It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Guys, lu bisa bayangin gimana mukanya Bang Albert saat ini? Dingin dan ganas. Kebetulan dia yang bergabung paling terakhir. Jadi sejak datang sampai makan berakhir dia diem aja. Meskipun gitu makannya sih tetap lahap. Kebenciannya terhadap gw dan Rizky nggak mampu menandingi ataupun menghilangkan rasa selera makannya.
"Udah gak usah dilihatin. Makan aja..." bisik gw ke Rizky.
Rizky mangguk.
Kelar makan Bang Albert langsung cabut ke kamar. Sementara kami beranjak ke ruang keluarga. Papa sama Rizky asyik ngobrolin bola. Sementara Mama dan Mbak Aline bahas kebaya model baru. Nah gw? Gw pilih duduk paling dekat sama Teve dan nonton teve aja lah.
Nggak berapa lama kemudian, ada tamu yang datang. Ternyata eh ternyata, itu Kak Fredo. Dia agak shock ngelihat ada Rizky di tengah keluarga besar gw. Sementara Rizky dengan gaya sok cool pengen dicipok mamerin senyum lebar penuh kemenangan.
"Kak Fredo kapan pulang?" tanya Rizky.
"Udah semingguan kok. Kamu kok di sini?"
"Main aja. Kak Almer ini guru privat gw..." terang Rizky.
"Ooohhh..."
Gw memutar bola mata. Drama. Penuh drama deh mereka.
"Ya udah, aku ke kamar Bebet ya Om, Tante, Mbak, Al, Ky..." pamit Kak Fredo.
"Yaa..." jawab kami serentak.
"Rizky kenal sama Edo juga?" tanya Mama.
"Iya, Tante. Kita suka main futsal bareng."
"Oohh gitu. Teman dekatnya Albert itu."
Gw berpindah duduk ke dekat Rizky lalu berbisik, "Mereka pacaran, sama kayak kitahh..."
"Sembarangan! Nggak..." protes Mama langsung manyun.
Mbak Aline ngakak.
Gw cekikikan.
"Mama kalian bisa jantungan kalo calon menantunya laki-laki semua..." kata Papa.
"Bukan lagi. Mati di tempat, Mama," timpal Mama.
Gw mesem-mesem.
"Emang kalo papa nggak apa-apa?" tanya Mbak Aline.
"Yaa... Kalo bisa jangan semuanya doongg..." jawab Papa.
"Udah-udah," pungkas Mama.
Gw menatap Rizky yang sejak obrolan 'nyerempet' tadi itu tergelar, cuma senyam-senyum, garuk-garuk leher kayak salah tingkah gitu. Gw langsung menyentuh jemarinya. Ia menatap gw.
"Ke balkon yuk?" ajak gw.
Rizky mengangguk.
Gw rasa dia udah cukup 'ngapelin' keluarga gw hari ini. Sekarang waktunya dia sama gw lagi.
***
Chapter Kesekian
Sebelum adzan Ashar Rizky pamit pulang. Selepas dia pulang, gw langsung mandi. Habis mandi gw pergi ke teras. Rencananya sih pengen santai sambil baca cerita di Wattpad. Ternyata di teras gw udah keduluan sama Kak Fredo. Ketika gw tahu dia ada di sana, gw pengennya sih nyari tempat ngadem lain. Tapi karena udah terlanjur keluar dan dia udah ngeliat gw, ya udah gw duduk di teras juga. Gak enak lah kalo gw kelihatan banget menghindari dia, meskipun maksud gw menghindari dia bukan karena benci, tapi supaya gw sama dia sama-sama enak.
"Hai...!" sapa gw sebiasa mungkin. "Kirain udah pulang..." gw duduk di samping dia.
"Belum."
"Kok sendirian? Bang Bet mana?"
"Mandi."
"Kok lu gak mandi juga?"
"Di rumah aja."
"Kenapa gak mandi bareng dia aja?"
"Nggak mungkinlah..."
Kenapa? Takut konak ya? Wuehehehe... Gumam gw dalam hati.
"Kenapa nggak? Teman-teman gw yang nge-kos pada suka mandi bareng..."
