tapi lama aku bersama denganmu, aku merasakan suatu perasaan aneh yang meliputi diriku, aku selalu ingin bertemu denganmu, meskipun aku tahu, ada Hendra yang selalu bersamamu dan menjagamu, aku tak peduli, aku tetap ingin bertemu denganmu”
Shane benar-benar merasa grogi saat itu,
“aku tahu, ini salah, tapi aku tidak dapat membohongi hatiku sendiri, aku...” kata-kata Ferdy terputus,
“aku... benar-benar menyukaimu” Ferdy melanjutkan kata-katanya,
Shane terpaku, ia tak tahu harus berbuat apa lagi selain terdiam,
“ijinkan aku untuk menyayangimu” pinta Ferdy, “ berada di dekatmu, membuatku merasa nyaman dan tenang” sambungnya berujar,
Shane bingung, ia lebih memilih diam panjang daripada berkomentar. Ia tidak bingung dengan pilihannya, yang ia bingungkan, ada apa dengan kedua laki-laki yang selalu bersamanya.
Hendra, Ferdy, keduanya menyatakan hal yang sama dengan gaya bahasa yang berbeda tapi berpusat pada satu inti. Apa yang sebenarnya dilihat oleh keduanya dari dalam dirinya, pertanyaan-pertanyaan itu seketika mengerumuni hati Shane.
“apa kau marah?” tanya Ferdy lirih,
“hah? Oh tidak..” Shane berusaha tersenyum dari kebingungannya,
“lantas, kenapa tidak berkomentar?” tanya Ferdy penuh harap,
“eee... itu, entahlah, aku juga tidak begitu tahu, apa yang harus ku ucapkan padamu”sergah Shane,
“apa kau mengijinkanku untuk mencintaimu?” tanya Ferdy yang membuat Shane terbengong menatapinya,
“jika tidak, ijinkan aku untuk menyayangimu, aku janji, aku tidak akan pernah menyakitimu, aku akan selalu sayang padamu, aku janji”
Shane tak menjawab.
“Sejak kita jumpa pertama ku langsung jatuh cinta
Walau ku tahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini
Memang serba salah rasanya tertusuk panah cinta
Apalagi aku juga ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini
Maka ijinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah aku sekedar sayang padamu
Maka maafkan jika ku mencintaimu
Atau biarkan ku mengharap kau sayang padamu”
( Kala Cinta Menggoda By ( Alm. ) Chrisye )
btw thx yah udh mention dgn bener hehehe
@jokerzn: hehehehehe sm2
nehkan Ʋϑαĥ ada 2 pilihan antara ferdy or hendra
biar aku tebak endingnya ..ehmm
pasti si shane akan ttp jadian ma ferdy pada akhirnya...maybe
Wew, aku yakin shane juga pake pelet, buktinya 2 cowok kece kesemsem sama dia.. XP