It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@4ndh0 : ayo di bantu buat milih hehehe
@nakashima : hehehe iya, ngerti kok makasih bnyak yak bwt comment n sarannya
@arifinselalusial : hehehe saia aja masih bingung Shane nantinya ama sapa
@Gabriel_Valiant : amin, di usahain ya, tergantung alur cerita yg di bkin
@touch : hehehe iya dah mulai ada yg nyakit2in
@TigerGirlz : hahahaha ayo pake juka pelet nyai empot2 supaya kayak SHane, bnyak yg mau xixixixi
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different
Burried The Heart 17
Di dalam kamarnya, Shane kembali duduk di sisi jendela, meskipun berulang kali ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi tetap sajanya matanya itu mengarah pada jendela kamar Hendra. Setitik rasa bersalah pada Hendra menyambangi hati Shane.
Ia tak pernah menyangka bahwa kedekatakannya dengan Ferdy, di salah artikan oleh Ferdy yang beberapa jam lalu baru saja menyatakan perasaannya padanya secara jujur dan terbuka.
Shane merasa pusing jika kembali terngiang kata-kata Ferdy. Di dalam hatinya sendiri, ia sama sekali tak menyukai pemuda itu, bukan di karenakan fisik, tapi ia sudah menganggap Ferdy sebagai seorang teman yang paling baik yang pernah ia punya selama hidupnya.
Di tambah lagi, sebelum Hendra berangkat untuk study banding ke Singapore, ia juga menyatakn hal yang sama. Ini bukan waktunya untuk memilih, ini adalah waktu bagi Shane merenungkan semuanya.
Semuanya yang sudah pernah terjadi semenjak ia menginjak ibukota.
Ia tak merasakan kegalauan yang teramat seperti ini ketika ia masih tinggal di kota kembang. Shane terhuyung-huyung berjalan menuju ranjang, ia merasakan pikiran dan tubuhnya terasa sangat berat, Shane pun merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Berusaha memejamkan mata, menenangkan pikiran dan menganggap semuanya akan sirna seperti mimpi di kala ia terbangun nanti dari tidurnya.
***
Di temani temaramnya lampu dari meja belajar, Ferdy tampak duduk dengan ponsel berada di tangannya. Ia memandangi foto-foto Shane yang ia bidik secara diam-diam. Dari luar kamarnya, terdengar suara ketukan pintu, Ferdy buru-buru mengunci ponsel dan memasukkannya ke dalam laci meja,
“ya masuk”
“gelap sekali kamarmu kak” terdengar suara seorang gadis yang berdiri di ambang pintu kamar, kemudian juga terdengar suara saklar lampu yang di tekan. Lampu menyala, dan kamar Ferdy pun tampak terang,
“sedang apa kak?” tanya Virnie, adik bungsu Ferdy,
“tidak sedang apa-apa, hanya membaca-baca buku saja” jelas Ferdy, “ kau masih belum tidur? Ini juga sudah cukup larut, besok kan sekolah”
Virni memeluk manja kakak sulungnya itu,
“tidak bisa tidur kak”
Ferdy tersenyum sambil mengelus-elus lengan Virnie yang
memeluknya itu,
“ada apa?”
“tidak tahu, hanya tidak bisa tidur saja”
Keduanya terdiam, Virnie
melepaskan pelukannya, kemudian di tatapnya kakaknya itu,
“ada apa?” tanya Ferdy,
“aku ingin bertanya padamu sedari kemarin, tapi aku takut kalau kau akan memarahiku nantinya” ujar Virnie,
Ferdy mengerutkan kedua alisnya, mencoba mendalami ucapan adiknya, dan mencoba menerka-nerka, apa yang akan ditanyakan oleh gadis manis tersebut. Ia pun menyerah, sama sekali tak terpikirkan apa yang akan di tanyakan oleh adiknya itu,
“tanya saja, aku tak akan marah” ujar Ferdy santai,
“janji?” Virnie mengeluarkan jari kelingkingnya,
Ferdy tertawa, kemudian mengaitkan kelingkingnya pada kelingking adiknya itu,
“iya janji”
Virnie pun tampak menghela nafas panjang, dan...
“boleh aku tahu, siapa laki-laki yang memenuhi file foto di
ponselmu?”