"Gak biasa mandi bareng. Biasa mandi sendirian..."
"I see. Gw juga gitu... Risih gitu ya...?"
"Hu-um."
Beberapa detik kemudian hening tercipta. Gw mulai buka aplikasi Wattpad.
"Rizky sudah pulang?" tanya Kak Fredo kemudian.
"Iya. Belum berapa lama kok."
"Dia kayaknya udah dekat banget sama keluarga kamu ya."
"Lumayan..."
"Pasti kamu senang banget."
"Senang sih pasti... Seenggaknya gw gak perlu diam-diam lagi kalo mau pacaran."
"Diam-diam kayak kita dulu ya? Hehehe..."
Gw tersenyum tipis.
Hening lagi. Tapi kemudian hati kecil gw tergelitik untuk bertanya apakah Kak Fredo sudah punya pacar apa belum.
"Lu sendiri sudah punya gebetan?"
"Belum."
"Kenapa? Nggak mungkin lu gak laku."
"Belum ada yang cocok."
"Baik cewek ataupun cowok?"
"Cewek belum ada. Cowok apa lagi."
"Lu belokin aja si Victor."
"Kalo bisa udah aku belokin dari dulu kali."
Gw terkekeh.
"Susah untuk nyari yang klik. Aku masih takut jalin hubungan sama cowok. Beda waktu sama kamu dulu. Kamu dulu udah aku kenal baik. Kalo sama orang lain, takutnya mereka ada niat jahat."
"Makanya perlu penjajakan. Lu kenal sama cowok nggak langsung dipacarin. Tapi ada tahapnya juga. Lu sama gw dulu juga begitu..."
"Iya. Tapi nggak tahu kenapa, takut aja buat mulai..."
"Gw dulu juga gitu. Kalo takutnya gak dilawan, ya sampai dunia kebalik juga kita gak bakal dapat pacar..."
"Iya sih... Seandainya aku bisa seberani Rizky..."
"Rizky mah jangan ditiru! Dia juga kelewat berani menurut gw..."
"Tapi akhirnya dia dapat kamu."
Gw terkekeh.
"Emang di Palembang gak ada yang menarik hati lu?"
"Sewaktu di sana aku fokusnya kerja. Kamu sendiri tahu aku perginya pagi, pulangnya biasanya malam..."
"Iya sih. Cuma kan masih ada akhir pekan, hari minggu, tanggal merah... Lu sih cuma mepet Orang Medan itu mulu..."
"Apaan...! Udah ah, gak usah ngomongin dia..."
"Hahaha..."
Lagi seru-serunya gw godain (sekaligus nyindir) Kak Fredo, tiba-tiba terdengar siulan dari arah dalam. Siulan Bang Albert.
"Nyok, Bro! Udah siap nih!" kata Bang Albert seraya menggulung lengan kemeja biru mudanya.
"Mau pergi kemana?" gw nanya ke Kak Fredo.
"Kumpul sama teman-teman aja..." jawab Kak Fredo sambil bangkit dari duduknya.
Mereka berdua lantas berjalan menuju ke garasi.
"Yang lain udah di sana?" tanya Bang Albert.
"Nggak tahu..."
"Kalian tadi ngomongin apa?" gw dengar Bang Albert nanyain Kak Fredo.
"Siapa?"
"Lu sama Al."
"Ooh... Nggak ada. Ngobrol biasa..."
Cih! Kepo banget!!
Bang Albert menoleh ke gw. Untuk beberapa saat dia melirik gw yang balas natap dia. Entah, apa yang sedang ada di kepalanya saat ini...
***
Gw masih (sejak tadi sore) baca di Wattpad. Ceritanya seru. Lalu pintu kamar gw diketuk sama Bang Albert.
"Butuh apa?" tanya gw tanpa menghentikan aktivitas membaca gw.
Bang Albert berdiri di hadapan gw dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana training-nya.
"Apa pendapat lu tentang Edo?"
"Maksudnya?"
"Sebagai cowok yang suka cowok menurut lu dia gimana?"
Eh? Ada apa nih? Apa Bang Albert udah mulai curiga sama Kak Fredo?
"Nggak tahu," jawab gw. Sorry ya Bro, gw gak bakal ngomong apapun. Cari tahu aja sendiri.
"Dia gantengkan?"
"Ganteng mah relatif."
"Lu gak suka sama dia?"
"Kenapa? Lu suka sama dia?" gw balik nanya.
"Gw nanya."
"Nggak."
Bang Albert nampak kesal.
"Udah gak usah ganggu gw. Gw gak konsen tau," pungkas gw.
"Kalo lu pacaran sama Fredo mungkin gw bisa terima..." kata Bang Albert tiba-tiba.
"Hah...???" jujur gw kaget. Gak salah dengar gw barusan?
"Edo teman gw. Gw tahu dia. Kalo sama dia seenggaknya gw tahu lu dapat orang yang baik."
Gw tercenung. Blank seketika.
"Gw ngomong gini bukan karena gw dukung lu jadi homo. Tapi setidaknya kalo pasangan lu gw tahu, gw sedikit lega melepas lu. Dia gak bakal berani macam-macam karena mandang gw."
"Jadi karena itu lu gak suka Rizky?"
"Iya."
"Dia baik. Mama Papa aja suka."
"Dia itu masih kecil."
"Tapi dia dewasa."
"Terserah lu. Cuma apa lu gak mau punya pacar yang disenangi semua anggota keluarga bukan cuma Papa Mama dan Mbak Aline, tapi gw juga?"
Omongan Bang Albert barusan menggiurkan. Pasti senang banget kalo seluruh anggota mendukung hubungan gw sama pacar. Yang jelas, bakal mengakhiri perang dingin antara gw dan Bang Albert yang selama ini terus terjadi.
"Lagian Edo itu keren. Udah punya kerjaan tetap juga. Dewasa juga. Dekat juga sama keluarga kita. Mama Papa dan Mbak Aline pasti dukung."
"Lu dukung gw sama dia, emang dianya gay juga?"
"Gw gak tahu. Gw bakal cari tahu."
Huffhhh...
"Kalo lu belum tahu dia gay apa nggak, nggak usah bacot dulu kali," kata gw kesal.
"Bisa aja kan dia itu ga--"
"Udah, udah! Pastiin dulu dia gay baru bicarain ini lagi ke gw!" potong gw.
***
Beberapa hari kemudian...
Bang Albert ngajakin gw pergi ikut dia. Saat gw nanya kemana, dia gak mau jawab. Kejutan, gitu katanya.
Ternyata dia bawa gw ke sebuah cafe yang letaknya gak jauh dari taman kota. Dan di sana udah menunggu Kak Fredo.
"Kok ada Kak Fredo di sini?" tanya gw.
"Gw yang nyuruh dia kesini. Sesuai feeling gw, dia itu homo," jawab Bang Albert. "Biseks tepatnya."
"Serius? Kok lu bisa tahu secepat ini?"
"Udah nggak penting. Sekarang gw mau kalian ngobrol..."
"Wait, nggak bisa langsung gini dong..." protes gw.
"Kenapa?"
"Gw belum bilang jawaban gw mau apa nggak sama Kak Fredo. Enak aja lu main nyomblangin kita..."
"Kenapa? Lu pasti tertarik sama dia. Udaaahh, gak usah sok jual mahal. Dari dulu lu itu udah caper sama dia, iya kan? Karena gw pikir lu bukan homo, jadi gw gak pernah kepikiran kalo caper lu itu karena lu suka sama dia," tuduh Bang Albert.
"Sok tau lu..." gerutu gw.
"Woeeyyy! Buruan ke sini!!!" seru Kak Fredo sambil melambaikan tangannya mengakhiri perdebatan kami.
"Ayo buruan!" Bang Albert berjalan mendahului gw.
Gw menghela nafas kesal lantas mengikuti langkah Bang Albert.
"Kalian ngobrol aja dulu. Gw mau ke kamar kecil," pamit Bang Albert.
Kak Fredo mangguk dan gw duduk di samping dia.
"Jadi lu udah ngaku sama Bang Albert? Kenapa?" tanya Gw to the point.