Bagai di sambar petir, Ferdy yang tadinya tersenyum-senyum, tiba-tiba saja berubah menjadi tegang, perlahan-lahan alinya berubah menjadi alis kemarahan, tapi ia menahannya terlebih dahulu. Dengan cepat Ferdy melepaskan kaitan kelingkingnya,
“foto laki-laki siapa yang kau maksud” tanya Ferdy pura-pura tidak tahu,
Virnie kembali menghela nafas,
“sekali lagi maaf, bukannya aku lancang” Virnie mengambil posisi mendekap di seberang meja Ferdy,
“kemarin itu, aku masuk ke kamar kakak, mencari kakak, tapi ternyata kakak mandi, yaa... aku duduk disini” tunjuk Virnie,
“kebetulan pada saat itu, ada ponsel kakak, aku melihat-lihat, ternyata kakak sedang memperhatikan foto seorang laki-laki”
Alis Ferdy mengekerut,
“ku lihat lagi, foto laki-laki itu cukup banyak di ponsel kakak, ingin bertanya tapi selalu lupa”
Ferdy merasa malu jika dirinya kedapatan,
“dan kalau ku lihat lagi, foto-foto itu kakak ambil secara diam-diam”
Ferdy berusaha mengalihkan pembicaraan adiknya,
“itu hanya teman” sergahnya,
Virnie terdiam, menatap lurus ke arah kakaknya,
“jangan menatapku dengan tatapan seperti itu” ujar Ferdy,
“kakak bohong padaku”
Giliran Ferdy menatapi adiknya itu,
“apa maksudmu”
“iya, kakak bohong padaku” ujarnya Virnie, “kakak sepertinya menyimpan sebuah rahasia”
“kau ini masih kecil, apa yang kau tahu”
“jadi kakak tidak menganggapku sebagai adik?”
Ferdy menyerah ketika Virnie mengucapkan hal itu, karena selama ini ia sangat sayang sekali pada adiknya yang masih duduk di bangku SMP tersebut. Setelah menghela nafas sesaat, Ferdy berusaha menjelaskan pada adiknya itu,
“kau janji, jika aku mengatakannya, kau tidak akan memberitahu siapapun?”
Virnie mengangguk dengan cepat, dan menengadahkan jarinya yang membentuk angka dua,
“janji kak”
“termasuk mama dan juga papa?”
“iya kak, aku janji”
Ferdy kembali menghelakan nafasnya,
“laki-laki itu bernama Shane”
“Shane?”
“ya”
Ferdy terdiam sejenak,
“aku... aku menyukainya” ucap Ferdy singkat. Virnie tampak terkejut dengan pernyataan kakaknya yang benar-benar terbuka. Mata bulatnya terbelelak dengan sangat lebar, tak menyangka jika kakaknya akan menyukai seorang laki-laki,
“sebenarnya, aku juga sudah melawan rasa ini, dan berusaha memungkirinya, tapi... ternyata aku kalah dengan perasaanku, aku... aku menyadari bahwa aku menyukai Shane”
Virnie masih terbelalak dan terdiam, membiarkan kakaknya mencurahkans etiap isi hatinya,
“sore tadi, aku mencoba sekuat tenaga mengutarakan padanya”
“bagaimana tanggapannya?” timpal Virnie,
Ferdy menggelengkan kepala,
“di tolak?” seru Virnie,
“tidak, bukan seperti itu”
“lantas?”
“ia tak menjawab pernyataanku padanya”
Lagi-lagi Ferdy menghela nafas, begitu juga dengan Virnie,
“aku bukan tidak normal, aku...aku sudah berusaha sekali untuk menahan semua perasaanku ini, aku juga sudah berusaha untuk menyukai teman-teman perempuanku” sergah Ferdy, “ tapi... entah mengapa, hanya dirinya satu, mampu menaklukan perasaanku” Ferdy mendekapkan wajahnya di atas tumpukan kedua tangannya di atas meja,
Virnie kembali mendekati kakaknya, berusaha mengerti akan masalah perasaan yang sedang melanda kakak nya itu,
“aku juga tidak mau membuat mama dan juga papa kecewa untuk menjadi seorang... gay” ujar Ferdy lirih,
“sudahlah kak, tak ada yang perlu di sesali” hibur Virnie dengan tangan yang mengelus-elus punggung Ferdy, “ menurutku, kakak sudah hebat, mampu berjuang melawan perasaan kakak, tapi jika pada akhirnya kakak tetap memilih untuk menyukai siapa itu?”