"Nggak mau sebenarnya. Tapi Albert mancing-mancing mulu. Akhirnya gw memberanikan diri karena melihat kekepoan dia, gw ngerasa dia nggak bakal membenci gw..."
"Terus kok lu mau kita dicomblangin kayak gini? Bukannya lu udah tahu kalo gw udah punya Rizky...?"
"Gw juga nggak mau. Tapi nggak enak sama dia. Dia udah baik banget mau terima keadaan gw. Gw nggak bisa nolak. Ntar kita kan bisa nolak dan bilang aja nggak cocok. Iya kan?"
"Terserah lu aja, Kak gimananya. Gw serahin semuanya ke lu."
"Oke. Sorry ya..."
"Ya."
***
Gw berkomitmen untuk gak menyembunyikan apapun ke Rizky yang menyangkut kelangsungan hubungan kami. Jadi masalah percombalangan yang diprakarsai Bang Albert kudu alias wajib hukumnya untuk dibicarain ke brondong kece aset negara stok terakhir itu. Xixixix.
"Aku percaya ke kamu. Ke kamu ya. Kalo Fredo sih nggak," kata Rizky.
"Iya."
"Kamu jangan salah gunakan kepercayaan aku. Kamu gak bakal CBLK kan sama dia?"
"CLBK sayang," ralat gw.
"Iya. Salah sebut aja tadi. Masih ada nggak rasa suka sama dia?"
"Nggak."
"Ya udah. Aku gak bakal khawatir kalo gitu..." Rizky tersenyum manis.
Gw langsung menciumi pipinya gemas.
"Kalo Fredonya mulai modus, langsung bilang ke aku."
"Mau kamu apain?"
"Ajak Threesome."
Gw langsung geplak kepalanya.
"Kenapa? Kamu maunya kita berdua aja gitu?"
"Nggak."
"Threesome gak boleh, berdua nggak mau. Maunya orgy ya?"
"Mau belalainya aku gigit sampai putus, hah?"
"Aaiihh, ngilu. Dibelai aja napa?"
"Maunya kamu itu."
"Emang kamu gak mau?" Rizky menciumi pundak gw. Hembusan nafasnya yang hangat membuat tengkuk gw merinding geli.
***
Sejak 'percomblangan' itu dimulai, Kak Fredo makin sering main ke rumah. Kalo dia datang, Bang Albert selalu manggil gw. Menyertakan gw ke dalam percakapan mereka. Maksudnya sih mungkin buat mendekatkan kami berdua. Gw sih ikutin aja permainan Bang Albert. Buat have fun aja. Tapi hati gw tetap buat my brondong.
Suatu malam, Bang Albert mendatangi gw di kamar. Dia nanya gimana kemajuan hubungan gw sama Kak Fredo.
"Sama aja kayak kemarin-kemarin," jawab gw.
"Dia belum nembak lu?"
"Kalo dia nembak gw, nggak mungkin dia nggak cerita ke lu."
"Haish! Lu berdua lambat amat pergerakannya. PDKT gak ada kemajuan..." Bang Albert nampak kesal. "Atau lu mau gw suruh Edo nembak lu?" Bang Albert mendekatkan tubuhnya ke gw.
"Kok lu yang ngebet sih...?"
"Habis lu berdua stagnan. Kapan jadiannya kalo begini? Padahal saling suka..."
Suka? Siapa bilang???
"Atau lu masih sama tuh bocah?"
"Masih lah."
"Jelaslah Edo gak nembak lu kalo gitu."
"Gw nggak bilang apapun tentang Rizky ke dia. Emang dia tahu hubungan gw sama Rizky?"
"Tahu. Gw yang kasih tahu."
"Ooo..."
"Buruan putusin tuh bocah. Gw juga gak mau sahabat gw lu duain."
"Nggak segampang itu kali. Gak ada alasan buat gw mutusin dia."
"Kalo liat lu dekat sama orang lain pasti kalian berantem dan dia bakal minta putus."
"Itu mah cara kotor. Nama gw jadi jelek."
"Bikin aja kesalahpahaman. Antar juga putus."
"Iya, iya. Ntar gw cari cara, oke?! Biarin gw yang mutusin mau tetap sama Rizky, atau sama Kak Fredo atau sendirian, Oke?"
"Pilihannya Edo atau lu gak usah pacaran!" kata Bang Albert sambil berlalu.
"Atuuurrrr...!" balas gw dengan seruan.
Enak aja Bang Albert ngatur-ngatur hidup gw. Emang gw bonekanya dia. Dia nyuruh gw pacaran sama Fredo mah telat. Tuh orang udah jadi bekas gw kali. Mana mungkin gw mau balikan lagi sama itu orang setelah apa yang dia lakukan ke gw dulu.
***
Gw lagi mengikuti mata kuliah kedua ketika ada video call yang masuk dari Rizky.
"Yang! Aku besok bakal iku---"
"Kamu di mana sih? Kok nggak pake baju???" potong gw sambil ngibrit keluar ruangan. Kebetulan dosennya lagi nggak ada.
"Di kamar mandi, Yang."
"Bajunya di pake gih..." gw duduk di bangku taman terdekat.
"Iya. Ini mau ganti baju habis olahraga."
"Oohhh..."
"Yang, aku kepilih wakilin daerah buat lomba bela diri ke Provinsi."
"Waw! Bagus dong!!! Selamat sayang..."
"Iya, thankyou..." Rizky tersenyum super ceria.
"Ya udah. Ntar sambung lagi. Aku ada tugas kuliah nih sekarang. Ngobrolnya di rumah aja ya?"
"Iya."
"Bye, Honey..."
"Dadahh."
Gw tersenyum bangga seraya memasukkan HP ke saku celana lagi. Brondong gw emang top markotop deh.
Sepulang kuliah, gw langsung menuju rumah Rizky. Sengaja gw pulang duluan buat nyiapin makan siang kami. Menunya sih beli. Hehehe.
Gw WA dia : Yang, aku nunggu di rumah ya. Kita lunch bareng.
Rizky balas : Oke
Selagi nunggu Rizky pulang, gw duduk santai di halaman belakang. Pepohonan rindang membuat sejuk suasana. Ditambah lagi hembusan angin sepoi-sepoi yang sesekali bertiup menggoyang dedaunan pohon rambutan yang sudah berbuah.
Setelah jarum jam hampir menyentuh angka pukul 14.00 Rizky pulang. Gw langsung menyambutnya dengan ciuman.
"Kamu mau langsung makan?" tanya gw.
"Uhmmm makan apa dulu ya?"
"???"
"Makan siang dulu atau 'makan' kamu dulu maksudnya..."
"Ish! Sudah lapar apa belum?"
"Sudah. Kamu masak?"
"Jelas dong... Nggak!"
Rizky terkekeh.
"Jadi perginya kapan?" tanya gw saat kita berdua sudah di meja makan.
"Besok sore."
"Besok??? Cepat amat..."
"Iya. Kamu bantuain aku beres-beres ya?"
"Iya..."
Rizky tersenyum.
"Berapa lama?"
"Satu minggu."
"Lumayan lama."
"Iya. Karena itu ntar malam kita harus 'oh yes oh no' dulu sebelum aku pergi.."
"Apaan sih ngomongin itu saat lagi makan," gerutu gw.
"Emang kenapa?"
"Bikin eneg."
"Bikin eneg apa enak?"
"Udaahhh...habisin dulu nasinya."
Rizky senyam senyum binal.
Kelar makan kita beranjak ke halaman belakang. Kita membentang tikar di bawah pohon Rambutan dan bersantai di sana.
"Selagi aku nggak ada kamu jangan cari-cari kesempatan ya..." kata Rizky.
"Justru kamu tuh matanya dijaga. Di sana ketemu banyak orang... Pasti banyak yang bening-bening," balas gw.
"Nggak mungkinlah. Aku ini setia tau."
"Terus aku nggak setia gitu?"
"Setia kok. Tapi kalo dikomporin terus sama Bang Albert gimana?"
"Aku nggak pernah dengar omongan dia. Jadi kamu tenang aja."