“Shane”
“ya Shane, tidak ada salahnya, karena cinta itu tidak bisa ditebak, pada siapa kita akan jatuh cinta, pada siapa kita harus memilih”
Ferdy mengangkat kepalanya, menatapi adiknya itu,
“sejak kapan kau berubah menjadi pemikir dewasa?” tanya Ferdy,
Virnie tersenyum kecil,
“kau kakak ku, sudah pasti aku dapat merasakan apa yang kau rasakan” tukas Virnie, “hanya kau saja yang selalu menganggapku masih seperti anak kecil dan tak mau berbagi cerita padaku” sambungnya dengan bibir yang mencibir,
“bukan seperti itu, aku hanya... “
Virnie memotong,
“kak, siapapun yang kau suka, sebagai adik, aku pasti mendukungmu, asal orang yang kau suka itu adalah orang baik-baik”
Ferdy terdiam,
“tenang saja, adikmu ini pandai mejaga rahasia, hal ini pasti tidak akan di ketahui oleh siapapun, termasuk mama dan juga papa, hanya kau dan aku yang tahu tentang hal ini”
Ferdy tersenyum kecil,
“terima kasih ya”
“sama-sama kak”
Ferdy memeluk Virnie, ia merasakan batinnya cukup tenang
dengan menceritakan pada adiknya yang tersayang itu,
“oh iya, kalau aku lihat, Shane juga tidak kalah tampannya denganmu kak”
Ferdy tersenyum geli mendengar ucapan adiknya,
“ya, dia memang terlahir dengan fisik yang menawan”
“kapan kau akan memperkenalkan calon kakak ipar ku padaku?” tanya Virnie menggoda kakaknya itu, Ferdy tampak malu,
“bicara apa kau ini”
Virnie tertawa, “kapan kau ajak aku untuk bertemu dengannya”
Ferdy terdiam sejenak, berpikir,
“aku bicarakan dulu padanya, aku usahakan sabtu ini, aku mengajkmu untuk bertemu dengannya”
“janji?” Virnie antusias,
“janji”
***
“hah? Buat apa?” Shane membelalakkan matanya,
“dia hanya ingin melihatmu” ucap Ferdy,
“eee... maksudku, apa yang kau bicarakan padanya, hingga adikmu ingin bertemu denganku”
Ferdy tersenyum kecil,
“tak bicara apa-apa, aku hanya bertanya pendapatnya, bagaimana menurutmu orang yang berada di dalam foto ini” ujar Ferdy
“foto? Foto apa?” Shane tampak bingung,
Ferdy menggaruk-garuk kepalanya, ia lupa, mengatakan yang seharusnya tidak di katakan,
“eee.. jujur, selama kita dekat, sudah berulang kali aku memotret mu diam-diam dari ponsel”
Shane terkejut,
“apa?”
“maaf, aku tidak bermaksud apa-apa, hanya memotretmu saja”
Shane terdiam, ia malu, ia mengalihkan pandangannya ke segala arah,
“apa yang kau potret, jelek begini”
Ferdy tertawa, ucapan Shane barusan, menandakan kalau pemuda kecil itu tidak marah padanya,
“siapa bilang kau jelek, kau sangat sempurna di mataku”
Shane malu, ia tak mau melihati wajah Ferdy, duduk dengan posisi membelakangi Ferdy,
“maafkan aku” ujar Ferdy lagi, “jadi... kau mau kan, sabtu nanti bertemu dengan adikku?” Ferdy kembali memastikan,
Shane terdiam,
“aku mohon, mau ya.. aku sudah berjanji dengannya”
“tapi...”
“aku mohon” Ferdy menangkupkan kedua tangannya, wajahnya benar-benar memelas pada Shane. Ingin menolak, Shane tak enak hati, dilihat lagi oleh Shane, Ferdy tampaknya serius,
“baiklah...”
“benar?” Ferdy antusias,
Shane mengangguk-angguk, Ferdy tampak girang, tanpa disadari, pemuda itu memeluk Shane untuk pertama kalinya.
“maaf, aku tak sengaja, aku hanya...”
“tidak apa-apa”
***
low tebakanku bnr aku harus di kasih hadiah loh ea..
aku minta 1 aja
@farizpratama7 : heheheh saia juga bingung, mau dibkin akhirnya ama sapa, hehehehe
@arifinselalusial : siipp dapet ciuman dari saya yak hihihihi
@Agova : hayooo coba di tebak
@4ndh0 : kabur kemana?
@jokerz : di part depan, nanti hendra sepuluh kali lebih maju, xixixixi
@arieat : refleks plus nyari-nyari kesempatan
@bayumukti : lhaaa nnti yg main ceritanya ini sapa dunk hehehehe
aku cmn minta 1 aja...
1 rumah, 1 apertemen, 1 mobil mewah...
hahahhahahahah