"Fredo gimana? Dia nggak macam-macam kan?"
"Nggak."
"Nah, kalo kamunya...???"
"Kamu nggak percaya sama aku...?!"
"Percaya..." Rizky tiba-tiba membenamkan wajahnya ke dada gw.
Gw menundukkan kepala dan mencium rambutnya.
"Belum pergi aku udah kangen..." gumam Rizky seraya melingkarkan tangannya ke pinggangku.
"Lebay. Lebay. Lebay."
"Beneraaaannn..." Rizky membenamkan wajahnya lebih dalam.
"Palingan di sini aja bilang gitu. Ntar kalo udah berangkat bakal lupa," goda gw.
Rizky langsung melerai pelukannya dan duduk dengan wajah cemberut.
"Kenapa...???"
"Kamu mah suka gitu. Bikin badmood," gerutunya.
"Oh ya?"
Rizky diam aja.
"Udah nggak usah ngambek..." gw mencubit kedua pipinya. "Aku mau pulang. Udah sore."
"Ya udah, pulang aja."
"Ntar malam aja ya packing-nya. Habis nge-les aku datang kesini."
"Kamu bakal nginap di sini?"
"Belum tahu sih..."
"Oohh, ya udah, terserah."
"Emang kenapa? 'Dedek-nya' udah nggak tahan ya?" goda gw.
Rizky masih pasang tampang cemberut.
"Mau di treatment gak dedeknya?"
Rizky masih sok jual mahal.
"Beneran nih gak mau...?"
"Nggak!"
"Ya udah. Aku pulang ya. Sampai ketemu malam nanti..." gw beranjak bangun dan berjalan menuju pintu samping. Hanya saja baru selangkah berjalan, Rizky sudah merengek,
"Sayaaanggg..."
Gw langsung menoleh.
Rizky memasang tampang super manyun. Berlagak polos pengen dinodai.
"Apa lagiii...???"
"Dedeknya..."
"Dedek siapa?"
"Dedek yang--"
"Dedek yang mana, eh? Dedek yang ini?!" gw melompat dan meremas selangkangan Rizky.
Rizky membuka mulutnya lebar. "Aaaa...Sayang...kamu...pelan-pelan..."
"Dedeknya kenapa? Keras banget..."
"Dedeknya mau tempur."
"Tempur?" gw mendorong Rizky hingga ia rebah di tanah yang beralaskan tikar.
"Iya. Pelurunya siap ditembakkan."
"Ya udah tembakin aja."
"Kamu bantu pompa doong..."
"Kalo aku pompa dikasih hadiah apa?" tanya gw sembari membelai pusar Rizky.
"Susu hangat..."
"Susunya pasti diproduksi di sini..." gw membelai milik Rizky yang sudah membentuk tenda.
"Iyaahh.." jawaban Rizky seumpama desahan.
Aku menarik celana Rizky ke bawah dan kepunyaannya mengayun keluar.
"Sayang..., kita ke dalam yuk. Ntar ada yang lihat..." ajak Rizky.
"Biarin. Palingan mereka horny..."
"Haakuhh seriussss..." jawab Rizky.
"Tembok tinggi nggak bakal ada yang bisa lihat."
"Aaaahhhh...."
"Sesekali aku pengen menikmati tubuh indah kamu outdoor gini dibawah cahaya matahari..." terang gw sambil menjilat kepala juniornya.
"Aaaahhhh... Almer binaaalll...."
"Ya, binal," kata gw sebelum menenggelamkan milik Rizky sepenuhnya ke dalam mulut gw.
"Aaaahhhh....!"
***
Makasih udah mau konsisten nulis.
@sky_fall : tenkyu dek [lu manggil gw abang, berarti lu adek yaw meskipun umur gw baru sweet seventeen, xixixix]
Adi_suseno10 : makasih Njing kalo bisa jadi mood booster, hehehe
@lostfaro : lu tujukan pertanyaan cem itu kesiapa??
@lintang1381 : mau versi panjangnnya??? *evil smirk*
@sar_el : sama-sama udh mau terus baca
@lulu_75 wow wowww
@b_hyun : bbbbbbb hehehe